Nim: 04011181621049
Kelas: Beta 2016
LEARNING ISSUE
FRAKTUR
Pengertian
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun
patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser.
Klasifikasi Fraktur
1. Menurut Mansjoer (2002) ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan jaringan
sekitar di bagi menjadi 2 antara lain:
a. Fraktur Tertutup (Closed)
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada
fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
2) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan.
4) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.
3. Menurut Mansjoer (2002) bentuk garis patah (bentuk patahan tulang) dan hubungannya
dengan mekanisme trauma ada 5 yaitu:
a. Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
c. Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di sebabkan oleh trauma
rotasi. d. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang kea rah permukaan lain.
e. Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.
4. Menurut Smeltzer dan Bare (2001) jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
a. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
b. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c. Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.
5. Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis adalah klasifikasi
fraktur menurut Salter – Harris :
a) Tipe I : fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan,
c) Tipe III : fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis dan kemudian secara
transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup baik
tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko gangguan
e) Tipe V : cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan pertumbuhan
Epidemiologi Fraktur
Distribusi Frekuensi
a) Berdasarkan Orang
Fraktur lebih sering terjadi pada laki – laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45
tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh
kendaraan bermotor. Mobilisasi yang lebih banyak dilakukan oleh laki – laki menjadi penyebab
tingginya risiko fraktur. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur
daripada laki – laki yang berhubungan dengan meningkatnya insidens osteoporosis yang terkait
dengan perubahan hormon pada menopause.
b) Berdasarkan Tempat dan Waktu
Di negara maju, masalah patah tulang pangkal paha atau tulang panggul merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang mendapat perhatian serius karena dampak yang ditimbulkan bisa
mengakibatkan ketidakmampuan penderita dalam beraktivitas. Menurut penelitian Institut
Kedokteran Garvan tahun 2000 di Australia setiap tahun diperkirakan 20.000 wanita
mengalami keretakan tulang panggul dan dalam setahun satu diantaranya akan meninggal
karena komplikasi.
Determinan Fraktur
a) Faktor Manusia
Beberapa faktor yang berhubungan dengan orang yang mengalami fraktur atau patah
tulang antara lain dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas olah raga dan massa tulang.
1. Umur
Pada kelompok umur muda lebih banyak melakukan aktivitas yang berat daripada
kelompok umur tua. Aktivitas yang banyak akan cenderung mengalami kelelahan tulang dan
jika ada trauma benturan atau kekerasan tulang bisa saja patah. Aktivitas masyarakat umur muda
di luar rumah cukup tinggi dengan pergerakan yang cepat pula dapat meningkatkan risiko
terjadinya benturan atau kecelakaan yang menyebabkan fraktur. Insidens kecelakaan yang
menyebabkan fraktur lebih banyak pada kelompok umur muda pada waktu berolahraga,
kecelakaan lalu lintas, atau jatuh dari ketinggian.
2. Jenis Kelamin
Laki – laki pada umumnya lebih banyak mengalami kecelakaan yang menyebabkan fraktur
yakni 3 kali lebih besar daripada perempuan. Pada umumnya Laki – laki lebih aktif dan lebih
banyak melakukan aktivitas daripada perempuan. Misalnya aktivitas di luar rumah untuk bekerja
sehingga mempunyai risiko lebih tinggi mengalami cedera. Cedera patah tulang umumnya lebih
banyak terjadi karena kecelakaan lalu lintas. Tingginya kasus patah tulang akibat kecelakaan
lalulintas pada laki – laki dikarenakan laki – laki mempunyai perilaku mengemudi dengan
kecepatan yang tinggi sehingga menyebabkan kecelakaan yang lebih fatal dibandingkan
perempuan.
3.Aktivitas Olahraga
Aktivitas yang berat dengan gerakan yang cepat pula dapat menjadi risiko penyebab
cedera pada otot dan tulang. Daya tekan pada saat berolah raga seperti hentakan, loncatan atau
benturan dapat menyebabkan cedera dan jika hentakan atau benturan yang timbul cukup besar
maka dapat mengarah pada fraktur. Setiap tulang yang mendapat tekanan terus menerus di luar
kapasitasnya dapat mengalami keretakan tulang. Kebanyakan terjadi pada kaki, misalnya pada
pemain sepak bola yang sering mengalami benturan kaki antar pemain. Kelemahan struktur
tulang juga sering terjadi pada atlet ski, jogging, pelari, pendaki gunung ataupun olahraga lain
yang dilakukan dengan kecepatan yang berisiko terjadinya benturan yang dapat menyebabkan
patah tulang.
4. Massa Tulang
Massa tulang yang rendah akan cenderung mengalami fraktur daripada tulang yang padat.
Dengan sedikit benturan dapat langsung menyebabkan patah tulang karena massa tulang yeng
rendah tidak mampu menahan daya dari benturan tersebut. Massa tulang berhubungan dengan
gizi tubuh seseorang.
b) Faktor Perantara
Agent yang menyebabkan fraktur sebenarnya tidak ada karena merupakan peristiwa
penyakit tidak menular dan langsung terjadi. Namun bisa dikatakan sebagai suatu perantara
utama terjadinya fraktur adalah trauma benturan. Benturan yang keras sudah pasti
menyebabkan fraktur karena tulang tidak mampu menahan daya atau tekanan yang
ditimbulkan sehingga tulang retak atau langsung patah. Kekuatan dan arah benturan akan
mempengaruhi tingkat keparahan tulang yang mengalami fraktur.
C) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya fraktur dapat berupa kondisi jalan raya,
permukaan jalan yang tidak rata atau berlubang, lantai yang licin dapat menyebabkan kecelakaan
fraktur akibat terjatuh. Aktivitas pengendara yang dilakukan dengan cepat di jalan raya yang
padat, bila tidak hati – hati dan tidak mematuhi rambu lalu lintas maka akan terjadi kecelakaan.
Kecelakaan lalu lintas yang terjadi banyak menimbulkan fraktur
Komplikasi Fraktur
1. Sindrom Emboli Lemak
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi
ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi
jaringan yang rusak.
2. Sindrom Kompartemen
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot,
yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan
aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot.
3. Nekrosis Avaskular (Nekrosis Aseptik)
Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling
sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur
berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah.
4. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat
berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang
berasal dari dalam tubuh).
5. Gangren Gas
Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium saprophystik gram-
positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau clostridium perfringens.
Pencegahan Fraktur
Reseptor nyeri
adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang
berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang
bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya,
nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus),
somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah visceral.
Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Awitan
Berdasarkan waktu kejadian, nyeri dapat dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis.
1. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu atau durasi 1 detik sampai dengan kurang
dari enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam
bulan. Nyeri akut dapat dipandang sebagai nyeri yang terbatas dan bermanfaat untuk
mengidentifikasi adanya cedera atau penyakit pada tubuh. Nyeri akut biasanya menghilang
dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan menyembuh (Tamsuri,
2007).
2. Nyeri kronis umumnya timbul tidak teratur, intermitten, atau bahkan persisten. Nyeri ini
menimbulkan kelelahan mental dan fisik (Tamsuri, 2007). Pada individu yang mengalami nyeri
kronis timbul suatu perasaan tidak aman karena ia tidak pernah tahu apa yang dirasakan dari hari
ke hari. Gejala nyeri kronik meliputi keletihan, insomnia, anoreksia, penurunan berat badan,
depresi, putus asa, dan kemarahan ( Potter & Perry, 2005).
Intensitas Nyeri
Gambar 1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3: Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendeskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
FISIOLOGI MUSCULOSKELETAL
Fisiologi Sistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran dalam
pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon, ligament, bursa, dan jaringan-
jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut (Price dan Wilson, 2006).
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel antara lain :
osteoblast, osteosit dan osteoklas.
1. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai
matriks tulang dan jaringan osteoid melalui suatu proses yang di sebut osifikasi. Ketika sedang
aktif menghasilkan jaringan osteoid , osteoblas mengsekresikan sejumlah besar fosfatase alkali,
yang memegang peran penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang,
sebagian fosfatase alkali memasuki aliran darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di
dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.
2. Ostesit adalah sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran
kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang
dapat di absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit, osteklas mengikis tulang. Sel-sel ini
menghsilkan enzim-enzim proteolotik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang
melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
Secara umum fungsi tulang menurut Price dan Wilson (2006) antara lain:
A. Sebagai kerangka tubuh. Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan memberi bentuk
tubuh.
B. Proteksi Sistem musculoskeletal melindungi organ- organ penting, misalnya otak dilindungi
oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax)
yang di bentuk oleh tulangtulang kostae (iga).
C. Ambulasi dan Mobilisasi Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh
dan perpindahan tempat, tulang memberikan suatu system pengungkit yang di gerakan oleh otot-
otot yang melekat pada tulang tersebut ; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan oleh
kerja otot- otot yang melekat padanya.
D. Deposit Mineral Sebagai reservoir kalsium, fosfor,natrium,dan elemen- elemen lain. Tulang
mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh
E. Hemopoesis Berperan dalam bentuk sel darah pada red marrow. Untuk menghasilkan sel- sel
darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu
Perlengketan otot
Pengungkit
Proteksi (membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak, seperti
otak, jantung dan paru)
Komposisi tulang:
Herediter
Nutrisi
Faktor Endokrin
Faktor persarafan
Faktor mekanis
Penyakit-penyakit
Sendi Berdasarkan strukturnya
Otot membentuk 43% berat badan; > 1/3-nya merupakan protein tubuh dan setengahnya
tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat.
Proses vital di dalam tubuh (seperti. Kontraksi jantung, kontriksi pembuluh darah,
bernapas, peristaltik usus) terjadi karena adanya aktivitas otot
Fungsi otot adalah Sebagai alat gerak aktif, Menyimpan cadangan makanan, Memberi
bentuk luar tubuh
1. Otot polos: memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom
(involunter), serat otot polos (tidak berserat), terdapat di organ dalam tubuh (viseral),
sumber Ca2+ dari CES, sumber energi terutama dari metabolisme aerobik, awal
kontraksi lambat, kadang mengalami tetani, tahan terhadap kelelahan
2. Otot rangka/ otot serat lintang: memiliki banyak inti, dipersarafi oleh saraf motorik
somatik (volunter), melekat pada tulang, sumber Ca2+ dari retikulum sarkoplasma (RS),
sumber energi dari metabolisme aerobik dan anaerobik, awal kontraksi cepat, mengalami
tetani dan cepat lelah
3. Otot jantung: memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom
(involunter), serat otot berserat, hanya ada di jantung, sumber Ca2+ dari CES & RS,
sumber energi dr metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, tidak mengalami tetani,
dan tahan terhadap kelelahan
Otot yang dapat menggerakkan rangka adalah otot yang melekat pada rangka.
Garis-garis gelap dan terang pada otot rangka adalah miofibril yang merupakan sumber
kekuatan otot dalam melakukan gerakan kontraksi, karena massa utamanya adalah
serabut.
Mekanisme kontraksi otot: Rangsangan asetilkolin terurai menjadi asetil dan kolin
miogen merangsang aktin dan miosin bergeser otot akan berkontraksi atau memendek.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-nurhidayah-6731-2-babii.pdf diakses
pada tanggal 8 November 2016 Pukul 19.03 WIB