Anda di halaman 1dari 13

BAB 3

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN :

Nama : Tn. M
Umur/Tgl lahir : 59 tahun/ 07-03-1958
Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Tani / Perkebunan
RM : 993883
Pendidikan : Tamat SD/Sederajat
Tanggal Pemeriksaan : 8 November 2017
Status perkawinan : Menikah
Negeri Asal : Guguk nenas, RT/RW 0/0, Dsn. Guguk Nenas, Ds/Kel
Tanjung Gadang, Kab. Sijunjung, Prop Sumatera Barat
Agama : Islam
Nama Ibu Kandung : Rahimah
Suku : Minang
HP : 081270721665
Alamat : Guguk nenas, RT/RW 0/0, Dsn. Guguk Nenas, Ds/Kel
Tanjung Gadang, Kab. Sijunjung, Prop Sumatera Barat

II. ANAMNESIS :

Seorang pasien Tn. M laki-laki 59 tahun rujukan RSUD Batusangkar ke bagian


surgical IGD RSUP DR M. Djamil pada tanggal 19 Oktober 2017

Keluhan Utama :

Tukak pada kedua kaki, kedua lutut, dan kedua siku yang basah dan nyeri sejak 2
hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

1
- Awalnya pasien 5 hari yang lalu, pasien mengeluh kemerahan pada seluruh
tubuh disertai gelembung berisi cairan pada sebagian besar tubuh yang tidak
nyeri dan tidak gatal.
- Pasien berobat ke bidan dan diberi obat tablet 2 macam, 1 warna oranye kecil dan
1 warna putih besar yang diminum 2x sehari.
- 4 hari setelah itu, gelembung-gelembung pecah dan pasien mengoleskan salep
cina ke bekas gelembung yang pecah dan pasien merasa gelembung kemudian
mengering.
- 3 hari kemudian pasien diberi ramuan tradisional berupa dedaunan yang dibakar,
digiling, dan diberi minyak, ramuan dan dioleskan ke seluruh tubuh 2x sehari
sampai 1 hari yang lalu kemudian pasien

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat bercak merah disertai gelembung cairan yang tidak gatal dan tidak nyeri
8 bulan yang lalu, pasien berobat ke bidan dan keluhan dirasakan berkurang
dan menghilang. Pasien mengaku mendapatkan obat berwarna hijau dan putih
yang di konsumsi 2x sehari, pasien hanya mengkonsumsi selama 4 hari
- Riwayat menderita bercak merah atau putih yang mati rasa disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus disangkal.

Riwayat Pengobatan :

- Riwayat vaksinasi tidak diketahui.

Riwayat Penyakit Keluarga/atopi :

- Riwayat bersin-bersin pagi hari tidak ada


- Riwayat alergi makanan tidak ada.
- Riwayat alergi obat tidak ada.
- Riwayat mata merah, gatal, dan berair tidak ada.
- Riwayat asma tidak ada
- Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki riwayat atopi seperti yang
disebutkan di atas.
- Tidak ada anggota keluarga pasien, tetangga, sahabat, ataupun orang-orang yang
sering berada disekitar pasien yang pernah mengalami atau sedang mengalami
keluhan tukak atau kulit yang mati rasa seperti pasien.
- Tidak ada anggota keluarga pasien, tetangga, sahabat, ataupun orang-orang yang
sering berada disekitar pasien yang pernah minum obat paket MDT ataupun OAT.
- Tidak ada anggota keluarga pasien, tetangga, sahabat, ataupun orang-orang yang
sering berada disekitar pasien yang punya riwayat batuk-batuk lama.

2
Riwayat Pekerjaan dan Sosial Ekonomi

- Pasien seorang petani.


- Keluarga pasien termasuk sosial ekonomi rendah
- Pasien memiliki 6 orang anak. Saat ini pasien hanya tinggal berempat dengan istri
pasien dan kedua anak pasien. Keenam anak pasien sudah merantau dan tinggal
di rumah masing-masing. Istri dan semua anak pasien tidak ada yang memiliki
keluhan bercak merah yang mati rasa seperti pada pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :

- Keadaan umum : sedang


- Keadaan gizi : BB 60 kg, TB 160 cm (IMT = 23 kg/m2)
- Kesadaran : komposmetis kooperatif
- Mata : konjungtiva tidak anemis
- Hidung : dalam batas normal
- Jantung : dalam batas normal
- Paru-paru : dalam batas normal
- Abdomen : dalam batas normal
- KGB Regional : tidak teraba pembesaran KGB

Vital Sign

- Tekanan Darah : 110/70 mmHg


- Frekuensi Nadi : 96x/menit
- Frekuensi Napas : 24x/menit
- Temperatur
: 37,2 C

Status Dermatologikus :

- Lokasi : sebagian besar tubuh


- Distribusi : generalisata
- Bentuk : tidak khas
- Susunan : tidak khas
- Batas : tidak tegas
- Ukuran lesi : plakat
- Effloresensi : makula, erosi, eskoriasi, krusta kehitaman,
Ulkus multiple dipunggung dengan ukuran terbesar 10 cmx 4
cmx 1 cm, dasar jaringan granulasi, dan bokong kiri ukuran
terbesar 12 cm x 5 cm x 0,5 cm dasar jaringan granulasi, kedua
kaki ukuran 14cm x 5 cm x 1 cm dasar jaringan granulasi dan

3
kedua siku 5 cm x 3 cm x 0,5 cm dasar jaringan granulasi, tepi
rata, Pus (+).

Gambaran Klinis

4
5
Gangguan Sensibiltas

- Rasa Tusuk : Anestesi pada kedua kaki

- Rasa Raba : anestesi pada kedua kaki

- Rasa suhu : Anestesi pada kedua kaki

Pembesaran saraf perifer

- N. Aurikularis magnus: Tidak ada pembesaran, tidak nyeri

- N. Ulnaris : Tidak dapat dinilai

- N. Peroneus lateral : Tidak dapat dinilai


- N. Tibialis posterior : Tidak dapat dinilai

Tes Kekuatan Otot

a. M. Orb. Okuli :1 2 3 4 5
b. M. abd. Digiti min. :1 2 3 4 5
c. M. Inter. Oss. Dors. :1 2 3 4 5
d. M. Abd. Poll. Brev :1 2 3 4 5
e. M. Tibialis Ant. : 1 2 3 4 5

Kelainan lain-lain

a) Kontraktur : tidak ada

b) Mutilasi : tidak ada

c) Absorbsi : tidak ada

d) Atrofi otot : tidak ada

e) Xerosis kutis : tidak ada

f) Ulkus trofik : tidak ada

g) Madarosis : ada

h) Lagophthalmus : tidak ada

6
i) Claw hand : tidak ada

j) Ape hand : tidak ada

k) Wrist drop : tidak ada

l) Dropped foot : tidak ada

m) Fasies leonina : tidak ada

STATUS VENEROLOGIKUS : tidak ada kelainan

KELAINAN SELAPUT : tidak ada kelainan

KELAINAN KUKU : tidak ada kelainan

KELAINAN RAMBUT : tidak ada kelainan

KELAINAN KELENJAR LIMFE : tidak ada kelainan

IV. RESUME

Pasien laki-laki berumur 59 tahun dengan keluhan utama tukak pada kedua kaki,
kedua lutut, dan kedua siku yang terasa nyeri sejak 2 hari yang lalu. Awalnya pada 5
hari yang lalu pasien mengeluhkan tubuh memerah dan muncul gelembung bersisi cairan
pada sebagian besar tubuh yang tidak nyeri dan tidak gatal. Pasien berobat ke bidan dan
mendapatkan 2 jenis obat yang tidak diketahui namanya. 4 hari kemudia, gelembung-
gelembung di tubuh pasien pecah dan pasien mengoleskan minyak cina kuning ke seluruh
badan dan merasa gelembung yang pecah mengering. Setelah itu, pasien diberi ramuan
dan dedaunan yang dibakar kemudian digiling lalu dioleskan ke tubuh pasien 2x sehari
sampai sehari yang lalu. Keluhan sudah dirasakan pasien sejak 8 bulan yang lalu.

Pasien memgeluh kulitnya mengeluas dan muncul tukak di kedua kaki, kedua
lutut, dan kedua siku. Pasien adalah rujukan dari RSUD Batusangkar dengan diagnose
kerja gas gangrene ekstrimitas inferior dan superior. Riwayat. Keluarga pasien dan orang-
orang disekitar pasien tidak pernah mengalami keluhan Bercak merah yang mati rasa
sebelumnya..Riwayat Diabetes Melitus tipe II disangkal.

Pemeriksaan status dermatologikus pasien lokasi di kedua kaki, kedua lutut,


punggung dan kedua siku. Ditribusi terlokalisir, bentuk tidak khas, susunan tidak khas,

7
batas tidak tegas, ukuran plakat. Effloresensi multiple ulkus dengan ukuran terbesar 14
cm x 5 cm x 1 cm. Tepi rata, dasar jaringan granulasi dan berisi pus. Pada pemeriksaan
sensibilitas didapatkan anestesi pada kedua kaki

V. DIAGNOSIS KERJA

Suspek Morbus Hansen tipe LL

VI. DIAGNOSIS BANDING

Ulkus diabetikum

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan BTA : +5

Tabel indeks bakteri

0 BTA

+1 1 10/ 100
L.P

+2 1 10/ 10
L.P

+3 1 10/ 1 L.P

+4 10 100/ 1
L.P

+5 101 1000/
1 L.P

+6 > 1000/ 1
L.P

B. Pemeriksaan Anjuran

Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan darah lengkap

8
VIII. TATALAKSANA

Terapi Umum:

1. Menjelaskan tentang penyebab penyakit kusta, perjalanan penyakit, penularan,


jenis dan cara pengobatan dan pencegahan kecacatan
2. Menjelaskan lama pengobatan penyakit kusta selama 12 bulan dan harus
dilakukan secara teratur.
3. Menjelaskan cara memakan obat kepada pasien.
4. Menjelaskan efek samping obat penyakit kusta, seperti efek samping Rifampisin
(jarang menimbulkan efek samping karena hanya diberikan satu kali dalam
sebulan)
5. Memberikan edukasi kepada pasien untuk segera datang ke pelayanan kesehatan
jika lesi yang ada menjadi lebih merah, bengkak, disertai kehilangan fungsi dan
timbul lesi baru.
6. Menjelaskan kepada pasien mengenai penatalaksanaan dan pencegahan kecacatan
dilakukan dengan 3M, yaitu:
- Memeriksa mata, tangan dan kaki secara teratur
- Melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma fisik
- Merawat diri

Terapi Khusus:

Perawatan luka

Rifampisin 600 mg setiap bulan

DDS 100 mg/hari

Klofazimin 300 mg setiap bulan

X. PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam

Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

Quo Ad Cosmeticum : Dubia Ad Malam

Quo Ad Functionam : Dubia Ad Bonam

9
DISKUSI

Morbus Hansen adalah satu penyakit menular kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae. M. leprae merupakan organisme intraseluler obligat yang
menyerang saraf perifer sebagai afinitas pertama). Telah dilaporkan kasus seorang pasien
laki-laki berumur 59 tahun dirawat di bangsal Kulit dan Kelamin RSUP Dr.M.Djamil
Padang pada tanggal 19 Oktober 2017 dengan diagnosis Morbus Hansen. Berdasarkan
data epidemiologi , perbandingan kejadian MH antara laki-laki dan perempuan ialah 2:1.
MH dapat menyerang semua usia, tetapi di negara berkembang insiden sering terjadi pada
anak-anak. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih endemic kusta.
Dari anamnesis diketahui keluhan pasien berupa adanya tukak pada kedua
kaki, kedua lutut, punggung dan kedua siku yang terasa nyeri sejak 2 hari yang
lalu. Lesi tersebuat awalnya muncul sekitar 8 bulan yang lalu pada punggung
kedua kaki. Pasien juga tergolong ke dalam sosial ekonomi rendah, yang selain
merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit kusta juga dapat memperberat
penyakitnya. Berdasarkan teori, lesi morbus Hansen tipe LL dapat berupa makula,
infiltrat difus, papul, ataupun nodus, dengan jumlah yang tidak terhitung, dan
distribusi simetris. Permukaan lesi halus berkilat, batas tidak jelas, dan anesthesia
tidak ada sampai tidak jelas. Pada pasien ini ditemukan lesi pada telinga,
punggung, bokong, kedua kaki sampai 1/3 paha bawah, dengan jumlah sangat
banyak (>5). Pada pasien ini juga didapatkan anestesi pada kedua kakinya.
Berdasarkan pemeriksaan BTA didapatkan hasil positif, sesuai teori, hasil
pemeriksaan BTA pada morbus Hansen tipe LL yaitu ditemukan banyak kuman

10
(terdapat globus). Pada pemeriksaan sensibilitas yang dilakukan pada kedua kaki,
ditemukan gangguan sensibilitas pada kedua kaki. Hal ini menunjukkan adanya
kecacatan pada pasien.Kecacatan dapat terjadi apabila penderita kusta tersebut
terlambat didiagnosis dan tidak mendapatkan MDT sehingga memiliki risiko
tinggi mengalami kerusakan saraf. Kerusakan saraf terutama berbentuk nyeri
saraf, hilangnya sensibilitas, dan berkurangnya kekuatan otot. WHO Expert
Committee on Leprosy membuat klasifikasi cacat pada tangan dan kaki, serta mata
bagi penderita kusta.

Cacat Pada Tangan dan Kaki


Tingkat 0 Tidak ada gangguan sensibilitas, tidak ada kerusakan atau deformitas yang
terlihat.

Tingkat 1 Ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan atau deformitas yang terlihat.

Tingkat 2 Terdapat kerusakan atau deformitas

Cacat Pada Mata


Tingkat 0 Tidak ada kelainan/kerusakan pada mata, termasuk visus.

Tingkat 1 Ada kelainan/kerusakan pada mata, tetapi tidak terlihat. Visus sedikit menurun.
Visus 6/60 atau lebih baik (dapat menghitung jari pada jarak 6 meter).

Tingkat 2 Ada kelainan/kerusakan mata yang terlihat, misalnya lagoftalmus, iritis, dan
kekeruhan kornea. Gangguan visus/penglihatan berat (visus kurang dari 6/60,
tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 meter).

Catatan : kerusakan atau deformitas pada tangan dan kaki termasuk ulserasi, absorpsi,
mutilasi, dan kontraktur; sedangkan pada mata termasuk anestesi kornea, iridosiklitis, dan
lagoftalmus

Tujuan utama pengobatan kusta, yaitu memutuskan mata rantai penularan untuk
menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, serta mencegah
timbulnya penyakit. Untuk penatalaksaan pada pasien ini meliputi penjelasan mengenai
penyakit (penyebab, penularan dan komplikasi), pengobatan pada pasien dan keluarga,
serta kontrol rutin tiap bulan ke Puskesmas, berobat teratur sampai dinyatakan sembuh,
dan mengistirahatkan kaki yang memiliki tukak. Untuk mencegah terjadinya luka baru,

11
dijelaskan pada pasien bahwa daerah yang mati rasa merupakan tempat risiko terjadinya
luka, dan luka merupakan tempat masuknya kuman sehingga hindari luka dengan cara
selalu memakai alas kaki saat berdiri dan berjalan, jangan berjalan terlalu lama, dan bila
ingin berpergian jauh dianjurkan untuk memakai kendaraan, serta berhati - hati terhadap
api, air panas, dan benda-benda panas lainnya. Menjelaskan pada pasien bahwa
penggunaan rifampisin menyebabkan warna buang air kecil berwarna merah sehingga
pasien tidak perlu khawatir, memberitahu pada pasien jika terdapat efek samping obat
segera kembali ke dokter untuk mendapat penanganan selanjutnya, serta menerangkan
kepada pasien, untuk segera kembali ke Puskesmas jika penyakit bertambah parah,
seperti lesi menjadi merah disertai nyeri, dan jika ada keluarga yang menderita keluhan
yang sama segera dibawa berobat. Terapi khusus yang diberikan berupa Paket MH tipe
MB yang berwarna merah, yang terdiri dari rifampicin 600 mg pada hari pertama,
klofazimin 300 mg pada hari pertama, dan dilanjutkan 50 mg setiap harinya, serta dapson
100 mg setiap hari. Lama pengobatan 12 dosis ini bisa diselesaikan selama 12-18 bulan.
Selama pengobatan dilakukan pemeriksaan secara klinis setiap bulan dan secara
bakterioskopis minimal setiap 3 bulan. Setelah selesai minum 24 dosis obat ini dan hasil
bakterioskopis negatif, pasien dinyatakan RFT (Realease From Treatment), yaitu berhenti
minum obat. Masa pengamatan setelah RFT dilakukan secara pasif untuk tipe MB selama
5 tahun. Jika bakterisokopis tetap negatif dan klinis tidak ada keaktifan baru, maka
dinyatakan bebas dari pengamatan atau disebut RFC (Release From Control).
Cara terbaik untuk melakukan pencegahan cacat atau prevention of disabilities
(POD) adalah dengan melaksanakan diagnosis dini kusta, pemberian pengobatan MDT
yang cepat dan tepat. Namun, pasien dengan tangan dan kaki yang tidak sensitif terhadap
luka dan tidak mengetahuinya, akan menyebabkan luka tersebut terinfeksi dan seiring
berjalannya waktu mengakibatkan terjadinya deformitas yang irreversibel. Berikut ini
beberapa cara melakukan perawatan pada tangan dan kaki :

Perawatan Pada Kaki


Kaki kering dengan fisura Merendam kaki selama 20 menit setiap hari di dalam air.
Gunakan sepatu/sandal yang dapat melindungi kaki dari
luka.
Lepuh di telapak kaki Balut lepuh dengan kain yang bersih, serta gunakan kassa
atau di antara jari kaki dan perban.
Kaki dengan ulkus tanpa Bersihkan ulkus dengan sabun dan air. Gunakan kain
disertai discharge penutup yang bersih. Disarankan untuk istirahat.

12
Kaki dengan ulkus Bersihkan ulkus dan berikan antiseptik, serta beristirahat.
disertai dengan discharge Jika dalam 4 minggu tidak ada perubahan, segera ke RS.

Perawatan Pada Tangan


Luka pada tangan saat Bersihkan luka dan gunakan kain penutup yang bersih,
bekerja atau memasak istirahat. Gunakan pelindung pada tangan saat
bekerja/memasak.
Tangan yang kering Merendam kaki selama 20 menit setiap hari di dalam air.
dengan fisura
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam untuk quo ad vitam,
funngsionam dan sanationam, serta dubia ad malam untuk quo ad kosmetikumnya.

13

Anda mungkin juga menyukai