Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia pada era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai
kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat
berhak menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi
keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung dengan
kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan
dokumentasi yang lengkap di pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia
belum secara luas dimanfaatkan dengan baik khususnya di pelayanan rumah
sakit, terutama pelayanan keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi
besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan
evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem
pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya di lapangan, asuhan
keperawatan yang dilakukan belum disertai dengan sistem pendokumentasian
yang baik, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses
terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk
memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik
dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa Pengertian Sistem Informasi Manajemen Keperawatan?
b. Apa Manfaat Sistem Informasi Manajemen Keperawatan?
c. Apa Kelebihan dan Kekurangan SIM Keparawatan ?
d. Bagaimana Kecenderungan dan Isu dalam Bidang SIM Keperawatan di
Indonesia ?
e. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan SIM
Keperawatan di Indonesia ?
f. Bagaimana Alternatif Pemecahan Masalah dalam Penerapan SIM
Keperawatan di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari makalah ini yaitu :
a. Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Informasi Manajemen Keperawatan
b. Untuk Mengetahui Manfaat Sistem Informasi Manajemen Keperawatan
c. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan SIM Keparawatan
d. Untuk Mengetahui Kecenderungan dan Isu dalam Bidang SIM
Keperawatan di Indonesia
e. Untuk Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan
SIM Keperawatan di Indonesia
f. Untuk Mengetahui Alternatif Pemecahan Masalah dalam Penerapan SIM
Keperawatan di Indonesia

1.4 Metode
Metode yang digunakan untuk menyusun makalah ini adalah metode pustaka
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen dalam
organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran
informasi. Sistem informasi mempunyai komponen komponen yaitu proses,
prosedur, strruktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan,
supplier, dan rekanan. (Eko,I.2001).
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu
informasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen
dan proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea Cococran, 1989). Sistem
informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang diluar negeri
sekitar tahun 1992, dimana pada bulan September 1992, sistem infomasi
diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada
pencatatan pasien. (Liaw, T.1993).
Pemerintah indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem informasi
kesehatan nasional yaitu informasi kesehatan andal 2010 (Reliable Health
Information 2010). (Depkes, 2001). Pada informasi kesehatan andal tersebut
telah direncanakan untuk membangun sistemm informasi di pelayanan
kesehatan dalam hal ini rumah sakit dan dilanjutkan dipelayanan di
masyarakat, namun pelaksanaannya belum optimal.

B. Manfaat SIM Keperawatan


Dengan adanya kemajuan tekonologi informasi dan komunikasi, maka
sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian
asuhan keperawatan yang lebih baik. Metode pendokumentasian asuhan
keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan, dari yang sebelumnya
manual, bergeser ke arah komputerisasi. Metode pendokumentasian tersebut
dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen.
Sistem informasi manajemen berbasis komputer tidak hanya bermanfaat
dalam pendokumrntasian asuhan keperawatan, namun juga dapat menjadi
pendukung pedomann bagi pengambil kebijakan / pengambil keputusan di
keperawatan / Decision Support System dan Excutive Information System
(Eko, I. 2001).
Manfaat sistem informasi dalam keperawatan (Malliarou dan zyga, 2009) :
1. Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nurse
station
2. Mengurangi penggunaan kertas
3. Dokumentasi keperawatan secara automatis
4. Standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan)
5. Mengurangi biaya
6. Kualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur

C. Kelebihan dan Kekurangan SIM Keparawatan


Kelebihan SIK:
1. Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan lebih efisien, dan
produktifitas.
2. Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data
dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap.
3. Data yang telah disimpan juuga dapat lebih efektif dan dapat menjadi
sumber dari penelitian
4. Dapat melihat kelanjutan dari edukasi ke pasien
5. Melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan biaya dari
pelayanan kesehatan (Liaw, 1993).
6. Dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman.
7. Akses untuk mendapat data yang telah tersimpan dapat dilaksanakan
lebih cepat dibandingkan bila harus mencari lembaran kertas yang
bertumpuk di ruang penyimpanan
8. Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003:
beberapa institusi kesehatan yang menerapakan sistem komputer, setiap
perawat dalam tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu
yang dipakai untuk dokumentasi keperawatan dan meningkatkan
keakuratan dalam dokumentasi keperawatan.
9. Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer mengikuti
prinsip-prinsip pendokumentasian, serta sesuai dengan standar
pendokumentasian, internasional seperti: ANA, NANDA,NIC (Nursing
Interventions Classification, 2000).
10. Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi
pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan / pengambil keputusan
di keperawatan / Decision Support System dan Executive Information
System. (Eko,I.2001)
11. Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi menajemen yang
berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian
tempat tidur / BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget
keperawatan dan sebagainya. Denngan adanya data yang akurat pada
keperawatan maka data ini juga dapat digunakan untuk informasi bagi
tim kesehatan yang lain. Sistem informasi asuhan keperawatan juga
dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara
khususnya dan riset kesehatan pada umumnya. (Udin, and Martin,
1997)
12. Menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang yang kecil
yang berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm. Sistem ini seing dikenal sistem
informasi manajemen.

Kekurangan SIK :
1. Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih
sangat minim di rumah sakit Indonesia
2. Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM yang menguasai
teknologi informasi
3. Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer
sehingga ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan
4. Kekhawatiran hilangnya data dalam satu hard disk. Pada kondisi
tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum
atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997.
Undung undang ini mengatur tentang keamanan terhadap
dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuai perkembangan
teknologi, lembaran yang sangat penting dapat dialihkan dalam
Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat
kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman. Pengalihan ke CD
ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena
peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.
5. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis
komputer ke dalam sistem praktik keperawatan di Indonesia tidak
terlalu mudah. Hal ini kareana pihak manajemen harus memperhatikan
beberapa aspek yaitu strruktur orginasasi keperawatan di Indonesia,
kemampuan sumber daya keperawatan, sumber dana, proses dan
prosedur informasi serta penggunaan dan pemanfaatan bagi perawat dan
tim kesehatan.

Kelebihan Dokumentasi Tertulis:


1. Dokumentasi tertulis sampai saat ini juga masih banyak di rumah sakit
Indonesia
2. Tidak khawatir hilangnya data dalam satu hard disk, karena ada
dalam dokumen
3. Karena dokumentasi tertulis ini berlaku di RS Indonesia, memutuskan
untuk menerapkan sistem dokumentasi tertulis ke dalam sistem praktik
keperawatan di Indonesia sangat mudah.

Kekurangan Dokumentasi Tertulis :


1. Pendokentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan
yaitu sering hilang
2. Pendokumentasian yang berupa lembera- lembaran kertas maka
dokumentasi asuhan keperawatan sering terselip
3. Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat
penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika
sewaktu waktu pendokumentasian tersebut diperlukan
4. Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang penyimpanan akan
merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti legal jika
terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada posisi
yang lemah dan rentan terhadap gugatan hukum

D. Kecenderungan dan Isu dalam Bidang Sistem Informasi Manajemen


Keperawatan di Indonesia
Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi
pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/keputusan di keperawatan
/Decision support system dan Executive information system (Eko, 2001).
Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang
berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur,
BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan . Data yang
akurat pada keperawatan dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan
yang lain. Sistem informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber
dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khusus dan riset kesehatan pada
umumnya.

Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di


luar negeri sekitar tahun 1992. Pada bulan September, sistem informasi
diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada
pencatatan pasien (Liaw, 1993).

Trend/Kecenderungan yang sedang berkembang tentang SIM


keperawatan di Indonesia adalah :
1. Semakin tingginya beban kerja perawat di rumah sakit menuntut adanya
suatu sistem teknologi informasi yang mampu mengatasinya. Tuntutan
adanya dokumentasi keperawatan yang lengkap dengan hanya
menggunakan cara manual tulisan tangan selama ini hanya menambah
beban kerja perawat dan semakin mengurangi jumlah waktu perawat
bersama pasien. Sangat tepat apabila SIM keperawatan bisa
diaplikaskan.
2. Sistem informasi keperawatan di luar negeri sudah modern dan canggih
dengan memanfaatkan sistem teknologi informatika, sehingga perawat
di luar negeri mampu bekerja secara efisien dan dan berkualitas tinggi.
Kondisi tersebut diharapkan mampu diikuti oleh perawat di Indonesia.
3. Perlunya keperawatan di Indonesia memiliki sistem informasi
manajemen keperawatan dalam melakukan pelayanan kepada pasien di
rumah sakit, sehingga perawat bisa bekerja lebih efektif dan efisien.
4. Pelaksanaan proses asuhan keperawatan akan lebih cepat, efektif dan
efisien dengan menggunakan SIM.
5. Diharapkan hari rawat pasien lebih cepat karena interaksi pasien-
perawat lebih banyak sehingga tujuan asuhan keperawatan lebih cepat
tercapai
6. Profesionalisme perawat akan semakin meningkat dan pengakuan
kesetaraan antara profesi perawat dengan medis akan lebih baik.
7. Citra perawat di masyarakat dan diantara profesi lain akan semakin
baik.
8. Penggunaan SIM keperawatan akan meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit
9. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) mulai tahun
2001 telah mengembangkan suatu sistem asuhan keperawatan yang
berbasis dengan komputer. Sampai saat ini sistem ini baru digunakan
untuk proses akademik pembelajaran komputer keperawatan. Sistem
informasi asuhan keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan masih dalam
tahap awal dan masih memerlukan penyempurnaan (Haryati, 2001).
Diharapkan sistem informasi asuhan keperawatan FIK-UI di masa
datang dapat mempercepat perkembangan sistem informasi yang dapat
diaplikasikan di rumah sakit maupun pelayanan keperawatan yang lain.

Sedangkan isu tentang SIM keperawatan di Indonesia sampai saat ini adalah :

1. Perawat di Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk memiliki


program SIM keperawatan
2. Belum dilaksanakannya SIM keperawatan di Indoneisa berdampak
terhadap semakin tingginya beban kerja perawat. Sehingga perawat
berharap pihak manajemen RS segera mengaplikasikan program SIM
keperawatan.
3. Beberapa rumah sakit di Indonesia, sampai saat ini yang berkembang
adalah Sistem Informasi Rumah Sakit yang baru berupa billing system.
4. Rumah Sakit di Indonesia 99% masih melaksanakan pendokumentasian
keperawatan secara manual .
5. Untuk aplikasi sistem informasi manajemen asuhan keperawatan baru
beberapa rumah sakit saja yang sudah menerapkan dan itu pun masih
terbatas, seperti Rumah Sakit Fatmawati Jakarta dan rumah sakit
Charitas Palembang. Di RS Fatmawati Jakarta, sejak tahun 2002 mulai
mengembangkan sistem pendokumentasian keperawatan berupa SIM
keperawatan. Sistem pendokumentasian keperawatan yang
terkomputerisasi sudah mulai diimplementasikan sejak tahun 2004.
Sistem Informasi Manajemen keperawatan ini baru sebatas menentukan
rencana keperawatan. Di RS Charitas Palembang, sistem dokumentasi
keperawatan terkomputerisasi mulai dikembangkan sejak tahun 2002.
Di RSUD Banyumas sistem pendokumentasian ini baru menerapkan
dengan sistem NIC-NOC. Di RSUD Cengkareng Jakarta baru sebatas
pelaksanaan Clinical pathway.
6. Pihak manajemen rumah sakit masih memandang SIM keperawatan
belum menjadi suatu prioritas utama untuk diaplikasikan karena salah
satu penyebabnya adalah membutuhkan biaya yang cukup besar, masih
belum memilki pemahaman yang baik tentang dampak apabila program
ini diberlakukan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan rumah
sakit secara umum, adanya pemikiran bahwa pekerjaan perawat tidak
memerlukan bantuan teknologi/alat yang canggih. Pihak manajemen
juga masih khawatir tentang kemampuan SDM keperawatan dalam
pemanfaatan tekonolgi ini.
7. Masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi
manajemen keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Kondisi ini
karena sangat bervariasinya tingkat pendidikan keperawatan.
8. Belum adanya aspek legal/UU tentang praktek keperawatan.

E. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan SIM


Keperawatan di Indonesia
1. Faktor Pendukung Pelaksanaan SIM di Indonesia
a. Saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh profesi
keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang siap
pakai untuk diterapkan di rumah sakit. Sekalipun memiliki harga yang
cukup tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat mendukung
pelaksanaan SIM keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki
dana cukup untuk membeli produk tersebut.
b. Semakin mudahnya akses informasi tentang pelaksanaan SIM
keperawatan juga memudahkan rumah sakit dalam memilih SIM yang
tepat.
c. Adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur tentang keamanan
terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-undang ini
merupakan bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki
pusat pelayanan kesehatan, perusahaan atau organisasi.
d. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung karena
sistem ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga kerahasiaan
data pasien. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengakses
data melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri.
2. Faktor Penghambat Pelakasanaan SIM Keperawatan di Indonesia
a. Pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur
organisasi keperawatan di Indonesia, sebagai contoh pengambil
keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga seringkali
keputusan tentang pelaksanaan SIM yang sudah disepakati oleh tim
keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan
pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang
mempertanyakan apakah SIM keperawatan ini akan berdampak
langsung terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan kualitas
pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
b. Kemampuan sumber daya keperawatan, ada banyak sumber daya
manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi
sistem komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan
dan ketidakmampuan mereka terhadap sistem informasi teknologi yang
sedang berkembang.
c. faktor sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan
sistem informasi manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan
di rumah sakit, membutuhkan biaya yang cukup besar . Masalahnya
sekarang, tidak setiap rumah sakit memiliki dana operasional yang
cukup besar, sehingga seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan
karena tidak ada sumber dana yang cukup. Aspek keempat adalah
kurangnya fasilitas Information technology yang mendukung.
Pelaksanaan SIM keperawatan tentunya membutuhkan banyak
perangkat keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan
program tersebut.
d. Kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi
tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum
atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997.
Undang-undang ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi
yang berupa lembaran kertas, namun sesuai perkembangan tehnologi,
lembaran yang sangat penting dapat dialihkan dalam Compact Disk
Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan
disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini
bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak
terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.

F. Alternatif Pemecahan Masalah dalam Penerapan SIM Keperawatan di


Indonesia
Ada beberapa alternatif pemecahan masalah dalam penerapan SIM
keperawatan di Indonesia diantaranya;
1. Perlu adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen rumah
sakit dengan tim keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM
keperawatan di rumah sakit yang diwujudkan dalam bentuk
pengalokasian dana yang memadai untuk implementasi SIM
keperawatan, pemberian pelatihan bagi perawat tentang pelaksanaan
SIM keperawatan, pengadaan fasilitas informasi teknologi yang
memadai.
2. Perlu adanya integrasi program SIM dalam kurikulum pendidikan
keperawatan.
3. Peningkatan standarisasi tingkat pendidikan perawat agar memiliki
pemahaman yang tepat tentang teknologi informasi dalam keperawatan.
4. Adanya aspek legal berupa Undang-undang praktek keperawatan
5. Perlu adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan aplikasi SIM di Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen dalam
organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran
informasi. Sistem informasi mempunyai komponen komponen yaitu proses,
prosedur, strruktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan,
supplier, dan rekanan. (Eko,I.2001).
Beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan SIM keperawatan di
Indonesia adalah pengambil kebijakan dan SDM keperawatan yang belum siap
dengan sistem komputerisasi, Sedangkan faktor pendukungnya adalah adanya
kemudahan dalam mengakses informasi tentang SIM keperawatan.
Beberapa alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan
SIM keperawatan di Indonesia diantaranya adalah; peningkatan alokasi dana,
peningkatan kualitas SDM keperawatan, pengadaan fasilitas teknologi
informasi yang lebih memadai dan terintegrasinya program SIM keperawatan
dalam kurikulum pendidikan keperawatan.

B. Saran
Pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan perlu diterapkan, dimana fasilitas yang dibuat
menjadi lebih lengkap, karena memuat aspek pendokumentasian.
Perlu dibuat suatu mekanisme pendokumentasian yang mudah dan
cepat berkaitan dengan dokumentasi proses keperawatan dengan menggunakan
sistem informasi manajemen keperawatan.
Beberapa alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan
SIM Keperawatan di Indonesia diantaranya adalah peningkatan alokasi dana,
peningkatan kualitas SDM keperawatan. Pengadaan fasilitas teknologi
informasi yang lebih memadai dan terintegrasinya program SIM keperawatan
dalam kurikulum pendidikan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Kesehatan, 2001. Kebijakan dan strategi Pengembangan Sistem


Informasi Kesehatan Nasional. Depkes. RI. Jakarta
Eko, I.R. 2001. Manajemen Sistem Informasi dan Tehnologi Informasi. Jakarta:
Kelompok Gramedia.
http://budimanone.blogspot.co.id/2013/10/sistem-informasi-manajemen-keperawa
tan.html.
(Diakses Rabu, 11 November 2015, 05:40)
http://dwisetyorinini201093.blogspot.co.id/2013/10/sistem-informasi-manajemen-
keperawatan.html.
(Diakses Rabu, 11 November 2015, 05:40)
http://indonersiacenter.blogspot.co.id/2013/03/sistem-informasi-manajemen-keper
awatan_4.html.
(Diakses Rabu, 11 November 2015, 05:40)

Anda mungkin juga menyukai