Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendisitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan
angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah
hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat. (Charles, 2005)
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak
tahun 1500 sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan
seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.
(Charles, 2005)
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk
memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis
inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan
hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih
banyak dua pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia
inguinalis medialis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria
daripada wanita, untuk hernia femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada
wanita. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1.
Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur. (Charles, 2005)
Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter,
sehingga pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan
penatalaksaan hernia penting.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Usus
2.1.1 Anatomi Usus

Gambar 2.1 Anatomi Usus Halus


a. Usus Halus
Panjangnya kira-kira 2-8 m dengan diameter 2,5 cm. Berentang
dari sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum) panjangnya 25 cm, usus
kosong (jejunum) 1-2 m, dan usus penyerapan (ileum) 2-4 m.
- Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua
belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari
bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

2
- Usus kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar"
dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa
Latin, jejunus, yang berarti "kosong".
- Usus penyerapan (ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
b. Usus Besar

Gambar 2.2 Anatomi Usus Besar


Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata
panjangnya 1,5 m dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam
cecum, colon, dan rectum. Vermiform appendix berada pada bagian

3
distal dari cecum. Colon terbagi menjadi colon ascending, colon
transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari
usus besar adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal
pada anus berfungsi untuk mengontrol pembukaan anus.
2.1.2 Fisiologi Usus
Fungsi usus halus adalah :
a. Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum
akan mensekresi mukus guna melindungi mukosa usus.
b. Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell)
mensekresi sucrase, maltase, lactase dan enterokinase yang
bekerja pada disakarida guna membentuk monosakarida yaitu
peptidase yang bekerja pada polipeptida, dan enterokinase yang
mengaktifkan trypsinogen dari pankreas.
c. Mensekresi hormon. Sel-sel endokrin mensekresi cholecystokinin,
secretin, dan enterogastrone yang mengontrol sekresi empedu,
pancreatic juice, dan gastric juice.
d. Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari
hati masuk kedalam duodenum.
e. Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usus kedalam
kapiler darah dan lacteal dari villi.
f. Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik. Gerakan
mencampur disebabkan oleh kontraksi serabut otot sirkuler pada
usus yang menyebabkan chyme kontak dengan villi untuk
diabsorpsi.
Fungsi utama usus besar adalah:
a. Sebagai aktifitas motorik. Gerakan mengayun dan peristaltik akan
menggerakkan zat sisa menuju kebagian distal.
b. Sekresi. Pada umumnya memproduksi mukus yang melindungi
mukosas akan tidak mengalami injury, melunakkan feces yang
memungkinkan bergerak dengan lancar kearah pelepasan dan
menghambat pengaruh pembentukan keasaman oleh bakteri.

4
c. Absorpsi air, garam, dan chlorida. Colon mempunyai kemampuan
mengabsorpsi 90% air dan garam dan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Mensintesa vitamin. Bakteri pada usus halus akan mensintesa
vitamin K, thiamin, riboflavin, vitamin B12, dan folic acid.
e. Membentuk feses. Feses terdiri dari air dan massa padat.
Massa padat termasuk sisa makanan dan sel yang mati. Pigmen
empedu memberikan warna pada feses. Dan menstimulasi gerakan
isi usus kearah pelepasan.
f. Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh
keluar. Pada saat feses dan gas berada dalam rektum, tekanan
dalam rektum meningkat, menyebabkan terjadinya refleks
defekasi.
2.2 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan
(Jong,2004).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui
dinding rongga dimana rongga tersebut harusnya berada dalam keadaan
normal tertutup (Nanda,2006).
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis
yaitu hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis (Jong 2004).
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis
yaitu hernia yang melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa
epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Hesselbach (Arif
Mansjoer,2000).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah
ketidaknormalan tubuh berupa tonjolan yang disebabkan karena
kelemahan pada dinding otot abdomen, dapat congenital maupun aquisita.

5
2.3 Klasifiaksi
2.3.1 Bagian bagian hernia
a. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak
semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia insisional, hernia
adipose, hernia intertitialis.
b. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus,ovarium dan jaringan penyangga usus (omentum).
c. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui
kantong hernia.
d. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong
hernia.
e. Locus minoris resistance (LMR).
2.3.2 Macam-macam hernia
a. Berdasarkan terjadinya:
1) Hernia bawaan atau kongenital
2) Hernia didapat atau akuisita
b. Berdasarkan tempatnya:
1) Hernia Inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di
daerah sela paha (regio inguinalis).
2) Hernia femoralis adalah hernia isi perut yang tampak di
daerah fosa femoralis.
3) Hernia umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di
daerah isi perut.
4) Hernia diafragmatik adalah hernia yang masuk melalui
lubang diafragma ke dalam rongga dada.
5) Hernia nucleus pulposus (HNP)

6
c. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan
ke kavum abdominalis lagi tanpa operasi.
2) Hernia ireponibel yaitu isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga.
3) Hernia akreta yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium
kantong hernia.
4) Hernia inkarserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin
hernia.
d. Berdasarkan isinya
1) Hernia adiposa adalah hernia yang isinya terdiri dari
jaringan lemak.
2) Hernia litter adalah hernia inkarserata atau strangulata yang
sebagian dinding ususnya saja yang terjepit di dalam cincin
hernia.
3) Slinding hernia adalah hernia yang isi hernianya menjadi
sebagian dari dinding kantong hernia.(Sjamsuhidajat, 2004).
2.4 Etiologi dan faktor predisposisi
Penyebab dari hernia adalah adanya peningkatan tekanan intra
abdominal akibat adanya tindakan valsava maneuver seperti batuk,
mengejan, mengangkat benda berat atau menangis.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau
karena sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar,
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan
pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan
kelemahan otot dinding perut karena usia. Tekanan intra abdominal yang

7
meninggi serta kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi
dan asites sering disertai hernia inguinalis.
Anak yang menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai
kemungkinan mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa (16%).
Bertambahnya umur menjadi faktor risiko, dimungkinkan karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.
Setelah apendektomi menjadi faktor risiko terjadi hernia inguinalis
karena kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
nervus ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis.(Jong, 2004).
2.5 Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah
faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada
waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut
melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat
seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor
usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup
panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus.
Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal
inguinalis berisi tali sperma pada laki laki, sehingga menyebakan hernia.
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada
yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan
kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu.
Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan
gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran
darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang
bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.

8
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan
penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada
keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah
dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu,
daerahbenjolan menjadi merah (Syamsuhidajat 2004).
2.6 Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di
inguinalis yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat
beban berat dan menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi
perhatikan keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk
sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi
dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan
dapat direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba
berupa anulus inguinalis yang melebar (Jong, 2004).
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adanya benjolan di
lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk bersin, atau mengejan
dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau
ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa
nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen
usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau
muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi
karena nekrosis atau gangren.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia.
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan di regio ingunalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat

9
diraba pada vunikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini
disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada
palpasi mungkin teraba usus,omentum (seperti karet), atau ovarium.
Dengan jari telunjuk atau kelingking pada anak, dapat dicoba mendorong
isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak.
Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam
anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh
hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, disebut hernia inguinalis lateralis
karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior.
Disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu,
anulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan
tampak tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk
tonjolan bulat. Dan kalau sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis. Dan jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai
skrotum, disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis yang
mencapai labium mayus disebut hernia labialis. Diagnosis ditegakkan atas
dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas
dasar tidak adanya pembatasan yang jelas di sebelah cranial dan adanya
hubungan ke cranial melalui anulus eksternus. Hernia ini harus dibedakan
dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai
sebagai pegangan untuk membedakannya.(Jong, 2004).
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesa
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang
timbul, muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang
dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti mengangkat
barang atau batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau
dimasukkan dengan tangan (manual). Nyeri pada keadaan

10
strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit
dengan keadaan ini.
2.7.2 Pemeriksaan Fisik
Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah
ligamentum inguinale di medial vena femoralis dan lateral
tuberkulum pubikum. Benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas,
bising usus (+), transluminasi (-).
Gejala/tanda Obstruksi usus pada Nekrosis/gangren pada
hernia inkarserata hernia strangulata
Nyeri Kolik Menetap
Suhu badan Normal Normal/meninggi
Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang Tidak ada Jelas
peritoneum
Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik
Tabel 2.1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata
yang menyebabkan nekrosis atau ganggren
2.7.2.1 Teknik pemeriksaan
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis
(lateralis/internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord
di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis
subcutan (externus) sampai scrotum. Mempunyai LMR (
Locus Minoris Resistentie Secara klinis HIL dan HIM
dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana
yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara
pemeriksaannya sebagai berikut :
a) Pemeriksaan Finger Test :
- Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
- Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus
eksternus ke kanal inguinal.
- Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis
Lateralis.

11
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis
Medialis.

Gambar 2.3
pemeriksaan finger test
b) Pemeriksaan Ziemen Test
- Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu
(biasanya oleh penderita).
- Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
- Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 2.4 Pemeriksaan Ziemen Test


c) Pemeriksaan Thumb Test :
- Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan
penderita disuruh mengejan

12
- Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis
medialis.
- Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis
Lateralis.

Gambar 2.5 pemeriksaan thumb test


2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
a) Hematologi rutin bila ada leukositosis , bisa jadi akibat dari
strangulasi
b) Elekrolit, BUN, dan kreatinin mengetahui status hidrasi pasien
dengan mual muntah (prosedur preoperatif)
c) Urinalisis Diagnosis banding dengan sebab genitourinaria yang
menyebabkan rasa sakit di daerah inguinal
d) USG abdomen pada regio inguinalis dextra dan sinistra
- membedakan massa di paha atau dinding perut dan sumber
pembengkakan
- membedakan jenis hernia
- untuk hernia inkarserata dan strangulata perlu dilakukan foto
thoraks untuk melihat adanya udara bebas di bawah
diafraghma akibat perforasi.
2.8 Diagnosis Banding
1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber
infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari
tingkat umbilikus.
2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak
preperitoneal pada hernia femoralis.

13
3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat
menonjol di fosa ovalis.
4. Hidrokel pada funiculus spermatikus maupun testis. Yang
membedakan:
- Minta pasien untuk mengejan bila benjolan adalah hernia makan
akan membesar, sedangkan bila hidrokel benjolan tetap tidak
berubah. bila benjolan pada skrotum maka lakukan trasnluminasi,
bila hidrokel maka akan tampak bening.
- Pada hernia : canalis ingunalis teraba usus
- Perkusi apda hernia akan terdengar timpani
- Fluktuasi positif pada hernia
5. Kriptochismus testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi
kemungkinan hanya sampai kanalis ingunalis
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia
erat hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak
lain yang disertai dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan
penyakit lain seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan
aktivitas demikian
2.9 Penatalaksaan
2.9.1 Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan
reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien
anak-anak, reposisi spontan lebih sering (karena cincin hernia yang
lebih elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan
perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pemakaian bantalan
penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur

14
hidup. Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini
masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara seperti ini
tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain
merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan,
sedangkan strangulasi tetap mengancam.
a) Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate,
kecuali pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara
bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin
hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada
umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan
sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh
cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang
dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha
reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari
berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu
enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada tindakan
reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan denagn posisi
seperti pada gambar :

Gambar 2.6 Reposisi dengan posisi trendelenburg

15
b) Bantalan penyangga ( sabuk Truss)
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan
hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan
sehingga harusdipakai seumur hidup. Namun cara yang
berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai
sekarang.
Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding
perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan
atrofitestis karena tekanan pada funikulus spermatikus yang
mengandung pembuluh darah dari testis

Gambar 2.7 B antalan penyangga ( sabuk Truss)


2.9.2 Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan
hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu
diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia terdiri atas
herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.

16
a) Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan
kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Indikasi :
- Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
- Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
- Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial :
pekerjaan (elektif)
- Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi
(HIL,Femoralis)
Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat
menyebabkan inkarserasi / strangulasi. Herniotomy pada
dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan
dulu, misal BPH harus dioperasi sebelumnya.
Tehnik Operasi
- Incisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinale
ke tuberculum pubicum
- Incisi diperdalam sampai sampai nampak aponeurosis MOE :
tampak crus medial dan lateralis yang merupakan anulus
eksternus
- Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau , dengan bantuan
pinset anatomis dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial
sampai anulus internus dan ke kaudal sampai membuka
annulus inguinalis eksternus. Hati2 dengan N.Ilioinguinalis
dan N.Iliohypogastrik. M.cremaster disiangi sampai nampak
funiculus spermaticus
- Funiculus dibersihkan dicantol dengan kain kasa dibawa ke
medial, sehingga nampak kantong peritoneum
- Peritoneum dijepit dengan 2 bh pinset kemudian dibuka
selanjutnya usus didorong ke cavum abdomen dengan

17
melebarkan irisan ke proksimal sampai leher hernia, kantong
sebelah distal dibiarkan
- Leher hernia dijahit dengan kromik dan puntung ditanamkan di
bawah conjoint tendo dan digantungkan
- Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara :
Ferguson
Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan
MOI abdominis. MOI & transversus dijahitkan pada
ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di dorsalnya.
kemudian aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak
ada lagi canalis inguinalis.
Bassini
MOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum
inguinal, Funiculus diletakkan disebelah ventral, aponeurosis
MOE tidak dijahit, sehingga canalis inguinalis tetap ada.
Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang
canalis, sehingga LMR hilang.
Halsted
Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m.transversus
abdominis, untuk memperkuat / menghilangkan LMR.
Funiculus spermaticus diletakkan di subcutis. Cara Ferguson
dan Bassini dilakukan pada orang dewasa. Cara Halsted
dilakukan pada orang tua, supaya dinding perut lebih kuat.
- Kemudian luka di tutup lapis demi lapis
b) Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil
anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil
anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup
dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan

18
m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis,
m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada
metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif
berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti
mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
Shouldice
Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik
Shouldice adalah Bassini multi layer, di klinik khusus hernia
Shouldice digunakan kawat baja no 32 atau 34 untuk menjahit
defek dinding posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan
benang monofilamen sintetis non absorbsi lebih biasa dipakai
diluar Toronto. Adapun tahapan hernioplasty menurut
Shouldice:
- Setelah dilakukan insisi garis kulit sampai fasia, dengan
preparasi saraf ilioinguinal dan iliohipogastrika, bebaskan
funikulus dari fasia transversalis sampai ke cincin interna,
membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.
- Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan
membebaskan lemak pre peritoneal.
- Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding
belakang inguinal dengan jahitan jelujur membuat suatu
flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap
superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak
2-4 mm.
- Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali
pada lapisan dibawahnya dengan jelujur membentuk
lapisan ke dua.

19
- Demikian seterusnya dengan menjahit tendon konjoin ke
ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga.
Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna
membentuk lapisan ke empat.
Lichtenstein Tension free
Tehnik pemasangan mesh pada Lichtenstein
seperti berikut (Wexler, 1997) :
- Dilakukan terlebih dahulu herniotomi
- Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas
defek, disebelah bawah spermatik kord.
- Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke
arah;
Medial : perios tuberkulum pubikum.
Lateral : melingkari spermatik kord.
Superior : pada konjoin tendon.
Inferior : pada ligamentum inguinal.
Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan
cara jelujur tidak terputus pada titik yang berbeda
kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi menyebar
dan terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi
tidak dominan disatu tempat. Hal inilah yang menyebabkan
keluhan rasa nyeri pasca operasi menjadi lebih ringan
dibanding tehnik konvensional lainnya (Abrahamson, 1997).
Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek
miopektineal dinding belakang kanalis inguinal memerlukan
persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai harus cukup kuat
sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi
untuk menimbulkan respon inflamasi dan cepat berintegrasi
dengan jaringan sekitar. Agar integrasi menjadi solid, prostesis
berupa anyaman yang berpori sehingga jaringan tumbuh
diantara pori-pori tersebut. Polypropylene mesh dikategorikan

20
memiliki sifat tersebut serta mampu bersifat permanen
sehingga tidak diperbolehkan kontak langsung dengan organ
visera karena akan menimbulkan perlengketan serta obstruksi
atau pembentukan fistula. Saat ini polypropylen mesh dipilih
sebagai prostesis baku dalam petatalaksanaan hernio plasty
(Wexler, 1997).
Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah
terjadinya peregangan sewaktu rekonstruksi dinding belakang
kanalis inguinal sehingga perasaan nyeri pasca operasi dapat
berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan dan kembali
kepada aktivitas rutin yang lebih dini, serta pencegahan
rekurensi jangka panjang. Pemulihan dan kemampuan kerja
setelah operasi ternyata sangat dipengaruhi oleh rasa sakit
(Callesen, 1999). Bax (1999) melaporkan dengan
polypropylene mesh lebih dari 60% pekerja kasar dan lebih
dari 90% pekerja kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari.
Ismail (2000) melaporkan 74 % penderita telah kembali
mengemudikan mobil dalam 10 hari, 49 % diantaranya dalam
7 hari.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk
memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi. Hernia bilateral pada orang dewasa, dianjurkan
melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra
indikasi. Begitu juga pada anak-anak dan bayi, operasi hernia
bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada hernia
inguinalis sinistra (Jong, 2004).
Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan
material harus cukup lebar untuk menutup seluruh defek
miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak terjadi lipatan-

21
lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah
kanalis inguinal interna
2.10 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini
dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum,
organ ekstraperitonial. Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa
benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis, atau lebih kaku, lebih sering terjadi jepitan parsial.
Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di
dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga
peritonium, seperti huruf W.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan
isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem
organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah, sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi
hernia terjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel, atau peritonitis, jika
terjadi hubungan dengan dengan rongga perut (Jong, 2004).
Gambaran klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang
mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan
gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila sudah
terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik
akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius.
Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan
menetap karena rangsangan peritoneal.
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi

22
hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local. Hernia
strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu
mendapat pertolongan segera (Jong 2004).
2.11 Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik.
Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.

23
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : I Komang Robet Adisaputra
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Penatahan
Suku/ Bangsa : Bali / Indonesia
Agama : Hindu
Pekerjaan : wiraswasta
Tanggal MRS : 2-10-2017
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama
Benjolan di atas selangkangan kiri
Keluhan Penyakit Sekarang
Pasien datang sadar diantar keluarganya dengan keluhan adanya
benjolan di atas lipatan paha kiri. Benjolan pertama kali dirasakan sejak 6
bulan yang lalu sesaat setelah melakukan pekerjaan mengangkat benda berat.
Dimana keluhan tersebut seringkali muncul saat pasien sedang melakukan
aktivitas berat, dan hilang saat pasien tidur. Pasien mengaku setiap benjolan
yang muncul terkadang disertai dengan keluhan nyeri yang akan hilang ketika
benjolannya hilang. Benjolan yang muncul diakui hilang timbul, biasanya saat
benjolan tersebut muncul, pasien akan beristirahat dan memposisikan
bokongnya sedikit lebih tinggi sehingga keluhan benjolan tersebut akan
menghilang dan nyerinyapun juga akan menghilang.
Pasien mengaku benjolan yang muncul berukuran sebesar telur puyuh.
Keluhan mual muntah disangkal pasien, pusing (-), demam (-), BAB dan BAK
normal, flatus (+).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit seperti ini sebelumnya.
Tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, hipertensi, dan asma.

24
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang menderita keluhan seperti pasien.

Riwayat alergi
Makanan : disangkal pasien
Obat : disangkal pasien

Riwayat Atopi
Asma : disangkal pasien
Bersin dipagi hari : disangkal pasien
Debu : disangkal pasien

Riwayat Sosial
Pasien mengaku sering mengkonsumsi kopi, namun tidak merokok
dan mengkonsumsi alkohol.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Kompos mentis GCS= (E4V5M6) 15
- Tanda vital :
TD : 120/70 mmHg Suhu : 36,20C
Nadi : 80 x/menit RR : 20x/menit

Status General :
- Kepala : Normosefali
- Mata : konjungtiva (anemis -/-), ikterik (-/-)
- THT : tonsil T1 - T1, pembesaran KGB (-)
- Thoraks : Cor : S1 tunggal dan S2 tunggal, regular, murmur (-)
Paru : suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, ronki
(-/-), whezzing (-/-)

25
- Abdomen : BU (+), distensi (-), nyeri tekan (+), asites (-)
- Ekstremitas : hangat
+ +
+ +

Status Lokalis
Inspeksi : Regio ingunnalis sinistra, terdapat massa berukuran
3x1cm
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : Nyeri Tekan (+)
Pasien diminta mengejan benjolan membesar

3.4 Pemeriksaan penunjang


Darah Lengkap
WBC 8,1
LYM 2,1
GRAN 5,3
RBC 5,90
HGB 15,3
PLT 187

3.5 Diagnosis
Hernia inguinalis lateralis repondibilis sinistra
3.6 Penatalaksanaan
- Pro Herniotomi tgl 3-10-2017
- Persiapan pre op:
- Puasa
- IVFD RL 20tpm
- Inj. Cefotaxim 2 jam pre op IV

26
3.7 Follow Up
1) 03-10-2017
S: rencana operasi, benjolan diatas lipatan paha kiri (+) bila mengedan
O: TD:120/70mmHg N:80x/m Tax:36,40C RR:20x/m
Abdomen: benjolan mengilang
Nyeri tekan (-)
BU (+) Normal
Finger test (+) ujung jari
A: hernia inguinalis lateralis repondibilis sinistra
P:
- Pro herniotomi
- Puasa
- IVFD RL 20tpm
- Inj. Cefotaxim 2 jam pre op IV

2) 04-10-2017
S: post herniotomy
Nyeri luka operasi (-), Flatus (+), BAB/BAK (-/+)
O: TD110/70mmHg N:80x/m Tax:36,00C RR:20x/m
Abdomen: distensi (-), BU (+) N, luka jahitan operasi terawat
A: post herniotomy hari I
P:
- IVFD RL 20tpm
- Inj cefotaxime 3x1gr
- Inj MST 2x5gr
- Inj. Ranitidine 3x50mg
- Parasetamol 3x750 mg
- Mss (sore) BS
- Rawat luka

27
3) 05-10-2017
S: Nyeri luka operasi (-), Flatus (+), BAB/BAK (-/+)
O: TD120/70mmHg N:80x/m Tax:36,00C RR:18x/m
A: post herniotomy hari II
P:
- BPL
- Cefixime 2x100mg
- Ranitidine 2x150mg
- As. Mefenamat 3x500mg

28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau
jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding.
Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan
defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis / hernia
inguinalis directa dan hernia ingunalis lateralis / hernia indirecta.
Pada pasien hernia biasanya datang dengan keluhan adanya
benjolan yang muncul saat beraktivitas berat dan menimbulkan nyeri.
Keluhan biasanya bisa menghilang atau membaik sesaat setelah pasien
beristirahat (berbaring). Untuk mendiagnosis hernia inguinalis dapat
diketahui dari anamesa , pemeriksaan fisik dimana ditemukan adanya
benjolan yang nyeri, sedangkan pada pemeriksaan auskultasi ditemukan
BU pada daerah benjolan, dan adanya nyeri tekan.
Untuk penatalaksanaannya dapat dilakukan herniotomy dan
herniography. Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserata dan strangulasi.

29
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
Inguinal Hernia: Anatomy and
Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
Manjoer, Arif, dkk (editor). 2000Kapita Selekta Kedokteran. EGC: Jakarta

Price , Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses proses

Penyakit. EGC: Jakarta

Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku

kedokteran EGC. Jakarta. 2004.

30

Anda mungkin juga menyukai