Anda di halaman 1dari 5

Peringkat

Jawaban Terbaik: Sejarah lengkapnya ya?

Konsep bahwa materi terdiri dari satuan-satuan diskret yang tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi satuan
yang lebih kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran ini masihlah bersifat abstrak dan
filosofis daripada berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen. Secara filosofis, deskripsi sifat-sifat
atom bervariasi tergantung pada budaya dan aliran filosofi tersebut, dan seringkali pula mengandung
unsur-unsur spiritual di dalamnya. Walaupun demikian, pemikiran dasar mengenai atom diterima oleh
para ilmuwan ribuan tahun kemudian karena ia secara elegan menjelaskan penemuan-penemuan yang
baru pada bidang kimia.[4]

Rujukan paling awal mengenai konsep atom dapat ditilik kembali ke India kuno pada abad ke-6 sebelum
masehi.[5] Aliran sekolah Nyaya dan Vaisheshika mengembangkan teori yang menjelaskan bagaimana
atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih kompleks.[6] Rujukan mengenai atom di dunia
Barat muncul satu abad kemudian oleh Leukippos, yang kemudian oleh muridnya, Demokritus
mensistematis pandangan ini. Kira-kira pada tahun 450 SM, Demokritus menciptakan istilah tomos
(bahasa Yunani: ), yang berarti "tidak dapat dipotong" ataupun "partikel terkecil materi yang tidak
dapat dibagi-bagi lagi". Walaupun konsep dari India dan Yunani mengenai atom secara murni hanya
didasarkan pada ilmu filosofi, ilmu pengetahuan modern masih menggunakan istilah "atom" yang
dicetuskan oleh Demokritus tersebut.[4]

Kemajuan lebih jauh pada pemahaman kita mengenai atom dimulai dengan berkembangnya ilmu kimia.
Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan buku The Sceptical Chymist yang berargumen bahwa
materi-materi di dunia ini terdiri dari berbagai kombinasi "corpuscules" ataupun atom-atom yang berbeda.
Hal ini berbeda dengan pandangan klasik bahwa materi terdiri dari unsur udara, tanah, api, dan air.[7]
Pada tahun 1789, istilah element (unsur) didefinisikan oleh seorang bangsawan dan peneliti Perancis,
Antoine Lavoisier, sebagai bahan dasar yang tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan
menggunakan metode-metode kimia.[8]

Berbagai atom dan molekul yang digambarkan pada buku John Dalton, A New System of Chemical
Philosophy (1808).Pada tahun 1803, John Dalton menggunakan konsep atom untuk menjelaskan
mengapa unsur-unsur selalu bereaksi dalam perbandingan yang bulat dan tetap dan mengapa gas-gas
tertentu lebih larut dalam air dibandingkan dengan gas-gas lainnya. Ia mengajukan bahwa setiap unsur
mengandung atom-atom tunggal unik yang dapat kemudian lebih jauh bergabung menjadi senyawa-
senyawa kimia.[9][10]

Teori partikel ini kemudian dikonfirmasi lebih jauh pada tahun 1827, ketika seorang botanis Robert Brown
menggunakan mikroskop untuk mengamati debu-debu yang mengambang di air dan menemukan bahwa
debu-debu tersebut bergerak secara acak. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak Brown". Pada
tahun 1877, J. Desaulx mengajukan bahwa fenomena ini disebabkan oleh gerak termal molekul air, dan
pada tahun 1905, Albert Einstein membuat analisis matematika gerak ini.[11][12][13] Fisikawan Perancis,
Jean Perrin, kemudian menggunakan hasil kerja Einstein untuk secara eksperimen menentukan massa
dan dimensi atom, yang kemudian secara konklusif memverifikasi teori atom Dalton.[14]

Melalui hasil kerjanya pada sinar katoda pada tahun 1897, J. J. Thomson menemukan elektron dan sifat-
sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan konsep atom sebagai satuan yang tidak dapat dibagi-bagi
lagi.[15] Thomson percaya bahwa elektron-elektron terdistribusi secara merata di seluruh atom, dan
muatan-muatannya diseimbangkan oleh keberadaan lautan muatan positif (model puding plum).
Namun pada tahun 1909, para peneliti di bawah arahan Ernest Rutherford menembakkan ion helium ke
lembaran tipis emas dan menemukan bahwa sebagian kecil ion tersebut dipantulkan dengan sudut
pantulan yang lebih tajam dari yang apa yang diprediksi oleh teori Thomson. Rutherford kemudian
mengajukan bahwa muatan positif suatu atom dan kebanyakan massanya terkonsentrasi pada inti atom
pada pusat atom dengan elektron-elektron mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari. Muatan
positif ion helium yang melewati inti padat ini haruslah dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih
tajam. Pada tahun 1913, ketika bereksperimen dengan hasil proses peluruhan radioaktif, Frederick
Soddy menemukan bahwa terdapat lebih dari satu jenis atom pada setiap posisi tabel periodik.[16] Istilah
isotop kemudian diciptakan oleh Margaret Todd sebagai nama yang tepat untuk atom-atom yang berbeda
namun merupakan satu unsur yang sama. J.J. Thomson menemukan teknik untuk memisahkan jenis-
jenis atom tersebut melalui hasil kerjanya pada gas yang terionisasi.[17]

Model atom hidrogen Bohr yang menunjukkan loncatan elektron antara orbit-orbit tetap dan
memancarkan energi foton dengan frekuensi tertentu.Sementara itu, pada tahun 1913, fisikawan Niels
Bohr mengkaji ulang model atom Rutherford dan mengajukan bahwa elektron-elektron terletak pada
orbit-orbit yang terkuantisasi dan dapat meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya, namun tidak dapat
dengan bebas berputar spiral ke dalam maupun keluar dalam keadaan transisi.[18] Elektron haruslah
menyerap ataupun memancarkan sejumlah energi tertentu untuk melakukan transisi antara orbit-orbit
yang tetap ini. Ketika cahaya dari materi yang dipanaskan memancar melalui prisma, ia dapat
menghasilkan spektrum multiwarna. Penampakan garis-garis spektrum tertentu ini berhasil dijelaskan
oleh teori transisi orbital ini.[19]

Pada tahun 1916, ikatan kimia antar atom kemudian dijelaskan oleh Gilbert Newton Lewis sebagai
interaksi antara elektron-elektron atom tersebut.[20] Karena sifat-sifat kimiawi unsur-unsur secara garis
besar memiliki periodisitas,[21] pada tahun 1919 Irving Langmuir mengajukan bahwa hal ini dapat
dijelaskan apabila elektron-elektron pada sebuah atom saling berhubungan atau berkumpul dalam
bentuk-bentuk tertentu. Sekelompok elektron diperkirakan menduduki satu set kelopak elektron di sekitar
inti atom.

Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat kuantum
atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan magnet, berkas tersebut terpisah-pisah
sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh karena arah spin adalah acak, berkas ini
diharapkan menyebar menjadi satu garis. Namun pada kenyataannya, berkas ini terbagi menjadi dua
bagian, tergantung dari apakah spin atom tersebut berorientasi ke atas ataupun ke bawah.[22]

Pada tahun 1926, dengan menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel berperilaku seperti
gelombang, Erwin Schrdinger mengembangkan suatu model atom matematis yang menggambarkan
elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada sebagai titik-titik partikel. Konsekuensi penggunaan
bentuk gelombang untuk menjelaskan elektron ini adalah bahwa adalah tidak mungkin untuk secara
matematis menghitung posisi dan momentum partikel secara bersamaan. Hal ini kemudian dikenal
sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan oleh Werner Heisenberg pada 1926. Menurut konsep
ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi, seseorang hanya bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai
probabilitas momentum, demikian pula sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk divisualisasikan, ia
dapat dengan baik menjelaskan sifat-sifat atom yang terpantau yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan
oleh teori mana pun. Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan elektron mengitari inti atom
seperti planet mengitari matahari digugurkan dan digantikan oleh model orbital atom di sekitar inti di
mana elektron paling berkemungkinan berada.[23][24]

Diagram skema spetrometer massa sederhana.Perkembangan pada spektrometri massa mengijin


pengukuran massa atom secara eksak. Peralatan spektrometer ini menggunakan magnet untuk
membelokkan trayektori berkas ion dan banyaknya defleksi ditentukan dengan rasio massa atom
terhadap muatannya. Kimiawan Francis William Aston menggunakan peralatan ini untuk menunjukkan
bahwa isotop mempunyai massa yang berbeda. Perbedaan massa antar isotop ini berupa bilangan bulat,
dan ia disebut sebagai kaidah bilangan bulat.[25] Penjelasan pada perbedaan massa isotop ini berhasil
dipecahkan setelah ditemukannya neutron, yakni partikel bermuatan netral dengan massa yang hampir
sama dengan proton, oleh James Chadwick pada tahun 1932. Isotop kemudian dijelaskan sebagai unsur
dengan jumlah proton yang sama, namun memiliki jumlah neutron yang berbeda dalam inti atom.[26]

Pada tahun 1950-an, perkembangan pemercepat partikel dan detektor partikel mengijinkan para ilmuwan
mempelajari dampak-dampak dari atom yang bergerak dengan energi yang tinggi.[27] Neutron dan
proton kemudian diketahui sebagai hardon, yaitu komposit partikel-partikel kecil yang disebut sebagai
kuark. Model-model standar fisika nuklir kemudian dikembangkan untuk menjelaskan sifat-sifat inti atom
dalam hal interaksi partikel subatom ini.[28]

Sekitar tahun 1985, Steven Chu dkk. di Bell Labs mengembangkan sebuah teknik untuk menurunkan
temperatur atom menggunakan laser. Pada tahun yang sama, sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh
William D. Phillips berhasil memerangkap atom natrium dalam perangkap magnet. Claude Cohen-
Tannoudji kemudian menggabungkan kedua teknik tersebut untuk mendinginkan sejumlah kecil atom
sampai beberapa mickokelvin. Hal ini mengijinkan ilmuwan mempelajari atom dengan presisi yang
sangat tinggi, yang pada akhirnya membawa para ilmuwan menemukan kondensasi Bose-Einstein.[29]

Dalam sejarahnya, sebuah atom tunggal sangatlah kecil untuk digunakan dalam aplikasi ilmiah. Namun
berbagai peranti yang menggunakan sebuah atom tunggal logam yang dihubungkan dengan ligan-ligan
organik (transistor elektron tunggal) telah dibuat.[30] Berbagai penelitian telah dilakukan untuk
memerangkap dan memperlambat laju atom menggunakan pendinginan laser untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik
Sumber:wiki
esaap 6 tahun yang lalu
0
Jempol ke atas

0
Jempol ke bawah
Komentar
Laporkan Penyalahgunaan

masih bingung dengan jawabannya


Tifanny 1 tahun yang lalu
0
Jempol ke atas

0
Jempol ke bawah
Komentar
Laporkan Penyalahgunaan

Melalui hasil kerjanya pada sinar katoda pada tahun 1897, J. J. Thomson menemukan elektron dan sifat-
sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan konsep atom sebagai satuan yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.
Thomson percaya bahwa elektron-elektron terdistribusi secara merata di seluruh atom, dan muatan-
muatannya diseimbangkan oleh keberadaan lautan muatan positif (model puding plum).
Namun pada tahun 1909, para peneliti di bawah arahan Ernest Rutherford menembakkan ion helium ke
lembaran tipis emas dan menemukan bahwa sebagian kecil ion tersebut dipantulkan dengan sudut
pantulan yang lebih tajam dari yang apa yang diprediksi oleh teori Thomson. Rutherford kemudian
mengajukan bahwa muatan positif suatu atom dan kebanyakan massanya terkonsentrasi pada inti atom
pada pusat atom dengan elektron-elektron mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari. Muatan
positif ion helium yang melewati inti padat ini haruslah dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih
tajam.

Pada tahun 1913, ketika bereksperimen dengan hasil proses peluruhan radioaktif, Frederick Soddy
menemukan bahwa terdapat lebih dari satu jenis atom pada setiap posisi tabel periodik. Istilah isotop
kemudian diciptakan oleh Margaret Todd sebagai nama yang tepat untuk atom-atom yang berbeda
namun merupakan satu unsur yang sama. J.J. Thomson menemukan teknik untuk memisahkan jenis-
jenis atom tersebut melalui hasil kerjanya pada gas yang terionisasi.

Model atom hidrogen Bohr yang menunjukkan loncatan elektron antara orbit-orbit tetap dan
memancarkan energi foton dengan frekuensi tertentu.Sementara itu, pada tahun 1913, fisikawan Niels
Bohr mengkaji ulang model atom Rutherford dan mengajukan bahwa elektron-elektron terletak pada
orbit-orbit yang terkuantisasi dan dapat meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya, namun tidak dapat
dengan bebas berputar spiral ke dalam maupun keluar dalam keadaan transisi. Elektron haruslah
menyerap ataupun memancarkan sejumlah energi tertentu untuk melakukan transisi antara orbit-orbit
yang tetap ini. Ketika cahaya dari materi yang dipanaskan memancar melalui prisma, ia dapat
menghasilkan spektrum multiwarna. Penampakan garis-garis spektrum tertentu ini berhasil dijelaskan
oleh teori transisi orbital ini.

Pada tahun 1916, ikatan kimia antar atom kemudian dijelaskan oleh Gilbert Newton Lewis sebagai
interaksi antara elektron-elektron atom tersebut. Karena sifat-sifat kimiawi unsur-unsur secara garis besar
memiliki periodisitas, pada tahun 1919 Irving Langmuir mengajukan bahwa hal ini dapat dijelaskan
apabila elektron-elektron pada sebuah atom saling berhubungan atau berkumpul dalam bentuk-bentuk
tertentu. Sekelompok elektron diperkirakan menduduki satu set kelopak elektron di sekitar inti atom.

Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat kuantum
atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan magnet, berkas tersebut terpisah-pisah
sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh karena arah spin adalah acak, berkas ini
diharapkan menyebar menjadi satu garis. Namun pada kenyataannya, berkas ini terbagi menjadi dua
bagian, tergantung dari apakah spin atom tersebut berorientasi ke atas ataupun ke bawah.

Pada tahun 1926, dengan menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel berperilaku seperti
gelombang, Erwin Schrdinger mengembangkan suatu model atom matematis yang menggambarkan
elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada sebagai titik-titik partikel. Konsekuensi penggunaan
bentuk gelombang untuk menjelaskan elektron ini adalah bahwa adalah tidak mungkin untuk secara
matematis menghitung posisi dan momentum partikel secara bersamaan. Hal ini kemudian dikenal
sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan oleh Werner Heisenberg pada 1926. Menurut konsep
ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi, seseorang hanya bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai
probabilitas momentum, demikian pula sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk divisualisasikan, ia
dapat dengan baik menjelaskan sifat-sifat atom yang terpantau yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan
oleh teori mana pun. Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan elektron mengitari inti atom
seperti planet mengitari matahari digugurkan dan digantikan oleh model orbital atom di sekitar inti di
mana elektron paling berkemungkinan berada.

Diagram skema spetrometer massa sederhana.Perkembangan pada spektrometri massa mengijin


pengukuran massa atom secara eksak. Peralatan spektrometer ini menggunakan magnet untuk
membelokkan trayektori berkas ion dan banyaknya defleksi ditentukan dengan rasio massa atom
terhadap muatannya. Kimiawan Francis William Aston menggunakan peralatan ini untuk menunjukkan
bahwa isotop mempunyai massa yang berbeda. Perbedaan massa antar isotop ini berupa bilangan bulat,
dan ia disebut sebagai kaidah bilangan bulat. Penjelasan pada perbedaan massa isotop ini berhasil
dipecahkan setelah ditemukannya neutron, yakni partikel bermuatan netral dengan massa yang hampir
sa

Anda mungkin juga menyukai