Anda di halaman 1dari 13

Nama: Dina Venia Dewanty

Nim: 04011181621049
Kelas: Beta 2016

LEARNING ISSUE
Fisiologi Endokrin Reproduksi Wanita

Hormon pada hipofisis


Terdapat dua lobus anterior dan posterior, lobus anterior menyekresi hormon gonadotropin yang
terdiri atas :
1. FSH (Folikel Stimulating Hormone)
a.Dihasilkan oleh sel-sel basofilik (afinitas terhadap basa)
b.Mempengaruhi ovarium yang berkembang dan berfungsi saat pubertas
c.Folikel primer yang mengandung oosit primer, oleh FSH dikembangkan dari keadaan yang
padat menjadi folikel yg vesikuler
d.Selanjutnya folikel tersebut menyekresi hormon estrogen

Pelepasannya Sekresinya dihambat oleh


periodic/pulsatif, waktu enzim inhibin dari sel-sel
Diproduksi di sel hipofisis
paruh eliminasi pendek granulose ovarium, melalui
anterior
(sekitar 3 jam), sering tidak mekanisme negative
ditemukan dalam darah feedback

memicu pertumbuhan dan


Menghasilkan estrogen,
pematangan folikel dan sel-
mengendalikan ciri seksual
sel granulosa di ovarium
wanita
wanita

2. LH (Liuteizing Hormon)
a.Dihasilkan oleh sel-sel asidofik (afinitas terhadap asam)
b.Bersama FSH berfungsi mematangkan folikel dan sel telur serta merangsang terjadinya ovulasi
c.Folikel yang telah terlepas ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum menjadi korpus luteum
d. mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma & sementum, pematangan sel telur,
siklus menstruasi).
e. mencetuskan LH sturge

Hormon pada Ovarium


Terdiri dari estrogen dan progesteron. Estrogen terutama meningkatkan proliferasi dan
pertumbuhan sel-sel spesifik pada tubuh dan tanggung jawab pada perkembangan sifat seksual
sekunder wanita.
sebaliknya, progesteron hampir seluruhnya bekaitan dengan dengan persiapan akhir uterus untuk
kehamilan dan kelenjar mamae untuk laktasi

1.Estrogen ( hormon ini dihasilkan oleh teka interna folikel)


a. Pada fase pubertas mempengaruhi perkembangan tuba, dan kelenjar mamae, serta
perkembangan seks sekunder wanita
b.Pada fase proliferasi lapisan endometrium berkembang lebih tebal lebih banyak kelenjar-
kelenjar, pembuluh darah arteri dan vena.
Fungsi:
mengendalikan perkembangan ciri seksual & sistem reproduksi
Organ reproduksi wanita wanita

Pada uterus menyebabkan proliferasi endometrium

Pada serviks menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks

Pada vagina menyebabkan proliferasi epitel vagina

menstimulasi pertumbuhan payudara, juga mengatur distribusi


Pada payudara lemak tubuh

menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan /


Pada tulang generasi tulang

Pada wanita untuk pencegahan tulang kropos/ osteoporosis, dapat


pascamenopouse diberikan terapi hormone estrogen (sintetik) pengganti

2. progesteron (hormon ini dihasilkan oleh korpus leteum)


a. Pada fase sekresi mempersiapkan endometrium mencapai optimal. Kelenjar-kelenjar
menyekkresi zat-zat yang berguna untuk makanan dan untuk proteksi terhadap embrio yang akan
berimplementasi.
b.Pembuluh darah lebih panjang dan lebar.
Fungsi:

Endometrium
perubahan sekresi endometrium, penebalan endometrium

Serviks
mengurangi sekret, peningkatan viskositas

Miometrium
mengurangi tonus, sehingga uterus tenang

Payudara
pembentukan lobulus dan alveolus-alveolus, memperlancar produksi laktogen

Ovarium
mencegah pertumbuhan folikel dan terjadinya ovulasi

HORMON PLESENTA
Selama kehamilan, plesenta pada mamalia berfungsi sebagai organ endokrin. Plesenta tidak lagi
tergantung pada hormon-hormon ibu tetapi sudah berdikari. Setelah bulan kedua kehamilan
fungsi ovarium diambil alih plasenta.
Estriol adalah estrogen plasenta yang menumbuhkan uterus dan merangsang kontraksi otot polos.
Pregnadiol adalah progesteron plasenta, berkembangnya sel-sel otot uterus mnghambat kontraks.
Kedua hormon ini bertambah terus selama kehamilan terjadi
kedua hormon ini bertambah terus selama kehamilan terjadi dan mencapai maksimum beberapa
hari sebelum melahirkan.
KONTROL HORMON TERHADAP SIKLUS REPRODUKSI
Hormon mempengaruhi produksi sistem reproduksi, berpengaruh terhadap hipofisis sabagai suatu
mekanisme kontrol hormonal( mekanisme umpan balik)
SIKLUS OVARIUM
1. FSH mempengaruhi folikel yang masih berkembang, folikel yang vesikuler membesar dan
menyekresi estrogen
2. bertambahnya estrogen menstimulasi LH dan hipofisis
3. FSH yang maksimal akan diikuti oleh meningkatnya LH yang menyebabkan folikel akan pecah
4. LH akan mengubah korpus rubrum menjadi luteum yg menstimulasi korpus luteum untuk
menyekresi progesteron
5.Baik estrogen dan progesterone berfungsi menghabisi FSH di hipofisis
6. Dengan represi yang kuat FSH akan berkurang yang diikuti meningkatnya LH sehingga
merangsang korpus luteum untuk berfungsi
7. Dengan menurunya FSH, lama kelamaan fungsi korpus luteum juga akan menurun, estrogen
dan progesteron pada akhirnya akan menurun
8. Keadaan yg rendah ini berarti resepsi hipofisis berkurang. FSH akan aktif pd siklus berikutnya

SIKLUS UTERUS
Siklus uetrus dipengaruhi oleh hormon ovarium. Estrogen menyebabkan stadium proliferasi.
Progesteron berkaitan dengan stadium sekresi. Apabila tidak terjadi kehamilan korpus luteum akan
mengecil dan menghilang dan siklus uterus akan berulang kembali. Pada kehamilan, korpus
luteum akan tetap dipertahankan karena pengaruh HCG untuk sementara waktu, yang kemudian
diambil alih oleh plasenta
Pada siklus anovulasi, lapisan endometrium tidak terlalu tebal sehingga perdarahan tidak banyak.
Pada siklus ovulasi, endometrium berkembang akibat pengaruh estrogen yg dilanjutkan menjadi
stadium sekresi akibat pengaruh progesteron. Setelah korpus luteum mengecil, progesteron juga
berkurang dan endometrium yang cukup tebal ini terlepas dengan diikuti perdarahan yang banyak

SIKLUS VAGINA
Pertumbuhan epitel vagina sangat dipengeruhi oleh estrogen. Meningginya estrogen menyebabkan
terjadinya proliferasi epitel.

SIKLUS MAMAE
Sebelum pubertas, kelenjar mammae rudimenter, saluran kelenjarnya sangat pendek dan sedikit
cabang. Pada pubertas estrogen meningkat didalam darah, menstimulasi puting susu menjadi
besar, saluran kelenjar membesar dan bercabang-cabang. pada kehamilan pertumbuhan kelenjar
mammae sedemikian rupa, ujung saluran membesar dan menghasilkan sekresinya berupa ASI
akibat pengaruh hormon prolaktin yaitu hormon yaitu hormon yang dihasilkan hipofise anterior.

CONTROL HORMONAL
Berjalannya sistem reproduksi wanita tidak terjadi dengan sendirinya, namun dipengaruhi oleh
beberapa hormon. Hipotalamus akan menyekresikan hormon gonadotropin. Hormon
gonadotropin merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon FSH. Hormon FSH
merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel di dalam ovarium.
Gambar 1. Kontrol hormonal pada reproduksi wanita
Pematangan folikel ini merangsang kelenjar ovarium mensekresikan hormon estrogen. Hormon
estrogen berfungsi membantu pembentukan kelamin sekunder seperti tumbuhnya payudara,
panggul membesar, dan ciri lainnya. Selain itu, estrogen juga membantu pertumbuhan lapisan
endometrium pada dinding ovarium. Pertumbuhan endometrium memberikan tanda pada kelenjar
pituitari agar menghentikan sekresi hormon FSH dan berganti dengan sekresi hormon LH.

Oleh stimulasi hormon LH, folikel yang sudah matang pecah menjadi korpus luteum. Saat seperti
ini, ovum akan keluar dari folikel dan ovarium menuju uterus (terjadi ovulasi). Korpus luteum
yang terbentuk segera menyekresikan hormon progesteron. Progesteron berfungsi menjaga
pertumbuhan endometrium seperti pembesaran pembuluh darah dan pertumbuhan kelenjar
endometrium yang menyekresikan cairan bernutrisi.

Apabila ovum pada uterus tidak dibuahi, hormon estrogen akan berhenti. Berikutnya, sekresi
hormon LH oleh kelenjar pituitari juga berhenti. Akibatnya, korpus luteum tidak bisa
melangsungkan sekresi hormon progesteron. Oleh karena hormon progesteron tidak ada, dinding
rahim sedikit demi sedikit meluruh bersama darah. Darah ini akan keluar dari tubuh dan kita biasa
menamakannya dengan siklus menstruasi.
MENSTRUASI
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005).

Siklus menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
(hypothalamic-pituitary-ovarian axis). Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat
diisolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang
pelepasan Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis.
Sedangkan ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron.

Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus menstruasi disebabkan oleh


mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon yang dihasilkan oleh ovarium dan hormon yang
dihasilkan oleh hipotalamus (Prawirohardjo, 2005).
SIKLUS MENSTRUASI
Siklus Endomentrium

Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu :

a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan
dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung
selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen,
progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama
siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24
hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium
secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan
berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm atau sekitar
8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi
tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang
matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen
dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke
endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah
dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

Siklus Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH,


kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang
pelepasan oosit sekunder dari folikel.
Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu
sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan
LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih,
oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik
hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang
dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan
akhirnya luruh.

Siklus Hipofisis-Hipotalamus

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah
menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk
mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi
folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium
dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu
hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada
sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi
ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron
menurun, maka terjadi menstruasi.
Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi
Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus
menstruasi antara lain:
Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam
endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-
zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan
pembentukan stroma di bagian bawahnya.
Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi
permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase
proliferasi.
Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai
persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka
dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul
gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium dan
perdarahan.

Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional
endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan
regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya
dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik
dari arteri maupun dari vena.
Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi endometrium,
prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor
untuk membatasi perdarahan pada haid.

ANALISIS MASALAH
1) Dokter menjelaskan bahwa Lili mengalami Menarche dan biasanya menstruasi sering
disertai dismenorrhea (vvvv)
b. Bagaimana fisiologi endokrin yang berhubungan dengan menstruasi ?

Jawab:
1. FSH (Folikel Stimulating Hormone) : Pada awal fase menstruasi kadar estrogen,
progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama
siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

2. LH (Liuteizing Hormon) : Bersama FSH berfungsi mematangkan folikel dan sel telur
serta merangsang terjadinya ovulasi.

3. Estrogen: Pada fase proliferasi lapisan endometrium berkembang lebih tebal lebih
banyak kelenjar-kelenjar, pembuluh darah arteri dan vena.

4. Progesteron: Pada fase sekresi mempersiapkan endometrium mencapai optimal dan


mencegah pertumbuhan folikel dan terjadinya ovulasi

2. Lili, remaja perempuan berusia 11 tahun, mengalami keluhan nyeri perut


bagian bawah dan menjalar sampai ke pinggang (vvv)
b. Bagaimana hubungan usia dengan menstruasi?
Jawab
Wanita yang mengalami menstruasi awal atau menarche atau haid pada usia muda,
ternyata akan memiliki masa menopause yang akan lebih lama. Artinya perempuan
muda yang mengalami menstruasi pada umur kurang dari 12 tahun, kemungkinan
besar akan memasuki masa menopause diatas usia 55 tahun.
Wanita yang terlambat mengalami haid awal atau menstruasi awal, akan memiliki
masa menopause yang lebih cepat. Artinya wanita yang mengalami menstruasi awal
diatas usia 15 tahun, kemungkinan besar akan mengalami menopause pada usia
dibawah 48 tahun.

3) Sejak 1 hari lalu tampak keluar darah berwarna merah kecoklatan dari vagina yang
belum pernah dialami sebelumnya. (vvv)
a. Mengapa darah yang keluar dari vagina berwarna merah kecoklatan?

b. Apakah darah yang keluar pada hari selanjutnya tetap berwarna merah
kecoklatan?

c. Berapa volume darah normal yang keluar saat siklus menstruasi?


jawab: Saat sedang menstruasi, wanita akan mengalami pendarahan dari vagina
selama kira-kira 2 hari sampai satu minggu dengan volume darah normal rata-rata
sekitar 30-70 mililiter. Tetapi ada sebagian wanita yang mengeluarkan darah yang
lebih banyak. Volume pendarahan terbanyak selama menstruasi biasanya terjadi
pada hari pertama dan kedua.
DAFTARPUSTAKA

Bare, B.G. & Smeltzer, S.C. 2002. Buku Keperawatan Medical Bedah Brunner and Suddarth,
edisi 8. Jakarta : EGC.

Corwin, E.J. 2003. Patofisiologi. Jakarta : EGC.


Fitria, A. 2007. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yogyakarta : Gala Ilmu Semesta.
Ganong, William F., Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC, 2008.

Irianto, Kus., Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia, Bandung: Yrama Widya, 2004.

Linda J. Heffner and Danny J. Schust., At a Glance Sistem Reproduksi, Jakarta: EGC, 2008.

Manuaba, I.B.G.2004. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan. Misaroh, S. &

Proverawati, A. 2009. Menarche.yogyakarta : Nuha Medika.

Perry, G.A & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses
danPraktik, edisi 4, volume 2. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta : EGC.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal


28 Februari 2017 pukul 20.24 WIB

IT dr. Minerva Riani Kadir Sp.A M.kes tentang System Endocrine Reproduksi Wanita.

Anda mungkin juga menyukai