Anda di halaman 1dari 5

6-4 Pengalaman pada Pasar Tenaga Kerja: AS

Durasi Pengangguran

Pengangguran bersifat jangka pendek adalah pengangguran friksional dan tidak dapat
dihindari. Para pengangguran memerlukan waktu umtuk mencari pekerjaan yang paling
cocok dengan keahlian dan selera mereka. Di sisi lain, pengangguran jangka panjang tidak
bisa dengan mudah dikaitkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencocokkan pekerjaan
dan pekerja. Pengangguran jangka panjang cenderung menjadi pengangguran struktual. Jadi
data tentang durasi pengangguran bisa mempengaruhi pandangan tentang sebab-sebab
munculnya pengangguran.

Data yang ada menunjukkan bahwa masa menganggur adalah pendek, tetapi sebagian
besar waktu menganggur itu bisa dikaitkan dengan pengangguran jangka panjang.
Bergantung pada apakah melihat masa menganggur atau bulan-bulan menganggur, sebagian
besar pengangguran bisa berupa pengangguran jangka pendek atau jangka panjang.

Durasi pengangguran memiliki implikasi penting terhadap kebijakan publik. Jika


tujuannya adalah memperkecil tingkat pengangguran alamiah, maka kebijakan harus
ditujukan pada pengangguran jangka panjang, karena mereka menunjukkan jumlah
pengangguran yang besar. Tetapi kebijakan harus ditargetkan dengan cermat, karena
pengangguran jangka panjang menunjukkan minoritas yang lebih kecil dari merka yang
penganggur. Sebagian besar orang yang menjadi penganggur memperoleh pekerjaan dalam
waktu singkat.

Variasi Tingkat Pengangguran di Antara Kelompok-kelompok Demografis

Tingkat pengangguran sangat bervariasi di antara kelompok-kelompok yang berbeda


dalam populasi. Tabel 6-2 menunjukkan tingkat pengangguran AS untuk kelompok-
kelompok demografis yang berada pada tahun 2004, ketika tingkat pengangguran
keseluruhan adalah 5,5 persen.

Tabel ini menunjukkan bahwa para pekerja yang lebih muda memiliki tingkat
pengangguran yang lebih tinggi ketimbang para pekerja yang lebih tua. Model ini
menunjukkan dua penyebab kemungkinan timbulnya tingkat pengangguran yang tinggi:
tingkat perolehan kerja yang rendah dan tingkat pemutusan hubungan kerja yang tinggi.
Ketika para ekonom mempelajari data tentang transisi individu antara bekerja dan
menganggur, mereka menemukan bahwa kelompok dengan pengangguran tinggi cenderung
mempunyai tingkat pemutusan hubungan kerja yang tinggi. Mereka menemukan sedikit
variasi di antara kelompok tingkat perolehan kerja.

Fakta lainnya yang muncul dari Tabel 6-2 adalah bahwa tingkat pengangguran jauh
lebih tinggi untuk orang-orang kulit hitam ketimbang kulit putih. Data tentang transisi antara
bekerja dan menganggur menunjukkan bahwa tingkat pengangguran yang lebih tinggi untuk
kulit hitam, dan terutama untuk para pemuda kulit hitam, muncul karena tingkat pemutusan
hubungan kerja yang lebih tinggi serta tingkat perolehan kerja yang lebih rendah. Alasan
yang mendasari tingkat perolehan kerja yang yang lebih rendah adalah kurangnya akses ke
jaringan perolehan pekerjaan informal dan diskriminasi oleh para majikan.

TABEL 6-2

Tingkat Pengangguran menurut

Kelompok Demografis: 2004

Usia Pria Kulit Putih Wanita kulit putih Pria Kulit Hitam Wanita Kulit Hitam
16-19 16,4 13,7 35,6 27,6
20 ke atas 4,4 4,2 9,9 8,9
Sumber: Departemen Tenaga Kerja AS

Tren dalam Pengangguran AS

Demografis

Setelah perang dunia II, tingkat kelahiran meningkat secara dramatis: jumlah
kelahiran melonjak dari 2,9 juta pada tahun 1945 menjadi 4,3 juta pada tahun 1957, sebelum
turun kembali menjadi 3,1 juta pada tahun 1973. Kenaikan tingkat kelahiran pada tahun1950-
an ini menyebabkan naiknya jumlah para pekerja muda pada 1970-an. Para pekerja muda
memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi, sehingga ketika generasi baby-boom
memasuki angkatan kerja, mereka meningkatkan tingkat pengangguran rata-rata. Lalu ketika
usia para pekerja baby-boom ini bertambah, usia rata-rata dari angkatan kerja meningkat,
yang memperkecil tingkat pengangguran rata-rata pada tahun 1990-an. Namun perubahan
demografis ini tidak bisa sepenuhnya menjelaskan tren pengangguran karena tren yang sama
munculpada kelompok-kelompok demografis yang tetap.
Pergeseran Sektoral

Semakin besar jumlah realokasi sektoral, semakin besar pula tingkat pemutusan
hubungan kerja dan semakin tinggi tingkat pengangguran fiksional. Satu sumber pergeseran
sektoral selama tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an adalah melonjakanya harga minyak
yang disebabkan oleh OPEC. Perubahan besar dalam harga minyak ini menuntuk realokasi
tenaga kerja dari sektor padat energi yang lebih besar ke sektor padat energi yang lebih kecil.
Namun lonjakan harga minyak pada awal tahun 2000-an, tidak menyebabkan kenaikan yang
sama pada tingkat pengangguran alamiah, tapi hal ini kemungkinan disebabkan
perekonomian menggunakan lebih sedikit minyak secara signifian dibanding dengan tiga
dekade yang lalu.

Produktivitas

Produktivitas menekankan hubungan antara pengangguran dengan produktivitas.


Tahun 1970-an mengalami kemunduran pertumbuhan produktivitas, dan tahun 1990-an
mengalami kenaikan pertumbuhan produktivitas. Perubahan produktivitas ini berkaitan
dengan perubahan tingkat pengangguran. Produktivitas selama tahun 1970-an meningkatkan
tingkat pengangguran alamiah dan meningkatnya produktivitas selama pertumbuhan tahun
1990 menekan tingkat pengangguran alamiah.

Namun, alasan mengapa dampak tersebut muncul belumlah jelas. Dalam teori standar
pasar tenaga kerja, produktivitas yang tinggi menunjukkan peningkatan permintaan tenaga
kerja dan upah riil yang lebih tinggi, namun pengangguran tetap. Prediksi ini konsisten
dengan data jangka panjang, yang menunjukkan tren peningkatan yang konsisten dalam
produktivitas dan upah riil tetapi tidak dengan tren pengangguran. Ketika produktivitas
berubah, pekerja secara bertahap hanya mengubah upah riil yang mereka minta, yang
membuat upah riil menurun sebagai akibat dari permintaan tenaga kerja. Peningkatan
pertumbuhan produktivitas seperti yang terjadi pada tahun 1990-an akan meningkat
permintaan tenaga kerja dan dengan upah riil yang berjalan lambat, mengurangi jumlah
pengangguran

Transisi Masuk dan Keluar dari Angkatan Kerja

Dalam hal ini alasan tunggal untuk pengangguran adalah pemutusan hubungan kerja,
dan satu-satunya alasan untuk meninggalkan pengangguran adalah perolehan kerja. Sekitar
sepertigadari pengangguran adalah pekerja yang baru saja masuk ke dalam angkatan kerja.
Sebagian dari mereka adalah para pekerja muda yang masih mencari pekerjaan pertama
mereka: sementara sebagian lainnya telah bekerja sebelumnya, tetapi untuk sementara waktu
keluar. Selain itu tidak semua pengangguran berakhir dengan memperoleh kerja: hampir
separuh dari seluruh masa pengangguran berakhir dengan penarikan para pengangguran dari
pasar tenaga kerja.

Individu-individu yang memasuki dan meninggalkan angkatan kerja membuat


statistikpenganguran lebih sulit diinterpretasikan. Di satu sisi, sebagian individu yang merasa
diri mereka menganggur tidak serius mencari pekerjaan dan mungkin lebih tepat dianggap
keluar dari angkatan kerja. Pengangguran ini tidak menunjukkan masalah sosial. Di sisi lain,
sebagai individu mungkin menginginkan pekerjaan, tetapi setelah mencarinya dan belum juga
berhasil, mereka menyerah. Para pekerja yang putus asa ini dianggap keluar dari angkatan
kerja dan tidak ditampilkan dalam data statistik pengangguran. Pengangguran mereka tidak
dapat diukur, hal ini tetap menjadi masalah sosial.

Karena hal ini dan isu lainnya yang menyulitkan intepretasi dari data pengangguran,
biro tenaga kerja AS memperhitungkan beberapa ukuran tenaga kerja yang kurang
bermanfaat. Tabel 6-3 memberikan definisi dan nilai per Oktober 2005. Ukuran ini berkisar
antara 1,7 sampai 8,7 persen, bergantung pada karakteristik yang digunakan untuk
menggolongkan seorang pekerja ke dalam kategori tidak bekerja sepenuhmya.

TABEL 6-3

Ukuran Alternatif Tenaga Kerja yang Kurang Termanfaatkan

Variabel Devinisi Presentase


U-1 Orang yang tidak bekerja selama 15 minggu atau lebih, sebagai 1,7%
persentase angkatan kerja sipil (termasuk telah menganggur dalam
jangka waktu lama)
U-2 Orang yang kehilangan pekerjaan dan yang telah menyelesaikan 2,3
pekerjaan sementaranya, sebagai persentasi dari angkatan kerja sipil
(tidak termasuk orang yang meninggalkan pekerjaanya)
U-3 Jumlah pengangguran total, sebagai persentasi angkatan kerja sipil 5,0
(tingkat pengangguran resmi)
U-4 Jumlah pengangguran total, ditambah para pekerja yang kecewa, 5,2
sebagai persentase angkatan kerja sipil ditambah para pekerja yang
kecewa
U-5 Jumlah pengangguran total, ditambah para pekerja marjinal, sebagai 5,8
persentase angkatan kerja sipil, ditambah seluruh pekerja marginal
U-6 Jumlah pengangguran total, ditambah para pekerja marginal, 8,7
ditambah pekerja paruh waktu karena alasan ekonomi, sebagai
persentasi dari angkatan kerja sipil ditambah seluruh pekerja marjinal
Catatan: para pekerja marjinal adalah orang-orang yang saat ini tidak bekerj atau tidak sedang
mencari pekerjaan, tetapi mereka mau dan bersedia untuk bekerja dan pernah mencari
pekerjaan pada masa lalu. Para pekerja yang kecewa adalah bagian dari pekerja marginal,
yang memberkan alasan yang berhubungan dengan pasar tenaga kerja-mengapa mereka tidak
mencari pekerjaan. Orang yang bekerja paruh waktu karena alasan ekonomi, adalah mereka
yang menginginkan dan bersedia untuk bekerja secara penuh, tetapi harus bekerja penuh
waktu.

Sumber: Departemen Tenaga Kerja AS. Data bulan Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai