Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PERWATAN DIRI PADA PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Latar Belakang

Kelompok adalah kemampuan individu yang memiliki hubungan satu

dengan yang lain, saling bergantung dan memiliki norma yang sama (Struart &

Laraira, 2001). Menurut Stuart dan Laraira, anggota kelompok datang dari

berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti

agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan

menarik. Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika kelompok, ketika

anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam

berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok. Kelompok sama dengan

individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang.

Tujuan dari sebuah kelompok adalah membantu anggotanya

berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan

maladaptif. adapun fungsi dari kelompok adalah sebagai tempat berbagi

pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara

menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan tempat untuk mencoba dan

menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku

yang adaptif.

Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan

keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Menurut Rawlins, William,

1
dan Beck (1993) dalam buku Keliat dan Akemat (2004), terapi kelompok

terdiri dari tiga yaitu terapi kelompok, kelompok terapeutik, dan terapi aktifitas

kelompok.

Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas

yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah

keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok

digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi

yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium

tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku

lama yang maladaptif.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan keadaan semata- mata keadaan

tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi ini menekankan kesehatan sebagai

suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekadar keadaan tanpa penyakit.

Orang yang memiliki kesejahteraan emosional, fisik, dan sosial dapat

memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif, dalam

kehidupan sehari-hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri

mereka sendiri. Tidak ada satupun definisi universal kesehatan jiwa, tetapi kita

dapat menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari perilakunya. Karena

perilaku seseorang dapat di lihat atau ditafsirkan berbeda oleh orang lain, yang

bergantung pada nilai dan keyakinan, maka penentuan definisi kesehatan jiwa

menjadi sulit (Sheila, 2008).

2
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan

sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal, yang memuaskan, perilaku

dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kesetabilan emosional.

Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang

penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya

distres atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang

penting) atau disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri,

disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (Sheila, 2008).

Keperawatan jiwa mempelajari berbagai macam kasus yang berhubungan

dengan gangguan jiwa sesorang. Salah satunya adalah defisit perawatan diri

(Personal Hygiene). Kurang perawatan diri pada klien dengan gangguan jiwa

merupakan: Suatu keadaan dimana seseorang mengalami kerusakan

kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan (kegiatan hidup sendiri).

Defisit perawatan diri merupakan akibat dari ketidakmampuan seseorang

dalam perawatan dirinya karena lupa akan caranya maupun ketidaktahuan

dalam perawatan diri. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan

merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri,

dan toileting secara mandiri.

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi

akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak

mampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias secara

3
mandiri, dan toileting seperti buang air besar/buang air kecil (Damaiyanti,

2008).

B. Landasan Teori

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri seperti kebersihan diri, berhias, makan dan toileting.

(Herdman, 2012).

Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan

untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis.

Pemenuhan perawatan diri di pengaruhi berbagai faktor diantaranya : budaya,

nilai sosial pada individu, atau kelurga, pengetahuan terhadap perawatan diri,

serta persepsi terhadap perawatan diri (Hidayat, 2006).

1. Tujuan

a. Tujuan Umum (TUM)

Tujuan umum untuk TAK defisit perawatan diri ini adalah klien mampu

memahami pentingnya kebersihan diri dan perawatan diri secara

maksimal.

b. Tujuan Khusus (TUK)

Tujuan khusus TAK defisit perawatan diri untuk, yaitu:

1) Klien mampu menyebutkan kegiatan kebersihan diri.

2) Klien mampu menyebutkan manfaat kebersihan diri.

3) Klien mampu menyebutkan cara kebersihan diri.

4) Klien mampu menyebutkan akibat tidak melakukan kebersihan diri.

4
5) Klien mampu menyebutkan alat kebersihan diri

6) Klien mampu menyebutkan waktu pelaksanaan kebersihan diri.

7) Klien mampu menyebutkan langkah-langkah kebersihan diri.

8) Klien mampu mendemonstrasikan perawatan diri.

2. Pengorganisasian

a. Struktur organisasi dalam TAK ini antara lain:

1) Leader : Muhammad Iqbal

2) Co-leader : Mildawati

3) Fasilitator : Dewi Hasdianti Putri

4) Observer : Isnaniah

3. Tugas dan Peran

a. Leader:

b. Menyusun rencana terapi aktivitas kelompok

c. Mengarahkan kelompok sesuai tujuan

d. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok dengan tertib

e. Memotivasi anggota untuk aktif selama kegiatan terapi aktivitas

kelompok

f. Menetralisir masalah yang mungkn timbul pada saat pelaksanaan

b. Co-leader:

a. Membantu leader mengoraganisasikan kelompok

b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader atau sebaliknya

c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang

5
c. Fasilitator :

a. Memfasilitasi media dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok

b. Mengatur jalannya aktivitas kelompok

c. Membantu kelompok berperan aktif

d. Berperan sebagai role model bagi klien selama proses aktivitas

kelompok

e. Mengantisipasi masalah yang akan terjadi

d. Observer :

a. Mengobservasi respon klien

b. Mencatat perilaku klien selama dinamika kelompok

c. Mencatat semua proses yang terjadi dan melaporkannya

4. JumlahPeserta

Peserta yang akan mengikuti terapi aktivitas kelompok berjumlah 5 orang

a. Tn. Ahmad Sopian

b. Tn. M.Mirhan

c. Tn. Mulyono

d. Tn. M.Yusuf

e. Tn. M.Tayyib

5. Karakteristik Klien

Adapun karakteristik klien yang mengikuti TAK ini meliputi:

a. Klien dengan defisit perawatan diri

b. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami

perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.

6
c. Klien dapat diajak bekerjasama (kooperatif)

6. Metode

Metode yang akan digunakan dalam TAK ini adalah:

Bermain peran atau simulasi

7. Alat

a. Buku catatan

b. Polpen

8. Rincian Kegiatan

Adapun rincian kegiatan TAK ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Waktu pelaksanaan : 08.30 - Selesai

b. Hari / Tanggal : Kamis, 26 Januari 2017

c. Alokasi Waktu

- Fase Orientasi : 5 menit

- Fase Kerja : 40 menit

- Fase Terminasi : 5 menit

d. Tempat : Ruang Yakut

e. Jumlah Klien : 5 orang

9. Langkah-langkah Kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien dengan indikasi, yaitu defisit perawatan diri.

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

7
2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada klien

2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis

3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien

4. Menyerahkan name tag kepada semua peserta TAK

b. Evaluasi/ Validasi

Menanyakan perasaan semua klien saat ini ?

c. Kontrak

1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu

mengidentifikasi kebersihan diri yang dialami klien.

2. Terapis menjelaskan aturan main berikut :

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin kepada terapis

b) Lama kegiatan 50 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja

a. Terapis memperkenalkan diri kepada peserta TAK, dan kemudian

meminta peserta TAK memperkenalkan diri secara bergantian.

b. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu

mengidentifikasi perawatan diri yang dialami klien tentang

manfaat, akibat, cara, dan mendemonstarsikan pada saat klien

melakukan perawatan diri.

8
c. Terapis mencontohkan bagaimana aturan tata tertib dan cara

bermain dalam terapi aktivitas kelompok

d. Fasilitator memainkan musik yang telah dipersiapkan, dan

kemudian mengedarkan bola kepada klien, yang kemudian akan

dioper kepada klien yang ada disampingnya. Apa bila musik sudah

berhenti, maka klien yang terakhir memegang bola diminta

menceritakan masalah kebersihan dirinya selama di rumah sakit.

Setelah itu klien diminta menunjuk salah satu temannya, kemudian

temannya tersebut juga harus menceritakan masalah kebersihan

dirinya.

e. Langkah tersebut diulang sampai semua klien mendapat giliran.

f. Terapis kemudian mengajarkan cara melakukan kebersihan diri

(mandi) dengan cara mendemontrasikan hal tersebut.

g. Simpulkan isi, waktu, situasi, perasaan klien, dan respon klien saat

perawatan diri.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2. terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Terapis meminta klien untuk melaporkan kegiatan kebersihan diri,

manfaat, cara, akibat tidak melakukan kebersihan diri, alat, cara

9
perawatan diri dan mendemonstrasikan kebersihan diri kepada

perawat.

c.Kontrak yang akan datang : Menyepakati untuk melaporkan apabila

muncul defisit perawatan diri dan memberitahukan kepada klien

untuk mengikuti TAK lainnya yang di lakukan oleh perawat

ruangan.

10. Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat TAK berlangsung, khususnya pada

tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai

dengan tujuan TAK. Secara khusus untuk TAK defisit perawatan diri,

kemampuan yang diharapkan adalah mengenal perawatan diri, dapat

menyebutkan manfaat perawatan diri, akibat tidak melakukan perawatan

diri, alat, cara perawatan diri, dan mendemonstrasikan perawatan diri.

Adapun formulir evaluasi sebagai berikut:

10
Keterangan:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal kebersihan diri:

isi, waktu, situasi, dan perasaan. Beri tanda jika mampu dan tanda X

jika klien tidak mampu.

b. Dokumentasi.

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada

catatan keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK simulasi

perawatan diri. Klien mampu menyebutkan perawatan diri ( manfaat,

akibat, cara), waktu ( pukul 12.00 siang), situasi (jika sedang makan).

Anjurkan klien mendemontrasikan perawatan diri setiap hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. ( 2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.

Keliat, B.A. dan Akemat. (2004). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktifitas Kelompok.

Jakarta : EGC

Stuart, G.W., dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric

Nursing (7thed). St. Louis: Mosby Year Book

DepKes (2000). Standar Pedoman Keperawatan Jiwa. Jakarta: DepKes

Nurhasanah. J. dkk, (2006). Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan.

Jakarta: TBK

Tarwoto & Wartonah (2000). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

12

Anda mungkin juga menyukai