1. KONSEP TEORI
a) Pengertian
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke
sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti
kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya
organ pembentuk sel darah merah.( A. Harryanto Reksodiputro,1994)
1. Transfusi PRC
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah secara
nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah :
Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload berkurang
Tujuan transfusi suspensi trombosit adalah menaikkan kadar trombosit darah. Dosis suspensi
trombosit yang diperlukan dapat dihitung kira-kira sebagai berikut : 50 ml suspensi trombosit
menaikkan kadar trombosit 7500-10.000/mm pada resipien yang beratnya 50 kg.
Suspensi trombosit diberikan pada penderita trombositopeni bila :1) didapat perdarahan 2)untuk
mencegah perdarahan pada keadaan dimana ada erosi yang dapat berdarah bila kadar <
35.000/mm. 3) untuk mencegah perdarahan spontan bila kadar trombosit < 15.000/mm
Plasma segar yang dibekukan mengandung sebagian besar faktor pembekuan di samping berbagai
protein yang terdapat didalamnya; karena itu selain untuk mengganti plasma yang hilang dengan
perdarahan dapat dipakai sebagai pengobatan simptomatis kekurangan faktor pembekuan darah.
Fresh Frozen Plasma (PIT) tidak digunakan untuk mengobati kebutuhan faktor VIII dan faktor IX
(Hemofilia); untuk ini digunakan plasma Cryoprecipitate.
Pada transfusi dengan FFP biasanya diberikan 4-8 kantong (175-225 ml) tiap 6-8 jam bergantung
kebutuhan.
Sel Darah Merah Pekat : Diberikan pada kasus kehilangan darah yang tidak terlalu berat, transfusi
darah pra operatif atau anemia kronik dimana volume plasmanya normal.
Sel Darah Merah Pekat Cuci : Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma.Sel Darah Merah
Miskin Leukosit : Untuk penderita yang tergantung pada transfusi darah.
Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci : Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi
terhadap sel darah merah yang menetap.
Sel Darah Merah Diradiasi : Untuk penderita transplantasi organ atau sumsum tulang.
LEUKOSIT/ GRANULOSIT KONSENTRAT : Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun
berat, infeksi yang tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian Antibiotik, kualitas
Leukosit menurun.
TROMBOSIT : Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit.
PLASMA dan PRODUKSI PLASMA : Untuk mengganti faktor pembekuan, penggantian cairan yang
hilang.
Contoh : Plasma Segar Beku untuk prnderita Hemofili.Krio Presipitat untuk penderita Hemofili dan
Von Willebrand.
Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan
mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang
diketahui. Infuskan selama 2 sampai 3 jam, maksimum 4 jam/unit. Dosis pada pediatrik rata-rata 20
ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi. Bisanya tersedia dalam volume 400-
500 ml dengan masa hidup 21 hari. Hindari memberikan tranfusi saat klien tidak dapat menoleransi
masalah sirkulasi. Hangatkan darah jika akan diberikan dalam jumlah besar.
Indikasi:
a) Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
b) Klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25 persen dari volume darah total
Indikasi :
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti RBCs, plasma dihilangkan 80 % , biasanya
tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui golongan darah ABO dan sistem
Rh. Apabila diresepkan berikan dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa
menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung
dengan antibiotik.
Indikasi :
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan kultur darah
positif, demam persisten /38,3 C dan granulositopenia)
Komponen ini sama dengan RBCs, tapi leukosit dihilangkan sampai 95 %, digunakan bila kelebihan
plasma dan antibody tidak dibutuhkan. Komponen ini tersedia dalam volume 200 ml, waktu
pemberian 1 sampai 4 jam.
Indikasi:
5. Platelet/trombosit
Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan perdarahan atau jumlah trombosit
yang rendah. Volume bervariasi biasanya 35-50 ml/unit, untuk pemberian biasanya memerlukan
beberapa kantong. Komponen ini diberikan secara cepat. Hindari pemberian trombosit jika klien
sedang demam.Klien dengan riwayat reaksi tranfusi trombosit, berikan premedikasi antipiretik dan
antihistamin. Shelf life umumnya 6 sampai 72 jam tergantung pada kebijakanpusat di mana
trombosit tersebut didapatkan. Periksa hitung trombosit pada 1 dan 24 jam setelah pemberian.
Indikasi:
Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat kehilangan darah akut.
Komponen ini mengandung semua faktor pembekuan darah (factor V, VIII, dan IX). Pemberian
dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya
hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Shelf life 12 bulan jika dibekukan dan
6 jam jika sudah mencair. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.
Indikasi:
Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai ekspander darah dan pengganti
protein. Komponen ini dapat diberikan melalui piggybag. Volume yang diberikan bervariasi
tergantung kebutuhan pasien.Hindarkan untuk mencampur albumin dengan protein hydrolysate dan
larutan alkohol.
Indikasi :
a) Pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan atau infeksi
b) Terapi hyponatremi
2. TUJUAN
b) Memelihara keadaan biologis darah atau komponen komponennya agar tetap bermanfaat.
c) Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas
peredaran darah).
3. MANFAAT
a) Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar, perdarahan postpartum,
kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan kadar Hb atau penyakit kelainan darah).
c) Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan kultur
darah positif, demam persisten /38,3 C dan granulositopenia)
5.KONTRAINDIKASI
d) Transfusi darah dengan darah yang mengandung penyakit, seperti HIV/AIDS, Hepatitis B.
EFEK TRANFUSI
1. Alergi
a. Penyebab:
b. Gejala:
Anaphilaksis (dingin, bengkak pada wajah, edema laring, pruritus, urtikaria, wheezing), demam,
nausea dan vomit, dyspnea, nyeri dada, cardiac arrest, kolaps sirkulasi
c. Intervensi:
5. Monitor reaksi anafilaksis dan jika diindikasikan berikan epineprin dan kortikosteroid
a. Penyebab:
Pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi IgA yang telah membentuk antibodi IgA
b. Gejala:
Tidak ada demam, syok, distress pernafasan (mengi, sianosis), mual, hipotensi, kram abdomen,
terjadi dengan cepat setelah pemberian hanya beberapa milliliter darah atau plasma.
c. Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
d. Pencegahan:
Tranfusikan sel darah merah (SDM) yang sudah diproses dengan memisahkan plasma dari SDM
tersebut, gunakan darah dari donor yang menderita defesiensi IgA.
3. Sepsis
a. Penyebab:
b. Gejala:
Menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan darah yang mencolok, syok
c. Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
d. Pencegahan:
a. Penyebab:
b. Gejala:
c. Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
4. Tranfusi bisa dimulai lagi jika demam dan gejala pulmonal tidak ada lagi
d. Pencegahan:
5. Kelebihan sirkulasi
a. Penyebab:
Volume darah atau komponen darah yang berlebihan atau diberikan terlalu cepat
b. Gejala:
Dyspnea, dada seperti tertekan, batuk kering, gelisah, sakit kepala hebat, nadi, tekanan darah dan
pernafasan meningkat, tekanan vena sentral dan vena jugularis meningkat
c. Intervensi:
d. Pencegahan:
Kecepatan pemberian darah atau komponen darah disesuaikan dengan kondisi klien, berikan
komponen SDM bukan darah lengkap, apabila diprogramkan minimalkan pemberian normal saline
yang dipergunakan untuk menjaga kepatenan IV
6. Hemolitik
a. Penyebab:
Antibody dalam plasma resipien bereaksi dengan antigen dalam SDM donor, resipien menjadi
tersensitisasi terhadap antigen SDM asing yang bukan dalam system ABO
b. Gejala:
Cemas, nadi, pernafasan dan suhu meningkat, tekanan darah menurun, dyspnea, mual dan muntah,
menggigil, hemoglobinemia, hemoglobinuria, perdarahan abnormal, oliguria, nyeri punggung, syok,
ikterus ringan. Hemolitik akut terjadi bila sedikitnya 10-15 ml darah yang tidak kompatibel telah
diinfuskan, sedangkan reaksi hemolitik lambat dapat terjadi 2 hari ataulebih setelah tranfusi.
c. Intervensi:
2. Hentikan tranfusi
6. Untuk hemolitik lambat, karena terjadi setelah tranfusi, pantau pemeriksaan darah untuk anemia
yang berlanjut
d. Pencegahan:
Identifikasi klien dengan teliti saat sample darah diambil untuk ditetapkan golongannya dan saat
darah diberikan untuk tranfusi (penyebab paling sering karena salah mengidentifikasi).
7. Demam Non-Hemolitik
a. Penyebab:
Antibody anti-HLA resipien bereaksi dengan antigen leukosit dan trombosit yang ditranfusikan.
b. Gejala:
Demam, flushing, menggigil, tidak ada hemolisis SDM, nyeri lumbal, malaise, sakit kepala
c. Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
d. Pencegahan:
a. Penyebab:
b. Gejala:
Serangan dalam beberapa menit, EKG berubah, gelombang T meninggi dan QRS melebar, kelemahan
ekstremitas, nyeri abdominal
9. Hipokalemia
a. Penyebab:
Berhubungan dengan alkalosis metabolik yang diindikasi oleh sitrat tetapi dapat dipengaruhi oleh
alkalosis respiratorik
b. Gejala:
Serangan bertahap, EKG berubah, gelombang T mendatar, segmen ST depresi, poliuria, kelemahan
otot, bising usus menurun
10. Hipotermia
a. Penyebab:
Pemberian komponen darah yang dingin dengan cepat atau bila darah dingin diberikan melalui
kateter vena sentral.
b. Gejala:
c. Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
5. Periksa EKG
6.PERSIAPAN PERALATAN
Kapas alcohol
Plester
Stetoskop
Thermometer
7. PROSEDUR
Jelaskan prosedur kepada klien.kaji pernah tidaknyaklien menerima transfusi sebelumnya dan
catat reaksi yang timbul
Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil,sakit kepala,gatal-gatal atau ruam dengan segera
Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah pemberian infuse darah
selesai
Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
Mulai berikan transfuse secara perlahan diawali dengan pengisian filter didalam selang
Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien.
Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse,selanjutnya ukur setiap
jam dengan kebijakan lembaga.
Setelah pemberian infuse selesai, kembalikan kantung darah serta selang ke bank darah.
8. EVALUASI
Observasi klien dan kaji hasil laboratorium untuk dapat mencatat hasil pemberian komponen
darah.
Monitor tempat pemasangan infus dan kaji keadaan fisiologis setiap pengukuran tanda vital.
klien menunjukkan tanda kedinginan, panas, urtuikaria, dispnue, sakitkepala, nyeri dada.
Gejala anafilaktik shock: hipertensi takikardi, kemerahan, kesdran menurun kardiak ares.
9. DOKUMENTASI
Mencatat tipe dan jumlah pemberian darah serta respon klien terhadap trenfusi darah biasanya
pencatatan tranfusi dibuat terpisah.
Folow up:
Reaksi tranfusi
Anaphilatic Shock
Ketidaklancaran tranfusi
Pelihara keadaan IV
Overload cairan
Secara perlahan atau menggoyang bagian bagian infus dapat mencegah timbulnya kepadatan
cairan. Pemberian NaCL secara bersamaan dengan infus darah dapat mencairkan darah yang terlalu
kental