Disusun oleh
Kelompok 5
1. Endar Setyaningsih (ST162019)
2. Eva Kusumayu Pratna P (ST162021)
3. Hendri Lestari (ST162024)
4. Ismiyati (ST162028)
5. Luzy Ratna Sari (ST162033)
6. Mahardika Dodya Pradana (ST162034)
7. Novia Norfita Rengganis (ST162042)
8. Saiful Rizky Ramadhan (ST162056)
9. Wiwid Wahyudianto (ST162065)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas
pada kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon
paratiroid mengalami gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat.
Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon paratiroid yakni
hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid
sendiri secara spesifik belum diketahui, namun penyebab yang biasa
ditemukan yakni hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma
paratiroid. Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang,
ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh usus meningkat. Pada
keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium sehingga
manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan pada area tulang dan
ginjal.Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan.
Kira-kira 100 kasus dalam.
Setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti
Amerika Serikat penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak
ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Pada Wanita
mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari pria.
Prevalensi penyakit hiperparatiroid di Indonesia kurang lebih 1000 orang
tiap tahunnya. Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko
yang lebih besar 2 kali dari pria.
Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena
penyakit hiperparatiroid tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2
banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2 dari
10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer
merupakan salah satu dari 2 penyebab tersering hiperkalsemia; penyebab
yang lain adalah keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia
tetapi yang tersering adalah pada dekade ke-6 dan wanita lebih serinbg 3
kali dibandingkan laki-laki. Insidensnya mencapai 1:500-1000. Bila timbul
pada anak-anak harus dipikirkan kemungkinan endokrinopati genetik
seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II.
Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH),
senyawa yang membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan
phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu yang terpenting hormon
paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh
sesorang. Dengan mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi
pada kelainan atau gangguan pada kelenjar paratiroid ini maka perawat
dianjurkan untuk lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data
pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap
penyakit, sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.
B. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian hiperparatiroid
2. Mampu memahami etiologi hiperparatiroid
3. Memahami patofisiologi hiperparatiroid
4. Mampu memahami manifestasi klinik hiperparatiroid
5. Mampu memahami pemeriksaan diagnosk hiperparatiroid
6. Mampu memahami komplikasi hiperparatiroid
7. Mampu memahami penatalaksanaan hiperparatiroid
8. Mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan hiperparatiroid
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Suatu kelainan endokrin yang disebabkan oleh sekresi hormon
paratiroid (PTH) yang berlebihan dari kelenjar paratiroid
(Saputra,2010:555).
Hiperparatiroidisme adalah akibat dari kelebihan produksi hormon
paratiroid dan ditandai dengan klasifikasi tulang dan pembentukan batu
ginjal yang mengandung kalsium. Hiperparatiroid primer terjadi dua
sampai empat kali lebih sering pada wanita dibanding dengan priadan
lebih sering terjadi pada pasien antara usia 600-70 tahun. Hiperparatiroid
sekunder terjadi pada pasien dengan gagal ginjal kronis dan rikets renalis
(Baughman2000:214-215)
Hiperparatiroidisme ditemukan dalam berbagai bentuk klinis yang
ditandai dengan kelainan metabolik akibat kelebihan PTH. Kelainan ini
dapat primer karena tumor dikelenjar paratiroid, atau sekunder akibat
pembentukan PTH berlebihan sebagai reaksi terhadap hipokalasemia yang
berkepanjangan (Sjamsuhidajat,2010:815)
Hiperparatiroidisme ditandai dengan aktivitas berlebihan salah satu
atau beberapa dari empat kelenjar paratiroid yang disebabkan oleh sekresi
hormon paratiroid (parathyroid hormone-PTH) secara berlebihan
(Paramita,2011:287)
Kelenjar paratiroid adalah kelenjar sangat kecil yang terletak pada
setiap lobus bagian posterior dan tiroid. Kelenjar paratiroid menghasilkan
hormon paratiroid (parathyroid hormone,PTH) atau parahormon
(Baradero,2009:7)
B. Etiologi
1. Adenoma
2. Absorpsi vitamin D atau kalsium oleh usus menurun
3. Defisiensi vitamin D atau kalsium pada makanan
4. Gangguan genetik
5. Idiopatik
6. Tercernanya obat, misalnya phenytoin
7. Tercernanya laksatif
8. Neoplasia endokrin multipel
9. Osteomalasia
10. Hiperplasia kelenjar paratiroid
11. Perubahan pada tulang (osteitis fibrosa sistika), nefrolitiasis dan
kalsifikasi kernea
12. Sindrom malabsobsi
(Paramita,2011:287)
C. Manifestasi klinis
1. Sistem saraf pusat: gangguan psikomotor dan kepribadian, depresi,
psikosis yang terlihat jelas, stupor, dan kemungkinan koma
2. GI: pankreatitis yang menyebabkan nyeri epigastrik konstan dan parah
yang memancar kepungung, ulser peptik, yang menyebabkan nyeri
abdominal, anoreksia, mual dan muntah
3. Neuromuskular: pelemahan dan atrofi otot, terutama dikaki
4. Renal ( paling umum): poli uria, nerfokalsinosis akibat kenaikan kadar
kalsium dan nefrolitiasis kambuhan, bisa menyebabkan insufisiensi
renal
5. Skelet dan artikular: nyeri kronik dipunggung bawah dan mudah
mengalami fraktur akibat degenerasi tulang, pelunakan tulang
kondrokalsinosis, osteopenia dan osteoporosis, terutama diveetebra
6. Nekrosis kulit, katarak, mikrotrombi kalsium ke paru-paru dan
pankreas, anemia dan kalsifikasi subkutaneus
7. Hiperkalsemia menyebabkan anoreksia, neusia, konstipasi, poliuria
dan polidipsia
8. Rasa lelah, kelemahan otot proksimal, nyeri pada tulang
9. Ulkus peptikum dan duodeni, pankreatitis dan hipertensi
10. Hiperparatiroidisme sekunder mungkin menyebabkan nyeri tulang dan
kalsifikasi ektopik
11. Penderita mungkin asimtomatik
(Natadidjaja,2002:164)
D. Anatomi Fisiologi
E. Patofisiologi
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathyroid
hormon) yang bersama-sama dengan vitamin D3 dan kalsitonin yang
mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh
kadar kalsium plasma, hormon tidak akan di sintesis bila kadar kalsium
tinggi dan akan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan
merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan
absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya mengurangkan reabsorbsi
fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja
pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium
yaitu di ginjal, tulang dan usus.
Hiperparatiroid primer terjadi akibat meningkatnya sekresi PTH,
biasanya adanya suatu edema paratiroid. Normalnya, kadar kalsium yang
rendah menstimulasi sekresi PTH, sedangkan kadar kalsium yang tinggi
menghambat sekresi PTH. Pada hiperparatiroid primer, PTH tidak tertekan
dengan meningkatnya kadar kalsium, hal ini menimbulkan keadaan
hiperkalsemia. Dalam beberapa hal, peningkatan kalsium serum
merupakan satu satunya tanda disfungsi paratiroid dan terdeteksi dengan
pemeriksaan rutin. Akibat peningkatan kalsium pada otot menimbulkan
hipotonusitas otot-otot kerangka, reflek tendon dan otototot
gastrointestinal. Melemahnya otot dan timbulnya kelemahan sering
dijumpai. Jika kadar kalsium serum meningkat antara 16 sampai 18 mg/dl,
krisis hiperkalsemia akut terjadi. Muntah dengan hebat menyebabkan
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Hiperparatiroid sekunder timbul karena suatu keadaan hipokalsemi
kronik, seperti pada gagal ginjal. Hiperplasi kelenjar paratiroid terjadi
dengan meningkatnya PTH. Pada beberapa pasien dengan keadaan ini,
kelenjar paratiroid memiliki sifat otonom dan kehilangan sifat
responsivitasnya terhadap kadar kalsium serum (hiperparatiroid tersier).
Hiperparatiroid menyebabkan hiperkalsemia dan hipofosfatemia. Terdapat
peningkatan eksresi baik kalsium maupun fosfat urin dengan efek sebagai
berikut :
a. Ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin.
b. Poliuria
c. Peningkatan risiko terjadinya batu ginjal dengan akibat selanjutnya
berupa obstruksi saluran kencing maupun infeksi.
d. Kalsifikasi tubuli renalis.
Kehilangan kalsium dari jaringan tulang mengawali demineralisasi tulang,
fraktur patologis, atau penyakit kista tulang yang menyebabkan nyeri
tulang.
(Aziz, abdul. 2012.)
F. Pathways
Kadar kalsium
Demineralisasi Hipokalsemia
tulang kronik
Hipokalsemia
akut
Fraktur patologis Peningkatan sekresi
baik kalsium
maupun fosfat urine
Hipotonis otot Muntah-muntah
kerangka
Nyeri tulang
Obstruksi saluran
kencing
Resiko infeksi
G. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen : tulang panjang menunjukkan resorpsi periosteal pangkal
ruas jari, lamina dura gigi hilang serta salt and pepper appearance
pada tengkorak
2. Tes fosfat : resopsi tubular
3. Biopsi tulang : perubahan histologi dapat dideteksi sebelum terjadi
perubahan radiologi
4. Densitometri tulang : mendeteksi osteoporosis derajat rendah
5. Radiografi
(Schwartz,2000:547)
6. Esovagografi, scan pada tiroid, termografi paratiroid, USG, angiografi
tiroid, CT scan, dan MRI dapat menunjukkkan lokasi lesi paratiroid.
(Bilotta,2011:387)
H. Penatalaksanaan
1. Pengangkatan dengan cara bedah jaringan paratiroid abnormal untuk
hiperparatiroidisme primer: pada periode preoperatif anjurkan pasien
untuk minum cairan 2000ml atau lebih untuk mencegah pembentukan
kalkulus
2. Hindari diuretik tiazid karena mereka menurunkan ekskresi kalsium
ginjal
3. Mobilitas dianjurkan karena tulang yang mengalami stres normal
melepaskan sendi kalsium
4. Diberikan fosfat oral untuk menurunkan kadar kalsium serum
5. Batasi masukan makanan yang bnyak mengandung kalsium dan fosfor
6. Pantau dengan ketat untuk mendeteksi gejala tetani, suatu komplikasi
pasca operasi dini
7. Ingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan tindak
lanjut untuk memastikan kadar kalsium serum normal
(Baughman,2000:215-216)
8. Hiperkalasemia berat akut (serum kalsium >13mg/dl) atau simtomatik
pasien dapat diobati dengan hidrasi intravena secara baik dengan
garam normal diikuti dengan furosemid intravena, Kalsitonin 4IU/kg
setiap 12jam diindikasikan jika hidrasi garam dan furosemid tidk
efektif atau ada kontraindikasi. Bifosfonat (pamidronat, etidronat),
mitramisin dan galium nitrat juga efektif untuk hiperkalsemia berat.
9. Cinacalcet (Sensipar) obat lebih baru, lebih kuat
(Saputra,2010:556)
Pengobatan
a. Penyakit primer
1. Bisfosfonat
2. Natrium atau kalium fosfat peroral
3. Kalsitonin
4. Plikamisin, jika penyakit primer bersifat metastatik
b. Penyakit sekunder
1. Terapi vitamin D
2. Aluminium hidroksida
3. Glukokortikoid
c. Pasca bedah
1. Magnesium dan fosfat perintravena
2. Natrium fosfat
3. Suplemen kalsium
4. Vitamin D atau kalsitriol
( Bilotta,2011:387)
I. Komplikasi
1. Osteoporosis
2. Fraktur subkondral
3. Sinovitis traumatik
4. Batu ginjal dan kolik
5. Insuvisiensi dan gagal ginjal
6. Ulkus peptikum
7. Kolelitiases
8. Aritmia jantung
9. Kerusakan vaskuler
10. Gagal jantung
11. Atrofi otot
12. Depresi
( Bilotta, 2011: 386 )
J. Fokus pengkajian
a. Riwayat
1. Nevrolitiasis berulang
2. Poliuria
3. Hematuria
4. Nyeri punggung bawah kronis
5. Mudah fraktur
6. Osteoporosis
7. Nyeri epigastrik yang hebat dan konstran serta menyebar
kepunggung
8. Nyeri abdomen
9. anoreksia
10. konstipasi
11. polidipsia
12. kelemahan otot, terutama pada tungkai
13. letargi
14. gangguan kepribadian
15. depresi
16. pesikosis yang jelas
17. katarak
18. anemia
b. Temuan pemeriksaan fisik
1. Kelemahan dan atrofi otot
2. Gangguan psikomotor
3. Stupor dan kemungkinan,
4. Nekrosis kulit
5. Klasifikasi subkutan
( Bilotta, 2011 : 386 )
K. Fokus intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan : nyeri berkurang atau teratasi
KH : melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi dan
aktivitas yang tepat terhadap situasi.
Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda nyeri verbal Bermanfaat daalm
maupun non verbal (skala 0-10) mengevaluasi nyeri,
menentukan pilihan intervensi,
menentukan efektitivitas terapi
Anjurkan pasien untuk Membantu untuk memfokuskan
menggunakan teknik relaksasi, kembali perhatian dan
seperti imajinasi, musik yang membantu pesien untuk
lembut, relaksasi prognetif. mengatasi nyeri/rasa tidak
nyaman secara lebih efektif.
Pantau keluhan nyeri lokal Deteksi dini untuk mengetahui
apakah disertai pembengkakan adanya sindroma kompatemen
Berikan obat analgetik Menurunkan nyeri dan rasa
tidak nyaman meningkatkan
istirahat
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : nutrisi adekuat
KH : menunjukkan berat badan yang stabil disertai dengan nilai
nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda-tanda
malnutrisi.
Intervensi Rasional
Auskultasi bising usus Bising usus hiperaktif
mencerminkan peningkatan
motilitas lambung yang
menurunkan atau mengubah
fungsi absorbsi.
Catat dan laporkan adanya Peningkatan aktivitas
anoreksia, kelemahan umum, adrenergik dapat menyebabkan
munculnya mual muntah gangguan sekresi insulin/terjadi
resisten yang mengakibatkan
hiperglekemia
Pantau masukan makanan Penurunan berat badan terus
setiap hari dan timbang berat menerus dalam keadaan
badan setiap hari serta laporkan masukan kalori yang cukup
adanya penurunan merupakan indikasi kegagalan
terhadap terapi antitiroid
Dorong pasien untuk makan Membantu menjaga pemasukan
dan meningkatkan jumlah kalori cukup tinggi untuk
makanan dengan menggunakan menambahkan kalori tetap
makanan tinggi kalori yang tinggi pada penggunaan kalori
mudah dicerna yang disebabkan oleh adanya
hipermetabolik
Konsultasikan dengan ahli gizi Mungkin memerlukan bantuan
untuk memberikan diet tinggi untuk menjamin pemasukan
kalori, protein, karbohidrat dan zat-zat makanan yang adekuat,
vitamin dan mengidentifikasikan
makanan pengganti yang paling
sesuai.
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas klien
Nama : Nn. W
Tempat tanggal lahir :
Umur : 20 th
Jenis kelamin : perempuan
Alamat :-
Agama : islam
Suku : jawa
Pendidikan : mahasiswa
Diagnosa medis : hiperparatiroid
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan sakit kepala, lemes, lethargi
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mulai tanggal 24 Mei mengeluh sudah 3 hari tidak bab,
badan lemah, gelisah tidak nafsu makan, perut keras, teraba ada
sekibala, mengeluhkan nyeri pada paha kanan,dan merasa
mual,terjadi edema pada ektimitas bawah, sering gelisah, kulit
terasa dingin.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah terkena gejala typoid,fraktur pada paha kanan ,serta
mempunyai riwayat kejang, dan klien tidak pernah menderita
penyakit ini, baik menurun, menular atau bawaan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Anngota keluarga tidak pernah menderita penyakit serupa,
penyakit menular,menurun atau bawaan
e. Riwayat pengobatan dan alergi
- klien pernah konsultasi kepada dokter masalah yang diderita
klien.
- pasien tidak mempunyai alergi baik obat- obatan maupun
makanan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1. Status gizi : TB =160 cm BB = 60 Kg
2. Tanda- tanda vital : S = 38o C R = 29 x/menit
N = 85 x/menit T =130/90 mmhg
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih
b) Rambut tumbuh tebal
c) Kesan wajah pucat dan kusut, tampak menahan nyeri
d) Mata
- mata simetris antara kanan dan kiri
- warna konjungtiva mata pucat
- warna bola mata hitam
- mata terlihat kering tidak keluar cairan, bola mata
tidak ada kelainan, reflek terhadap cahaya baik, mata
tampak sayu.
e) Telinga
Bentuk telinga kanan kiri simetris , fungsi pendengaran
baik (normal). Dan kebersihan telinga terjaga
f) Hidung
Tidak ada kelainan di hidung, fungsi penciuman dalam
keadaan baik (normal) dan kebersihan hidung terjaga.
g) Mulut dan Tenggorokan
Kemampuan bicara Klien agak serak, bibir Klien kering,
tidak ada dahak ,ada luka mukosa mulut, mulut dibersihkan
dengan berkumur.
2) Leher
Tidak ada pembesaran tiroid, tegak dan tidak ada nyeri tekan.
3) Tengkuk
Tidak ada kaku kuduk
4) Dada
a) Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dada,
menggunakan otot tambahan untuk bernafas.
b) Palpasi
Tidak ada rasa sakit
c) Perkusi
Suara dada alami, tidak ada kelainan
d) Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan namu
frekuensi nafas cepat 29 X/menit.
5) Perut
a) Inspeksi
bentuk perut cembung
b) Palpasi
Teraba skibalan pada abdomen kiri bawah
c) Perkusi
Hasil perkusi terkesan redup.
d) Auskultasi
Terdengar hipoperistaltik, frekwensinya 8x/menit
6) Punggung
Bentuk punggung sejajar tidak mengalami Ostioporosis.
7) Anus dan rectum
Tidak ada pembesaran vena maupun tumor dan selalu
dibersihkan sendiri
8) Genetalia
Tidak ada pembengkakan prostat, dan selalu dibersihkan
sendiri.
9) Ekstermitas
- keadaan tulang kontinyuitas,
- kanan yang dominan dari kiri
- bahu simetris antara kanan dan kiri
- ekstremitas atas mandiri, bawah ada gangguan ada
keluhan bahwa paha kanan terasa nyeri
-
pengkajian khusus nyeri
- Propok (penyebab): belum diketahui
- Quality (kualitas) : seperti ditusuk-tusuk jarum
- Range (jarak): tidak diketahui secara pasti
- Saverilyornal (skala nyeri) : 6
- Time (waktu) : setiap saat
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium(kadar kalsium darah = 12 mg/100ml,
Hb = 12, adanya batu phospat pada sampel urin)
b. Rontgen tulang : tidak ada kelainan
Analisa data
no Data Masalah keperawatan Etiologi
Data subyektif
Klien mengatakan nyeri pada
daerah ektrimitas bawah.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan psikologi (nausea dan anoreksia).
3. konstipasi berhubungan dengan intake cairan kurang
C. Intervensi
B. Saran
Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar paratiroid, maka diharapkan
para tenaga medis dan perawat harus lebih profesional dan berpengalaman
dalam mengkaji seluruh sistem metabolisme yang mungkin terganggu
karena adanya kelainan pada kelenjar paratiroid. Karena penanganan dan
pengkajian yang tepat akan menentukan penatalaksanaan pengobatan yang
cepat dan tepat pula pada kelainan kelenjar paratiroid.
DAFTAR PUSTAKA