Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan
fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon
terhadap terapi tersebut. Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh
data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang
tepat bagi klien. (Manning,1996)
Di dalam sistem muskuloskeletal memang sangat diperlukan pemeriksaan
fisik untuk memastikan hasil anamnesa yang mana sistem muskuloskeletal itu
sendiri yaitu susunan tulang atau skelet (kerangka) merupakan salah satu unsur
sistem penegak dan penggerak tulang-tulang manusia yang dihubungkan satu
dengan yang lain melalui sambungan dengan tulang atau persendian sehingga
terbentuk kerangka yang merupakan sistem lokomotor pasif, selanjutnya akan
diatur oleh alat-alat lokomtif aktif dari otot. (McGlynn,1995)
Sistem skelet ini berfungsi untuk memberikan bentuk pada tubuh sehingga
terlihat bentuk yang sangat sempurna dibandingkan makhluk lain, menahan
seluruh tubuh supaya tidak roboh, dan tampak kuat dan kekar, melindungi alat
yang lunak dan penting seperti otak, jantung dan paru-paru, dan tempat
melekatnya otot untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot, serta tempat
pembuatan sel darah merah. (Parker,2007)

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

1
Menyikapi kasus-kasus atau trauma yang terjadi pada sistem
muskuloskeletal agar dapat mencegah terjadinya komplikasi dan kemungkinan
buruk yang akan terjadi bila tidak ditangani sedini mungkin.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui data dasar tentang otot, tulang dan persendian.


b. Untuk mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada
bagian bagian tertentu.

1.3. Manfaat

1.3.1. Penulis
a. Meningkatkan pengetahuan tentang teknik mendiagnosis kelainan pada
berbagai organ dan sistem dengan tepat berdasarkan data-data klinik yang di
peroleh.
b. Meningkatkan pengetahuan dalam memahami anatomi sistem
muskuloskeletal, fisiologi dari sistem muskuloskeletal serta menentukan
pemeriksaan klinik, mengidentifikasi kelainan pada berbagai organ dari sistem
muskuloskeletal.

1.3.2. Kampus
a. Menjadi referensi tembahan dalam perkuliahan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Anatomi dan fisiologi mengikuti rangkaian kepala hingga jari kaki


dengan dimulai dari rahang serta persendian ekstremitas atas, kemudian berlanjut
ke tulang belakang dan pinggul serta persendian ekstremitas bawah.
(Bickley,2012)

Gambar 1. Sistem Muskuloskeletal

Gambar 2. Ekstremitas Atas

3
Gambar 3. Ekstremitas Bawah

2.1.1. Tulang

Rangka manusia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian


poros tubuh (aksial) dan bagian alat gerak (apendikular). Bagian aksial terdiri atas
80 tulang pada manusia dewasa umumnya. Sedangkan bagian apendikular terdiri
atas 126 tulang pada manusia dewasa umumnya. Dimana bagian apendikular
terdiri dari 64 tulang bagian apendikular atas dan 62 tulang bagian apendukular
bawah. (Parker,2007)

2.1.1.1. Bagian Aksial Terdiri Dari:


1. Tulang Tengkorak terdiri dari : (Parker,2007)
a. Tulang Tempurung Kepala (os cranium)
Terdiri dari :
Tulang dahi (os frontale)
Tulang kepala belakang (os occipitale)
Tulang ubun-ubun (os parietale)
Tulang tapis (os ethmoidale)
Tulang baji (os sphenoidale)
Tulang pelipis (os temporale)

b. Tulang Muka (os splanchocranium)


Terdiri dari :

4
Tulang hidung (os nasale)
Tulang langit-langit (os pallatum)
Tulang air mata (os lacrimale)
Tulang rahang atas (os maxilla)
Tulang rahang bawah (os mandibula)
Tulang pipi (os zygomaticum)
Tulang lidah (os hyoideum)
Tulang pisau luku (os vomer)

Gambar 4. Tulang Muka

2. Tulang Dada (os sternum)


Tulang Dada terdiri dari tiga bagian yaitu : (Parker,2007)
Hulu (os manubrium sterni)
Badan (os corpus sterni)
Taju pedang (os xiphoid prosesus)

Gambar 5. Tulang Dada

5
3. Tulang Rusuk (os costae)
Terdiri dari : (Parker,2007)
Tulang rusuk sejati (os costae vera)
Tulang rusuk palsu (os costae sporia)
Tulang rusuk melayang (os costae fluctuantes)

4. Tulang Belakang (os vertebrae)


Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang
terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri
dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua kaki atau pediculus dan
dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus
articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut
membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung
disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang
belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui
celah yang disebut foramen intervertebrale. (Snell,2006)
Tulang Belakang terdiri dari : (Parker,2007)
Tulang leher (os cervical) C 1-7
Tulang punggung (os thoraxalis) Th 1-12
Tulang pinggang (os lumbar) L 1-5
Tulang kelangkang (os sacrum) S 1-5
Tulang ekor (os cocigeus) Co 1-5

Gambar 6. Tulang Belakang


5. Tulang Gelang Bahu
Terdiri dari : (Parker,2007)
Tulang belikat (os scapula)
Tulang selangka (os clavicula)

6
6. Tulang Gelang Panggul
Terdiri dari : (Parker,2007)
Tulang usus (os illium)
Tulang pinggul (os pelvis)
Tulang duduk (os ichium)
Tulang kemaluan (os pubis)

2.1.1.2. Bagian Apendikuler Terdiri Dari:


1. Tulang Lengan
Terdiri dari : (Parker,2007)
Tulang hasta (os ulna)
Tulang pengumpil (os radius)
Tulang pergelangan tangan (os carpal)
Tulang telapak tangan (os metacarpal)
Tulang jari tangan (os phalanges manus)
Tulang lengan atas (os humerus)

Gambar 7. Tulang Lengan

2. Tulang Tungkai
Terdiri dari : (Parker,2007)
Tulang paha (os femur)
Tulang tempurung lutut (os patella)
Tulang kering (os tibia)
Tulang betis (os fibula)
Tulang pergelangan kaki (os tarsal)

7
Tulang telapak kaki (os metatarsal)
Tulang jari kaki (os phalanges pedis)

2.2. Myologi

Cabang ilmu anatomi yang mempelajari tentang otot & struktur yang ada
hubungannya dengan otot, misal : tendon, aponeurosis, bursa dan fascia.
(Swartz,1997)
Tendon adalah serabut yang keras berupa jaringan ikat fibrosa yang
biasanya menghubungkan otot ke tulang dan mampu bertahan terhadap
ketegangan.Tendon mirip dengan ligamen dan fascia karena mereka semua
terbuat dari kolagen di mana ligamen menghubungkan satu tulang ke tulang yang
lain, sedangkan fascia menghubungkan otot ke otot lain. (Parker,2007)

Gambar 8. Myologi (Struktur Otot)

2.2.1. Jenis Otot

Ada 3 tipe otot, yaitu : (Parker,2007)


a. Otot Skelet / Seran Lintang / Otot Lurik
Memiliki desain yang efektif untuk pergerakan yang spontan dan
membutuhkan tenaga besar. Pergerakannya diatur sinyal dari sel saraf motorik.
Otot ini menempel pada kerangka dan digunakan untuk pergerakan.

8
b. Otot polos
Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja
dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom. Otot polos
dibangun oleh sel-sel otot yang terbentuk gelondong dengan kedua ujung
meruncing, serta mempunyai satu inti.
c. Otot jantung
Otot yang ditemukan dalam jantung ini bekerja secara terus-menerus tanpa
henti, pergerakannya tidak dipengaruhi sinyal saraf pusat

2.2.2. Kelompok Otot

Ada 3 kelompok otot yang melekat pada bahu : (Bickley,2012)

a) Kelompok Scapulohumeri
b) Kelompok Aksioskapula
c) Kelompok Aksiohumeri

2.3. Teknik Pemeriksaan Sistem Muskuloskeletal

2.3.1. SENDI BAHU


(Bickley,2012)
Inspeksi
- Amati bahu dan lengkung bahu dari sebelah anterior, dan lakukan
inspeksi scapula serta otot yang terkait dengannya dari sebelah
posterior. Perhatikanlah setiap adanya pembengkakan, deformitas atau
atrofi otot atau fasikulasi (tremor halus) pada otot.
Palpasi
- Jika terdapat riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk bagian
yang merasa nyeri, lokasi nyeri dapat menunjukan asal nyerinya :
a) Puncak bahu yang menjalar ke leher - artikulasio
acromioklavikularis
b) Permukaan lateral bahu yang menjalar ke insersio
deltoideus - otot rotator cuff
c) Bahu anterior tendon bisipitalis

9
Kisaran Gerak dan Manuver
Keenam gerakan pada lengkung bahu adalah fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi, dan rotasi internal serta eksternal. Amati gerakan yang lancar
dan mengalir saat perawat berdiri didepan pasien dan minta pasien untuk :
a. Mengangkat kedua lengan (abduksi) hingga setinggi bahu (sudut 900)
dengan telapak tangan menghadap kebawah (tes gerakan murni
glenohumeral)
b. Mengangkat kedua lengan hingga posisi vertical diatas kepala dengan
telapak tangan saling menghadap satu sama lain (tes gerakan
skapulotorakal untuk sudut 600 serta kombinasi gerakan glenohumeral
dengan skapulotorakal selama abduksiuntuk sudut terakhir 300)
c. Menempatkan kedua tangan dibelakang leher dengan sendi siku terangkat
kelateral (tes rotasi eksternal dan abduksi)
d. Menempatkan kedua tangan kebawah dibelakang punggung (tes rotasi
internal dan abduksi).
Pemeriksaan sendi bahu sering memerlukan evaluasi yang selektif pada
artikulatioakromioklaikularis, bursa subakromial dan subdeltoideus, otot
rotator cuff, sulkus serta tendon bisipitalis, dan kapsula artikularis serta
membrane synovial pada artikulasio glenohumeralis.

Tabel 1. Teknik Pemeriksaan Sendi Bahu (Bickley,2012)


Struktur Teknik untuk memeriksa sendi bahu
Artikulatio Lakukan palpasi dan bandingkan kedua sendi
Akromioklavikularis untuk menemukan adanya pembengkakan atau
nyeri tekan.lakukan adduksi dengan lengan
menyilang dada.
Artikulasio subakromialis Lakukan ekstensi pasif sendi bahu dengan
dan subdeltoideus mengangkat siku ke posterior. Tindakan ini
akan membuat bursa anterior terpajan dengan
akromion. Lakukan palpasi dengan saksama di
daerah bursa subakromialis dan subdeltoideus.

10
Otot-Otot Rotatoe Cuff Sementara lengan tergantung disisi tubuh,
lakukan palpasi 3 otot SITS yang berinsersi
pada tuberkulum mayus humeri. (otot keempat,
muskulus subskapularis, berinsersi disebelah
anterior dan tidak dapat diraba).
Supraspinatus : langsung di bawah
akromiom
Infraspinatus : Di sebelah posterior m.
supraspinatus
Teresminor : Di si sebelah posterior dan
inferior m. supraspinatus
- Lakukan ekstensi pasif sndi bahu dengan
mengangkat siku ke posterior . Manuver ini
juga menggerakan otot-otot rotator cuff keluar
dari bawah tulang akromiom. Lakukan palpasi
pada insersi otot SITS yang bulat itu didekat
tuberkulum mayus humeri
- Lakukan pengecekan dro-parm sign.minta
pasien untuk mengabduksikan lengannya
secara penuh hingga setinggi bahu (900) dan
turunkan perlahan (perhatikan gerakan abduksi
hingga diatas bahu,dari sudut 90-1200
merefleksikan kerja m.deltoideus)
Sulcus dan Tendon Lakukan rotasi eksterna lengan atas serta
Bisipitalis bawah dan tentukan lokasi m.biseps dibelah
distal didekat sendi siku. Telusuri otot tersebut
dan tendonnya dari sudut proksimal kedalam
sulkus bisipitalis disepanjang permukaan
anterior os humerus. Saat memeriksa gejala
nyeri tekan pada tendon,pengguliran tendon
tersebut dibawah jari-jari tangan anda dapat
membantu pemeriksaan anda.

11
Akhirnya pegang siku pasien pada tubuhnya
dengan lengan bawah di fleksikan pada sudut
tegak lurus.minta pasien untuk melakukan
supinasi lengan bawah tersebut melawan
tahanan.
KapsulaArtikularis, Kapsula artikularis yang berserat dan tendon
Membrane Sinovia dan otot rotator cuff yang rata serta lebar sangat
Artikulasio berdekatan satu sama lain sehingga harus
Glenohumeralis diperiksa secara bersama-sama. Pembengkakan
pada kapsula sendi dan membra sinovia
tersebut sering terdeteksi paling jelas dengan
melihat bahu dari atas.lakukan palpasi kapsula
sendi dan membran sinovia di bawah akromion
anterior dan posterior

2.3.2. SENDI SIKU


(Bickley,2012)
Inspeksi dan Palpasi
Lakukan palpasi prosesus olekranon dan tekan daerah epikondilus untuk
menemukan adanya nyeri tekan.
Lakukan palpasi pada sulkus yang berada diantara epikondilus dan olekranon
dengan memperhatikan seriap adanya nyeri tekan, pembengkakan atau
penebalan. Sinovium paling dapat diakses dalam pemeriksaan pada daerah
diantara olekranon dan epikondilus. (Normalnya, sinovium ataupun bursa
tidak dapat diraba). Nervus ulnaris yang peka dapat diraba disebelah posterior
diantara prosesus olekranon dan epikondilus medialis.

Kisaran Gerak dan Manuver


Kisaran gerak sendi siku meliputi fleksi dan ektensi pada sendi siku dan
pronasi serta supinasi lengan bawah. Untuk menguji gerakan fleksi dan
ekstensi, minta pasien untuk menekuk dan meluruskan sendi sikunya. Saat
kedua lengan pasien berada disisi tubuhnya dan sendi siku difleksikan guna

12
meminimalkan gerakan bahu, minta pasien melakukan gerakan supinasi /
memutar telapak tangannya hingga menghadap keatas dan gerakan pronasi
atau memutar telapak tangannya hingga menghadap ke bawah.

2.3.3. PERGELANGAN TANGAN DAN TANGAN


(Bickley,2012)
Inspeksi
a. Amati kedua posisi tangan ketika bergerak, untuk melihat apakah gerakan
tangan tersebut terjadi secara lancar dan wajar. Dalam posisi istirahat, jari-
jari tangan harus berada dalam posisi sedikit fleksi dan segaris (algned)
dengan kedudukan hamper sejajar.
b. Lakukan inspeksi terhadap permukaan Palmaris dan dorsalis pergelangan
tangan dan tangan dengan seksama untuk menemukan gejala
pembengkakan pada persendian tersebut.
c. Perhatikan setiap deformitas yang terjadi pada pergerakan tangan, tangan,
atau tulang-tulang jari tangan (falang) disamping memperhatikan pula
setiap angulasi dari defiasi radial atau ulnar.
d. Amati kontur telapak tangan, yaitu eminensia thenar dan hipothenar.
e. Perhatikan setiap penebalan pada tendon otot-otot fleksor atau kontraktur
fleksi pada jari-jari tangan.

Palpasi
a. Pada pergelangan tangan, lakukan palpasi ujung distal os radius dan ulna
pada permukaan lateral serta medialnya. Lakukan palpasi sulkus pada
setiap dorsum pergelangan tangan pasien dengan menggunakan ibu jari
tangan anda sementara jari-jari tangan yang lain berada dibawahnya.
Perhatikan setiap pembengkakan , perabaan seperti spons, ataupun nyeri
tekan yang ada.
b. Lakukan palpasi pada anatomic snuffbox, yaitu lekukan beronggga yang
berada tepat disebelah distal prosesus stiloideus radius yang dibentuk oleh
otot-otot abductor dan ekstensor ibu jari tangan. Daerah snuffbox

13
tersebut akan terlihat lebih jelas dengan melakukan ekstensi lateral ibu
jari tangan untuk menjauhi tangan.
c. Lakukan palpasi pada 8 buah os karpal yang terletak disebelah distal
pergelangan tangan, dan kemudian lakukan pula palpasi pada 5 buah os
metacarpal serta falang proksimal, medial, dan distal.
d. Lakukan palpasi didaerah lain yang anda curigai mengalami abnormalitas.
e. Lakukan kopresi artikulasi metakarpofalangeal dengan menekan tangan
dari kedua sisi diantara ibu jari dan jari tangan anda. Sebagai alternative,
gunakan ibu jari tangan anda untuk meraba setiap artikulasio
metakarpofallngeal tepat disebelah distal setiap buku jari sementara jari
telunjuk anda meraba kaput metacarpal pada telapak tangan. Perhatikan
tiap pembengkakan, perabaan seperti spons, atau nyeri tekan yang ada.
f. Kini lakukan pemeriksaan pada jari-jari tangan. Lakukan palpasi pada
permukaan medial dan lateral setiap artikulasio interfalangeal proksimal
diantara ibu jari tangan dan jari telunjuk anda. Sekali lagi, periksa adanya
pembengkakan, perabaan seperti spons, pembesaran tulang, atau nyeri
tekan.
g. Dengan menggunakan teknik yang sama, lakukan pemeriksaan pada
artikulasio interfalangeal distal.
h. Pada setiap daerah yang mengalami pembengkakan atau inflamasi,
lakukan palpasi disepanjang tendon yang berinsersio pada ibu jari dan jari-
jari tangan.

Kisaran Gerak dan Manuver


Kini lakukan pemeriksaan untuk menilai gerakan pergelangan tangan, jari-jari
tangan dan ibu jari tangan. Pada pergelangan tangan, lakukan tes untuk
menguji gerakan fleksi, ekstensi dan devisiasi ulnar serta radial.

- Fleksi, Dengan lengan bawah pasien yang distabilkan, tempatkan


pergelangan tangannya dalam posisi ekstensi dan letakan ujung-ujung jari
tangan anda pada telapak tangan pasien. Minta pasien untuk

14
mengfleksikan pergelangan tangannya melawan gravitasi dan kemudian
melawan tahanan dengan derajat yang bervariasi.
- Ekstensi, Dengan lengan bawah pasien yang distabilkan, tempatkan
pergelangan tangannya dalam posisi fleksi dan letakan tangan anda pada
bagian dorsal os metacarpal pasien. Minta pasien untuk mengekstensi
pergelangan tangannya melawan gravitasi dan kemudian melawan tahanan
dengan derajat yang bervariasi.
- Defisiasi ulnar dan radial, Dengan telapak tangan menghadap ke bawah,
minta pasien untuk menggerakan pergelangan tangannya ke lateral dan
medial.
Lakukan pula tes untuk menguji gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi
jari-jari tangan :
- Fleksi dan ekstensi, Minta pasien untuk mengepalkan tanganya dengan
kuat, ibu jari tangan menyilang buku-buku jari dan kemudian
mengekstensikan serta mengembangkan jari-jari tangannya. Jari tangan
harus dapat menutup dan membuka dengan lancar dan mudah. Pada
artikulasio metakarpofalangeal, jari-jari tangan dapat melakukan gerakan
ekstensi dan diluar posisi netral. Lakukan juga tes untuk memeriksa
gerakan fleksi dan ekstensi pada artikulasion interfalangeal proksimal serta
distal.
- Abduksi dan adduksi, Minta pasien untuk mengembangkan jari-jari
tangannya sehingga terpisah satu sama lain (abduksi) dan kemudian
merapatkannya kembali (adduksi). Lakukan pengecekan apakah
gerakannya terjadi secara lancar dan terkoordinasi.

Pada ibu jari tangan, lakukan pemeriksaan untuk menilai gerkan fleksi,
ektensi, abduksi, aduksi, oposisi. Minta pasien untuk menggerakan ibujarinya
menyilang telapak tangan serta menyentuh basis jari kelingking (digiti manus
V) guna menguji gerakan fleksi, dan kemudian menggerakannya kembali
menyilang telapak tangan serta menjauhi jari-jari tangannya guna menguji
gerakan ekstensi.

15
Selanjutnya minta pasien untuk menempatkan jari-jari tangan dan ibu jarinya
dalam posisi netral dengan telapak tangan menghadap keatas, kemudian minta
pasien untuk menggerakan jari tangannya ke anterior menjauhi telapak tangan
guna menilai gerakan abduksi dan kembali ke bawah guna menilai gerakan
adduksi. Untuk menguji gerakan oposisi atau gerakan ibu jari tangan
menyilang telapak tangan, minta pasien untuk menentukan ibu jarinya dengan
tiap-tiap ujung jari tangan lain.

Tes sensasi pada jari-jari tangan hanya dilakukan disepanjang permukaan


lateral dan medialnya untuk mengisolasikan setiap perubahan pada nervus
digitalis.

2.3.4. SENDI PANGKAL PAHA


(Bickley,2012)
Inspeksi
Inspeksi sendi pangkal paha dimulai dengan observasi yang cermat terhadap
cara pasien berjalan ketika memasuki ruang periksa. Amati dua fase dalam
siklus berjalan :
a. Fase berdiri ( stance phase ), Ketika kaki mengenai tangan dan menyangga
beban tubuh ( 60% dari siklus berjalan )
b. Fase mengayun ( Swing phase ), Ketika kaki bergerak kedepan dan tidak
menyangga beban tubuh ( 40% dari siklus berjalan )
Amati cara berjalan pasien untuk melihat lebarnya jarak dari tumit yang satu
dengan yang lainnya (the width of base), pergeseran pelvis, dan fleksi sendi
lutut. Lebarnya jarak tersebut berjalan tersebut harus sebesar 2 hingga 4 inci (
sekitar 5 hingga 10 cm) antara tumit yang satu dan lainnya. Cara berjalan yang
normal harus terlihat lancer iramanya berkesinambungan dan sebagian
gerakan dicapai oleh kontraksi otot-otot abduktor pada tungkai yang
menyangga beban tubuh. Kontraksi otot obduktor akan menstabilkan pelvis
dan membantu menjaga keseimbangan dengan mengangkat pinggul yang
berlawanan. Sendi lutut harus difleksikan sepanjang fase berdiri kecuali ketika

16
tumit menyentuh fase menyentuh tanah untuk mengimbangi gerakan pada
sendi pergalangan kaki.
Amati bagian lumbal pada tulang belakang untuk melihat lordosis ringan, dan
saat pasien berbaring terlentang, lakukan pemeriksaan panjang tungkai untuk
menentukan kesimetrisannya.
Lakukan inspeksi permukaan anterior dan posterior sendi pangkal paha untuk
menemukan setiap bagian yang mengalami atrofi otot atau memar.

Palpasi
a. Saat pasien berbaring terlentang, minta pasien untuk meletakkan bagian
tumit tungkai yang akan diperiksa pada sendi lutut sisi yang berlawanan.
Kemudian, lakukan palpasi disepanjang ligamentum inguinalis yang
membentang dari spina iliaka anterior superior hingga tuberkulum pubika.
Nervus, arteri, dan vena akan menyilang ligementum inguinalis yang
berada diatasnya limfonodus terletak disebelah medial.
b. Saat pasien berbaring pada sisi tubuhnya dengan sendi pangkal paha
berada padat posisi fleksi dan rotasi internal. Lakukan palpasi bursa
trokanterika yang terletak diatass trokanter mayor. Normalnya, bursa
iskiogluteal yang berada diatas tuber iskiadikum tidak dapat diraba kecuali
jika bursa tersebut mengalami inflamasi.

Kisaran Gerak dan Manuver


a. Fleksi. Dengan pasien berbaring terlentang tempatkan tangan anda
dibawah vertebra lumbalis pasien. Minta pasien untuk menekuk setiap
lututnya secara bergantian hingga menyentuh dadanya dan menarik
dengan kuat kearah perutnya. Perhatikan ketika punggung pasien
menyentuh tangan anda yang menunjukkan terjadinya pendataran lordosis
lumbal yang normal-fleksi lebih lanjut harus terjadi dari sendi pangkal
paha itu sendiri. Ketika paha ditarik kearah perut, amati derajat fleksi pada
sendi pangkal paha dan lutut. Normalnya, bagian anterior paha dapat
hampir menyentuh dinding dada. Perhatikan apakah paha yang lain tetap
berada dalam keadaan ekstensi yang penuh diatas meja periksa.

17
b. Ekstensi. Saat pasien berbaring telungkup, ekstensikan paha pasien kearah
anda dengan arah posterior.
c. Abduksi. Stabilkan pelvis dengan menekan spina iliaka anterior superior
yang berlawanan kebawah dengan satu tangan. Dengan tangan anda yang
lain, pegang pergelangan kaki pasien dan lakukan abduksi tungkai yang
dalam posisi ekstensi sampai anda merasakan gerakan spina iliaka
tersebut.
d. Adduksi. Dengan pasien berbaring terlentang, stabilkan pelvis, kemudian
pegang salah satu pergelangan kaki pasien, dengan gerakan tungkainya ke
medial hingga menyilang tubuh hingga melewati ekstremitas yang
berlawanan.
e. Rotasi. Fleksikan tungkai hingga sudut 90% pada sendi pangkal paha dan
lutut, stabilkan paha dengan satu tangan anda, kemudian pegang
pergelangan kaki pasien dengan tangan yang lain, dan ayunkan tungkai
bawahnya kemedial untuk menghasilkan rotasi eksternal pada sendi
pangkal paha dan kelateral untuk rotasi internal.

2.3.5. SENDI LUTUT DAN TUNGKAI BAWAH


(Bickley,2012)
Inspeksi
a. Amati cara berjalan pasien untuk melihat apakah terdapat gerakan yang
lancar dan berirama pada saat pasien memasuki ruang periksa. Lutut harus
diekstensikan ketika tumit menyentuh tanah dan difleksikan pada seluruh
fase dalam siklus mengayun dan berdiri (swing dan stance) .
b. Lakukan pemeriksaan untuk mengecek kesejajaran (aligment) dan kontur
sendi lutut. Amati setiap atrofi pada muskulus kuadriseps.
c. Cari tanda hilangnya cekungan normal di sekitar patela yang merupakan
tanda pembengkakan pada sendi lutut dan kantong suprapatela; perhatikan
setiap gejala pembengkakan lainnya pada sendi lutut atau daerah di
sekitarnya.

18
Palpasi
a. Minta pasien untuk duduk pada tepi meja periksa dengan kedua sendi lutut
berada dalam keadaan fleksi. Dalam posisi ini, semua patokan tulang akan
terlihat lebih jelas, sedangkan otot , tendon, dan ligamentum menjadi lebih
rileks sehingga lebih mudah dipalpasi.
b. Pertama-tama tinjau kembali patokan tulang yang penting pada sendi lutut.
Dengan menghadap kearah sendi lutut, letak kedua ibu jari tangan anda
pada cekungan jaringan lunak di kedua sisi tendon patela. Pada permukaan
medial, gerakan ibu jari tangan ke atas kemudian ke bawah, dan kenali
kondilus medialis femur serta tepi atas plateau medialis tibia. Telusuri
tendon patela di sebelah distal sampai tuberkulum tibia. Tuberkulum
aduktor berada disebelah posterior kondilus medialis femur. Disebelah
lateral tendon patela, kenali kondilus lateralis femur dan plateau lateralis
tibia. Epikondilus medialis dan lateralis femur berada disebelah lateral
kondilus pada saat sendi lutut berada dalam keadaan fleksi. Tentukan
lokasi patela.
c. Lakukan palpasi ligamentum, tepi meniscus, dan bursa sendi lutut dengan
memberikan perhatian yang kusus pada setiap daerah dengan nyeri tekan.
d. Pada kompartemen patelofemoral, lakukan palpasi tendon patela dan
minta pasien mengekstensikan sendi lututnya untuk memastikan apakah
tendon tersebut intak.
e. Saat pasien berbaring terlentang, dan sendi lutunya diekstensikan, dorong
patela kearah os femur yang ada di bawahnya. Minta pasien
mengencangkan muskulus kuadriseps ketika patela bergerak ke distal
dalam sulkus troklearis. Periksa apakah terdapat gerakan meluncur yang
lancar ( patellofemoral grinding test).
f. Kini lakukan pemeriksaan untuk menilai kompartemen medial dan lateral
artikulasio tibiofemoralis. Fleksikan sendi lutut pasien hingga sudut 900.
Kaki pasien harus diletakan di meja priksa. Lakukan palpasi ligamentum
koleteral medialis (LKN) yang terdapat diantara epikondilus medialis
femur dan os femur; kemudian lakukan palpasi ligamentum kolateral

19
lateralis (LKL) yang mirip tali serta terletak di antara epikondilus lateralis
femur dan kaput fibula.
g. Lakukan palpasi meniscus medialis dan lateralis di sepanjang garis sendi
lateral dan medial. Perhatikan setiap pembengkakan atau nyeri tekan yang
ada.
h. Perhatikan setiap tonjolan tulang yang tidak teratur di sepanjang tepi
sendi.
i. Coba untuk meraba setiap penebalan atau pembengkakan pada kavum
suprapatela dan di sepanjang sisi patela. Mulailah 10 cm di atas margo
superior patella( tepat di atas kavum tersebut) dan raba jaringan lunak
yang ada diantara ibu jari dan jari-jari tangan anda. Gerakan tangan anda
ke distal dengan langkah-langkah yang progresif seraya mencoba
mengenali kavum suprapatela. Lanjutkan palpasi anda di sepanjang sisi
patela. Perhatikan setiap nyeri tekan atau perabaan yang lebih hangat nyata
dibandingkan pada jaringan di sekitarnya.
j. Lakukan palpasi pada bursa prepatelaris serta bursa anserine disisi
posteromedial di sendi lutut diantara ligamentum koleteral medialis dan
tendon otot yang berinsersi pada plateau medialis tibia. Pada permukaan
posterior, dengan tungkai dalam keadaan ekstensi, priksalah permukaan
media fosa poplitea.

Ketiga test berikut ini akan membantu anda untuk mendeteksi cairan di dalam
sendi lutut:
- Tanda benjolan (untuk efusi ringan).
Dengan sendi lutut dalam keadaan ekstensi, tempatkan tangan kiri anda di atas
sendi lutut dan lakukan penekanan pada kavum suprapatela dengan menggeser
atau memerah cairan kea rah bawah. Lakukan pengurutan kebawah pada
permukaan medial sendi lutut dan kemudian lakukan penekanan untuk
memeksa cairan berpindah ke daerah lateral. Ketuklah sendi lutut tetap di
belakang margo lateral patela dengan menggunakan tangan kanan.
- Tanda balon (untuk efusi yang banyak).

20
Tempatka ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan anda pada setiap sisi patela;
dengan tangan kiri anda lakukan kompresi kavum suprapatela os femur.
Rasakan gerakan yang masuk kedalam rongga di sebelah patella yang berbeda
di bawah ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan anda.
- Ballotting patela
Untuk mengetahui efusi yang banyak, anda dapat pula menekan kavum
suprapatela dan melakukan ballotte atau gerakan mendorong patella dengan
tiba-tiba kearah os femur. Amati aliran balik cairan efusi ke dalam kavum
supra patela.

Kisaran Gerak dan Manuver


Teknik untuk memeriksa sendi lutut
a. Struktur : ligamentum kolateral medialis(LKM)
Manuver : Tes stres abduksi.dengan pasien berbaring terlentang dan sendi
lutut sedikit difleksikan, gerakan paha ke lateral hingga sudut sekitar 300 pada
sisi meja periksa. Tempatkan satu tangan pada sisi lateral sendi lutut untuk
menstabilkan os femur sementara tangan yang lain memegang daerah disekitar
sisi medial pergelangan kaki. Lakukan dorongan kemedial pada sendi lutut
sementara pergelangan kaki ditarik ke lateral untuk membuka sendi lutut
tersebut pada sisi medialnya (stres valgus).

b. Struktur : ligamentum koleteral lateralis (LKL)


Manuver : tes stres adduksi. Kini dengan paha dan sendi lutut berada dalam
posisi yang sama gantilah posisi anda agar anda dapat menempatkan satu
tangan pada permukaan medial sendi lutut sementara tangan yang lain berada
di sekitar sisi lateral pergelangan kaki. Lakukan dorongan ke medial pada
sendi lutut sementara pergelangan kaki di tarik ke lateral untuk membuka
sendi lutut tersebut pada sisi lateralnya (stres varus).

c. Struktur : ligamentum krusiatum anterior (LKA)


Manuver : Anterior drawer sign. Sementara pasien berbaring terlentang, sendi
pangkal paha difleksikan dan sendi lutut difleksikan hingga sudut 900 dan

21
telapak kaki diletakan rata pada meja periksa, tangkupkan kedua tangan anda
disekitar sendi lutut dengan kedua ibu jari tangan berada pada sisi medial serta
lateral garis sendi dan jari-jari tangan pada insersi medialis serta lateralis otot
hamstring. Tarik os tibia kedepan dan perhatikan apakah tulang tersebut
bergeser kedepan (seperti laci meja) dari bawah os femur. Bandingkan derajat
gerakan kedepan itu pada sendi lutut yang lain.
Tes lachman. Tempatkan sendi lutut pasien dalam posisi fleksi dengan sudut
150 dan rotasi eksternal. Pegang bagian distal os femur dengan satu tangan
sementara satu tangan yang lain memegang bagian proksimal os tibia. Dengan
ibu jari tangan yang memegang tibial berada pada garis sendi, secara
bersamaan gerakan os tibia kedepan dan os femur ke belakang. Nilai derajat
penyimpangan kedepan.

d. Struktur Ligamentum krusiatum posterior (LKP)


Manuver : Posterior drawer sign. Posisikan pasien dan tempatkan kedua
tangan anda dalam posisi seperti yang dijelaskan pada tes anterior drawer.
Dorong os tibia ke posterior dan perhatikan derajat gerakan kebelakang pada
os femur.

e. Struktur : Medialis dan meniscus lateralis


Manuver : Tes mcMurray. Jika bunyi klik terasa atau terdengar pada garis
sendi ketika sendi lutut difleksikan dan diekstensikan, atau bila terdapat nyeri
tekan disepanjang garis sendi, maka lakukan periksaan lebih lanjut terhadap
kondisi meniscus untuk menemukan ruptura posterior.
Dengan pasien berbaring terlentang, pegang tumitnya dan fleksikan sendi
lututnya. Tangkupkan tangan anda yang lain pada sendi lutut pasien dengan
jari-jari tangan dan ibu jari berada disepanjang sisi medial dan lateral garis
sendi. Pada tumit, lakukan rotasi internal dan eksternal tungkai bawah,
kemudian dorong pada sisi lateral untuk stres valgus disisi medial sendi
tersebut.pada saat yang sama lakukan rotasi eksternal tungkai tersebut dan
dengan perlahan ekstensikan tungkai ini.

22
2.3.6. PERGELANGAN KAKI DAN KAKI
(Bickley,2012)
Inspeksi
Amati semua permukaan pergelangan kaki dan kaki dengan memperhatikan
setiap deformitas, noduli atau pembengkakan, dan setiap kalus atau klavus
yang ada.

Palpasi
a. Dengan kedua ibu jari tangan anda, lakukan palpasi permukaan anterior
setiap sendi pergelangan kaki dengan memperhatikan adanya perabaan
seperti spons, pembengkakan, atau nyeri tekan.
b. Raba sepanjang tendon Achilles untuk menemukan noduli dan nyeri tekan.
c. Lakukan palpasi tumit, khususnya bagian posterior serta inferior os.
Kalkaneus, dan facia plantaris untuk menemukan adanya nyeri tekan.
d. Lakukan palpasi artikulasio metatarsofalangeal untuk menemukan nyeri
tekan.
Lakukan kompresi kaki bagian depan diantara ibu jari dan jari-jari tangan
anda. Tekan daerah yang berada tepat di sebelah proksimal kaput
metatarsal pertama dan kelima.
e. Lakukan palpasi pada setiap kaput dari kelima tulang metatarsal dan pada
sulkus yang berada di antara kaput-kaput tersebut dengan menggunakan
ibu jari serta jari telunjuk anda. Letakkan ibu jari tangan anda pada bagian
dorsum pedis dan telunjuk pada permukaan plantarisnya.

23
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung


jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskeletal adalah
jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae,
dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Pemeriksaan muskuluskeletal terdiri atas pemeriksaan : Sendi Bahu, Sendi Siku,
Pergelangan Tangan dan Tangan, Sendi Pangkal Paha, Sendi Lutut dan Tungkai
Bawah, Pergelangan Kaki dan Kaki. Dimana dari kedelapan pemeriksaan tersebut
meliputi pemeriksaan secara inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan sistem
muskuloskeletal dilakukan untuk menyikapi kasus-kasus atau trauma yang terjadi
pada sistem muskuloskeletal agar dapat mencegah terjadinya komplikasi dan
kemungkinan buruk yang akan terjadi bila tidak ditangani sedini mungkin.

3.2. Saran

Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan ini meskipun penulisan ini
jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan. Dengan karya tulis
ini penulis mengharapkan agar para mahasiswa fakultas kedokteran maupun yang
bekerja di bidang kesehatan dapat memahami teknik pemeriksaan sistem
muskuloskeletal yang baik dan benar dalam memeriksa pasien. Perlunya
pengetahuan yang baik tentang teknik pemeriksaan sistem muskuloskeletal agar
pemeriksa dapat menangani secara dini kemungkinan buruk yang akan terjadi jika
pasien tidak ditangani dengan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Bickley,Lynn.S.2012. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.


Jakarta : EGC

Manning,Delp.1996. Major Diagnosis Fisik. Jakarta : EGC

McGlynn,Burnside.1995.Adams Diagnosis Fisik. Jakarta : EGC

Parker,Steve. 2007. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Jakarta : Erlangga

Snell,Rhicard.S.2006. Anatomi Klinik. Jakarta : EGC

Swartz,Mark H.1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC

Parker,Steve. 2007. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Jakarta : Erlangga

25

Anda mungkin juga menyukai