Anda di halaman 1dari 23

LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN PANDEGLANG

NOMOR 14 TAHUN 2004 SERI E.1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

NOMOR 5 TAHUN 2004

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PANDEGLANG,

Menimbang : a. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang


merupakan arah kebijaksanaan pengembangan ruang dan
kegiatan pembangunan yang memperhatikan potensi dan
perkembangan daerah setempat;

b. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang


berintikan strategi perkembangan Wilayah yang dijabarkan
kedalam bentuk indikasi program pembangunan yang
diprioritaskan dalam menunjang pembangunan Nasional dan
Daerah;

c. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang


sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
1994, setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun perlu disesuaikan
dengan kondisi, kebutuhan dan perkembangan Daerah saat ini;
2

d. bahwa demi terjaminnya pembangunan secara berkesinambungan


di Kabupaten Pandeglang, maka perlu segera diatur dan
ditetapkan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pandeglang dengan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar


Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-


hak atas Tanah dan Benda-benda diatasnya (Lembaran Negara
Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2324);

3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-


ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);

4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan


(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3046);

5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran


Negara Tahun 198 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3186);

6. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara


Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3209);

7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian


(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4685);

8. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber


Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun
1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

9. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan


(Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3427);

10. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan


Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3469);
3

11. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3501);
12. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);
13. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
14. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 29, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4374);
15. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Cara
Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3258);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3293);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan
Hutan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3294);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4090);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 143, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4156);
4

23. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan


dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan
dan Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2002
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4206);

24. Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Pedoman


Penyusunan Tata Ruang Wilayah;

25. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik


Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk
Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan
Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 70);

26. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara


Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

27. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Nomor


4 Tahun 1986 tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
yang melakukan Penyedikan terhadap Pelanggaran Peraturan
Daerah yang memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Tahun
1986 Nomor 5 Seri D);

Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN PANDEGLANG

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH


KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang;
2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang
lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;
3. Bupati adalah Bupati Pandeglang;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang untuk selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang;
5

5. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang yang selanjutnya disingkat


RTRW Kabupaten adalah Kebijaksanaan Kabupaten Pandeglang yang menetapkan
lokasi dari kawasan yang harus dilindungi, lokasi pengembangan kawasan budidaya
termasuk kawasan produksi, kawasan perumahan dan pemukiman, pola jaringan
prasarana dan wilayah wilayah dalam Kabupaten yang akan diprioritaskan
pengembangannya dalam kurun waktu perencanaan;
6. Ruang adalah wadah kehidupan yang meliputi ruang daratan, sebagai satu kesatuan
wilayah tempat manusia dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatan dan
memelihara kelangsungan hidupnya;
7. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pemanfaatan ruang wilayah, baik direncakan
maupun tidak;
8. Penataan Ruang adalah proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
9. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
10. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup, yang mencakup sumber daya alam, sumber daya
buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan
berkelanjutan;
11. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang dimanfaatkan secara terencana dan terarah
sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi hidup dan kehidupan manusia;
12. Kawasan Hutan Lindung adalah perlindungan terhadap kawasan hutan untuk
mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sidementasi, menjaga fungsi hidrologis
dan menjamin tersedianya unsur hara tanah dan air permukaan;
13. Kawasan bergambut adalah perlindungan terhadap kawasan bergambut untuk
mengendalikan hidrologi wilayah yang berfungsi sebagai penambah air dan pencegah
banjir serta melindungi ekosistem dikawasan sekitarnya;
14. Kawasan Resapan air yaitu kawasan/ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada
daerah tertentu untuk keperluan penyediaan air tanah dan penanggulangan banjir
untuk kawasan dibawahnya;
6

15. Kawasan Perlindungan setempat adalah kawasan perlindungan terhadap sempadan


pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk dan kawasan sekitar mata
air untuk melindungi wilayah sempadan dari kegiatan yang menggangu kelestarian
fungsinya;

16. Kawasan Suaka Alam dan Keaneka Ragaman Hayati adalah perlindungan terhadap
kawasan untuk melindungi keaneka ragaman hayati, ekosistem dan keunikan alam
untuk kepentingan plasma nuftah dan ilmu pengetahuan;

17. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya termasuk keaneka ragaman hayati
adalah perlindungan terhadap kawasan untuk melindungi keaneka ragaman biota,
ekosistem dan keunikan alam untuk kepentingan plasma nuftah dan pengembangan
ilmu pengetahuan;

18. Kawasan Pantai Hutan Bakau dan Keaneka Ragaman Hayati adalah perlindungan
kawasan pantai hutan bakau sebagai pembentukan ekosistem hutan bakau dan
tempat berkembang biaknya biota laut;

19. Kawasan Pelestarian Alam dan Keaneka Ragaman Hayati adalah perlindungan
terhadap kawasan pelestarian alam yang terdiri dari Taman Nasional Ujung Kulon,
Taman Hutan Raya, Taman Wisata untuk pengembangan Pendidikan, Rekreasi,
Pariwisata dan peningkatan kualitas lingkungan;

20. Kawasan Taman Buru dan Keaneka Ragaman Hayati adalah perlindungan kawasan
dan ekosistemnya untuk kelangsungan perburuan satwa;

21. Cagar Biosfer dan Keaneka Ragaman Hayati adalah perlindungan terhadap cagar
biosfer untuk melindungi ekosistem yang telah mengalami degradasi dari gangguan
kerusakan;

22. Daerah Pengungsian Satwa adalah perlindungan terhadap daerah pengungsian satwa
dan ekosistemnya bagi kehidupan satwa yang sejak semula menghuni areal tersebut;
23. Daerah Perlindungan Plasma Nuftah adalah perlindungan terhadap daerah
perlindungan plasma nuftah dan ekosistemnya untuk pelestarian flora dan fauna;

24. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah perlindungan terhadap
kawasan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah,
bangunan arkeologi dan monumen nasional serta bentuk keaneka ragaman geologi
yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan;

25. Kawasan Rawan Bencana Alam adalah perlindungan terhadap manusia dan
kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun oleh kegiatan
manusia;

26. Kawasan Sekitar Danau/Waduk adalah daratan sepanjang tepian danau/waduk yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50 sampai
dengan 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat;
7

27. Kawasan sekitar Mata Air adalah daratan sekurang kurangnya dengan radius jari jari
200 meter disekitar mata air;
28. Garis Sempadan adalah garis batas luar pengamanan untuk mendirikan bangunan di
jalur jalan, pantai, sungai situ/danau/waduk, mata air dan saluran irigasi.

BAB II
AZAS, TUJUAN, SASARAN, FUNGSI DAN KEDUDUKAN
Bagian Pertama
Azas
Pasal 2
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang di dasarkan atas azas :
a. Manfaat, yaitu pemanfaatan ruang secara optimal yang tercermin dalam penentuan
jenjang pelayanan kegiatan dan sistem jaringan;
b. Keseimbangan dan keserasian, yaitu menciptakan keseimbangan dan keserasian
fungsi intensitas pemanfaatan ruang suatu wilayah;
c. Kelestarian, yaitu menciptakan hubungan yang serasi antar manusia dan lingkungan
yang tercermin dari pola intensitas pemanfaatan ruang.

Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
(1) Tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah untuk :
a. Merumuskan kebijaksanaan pokok rencana pemanfaatan ruang di wilayah
Kabupaten Pandeglang;
b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar
wilayah Kabupaten Pandeglang dan keserasian antar sektor;
c. Menetapkan lokasi investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dan
masyarakat dalam wilayah Kabupaten Pandeglang;
d. Sebagai dasar penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan, Rencana Teknik dan
Rencana Rinci di wilayah Kabupaten Pandeglang.
8

(2) Tujuan Pengembangan Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah untuk :


a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah;
b. Mempercepat pemerataan intra wilayah;
c. Menciptakan Tata Ruang Wilayah yang berwawasan lingkungan.

Bagian Ketiga
Sasaran
Pasal 4

(1) Sasaran Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah :


a. Tertatanya kawasan yang berfungsi lindung dan budidaya;
b. Tertatanya jenjang pusat pelayanan;
c. Tertatanya sistem transportasi;
d. Tertatanya prasarana dan sarana fasilitas sosial, ekonomi dan lainnya;
e. Tertatanya kawasan pusat produksi;
f. Tertatanya kawasan pemukiman perkotaan dan pedesaan.
(2) Sasaran Pengembangan Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah :
a. Memacu pertumbuhan ekonomi wilayah melalui pengembangan sektor-sektor
potensial;
b. Mengurangi disparitas antar wilayah;
c. Memantapkan pembangunan berwawasan lingkungan;
d. Memantapkan peran Kabupaten Pandeglang sebagai bagian dari
pengembangan wilayah dalam kebijaksanaan pembangunan Propinsi Banten.

Bagian Keempat
Fungsi
Pasal 5
Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah :
a. Sebagai dasar bagi Pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam menetapkan lokasi dan
menyusun program-program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan
ruang di wilayah Kabupaten Pandeglang;

b. Sebagai dasar dalam memberikan rekomendasi pemanfaatan ruang dan perizinan


lokasi pembangunan.
9

Bagian Kelima
Kedudukan
Pasal 6

Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah :


a. Merupakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang disusun dengan
berpedoman/mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana
Tata Ruang Wilayah Propinsi Banten;
b. Merupakan dasar dan pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Kabupaten Pandeglang;
c. Merupakan dasar penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Kawasan di Kabupaten
Pandeglang.

BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
Bagian Pertama
Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah
Pasal 7

(1) Pengembangan sektor potensial yang dititik beratkan pada sektor pariwisata dan
pertanian dalam arti luas.
(2) Memperbaiki struktur ekonomi wilayah, dengan memperkecil ketergantungan pada
sektor pertanian.

Bagian Kedua
Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah
Pasal 8
(1) Peningkatan nilai ekonomi ruang.
(2) Integrasi spatial (intra wilayah dan antar wilayah).
10

Bagian Ketiga
Strategi Pengembangan Sektoral
Pasal 9
Strategi pengembangan sektoral dijabarkan dalam skenario pengembangan sektor-sektor
andalan dan sektor pendukung yang meliputi :
1. Skenario pengembangan sektor andalan :
a. Sektor Pertanian;
b. Sektor Pariwisata;
c. Sektor Lingkungan Hidup;
2. Skenario pengembangan sektor pendukung :
a. Sektor Perhubungan;
b. Sektor Pertambangan dan Energi;
c. Sektor Jasa;
d. Sektor Industri.

BAB IV
STRUKTUR TATA RUANG
Bagian Pertama
Wilayah Perencanaan
Pasal 10
Wilayah perencanaan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah
2
daerah dalam pengertian wilayah administrasi seluas 274.689,91 Ha atau 274,68 Km .

Bagian Kedua
Wilayah Pelayanan
Pasal 11
Wilayah-wilayah di Kabupaten Pandeglang terdiri dari :
1. Wilayah pelayanan I meliputi Kecamatan Pandeglang, Cadasari, Karang Tanjung,
Banjar, Kaduhejo, Mandalawangi, Cimanuk, Cipeucang, Saketi, Bojong dan Picung.
2. Wilayah pelayanan II meliputi Kecamatan Labuan, Jiput, Menes, Cikedal, Cisata,
Pagelaran, Patia, Panimbang, Munjul, Angsana dan Cigeulis.
3. Wilayah pelayanan III meliputi Kecamatan Cibaliung, Cimanggu, Sumur dan Cikeusik.
11

Bagian Ketiga
Pusat-pusat Pelayanan
Pasal 12
(1) Wilayah Pelayanan I (WP I)
a. Kota Orde I : Pandeglang
b. Kota Orde II : Saketi
c. Kota Orde III : Cadasari, Karang Tanjung, Banjar, Kaduhejo,
Mandalawangi, Cimanuk, Cipeucang, Cisata, Cikedal, Bojong
dan Picung.
(2) Wilayah Pelayanan II (WP II)
a. Kota Orde I : Labuan
b. Kota Orde II : Menes dan Panimbang
c. Kota Orde III : Jiput, Pagelaran, Patia, Munjul, Angsana dan Cigeulis.

(3) Wilayah Pelayanan III (WP III)


a. Kota Orde I :-
b. Kota Orde II : Cibaliung dan Cikeusik
c. Kota Orde III : Cimanggu dan Sumur

Bagian Keempat
Fungsi Pusat Pelayanan
Pasal 13
Fungsi-fungsi pusat pelayanan sebagaimana dimaksud pada pasal 11 Peraturan Daerah
ini tertuang dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang Tahun
2004 2014.

BAB V
ALOKASI PEMANFAATAN RUANG
Pasal 14
Alokasi pemanfaatan ruang dijabarkan dalam bentuk kawasan-kawasan yaitu :
1. Kawasan Lindung
2. Kawasan Budidaya
12

Bagian Pertama
Kawasan Lindung
Pasal 15
Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud pada pasal 14 butir (1) Peraturan Daerah ini
meliputi :
1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yaitu :
a. Kawasan hutan lindung yang beralokasi di Gunung Karang, Gunung Pulosari,
Gunung Aseupan dan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon;
b. Kawasan bergambut berada di bagian hulu-hulu sungai dan rawa-rawa yang ada
di Kabupaten Pandeglang;
c. Kawasan resapan air berada di Kecamatan Cadasari, Karang Tanjung, Pandeglang,
Menes dan Jiput.

2. Kawasan perlindungan setempat terdiri dari :


a. Kawasan sempadan pantai yang berada di kawasan Selat Sunda (Kecamatan
Labuan, Pagelaran, Panimbang, Cigeulis, Cimanggu, Sumur) dan kawasan
Samudera Indonesia (Kecamatan Cibaliung dan Cikeusik);
b. Kawasan sempadan sungai yang berada di wilayah aliran sungai (WAS) diseluruh
wilayah Kabupaten Pandeglang;
c. Kawasan wilayah Aliran Sungai (WAS) Ciliman dan Cibungur yang meliputi
Kecamatan Pagelaran, Patia, Panimbang, Angsana, Munjul, Cibaliung dan
Cikeusik;
d. Kawasan Danau/Waduk yang terletak di sekitar Danau/Waduk yang meliputi
daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50 sampai dengan 100 meter dari
titik pasang tertinggi kearah darat;
e. Kawasan Mata Air adalah daratan sekitar mata air sekurang-kurangnya dengan
radius jari-jari 200 meter disekitar mata air.
3. Kawasan Suaka Alam, pelestarian alam dan Cagar Budaya yang berada di kawasan
Taman Nasional Ujung Kulon;
13

Bagian Kedua
Kawasan Budidaya
Pasal 16

Kawasan budidaya di Kabupaten Pandeglang terdiri dari :


a. Kawasan Hutan Produksi;
b. Kawasan Pertanian;
c. Kawasan Pertambangan;
d. Kawasan Pariwisata;
e. Kawasan Permukiman;
f. Kawasan Industri;
g. Kawasan Lainnya.

Paragraf 1
Kawasan Hutan Produksi
Pasal 17
Kawasan Hutan Produksi sebagaimana dimaksud pada pasal 16 butir a Peraturan
Daerah ini terdiri dari kawasan Hutan Produksi yang terletak di Kecamatan Panimbang,
Cigeulis, Cimanggu, Cibaliung, Cikeusik dan Munjul.

Paragraf 2
Kawasan Pertanian
Pasal 18
Kawasan Pertanian sebagaimana dimaksud pada pasal 16 butir b Peraturan Daerah ini
terdiri dari :
a. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah terletak di Kecamatan Pandeglang,
Cadasari, Karang Tanjung, Banjar, Cimanuk, Kaduhejo, Cipeucang, Pagelaran,
Panimbang, Munjul, Angsana dan Cikeusik;
b. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan dan Lahan Kering terletak di Kecamatan :
Pandeglang, Cadasari, Banjar, Bojong, Saketi, Menes, Jiput, Labuan, Picung, Munjul,
Angsana, Pagelaran, Panimbang, Cikeusik, Cibaliung, Cimanggu dan Sumur;
c. Kawasan Holtikultura terletak di Kecamatan : Mandalawangi, Kaduhejo, Saketi;
d. Kawasan Tanaman Tahunan / Perkebunan terletak di Kecamatan Cigeulis, Cibaliung,
Cimanggu, Sumur dan Cikeusik.
14

Paragraf 3
Kawasan Pertambangan
Pasal 19
Kawasan Pertambangan sebagaimana dimaksud pada pasal 16 butir c Peraturan
Daerah ini terletak di Kecamatan Patia, Angsana, Munjul, Cibaliung, Cimanggu dan
Cigeulis.

Paragraf 4
Kawasan Pariwisata
Pasal 20
Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada pasal 16 butir d Peraturan Daerah ini
terdiri dari :
1. Kawasan pariwisata Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kecamatan Sumur dan
Cimanggu;
2. Kawasan pariwisata Pantai Carita terletak di Kecamatan Labuan;
3. Kawasan pariwisata Pantai Bama terletak di Kecamatan Labuan dan Pagelaran;
4. Kawasan pariwisata Tanjung Lesung terletak di Kecamatan Panimbang dan
Kecamatan Cigeulis;
5. Kawasan pariwisata Situ Cikedal terletak di Kecamatan Cikedal;
6. Kawasan pariwisata Gunung Karang yang meliputi Pariwisata Sumur Tujuh Gunung
Karang di Kecamatan Pandeglang, Air Panas Cisolong di Kecamatan Kaduhejo dan
Pariwisata Nembol di Kecamatan Mandalawangi;
7. Kawasan pariwisata Pantai Selatan, terletak di Kecamatan Cikeusik dan Cibaliung;
8. Kawasan pariwisata Pantai Cisiih dan Sumur, terletak di Kecamatan Cikeusik dan
Kecamatan Sumur;
9. Kawasan pariwisata Penziarahan, terletak di lokasi-lokasi penziarahan di Kabupaten
Pandeglang;
10. Kawasan pariwisata Kepulauan, terletak di pulau-pulau yang ada di wilayah
Kabupaten Pandeglang.
15

Paragraf 5
Kawasan Permukiman
Pasal 21

Kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud pada pasal 16 butir e Peraturan Daerah


ini terdiri dari :
a. Kawasan permukiman perkotaan terletak di masing-masing ibu kota kecamatan.
b. Kawasan permukiman pedesaan terletak tersebar di seluruh wilayah kabupaten.

Paragraf 6
Kawasan Industri
Pasal 22

Kawasan industri sebagaimana dimaksud pasal 16 butir f Peraturan Daerah ini meliputi :
1. Kawasan industri yang menunjang Agro Industri hasil perikanan terletak di daerah
Panimbang, Labuan dan Sumur.
2. Kawasan industri yang menunjang Agro Industri hasil pertanian dan perkebunan
terletak di daerah Munjul, Bojong, Cikeusik, Cigeulis dan Cibaliung.

Paragraf 7
Kawasan Lainnya

Pasal 23
Kawasan koridor Pandeglang Saketi Labuan dengan mengembangkan sektor
perdagangan dan jasa untuk mendukung perekonomian Kabupaten Pandeglang.

Bagian Ketiga
Pengembangan Wilayah Prioritas

Pasal 24

Pengembangan wilayah prioritas pada dasarnya mengacu pada kepentingan Sektor/sub


Sektor dan permasalahan yang mendasar penanganannya.
16

Pasal 25
Wilayah prioritas di di Kabupaten Pandeglang yang perlu perhatian untuk dikembangkan
terdiri dari :
a. Kawasan yang cepat berkembang karena potensi sumber daya terletak di Kecamatan
Labuan, Pagelaran, Panimbang, Patia, Cigeulis dan Sumur.
b. Kawasan perkembangan pertanian/perkebunan dan pertambangan modern karena
potensi fisik wilayahnya, terletak di Kecamatan Cibaliung, Cimanggu, Cikeusik,
Bojong, Cigeulis dan Munjul.
c. Kawasan yang berperan menunjang kegiatan Sektor-sektor strategis/unggulan,
terletak di Kecamatan Cadasari, Karang Tanjung, Pandeglang, Banjar, Kaduhejo,
Cimanuk, Cipeucang, Saketi, Menes, Jiput, Labuan, Cikeusik.
d. Kawasan pengembangan wisata agro, untuk mendukung kebutuhan pangan untuk
kawasan pariwisata terletak di Kecamatan Labuan, Pagelaran, Patia, Panimbang,
Cigeulis dan Sumur.
e. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang harus diilindungi dari perambahan hutan
terletak di Kecamatan Cimanggu dan Sumur.
f. Kawasan Gunung Karang yang berfungsi sebagai kawasan resapan air untuk
mendukung ketersediaan sumber daya air terletak di Kecamatan Pandeglang,
Cadasari dan Karang Tanjung.
g. Kawasan kritis karena sifat tanah yang rawan erosi dan labil terletak di Kecamatan
Cibaliung dan Cikeusik.
h. Kawasan rawan banjir terletak di Wilayah Aliran Sungai (WAS) Ciliman dan Cibungur
yang meliputi Kecamatan Munjul, Panimbang, Pagelaran dan Patia.
i. Kawasan kantong kemiskinan merupakan desa-desa yang termasuk kategori desa
tertinggal di seluruh wilayah kabupaten.

BAB VI
RENCANA PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA
Bagian Pertama
Jaringan Perhubungan Darat
Pasal 26

(1). Jaringan perhubungan darat meliputi :


a. Jaringan jalan Kolektor Primer :
1. Cadasari Pandeglang - Labuan Carita
2. Pandeglang Sabi/Wates (perbatasan Kabupaten Lebak)
3. Torogong/Simpang Labuan Cibaliung Sumur
17

4. Saketi Picung Peratasan Kabupaten Lebak


5. Cibaliung Cikeusik Perbatasan Kabupaten Lebak
6. Cigadung Cipacung (jalan lintas timur)
7. Sodong Kadubera Picung.

c. Jaringan jalan Lokal Primer :

1. Mengger Mandalawangi Jiput Caringin


2. Picung Munjul Cikeusik
3. Munjul Angsana Panimbang
4. Bama Pagelaran Pasirkadu Turus Perdana
5. Mandalawangi Perbatasan Kabupaten Serang

c. Jaringan jalan Lokal Sekunder :

1. Maja Banjar Batubantar


2. Cimanying Menes Jiput
3. Marapat Camara
4. Jedangseti Pasirgadung Cimoyan Surianeun
5. Citeureup Kali Caah Camara
6. Sumur Tamanjaya
7. Camara Sumur
8. Cikeusik perbatasan Kabupaten Lebak.

(2). Lokasi terminal :


a. Terminal regional berada di Pandeglang dan Labuan
b. Terminal sub regional berada di Saketi, Menes, Panimbang, Cibaliung, Mengger,
Caringin, Picung, Munjul, Sumur dan Cikeusik.

(3). Lokasi pelabuhan laut :


a. Pelabuhan Umum, terletak diKecamatan Labuan;
b. Pelabuhan Perikanan, terletak di Kecamatan Labuan, Panimbang dan Sumur;
d. Pelabuhan Penunjang Pariwisata, Dermaga dan Marina, terletak di kawasan
pariwisata Pantai Carita, Bama, Tanjung Lesung, Sumur dan Cikeusik;

(4). Lokasi dan Fungsi Pelabuhan Udara di Kecamatan Panimbang.


18

Bagian Kedua
Pengembangan Prasarana Lainnya
Pasal 27
Prasarana dan sarana wilayah meliputi : Pasar, Irigasi, Listrik, Telekomunikasi.

Paragraf 1
Pasar
Pasal 28
(1) Pasar regional berada di Pandeglang dan Labuan.
(2) Pasar sub regional berada di Saketi, Menes, Panimbang, Cadasari, Cibaliung dan
Sumur.
(3) Pasar lokal berada di ibu kota kecamatan lainnya, termasuk di desa-desa tertentu
yang sudah berjalan.

Paragraf 2
Irigasi dan Penanggulangan Banjir
Pasal 29

(1) Irigasi Teluk Lada dikembangkan untuk dapat mengairi pesawahan di Kecamatan
Bojong, Picung, Munjul, Angsana, Panimbang, Cibaliung dan Cikeusik.
(2) Irigasi pedesaan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang
(3) Penanggulangan bahaya banjir di Kecamatan Pagelaran, Patia, Munjul, Angsana dan
Panimbang.

Paragraf 3
Listrik
Pasal 30
(1) Energi listrik dikembangkan untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
Kabupaten Pandeglang.
(2) Pengembangan Jaringan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
(3) Program Listrik Masuk Desa menjangkau desa-desa yang belum mendapat aliran
listrik.
19

Paragraf 4
Telekomunikasi
Pasal 31
Telekomunikasi dikembangkan untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
Kabupaten Pandeglang.

BAB VII
PELAKSANAAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN PANDEGLANG
Pasal 32
Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah 10 (sepuluh)
tahun yaitu dari Tahun 2004 2014.

Pasal 33
Penyusunan dan pelaksanaan program-program serta proyek-proyek/kegiatan-kegiatan
pembangunan di kawasan budidaya dan kawasan yang berfungsi lindung, yang
diselenggarakan oleh Instansi Pemerintah, Swasta dan Masyarakat harus berdasarkan
pada pokok-pokok kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Bab V Peraturan Daerah
ini.

Pasal 34

Peta rencana alokasi pemanfaatan ruang, struktur tata ruang dan kawasan prioritas
dengan skala 1 : 100.000 sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 35

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang bersifat terbuka untuk umum dan
ditempatkan di Kantor Pemerintah Daerah serta tempat-tempat umum lainnya yang
mudah dilihat oleh masyarakat.
20

Pasal 36

Masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi mengenai Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten Pandeglang secara cepat, tepat dan mudah.

Pasal 37

Teknis pelaksanaan Peraturan Daerah ini tertuang dalam Lampiran Peraturan Daerah
yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.

BAB VIII
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMANFAATAN
RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Pasal 38
(1) Pengendalian dan Pengawasan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang
menurut Peraturan Daerah ini dimaksudkan guna menjamin tercapainya tujuan dan
sasaran rencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dan 4 Peraturan Daerah ini.

(2) Pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 dilakukan oleh
Bupati atau oleh Pejabat yang ditunjuk.

(3) Keterpaduan pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang di


koordinir oleh Bupati.

(4) Pemantauan dan pencegahan segala kegiatan pembangunan yang bertentangan


dengan Peraturan Daerah ini adalah wewenang Bupati.

BAB IX
PERUBAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN PANDEGLANG
Pasal 39
(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang yang telah ditetapkan dapat
dirubah untuk disesuaikan dengan perkembangan keadaan.

(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
21

BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 40
(1) Barang siapa melanggar pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebesar-
besarnya Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah).
(2) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, tindak pidana
yang mengakibatkan perusakan dan pencemaran lingkungan diancam pidana sesuai
dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.

BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 41
(1) Selain oleh Penyidik Umum, penyidikan tindak pidana atas tindak pidana pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh
Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang
pengangkatannya sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud dalam ayat ( 1 ), berwenang;
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana
pelanggaran.
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan
pemeriksaan.
c. Menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
d. Melakukan penyitaan benda atau surat.
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan.
h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum, bahwa
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak
pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut
kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya.
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
22

(3) Penyidik pegawai negeri sipil membuat berita acara setiap tindakan tentang;
a. Pemeriksaan rumah;
b. Pemasukan rumah;
c. Penyitaan benda;
d. Pemeriksaan surat;
e. Pemeriksaan saksi;
f. Pemeriksaan ditempat kejadian dan mengirimnya kepada Kejaksaan Negeri
melalui Penyidik Polri.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 42

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :


a. Kegiatan budidaya yang telah ditetapkan dan berada di kawasan lindung dapat
diteruskan sejauh tidak mengganggu fungsi lindung.
b. Dalam hal kegiatan budidaya yang telah ada dinilai mengganggu fungsi lindung dan
atau terpaksa mengkonversi kawasan berfungsi lindung, diatur sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Kegiatan Budidaya yang sudah ada di kawasan lindung dan dinilai mengganggu
fungsi lindungnya, harus segera dicegah perkembangannya.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 43

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
23

Pasal 44

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang
Nomor 03 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat
II Pandeglang (Lembaran Daerah Tahun 1996 Nomor 1 Seri B.1) dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 45
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang.

Disahkan di Pandeglang
pada tanggal 19 Juli 2004

BUPATI PANDEGLANG,

Cap / ttd

A. DIMYATI NATAKUSUMAH

Diundangkan di Pandeglang
pada tanggal 26 Juli 2004

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG,

Cap / ttd

ERWAN KURTUBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG


TAHUN 2004 NOMOR 14 SERI E.1
LD2004-Perda-RTRW 2

Anda mungkin juga menyukai