Anda di halaman 1dari 13

HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)

MAKALAH

DisusungunaMemenuhiTugas

Mata Kuliah :Dasar Pemisahan Analitik

DosenPengampu : Nailys Saadah, M. Si.

Disusun :

1. Dinda Habba Kamaliya ( 1503076042)


2. Nurmita Fitriyani ( 1503076050)
3. Moh. Nur Irfan Maulana ( 1508036054)
4. Esther Lita Intan S. ( 1503076062)

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, banyak proses pemurnian, misalnya untuk keperluan sintesis, senyawa
organik skala besar menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC).
Hal tersebut karena metode HPLC dirasa memiliki berbagai kelebihan yang membuatnya lebih
efektif untuk pemurnian komponen campuran dalam skala besar. Metode HPLC memiliki
berbagai keunggulan, yakni lebih selektif, sensitif, tidak terbatas pada stabilitas dan volatilitas
senyawa. Sehingga, tidaklah heran jika HPLC menjadi populer dan banyak digunakan pada masa
sekarang sebagai metode analisis rutin di berbagai bidang, seperti farmasi, kedokteran, pertanian,
lingkungan, industri makanan, pertambangan, dan lain-lain.

Metode pemisahan HPLC muncul berangkat dari kurangnya keefektifan dan banyaknya
masalah yang ditimbulkan oleh kromatografi kolom. Metode kromatografi kolom tersebut
membutuhkan waktu yang lama untuk analisis satu bahan saja. Disamping itu, resolusi dan
kapasitas cuplikan juga tidak baik karena tidak meratanya partikel dan kecilnya luas permukaan.

Oleh kerena itu, pada metode HPLC,resolusi yang tinggi merupakan hasil dari
penggunaan partikel yang kecil dan merata. Peningkatan luas permukaan oleeh oleh partikel
kecil menyebabkan penggunaan cuplikan yang lebih besar. Sebagai akibat kecilnya partikel,
menghasilkan berbagai selektifitas fase diam yang memungkinkan untuk melakukan pemisahan
berbagai jenis senyawa.

(TAMBAHKAN LATBEL SAMPEL YANG ANDA GUNAKAN DALAM JURNAL


INI. KEMUDIAN SEDIKIT BAHAS APA YANG MAU DITELITI, APA YANG
MELATARBELAKANGI SAMPEL TSB DI TELITI PAKE HPLC)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang Dimaksud dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC)?


2. Bagaimana Prinsip Kerja dari High Performance Liquid Chromatography (HPLC)?
3. Apa Saja Komponen yang Mendukung Dilakukannya Pemisahan dengan Metode High
Performance Liquid Chromatography (HPLC)?
4. Apa Saja Keuntungan dan Kerugian dari Metode High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)?
5. Bagaimana Pengaplikasian Metode Pemisahan dengan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini antaranya yaitu:

1. Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan High Performance Liquid Chromatography


(HPLC)
2. Mengetahui Prinsip Kerja dari High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
3. Mengetahui Komponen yang Mendukung Dilakukannya Pemisahan dengan Metode High
Performance Liquid Chromatography (HPLC)
4. Mengetahui Keuntungan dan Kerugian dari Metode High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)
5. Mengetahui Pengaplikasian Metode Pemisahan dengan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)

D. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini diantaranya yaitu:


1. Bagi penulis dan pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai High
Performance Liquid Chromatography (HPLC)
2. Bagi peneliti dapat dijadikan sumber atau referensi penelitian yang dilakukannya.

(TAMBAHKAN UNTUK SAMPEL NYA YG DI JURNAL JUGAG DARI


TUJUAN S/D MANFAAT) KAN TUJUAN TUGAS INI ADALAH ANALISIS
SAMPEL, BUKAN BELAJAR TTG MATERI SEUTUHNYA TAPI APLIKASI
NYA

BAB II

DASAR TEORI

1. Pengertian High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

High Performance Liquid Chromatography (HPLC)atau Kromatografi Cair Kinerja


Tinggi (KCKT) merupakan metode jenis kromatografi cair untuk memisahkan komponen yang
dilarutkan dalam larutan. Dalam HPLC, zat cair digunakan sebagai fase gerak. Sebagai akibat
penggunaan fase gerak zat cair maka dapat dibayangkan betapa sukarnya zat cair mengalir dalam
kolom yang dipadatkan dengan serbuk halus. Oleh karena itu, agar zat cair dapat melewati kolom
secara cepat maka dibutuhkan pompa bertekanan tinggi.1
Metode HPLC merupakan suatu metode yang sensitif dan akurat untuk penentuan kuantitatif
serta baik untuk pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap seperti asam amino, protein,

Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Eletrofisis Modern, (Bandung : PT
1

Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 69.


pestisida dan lain-lain.2 Pemisahan dengan HPLC memiliki beberapa keuntungan dibandingkan
dengan metode konvensional seperti waktu retensi yang cepat, biaya yang rendah dan
kemungkinan untuk menganalisis sampel yang tidak stabil.3
Dalam HPLC ini, fase gerak yang digunakan berupa cairan, sedang fase diamnya berupa
padatan (silica gel) yang ditempatkan pada kolom tertutup (melekat secara kimia dalam kolom
tersebut). Maksud dan tujuan analisis dengan kromatografi yaitu didapatnya pemisahan yang baik
demikian halnya dalam HPLC diharapkan pemisahannya baik dan dalam waktu proses yang relatif
singkat.
a. Fase Diam
Fase diam yang dibutuhkan untuk isi kolom berukuran sekitar 10m atau lebih kecil,
namun hal ini menimbulkan kesulitan lain, yakni kolom tidak mempunyai ruang lagi untuk
mengelusi. Dengan demikian, rancangannya sering diubah dengan memberikan material
penyangga berpori dengan ukuran lebih besar (sekitar 30-50m) namun kemudian
permukaanya dilapisi dengan fase diam cair dengan ketebalan sekitar 1-2 m. lapisan semacam
ini juga menyulitkan karena dalam tekanan dan laju alir atau temperature tinggi maka lapisan
akan terkoyak. Setiap instrumentasi HPLC biasanya dilengkapi dengan beberapa jenis kolom
yang dapat diganti sesuai dengan kebutuhan.

b. Fase Gerak
Fase gerak pada HPLC merupakan pelarut yang dialirkan ke dalam kolom (fase diam)
yang bertugas membawa analit melalui kolom. Komponen analit dalam larutan akan bermigrasi
ke fase diam melalui interaksi non kovalen. Interaksi antara gerak dengan sampel dan dengan
fase diam menentukan migrasi dan pemisahan komponen pada sampel. Sebagai contoh, sampel
yang memiliki interaksi lebih kuat dibanding dengan fase diam akan terelusi keluar kolom lebih
cepat dan memiliki waktu retensi lebih cepat.
Fase gerak disini tidak dapat diubah maka pilihan pelarut diserahkan pada operator.
Pemilihan metode mencampurpelarut dan juga gradient elusi dapat dilakukan tergantung pada
sampel yang dipisahkan.

2. Prinsip Kerja High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

Pada prinsipnya, pemisahan komponen dengan HPLC didasarkan pada kepolarannya.


Artinya komponen dari suatu analit (sampel) akan terpisah berdasarkan sifat kepolaran masing-
masing komponen dalam sampel. Apabila kepolarannya lebih mirip fase diam, maka dia akan

2
Skoog D. A., Principles of Instrumental Analysis 3rded, (New York : Saunders Golden samburst Series,
1985), ) dalam Jurnal Nasional Penentuan Kondisi Optimum HPLC untuk Pemisahan Residu Pestisida Imidakloprid,
Profenofos dan Deltametrin pada Cabai, Nurhamidah, www.library.usd.ac.id, diakses pada Rabu, 2 November 2016.
3
Ishii D., Introduction to Microscale High Performance Liquid Chromatography, (New York : VCH
Publisher Inc, 1998) dalam Jurnal Nasional Penentuan Kondisi Optimum HPLC untuk Pemisahan Residu Pestisida
Imidakloprid, Profenofos dan Deltametrin pada Cabai, Nurhamidah, , www.library.usd.ac.id, diakses pada Rabu, 2
November 2016.
tertahan di fase diam atau bergerak lambat. Namun, apabila kepolarannya lebih mirip fase gerak,
ia akan terdistribusi lebih jauh dan lebih cepat.

Menurut proses kerjanya, fase gerak cair dialirkan dengan bantuan pompa melalui kolom
ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fase gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam
kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Hal itu disebabkan oleh adanya
perbedaan kekuatan interaksi antara solut terhadap fase diam. Solut-solut yang kurang kuat
interaksinya dengan fase diam, akan keluar terlebih dahulu dan sebaliknya. Setiap komponen
cairan yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram. Seperti pada kromatografi gasjumlah peak menyatakan jumlah komponennya.
Sedang luas peak sendiri dinyatakan dengan konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer
dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data
hasil pengukuran HPLC.4

Metode HPLC dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan sekaligus kuantitatif. Untuk
analisa kualitatif dengan membandingkan kromatogram sampel dengan kromatogram baku
pembanding berasarkan waktu retensinya. Sedangkan untuk analisis kuantitatif dapat digunakan
dengan persamaan :

Cx = Ax / Ap. X. Cp

A = Peak area = Luas puncak

C = Konsentrasi

X = Sampel

P = Pembanding

Dalam kromatografi modern terdapat parameter yang perlu dimengerti untuk memahami
konsep kromatografi. Parameter-parameter tersebut adalah:

1. Waktu Retensi (tR)


Waktu retensi (tR) adalah waktu yang diperlukan oleh suatu komponen campuran untuk
keluar dari kolom. Waktu retensi diukur melalui kromatogram dari menit ke-0 hingga
muncul peak.
2. Faktor Kapasitas
Faktor kapasitas merupakan suatu ukuran kekuatan interaksi suatu komponen dengan fasa
diam. Semakin kuat interaksi komponen dengan fasa diam, maka semakin tinggi harga
faktor kapasitas. Begitu juga sebaliknya.
3. Selektivitas

4
Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Eletrofisis Modern, hlm. 69.
Selektivitas diartikan sebagai ukuran keterpilihan dua komponen campuran yang
dipisahkan.
4. Efisiensi
Tingkat efisiensi pemisahan kromatografi dapat diketahui dari banyaknya hasil peak dari
kromatogram. Semakin lebar peak kromatogram maka semakin pemisahan dikatakan
kurang efisien.
5. Resolusi
Resolusi adalah derajat pemisahan dua komponen campuran dalam proses kromatografi.

3. Instrumentasi High Performance Liquid Chromatography (HPLC)


Setelah memahami pengertian dan prinsip dasar dari kromatografi cairan kinerja tinggi,
maka selanjutnya akan dijelaskan mengenai instrumentasi kromatogarfi ini. Penggunaan
kromatografi cair membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam bagian alat
kerjanya seperti fase gerak, pompa, injektor, kolom, detektor. Untuk mengetahui lebih jelasnya,
berikut ini adalah penjelasanya mengenai alat-alat:

a. Fasa Gerak
Fasa gerak dalam HPLC adalah eluen atau pelarut yang berfungsi membawa komponen-
komponen campuran menuju detektor, selain fungsi tersebut fasa gerak juga dapat
berinteraksi dengan solut-solut. Berikut persyaratan fasa gerak pada HPLC :
i. Harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk sampel yang akan dianalisis.
ii. Zat cair harus murni dan jernih untuk menghindari kotoran yang dapat
mengganggu interpretasi kromatogram dan menghindarkan penyumbatan kolom.
iii. Mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun.
iv. Zat cair tidak kental, kekentalan tidak melebihi 0,5 cP (centi Poise).
v. Sesuai dengan detektor yang digunakan.

b. Pompa
Pompa dalam HPLC berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom.
Berikut persyaratan pompa yang harus dipenuhi dalam HPLC:
i. Menghasilkan tekanan sampai 600 psi (pons/in2).
ii. Kecepatan alir berkisar antara 0,1 10 ml/menit.
iii. Bahan tahan korosi.
Pompa dalam HPLC yang biasa dikenal adalah pompa reciprocating,
displacement, dan pneumatic.

c. Injektor (pemasukan cuplikan)


Injektor merupakan tempat masuknya sampel. Sampel yang dimasukkan ke dalam HPLC
hanya beberapa puluh mikroliter. adakalanya injektor merupakan suatu sistem autosampler.
Dalam pemasukkan sampel tidak boleh melebihi batas, sebab apabila kebanyakan
memasukkan sampel maka menyebabkan band broadening. Berikut beberapa teknik
pemasukan cuplikan dalam sistem HPLC:
1. Injeksi Syringe
Injeksi syringe merupakan teknik pemasukan cuplikan dengan cara menyuntikan
sampel melalui septum.
2. Injeksi Stop-Flow
Teknik ini berbeda dengan injeksi syringe, sebab teknik ini harus menghentikan
sementara pelarut, yang kemudian cuplikan disuntikan langsung ke dalam ujung
kolom. Setelah cuplikan dimasukkan maka pelarut dilarutkan kembali.
3. Kran cuplikan
Jenis injektor cuplikan ini bisa disebut juga loop, untuk memasukan cuplikan dalam
fasa gerak diperlukan dua langkah , yaitu pertama sejumlah volume cuplikan
disuntikan ke dalam loop dalam posisi load. Kedua kran diputar untuk mengubah
posisi load menjadi posisi injeksi.
d. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya. Pada metode kromatografi cair ini digunakan kolom tabung gelas
dengan bermacam diameter. Secara keseluruhan pemisahan ini membutuhkan waktu
lama HPLC menggunakan kolom dengan diameter umumnya kecil, dengan dimensi
yang bervariasi digunakan sebagai penunjang stationer.. HPLC berbeda dari
kromatografi cair klasik. HPLC menggunakan kolom dengan diameter umumnya
kecil, 2-8 mm dengan ukuran pertikel penunjang 50m sedangkan laju aliran
dipertinggi dengan tekanan yang tinggi.Jenis kolom bervariasi bergantung keperluan,
misalnya dikenal kolom C-18, C-8, cyanopropyl, penukar ion. Yang paling banyak
dipakai adalah kolom C-8 dan C-18. Saat ini yang baru diperkenalkan adalah kolom
HILIC (Hidrophilic Interactive Liquid Chromatography).
e. Detektor
Detektor dalam hal ini berfungsi untuk mendeteksi solut-solut yang keluar dari kolom
analitik. Suatu detektor harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
i.Cukup sensitif
ii.Stabilitas dan keterulangan tinggi.
iii.Respon linier terhadap solut.
iv.Waktu respon pendek, sehingga tidak bergantung kecepatan alir.

4. Kelebihan dan KelemahanMetode High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

a.Kelebihan Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC)


Dengan adanya HPLC tentunya sangat membantu dalam proses kromatografi.
Berikut merupakan kelebihan dari alat HPLC antara lain:
1. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran dengan daya
memisah yang tinggi.
2. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan analisis.
3. Dapat digunakan bermacan-macam detektor dengan kepekaan yang tinggi.
4. Kolom dapat digunakan kembali.
5. Waktu analisa cukup singkat.
6. HPLC dapat digunakan untuk isolasi zat yang tidak mudah menguap dan zat
yang tidak stabil.
7. Dapat menganalisis sampel yang kecil kuantitasnya.
8. Teknik HPLC dapat dilakukan pada suhu kamar.
9. Tidak tergantung pada kemampuan operator dan derajat keterulangan yang
didapatkan sesuai dengan kriteria USP.
10. Preparasi dengan HPLC dapat dilakukan pada skala besar.

b.Kelemahan dari alat HPLC antara lain:


1. Hasil resolusi yang baik sulit dicapai apabila sampelnya sangat kompleks.
2. Harga sebuah alat HPLC cukup mahal.
3. Sering ada larutan standar yang tertinggal diinjektor.
4. Pada kolom dengan diameter rata-rata partikel fase diam dengan ukuran 5 dan
3 mikrometer sela-sela partikel lebih mudah tertutup oleh kotoran, jadi harus
seringkali dicuci dan kemurnian larutan harus dijaga.
BAB III
PEMBAHASAN

Analisis Jumlah -Sitosterol dalam Obat Herbal dan Minyak Nabati dengan
Menggunakan MetodeHigh Performance Liquid Chromatography (HPLC)

Jurnal internasional terkait dengan pengaplikasian metode High Performance Liquid


Chromatography (HPLC) yang dibahas oleh pemakalah berjudul HPLC Analysis of -Sitosterol in
Herbal Medicine and Vagetable Oilsoleh Akshada N. Kakade dan C. S. Magdum. Tujuan
pengggunaan metode HPLC tersebut yakni untuk menentukan tingkat -Sitosterol yang terkandung
dalam obat herbal berupa kapsul Solala beta sitosterol dan beberapa jenis minyak nabati. Hal itu
dilakukan karena -Sitosterol yang merupakan komponen utama dalam kapsul Solala beta sitosterol
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Diantaranya, yakni mengontrol tingkat kolestrol,
mengurangi aktivitas sel kanker, meningkatkan kesehatan kelenjar prostat dan meningkatkan imunitas
dalam tubuh manusia. Namun, hingga saat ini belum terdapat literatur yang melaporkan terkait tingkat
-Sitosterol dalam obat-obatan herbal dan minyak nabati. Sehingga, dalam jurnal ini, Akshada
melakukan pelaporan tingkat -Sitosterol berdasarkan dengan metode HPLC.

Penentuan tingkat -sitosterol tersebut dilakukan pada kapsul Solala beta sitosterol, sedang
pada minyak nabati menggunakan minyak gandum, minyak biji kapas, minyak kedelai, minyak
kacang tanah, dan terdapat pula sampel -sitosterol yang dijadikan standar pada metode kromatografi
tersebut. Pada penentuan tersebut menggunakan instrumen yang sering digunakan pada metode HPLC
seperti model Agilent pompa gradien, suntikan dari bahan stainless steel (5 uL loop) dan detektor
UV-VIS yang dioperasikan pada 198 nm untuk mendeteksi seluruh ekstrak sampel yang diteliti, serta
terdapat kolom RP-C-18 yang digunakan sebagai kolom analitis. Kemudian, pada fase geraknya
menggunakan beberapa larutan campuran, komponennya antara lain 15% ethanol dan 85% asetonitril.
Laju aliran dari fase gerak pun diatur dengan kecepatan 1ml/menit dan suhu kolom dijaga pada 25 oC.
Larutan sampel dan larutan reagen sebelumnya dihilangkan gasnya terlebih dahulu sebelum
dijalankan, kecuali jika sudah dilakukan penetapan. Semua reagen yang termasuk dalam kelas HPLC
antara lain methanol, ethanol, acetonitril dan potasium hidroksida. Reagen harus telah dihilangkan
gasnya dalam bak ultrasonik sebelum disuntikkan dalam HPLC.

Pada sampel yang akan ditentukan tingkat -sitosterolnya diekstrak terlebih dahulu dan
disaring sebelum disuntikkan ke dalam HPLC. Sedang sampel -sitosterol yang digunakan memiliki
konsentrasi 1 mg/1 ml yang telah dibuat dengan melarutkannya dalam kloroform. Setelah itu,
komponen sampel -sitosterol yang dilarutkan dengan pelarut Acetonitril dan ethanol yang menjadi
fase gerak dialirkan melalui kolom dengan menggunakan tegangan tinggi dari Agilent pompa gradien.
Komponen -sitosterol yang akan ditentukan jumlahnya dalam larutan tersebut akan muncul dalam
detektor membentuk peak-peak atau puncak dan disertai pula dengan waktu retensinya. Waktu retensi
tersebut muncul ketika sampel -sitosterol keluar dari kolom.
Pada percobaan ini menggunakan mode gradien pada pemisahannya, maksudnya
menggunakan dua pelarut sebagai fase gerak yang telah dialirkan pada pompa berbeda dan telah
diprogram perbandingannya untuk proses pemisahan. Namun, pada penelitian ini bukanlah untuk
memisahkan banyak sampel dalam satu larutan, dimana antara sampel satu dengan sampel lain dapat
memisah secara teratur pada pemisahan peak-peaknya. Tetapi, penelitian hanya untuk menentukan
berapa jumlah -sitosterol yang terkandung dalam Solala beta sitosteroldan beberapa minyak sayur.
Sampel yang dimasukkan pada instrumen HPLC dilakukan satu persatu, sehingga hanya untuk
mengetahui berapa jumlah -sitosterol yang terkandung berdasarkan waktu retensinya.

Akshada dalam penelitiannya tersebut menyimpulkan bahwa HPLC merupakan metode


analisis yang paling cocok untuk menentukan tingkat -sitosterol di dalam Solala beta sitosterol dan
beberapa jenis minyak sayur. Pernyataan tersebut didasarkan pada kromatogram HPLC antara sampel
standar -sitosterol dan kapsul Solala beta sitosterol menunjukkan fase gerak pada 100%. Pada
Acetonitril berada pada pH 6,5 dan waktu retensinya berturut-turut menunjukkan 67,25 dan 67,89.
Pada 95% Acetonitril dan 5% ethanol menunjukkan waktu retensi untuk sampel standar -sitosterol
yakni 55,75. Sedang pada 85% Acetonitrile dan 15% ethanol menunjukkan waktu retensi 36,23 dan
36,81. Akhirnya, jumlah -sitosterol pada minyak sayur juga menunjukkan waktu retensi yang hampir
sama dengan -sitosterol dalam Solala beta sitosterol ketika dideteksi oleh kromatogram HPLC pada
Acetonitril 85% dan ethanol 15%. Hasilnya antara lain, minyak gandum 36,9, minyak biji kapas
36,21, minyak kedelai 36,47 serta minyak kacang tanah 36,12.

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat melalui beberapa peak atau puncak pada
kromatogram, dapat dibuktikan bahwa dari enam sampel yang diuji pada fase gerak Acetonitril 85%
dan ethanol 15%, memiliki perbedaan waktu retensi yang berbeda-beda. Sampel yang menunjukkan
waktu retensi paling sedikit menandakan bahwa sampel tersebut memiliki kecepatan lebih tinggi
dibanding sampel yang lain untuk keluar dari kolom dan mencapai detektor. Sehingga, dapat dilihat
bahwa sampel yang paling awal keluar dari kolom kromatografi yakni minyak kacang tanah, karena
memiliki waktu retensi yang paling kecil. Fase gerak berupa Acetonitril 85% dan ethanol 15%, dipilih
sebagai fase gerak yang paling cocok pada penentuan ini karena waktu retensi yang dibutuhkan oleh
sempel untuk keluar kolom lebih cepat dibanding jumlah fase gerak yang lain. Selain itu, pada jumlah
fase gerak tersebut, dapat dilalui oleh seluruh sampel, serta menunjukkan waktu retensi yang hampir
sama dengan sampel standar.

Akshada pun menegaskan kembali jika HPLC memberikan kondisi yang relevan untuk
menentukan tingkat -sitosterol dalam kapsul Solala beta sitosterol. Selain itu metode analisis ini
juga dapat diaplikasikan untuk menentukan jumlah -sitosterol di dalam minyak ayur. Selain itu,
berdasarkan waktu retensinya minyak kacang tanah lebih dahulu keluar dari kolom dibanding sampel
yang lain, karena waktu retensi yang dibutuhkan oleh sampel kacang tanah lebih sedikit dibanding
sampel yang lain.
(ADA GB KROMATOGRAMNYA GA DI JURNAL?? KALO ADA TAMBAHKAN
YAAA)
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
a. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)atau Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) merupakanmetodejeniskromatograficair untuk memisahkan komponen
yang dilarutkan dalam larutan.
b. Padaprinsipnya, pemisahankomponendengan HPLC didasarkan pada kepolarannya.
c. Penggunaan kromatografi cair membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai
macam bagian alat kerjanya seperti fase gerak, pompa, injektor, kolom, dan detektor.
d. Metode HPLC ini mempunyai kekurangan dan kelebihan, dari salah satu kelebihan
metode HPLC ini adalah mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
dengan daya memisah yang tinggi, dan juga dapat menghindari terjadinya dekomposisi /
kerusakanbahananalisis. Sedangkan kekurangan dari metode HPLC ini adalah harga
sebuah alat HPLC cukup mahal dan juga sering ada larutan standar yang tertinggal pada
injektor.

(KESIMPULAN TTG APLIKASINYA MANA?????)

2. Kata Penutup
Demikian makalah ini kami buat, Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kekurangan, maka kritik saran yang membangun dapat memberikan perbaikan dan
pengembangan makalah kami yang selanjutnya.

Apabila ada kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf. Semoga makalah ini
membawa manfaat bagi penulis dan para pembaca serta membuka wawasan dan pengetahuan
kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Hendayana, Sumar, Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Eletrofisis Modern, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Kakade, Akshada dan C. S Magdum, Journal : HPLC Analysis of -Sitosterol in Herbal Medicine
and Vagetable Oils, 2012.
Anonim, Bab V : Kromatografi,repository.usu.ac.id,
Ishii D., Introduction to Microscale High Performance Liquid Chromatography, New York : VCH
Publisher Inc, 1998, dalam Jurnal Nasional Penentuan Kondisi Optimum HPLC untuk
Pemisahan Residu Pestisida Imidakloprid, Profenofos dan Deltametrin pada Cabai,
Nurhamidah, , www.library.usd.ac.id. 2010
Skoog D. A., Principles of Instrumental Analysis 3rded, New York : Saunders Golden samburst
Series, 1985, dalam Jurnal Nasional Penentuan Kondisi Optimum HPLC untuk
Pemisahan Residu Pestisida Imidakloprid, Profenofos dan Deltametrin pada Cabai,
Nurhamidah, www.library.usd.ac.id,2010.

Anda mungkin juga menyukai