LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN :
Nama : Tn. M
Umur/Tgl lahir : 59 tahun/ 07-03-1958
Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Tani / Perkebunan
RM : 993883
Pendidikan : Tamat SD/Sederajat
Tanggal Pemeriksaan : 8 November 2017
Status perkawinan : Menikah
Negeri Asal : Guguk nenas, RT/RW 0/0, Dsn. Guguk Nenas, Ds/Kel
Tanjung Gadang, Kab. Sijunjung, Prop Sumatera Barat
Agama : Islam
Nama Ibu Kandung : Rahimah
Suku : Minang
HP : 081270721665
Alamat : Guguk nenas, RT/RW 0/0, Dsn. Guguk Nenas, Ds/Kel
Tanjung Gadang, Kab. Sijunjung, Prop Sumatera Barat
II. ANAMNESIS :
Keluhan Utama :
Tukak pada kedua kaki, kedua lutut, dan kedua siku yang basah dan nyeri sejak 2
hari yang lalu.
1
- Awalnya pasien 5 hari yang lalu, pasien mengeluh kemerahan pada seluruh
tubuh disertai gelembung berisi cairan pada sebagian besar tubuh yang tidak
nyeri dan tidak gatal.
- Pasien berobat ke bidan dan diberi obat tablet 2 macam, 1 warna oranye kecil dan
1 warna putih besar yang diminum 2x sehari.
- 4 hari setelah itu, gelembung-gelembung pecah dan pasien mengoleskan salep
cina ke bekas gelembung yang pecah dan pasien merasa gelembung kemudian
mengering.
- 3 hari kemudian pasien diberi ramuan tradisional berupa dedaunan yang dibakar,
digiling, dan diberi minyak, ramuan dan dioleskan ke seluruh tubuh 2x sehari
sampai 1 hari yang lalu kemudian pasien
- Riwayat bercak merah disertai gelembung cairan yang tidak gatal dan tidak nyeri
8 bulan yang lalu, pasien berobat ke bidan dan keluhan dirasakan berkurang
dan menghilang. Pasien mengaku mendapatkan obat berwarna hijau dan putih
yang di konsumsi 2x sehari, pasien hanya mengkonsumsi selama 4 hari
- Riwayat menderita bercak merah atau putih yang mati rasa disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus disangkal.
Riwayat Pengobatan :
2
Riwayat Pekerjaan dan Sosial Ekonomi
Status Generalis :
Vital Sign
Status Dermatologikus :
3
kedua siku 5 cm x 3 cm x 0,5 cm dasar jaringan granulasi, tepi
rata, Pus (+).
Gambaran Klinis
4
5
Gangguan Sensibiltas
a. M. Orb. Okuli :1 2 3 4 5
b. M. abd. Digiti min. :1 2 3 4 5
c. M. Inter. Oss. Dors. :1 2 3 4 5
d. M. Abd. Poll. Brev :1 2 3 4 5
e. M. Tibialis Ant. : 1 2 3 4 5
Kelainan lain-lain
g) Madarosis : ada
6
i) Claw hand : tidak ada
IV. RESUME
Pasien laki-laki berumur 59 tahun dengan keluhan utama tukak pada kedua kaki,
kedua lutut, dan kedua siku yang terasa nyeri sejak 2 hari yang lalu. Awalnya pada 5
hari yang lalu pasien mengeluhkan tubuh memerah dan muncul gelembung bersisi cairan
pada sebagian besar tubuh yang tidak nyeri dan tidak gatal. Pasien berobat ke bidan dan
mendapatkan 2 jenis obat yang tidak diketahui namanya. 4 hari kemudia, gelembung-
gelembung di tubuh pasien pecah dan pasien mengoleskan minyak cina kuning ke seluruh
badan dan merasa gelembung yang pecah mengering. Setelah itu, pasien diberi ramuan
dan dedaunan yang dibakar kemudian digiling lalu dioleskan ke tubuh pasien 2x sehari
sampai sehari yang lalu. Keluhan sudah dirasakan pasien sejak 8 bulan yang lalu.
Pasien memgeluh kulitnya mengeluas dan muncul tukak di kedua kaki, kedua
lutut, dan kedua siku. Pasien adalah rujukan dari RSUD Batusangkar dengan diagnose
kerja gas gangrene ekstrimitas inferior dan superior. Riwayat. Keluarga pasien dan orang-
orang disekitar pasien tidak pernah mengalami keluhan Bercak merah yang mati rasa
sebelumnya..Riwayat Diabetes Melitus tipe II disangkal.
7
batas tidak tegas, ukuran plakat. Effloresensi multiple ulkus dengan ukuran terbesar 14
cm x 5 cm x 1 cm. Tepi rata, dasar jaringan granulasi dan berisi pus. Pada pemeriksaan
sensibilitas didapatkan anestesi pada kedua kaki
V. DIAGNOSIS KERJA
Ulkus diabetikum
A. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan BTA : +5
0 BTA
+1 1 10/ 100
L.P
+2 1 10/ 10
L.P
+3 1 10/ 1 L.P
+4 10 100/ 1
L.P
+5 101 1000/
1 L.P
+6 > 1000/ 1
L.P
B. Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan Histopatologi
8
VIII. TATALAKSANA
Terapi Umum:
Terapi Khusus:
Perawatan luka
X. PROGNOSIS
9
DISKUSI
Morbus Hansen adalah satu penyakit menular kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae. M. leprae merupakan organisme intraseluler obligat yang
menyerang saraf perifer sebagai afinitas pertama). Telah dilaporkan kasus seorang pasien
laki-laki berumur 59 tahun dirawat di bangsal Kulit dan Kelamin RSUP Dr.M.Djamil
Padang pada tanggal 19 Oktober 2017 dengan diagnosis Morbus Hansen. Berdasarkan
data epidemiologi , perbandingan kejadian MH antara laki-laki dan perempuan ialah 2:1.
MH dapat menyerang semua usia, tetapi di negara berkembang insiden sering terjadi pada
anak-anak. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih endemic kusta.
Dari anamnesis diketahui keluhan pasien berupa adanya tukak pada kedua
kaki, kedua lutut, punggung dan kedua siku yang terasa nyeri sejak 2 hari yang
lalu. Lesi tersebuat awalnya muncul sekitar 8 bulan yang lalu pada punggung
kedua kaki. Pasien juga tergolong ke dalam sosial ekonomi rendah, yang selain
merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit kusta juga dapat memperberat
penyakitnya. Berdasarkan teori, lesi morbus Hansen tipe LL dapat berupa makula,
infiltrat difus, papul, ataupun nodus, dengan jumlah yang tidak terhitung, dan
distribusi simetris. Permukaan lesi halus berkilat, batas tidak jelas, dan anesthesia
tidak ada sampai tidak jelas. Pada pasien ini ditemukan lesi pada telinga,
punggung, bokong, kedua kaki sampai 1/3 paha bawah, dengan jumlah sangat
banyak (>5). Pada pasien ini juga didapatkan anestesi pada kedua kakinya.
Berdasarkan pemeriksaan BTA didapatkan hasil positif, sesuai teori, hasil
pemeriksaan BTA pada morbus Hansen tipe LL yaitu ditemukan banyak kuman
10
(terdapat globus). Pada pemeriksaan sensibilitas yang dilakukan pada kedua kaki,
ditemukan gangguan sensibilitas pada kedua kaki. Hal ini menunjukkan adanya
kecacatan pada pasien.Kecacatan dapat terjadi apabila penderita kusta tersebut
terlambat didiagnosis dan tidak mendapatkan MDT sehingga memiliki risiko
tinggi mengalami kerusakan saraf. Kerusakan saraf terutama berbentuk nyeri
saraf, hilangnya sensibilitas, dan berkurangnya kekuatan otot. WHO Expert
Committee on Leprosy membuat klasifikasi cacat pada tangan dan kaki, serta mata
bagi penderita kusta.
Tingkat 1 Ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan atau deformitas yang terlihat.
Tingkat 1 Ada kelainan/kerusakan pada mata, tetapi tidak terlihat. Visus sedikit menurun.
Visus 6/60 atau lebih baik (dapat menghitung jari pada jarak 6 meter).
Tingkat 2 Ada kelainan/kerusakan mata yang terlihat, misalnya lagoftalmus, iritis, dan
kekeruhan kornea. Gangguan visus/penglihatan berat (visus kurang dari 6/60,
tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 meter).
Catatan : kerusakan atau deformitas pada tangan dan kaki termasuk ulserasi, absorpsi,
mutilasi, dan kontraktur; sedangkan pada mata termasuk anestesi kornea, iridosiklitis, dan
lagoftalmus
Tujuan utama pengobatan kusta, yaitu memutuskan mata rantai penularan untuk
menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, serta mencegah
timbulnya penyakit. Untuk penatalaksaan pada pasien ini meliputi penjelasan mengenai
penyakit (penyebab, penularan dan komplikasi), pengobatan pada pasien dan keluarga,
serta kontrol rutin tiap bulan ke Puskesmas, berobat teratur sampai dinyatakan sembuh,
dan mengistirahatkan kaki yang memiliki tukak. Untuk mencegah terjadinya luka baru,
11
dijelaskan pada pasien bahwa daerah yang mati rasa merupakan tempat risiko terjadinya
luka, dan luka merupakan tempat masuknya kuman sehingga hindari luka dengan cara
selalu memakai alas kaki saat berdiri dan berjalan, jangan berjalan terlalu lama, dan bila
ingin berpergian jauh dianjurkan untuk memakai kendaraan, serta berhati - hati terhadap
api, air panas, dan benda-benda panas lainnya. Menjelaskan pada pasien bahwa
penggunaan rifampisin menyebabkan warna buang air kecil berwarna merah sehingga
pasien tidak perlu khawatir, memberitahu pada pasien jika terdapat efek samping obat
segera kembali ke dokter untuk mendapat penanganan selanjutnya, serta menerangkan
kepada pasien, untuk segera kembali ke Puskesmas jika penyakit bertambah parah,
seperti lesi menjadi merah disertai nyeri, dan jika ada keluarga yang menderita keluhan
yang sama segera dibawa berobat. Terapi khusus yang diberikan berupa Paket MH tipe
MB yang berwarna merah, yang terdiri dari rifampicin 600 mg pada hari pertama,
klofazimin 300 mg pada hari pertama, dan dilanjutkan 50 mg setiap harinya, serta dapson
100 mg setiap hari. Lama pengobatan 12 dosis ini bisa diselesaikan selama 12-18 bulan.
Selama pengobatan dilakukan pemeriksaan secara klinis setiap bulan dan secara
bakterioskopis minimal setiap 3 bulan. Setelah selesai minum 24 dosis obat ini dan hasil
bakterioskopis negatif, pasien dinyatakan RFT (Realease From Treatment), yaitu berhenti
minum obat. Masa pengamatan setelah RFT dilakukan secara pasif untuk tipe MB selama
5 tahun. Jika bakterisokopis tetap negatif dan klinis tidak ada keaktifan baru, maka
dinyatakan bebas dari pengamatan atau disebut RFC (Release From Control).
Cara terbaik untuk melakukan pencegahan cacat atau prevention of disabilities
(POD) adalah dengan melaksanakan diagnosis dini kusta, pemberian pengobatan MDT
yang cepat dan tepat. Namun, pasien dengan tangan dan kaki yang tidak sensitif terhadap
luka dan tidak mengetahuinya, akan menyebabkan luka tersebut terinfeksi dan seiring
berjalannya waktu mengakibatkan terjadinya deformitas yang irreversibel. Berikut ini
beberapa cara melakukan perawatan pada tangan dan kaki :
12
Kaki dengan ulkus Bersihkan ulkus dan berikan antiseptik, serta beristirahat.
disertai dengan discharge Jika dalam 4 minggu tidak ada perubahan, segera ke RS.
13