Tipe profil
Pemeriksaan ini dapat mengetahui
proporsi skeletal jurusan antero
posterior, vertical )
cekung Maloklusi kelas III
lurus Maloklusi kelas I
cembung Maloklusi kelas II
Bibir kompeten, tidak kompeten
Fungsi bicara Ada hubungan maloklusi dgn fungsi bicara,
biasanya dengan mekanisme adaptasi, anak
dengan mal olkusi yg parah tetap berbicara
tanpa gangguan
Kebiasaan jelek Dapat menyebabkan maloklusi ,tergantung
dari lama, frekuensi dan intensitasnya
Gambar :
Gambar :
Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah
terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang
diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan
overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh
pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak
tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio keseluruhan diperoleh
dengan cara menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi dengan
jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio keseluruhan sebesar 91,3
berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang akan menghasilkan hubungan
overbite dan overjet yang ideal. Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka
kesalahan terdapat pada gigi rahang bawah. Jika rasio kurang dari 91,3 berarti
kesalahan ada pada gigi rahang atas. Pada tabel Bolton diperlihatkan
gambaran hubungan ukuran gigi rahang atas dan rahang bawah yang ideal.
Pengurangan antara ukuran gigi yang sebenarnya dan yang diharapkan
menunjukkan kelebihan ukuran gigi. Rasio anterior diperoleh dengan cara
menghitung jumlah lebar 6 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 6 gigi
rahang atas dan dikalikan 100. Rasio anterior 77,2 akan menghasilkan
hubungan overbite dan overjet yang ideal jika kecondongan gigi insisif baik
dan bila ketebalan labiolingual tepi insisal tidak berlebih. Jika rasio anterior
lebih dari 77,2 berarti terdapat kelebihan ukuran gigi-gigi pada mandibula.
Jika kurang dari 77,2 maka terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi rahang atas.
d) Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis
apikal cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth
Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri
sampai dengan molar pertama kanan. Lebar lengkung basal premolar atau fosa
kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis
apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur
menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing. Rasio diperoleh
dari membagi PMBAW dengan TM dikalikan 100. Howes percaya bahwa
dalam keadaan normal perbandingan PMBAW dengan TM kira-kira sama
dengan 44%, perbandingan ini menunjukkan bahwa basis apikal cukup lebar
untuk menampung s emua gigi. Bila perbandingan antara PMBAW dan TM
kurang dari 37% berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu
pencabutan gigi premolar. Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar
lengkung puncak premolar, maka dapat dilakukan ekspansi premolar.
Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan
dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan
apakah akan dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi
atau (3) ekspansi palatal.
e) Analisis Pont
Pont memikirkan sebuah metoda untuk menentukan lebar lengkung
ideal yang
didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif rahang atas. Pont
menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar lengkung gigi
melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi, idealnya adalah 0,8
pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada fosa sentral molar pertama.
Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapat diekspansi
sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya relaps.
f)
Diagnostic Setup
Diagnostic setup adalah teknik untuk menggambarkan bagaimana
mengatasi masalah ruang dalam tiga dimensi, yaitu dengan melepaskan gigi
dari tulang basal model dan menempatkannya kembali ke dalam kedudukan
yang lebih baik. Cetakan awal tidak digunakan untuk teknik ini, tetapi
disimpan untuk model studi. Pemotongan dilakukan hingga batas tulang
alveolar, lalu dilakukan pemotongan dalam arah vertikal hingga margin gusi
menggunakan gergaji kecil sehingga memungkinkan pemecahan gips tanpa
menimbulkan kerusakan di daerah titik kontak antara dua gigi. Selanjutnya
gigi diatur menggunakan lilin sesuai dengan posisi yang diinginkan. Untuk
menjaga agar gigitan tidak berubah, dibuat gigitan lilin dalam keadaan oklusi
sentrik dan pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi. Pada saat
penyusunan kembali, analisis sefalometri digunakan untuk memperkirakan
letak dan angulasi gigi insisif. Diagnostic setup akan memperlihatkan jumlah
ruang yang tersediadan yang tersisa sehingga dapat membantu dalam memilih
gigi mana yang akan diekstraksiserta bagaimana pergerakan gigi untuk
menutup ruang tersebut.
1. Metode Nance
Analisis kebutuhan ruang dengan membandingkan tempat yang tersedia pada
rahang dan tempat yang dibutuhkan oleh gigi. Metode ini menggunakan
brushwire untuk membuat lengkungan berbentuk busur untuk mengukur
tempat yang tersedia dan untuk tempat yang dibutuhkan menggunakan
penghitungan lebar mesiodistal setiap gigi.
Metode ini diindikasikan untuk fase geligi permanen.
2. Metode Lundstrom
Analisis kebutuhan ruang dengan membandingkan tempat yang tersedia
pada rahang dan tempat yang dibutuhkan oleh gigi. Metode ini dilakukan
dengan membagi 6 segmen di setiap rahang untuk mengukur tempat yang
tersedia dan untuk tempat yang dibutuhkan menggunakan penghitungan lebar
mesiodistal setiap gigi.
Diindikasikan untuk fase geligi permanen.
Diindikasikan apabila terdapat gigi yang letaknya tidak sesuai dengan
lengkung geligi, contohnya gigi rotasi maupun versi.
3. Metode Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah terhadap
ukuran gigi rahang atas dengan oklusinya. Rasio keseluruhan didapat dengan
menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi jumlah lebar 12 gigi
rahang atas dan dikalikan 100. Sedangkan untuk rasio anterior didapat
dengan menghitung jumlah lebar 6 gigi anterior RB dibagi jumlah lebar 6
gigi anterior RA dikalikan 100.
Diindikasikan pada fase geligi permanen.
4. Indeks Pont
Metode Pont menggunakan rasio gabungan insisif terhadap lebar lengkung
gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi, yaitu pada
fosa sentral premolar pertama dan pada fosa sentral molar pertama.
Pada metode ini dibutuhkan gigi molar pertama permanen dan gigi premolar
1 sehingga diindikasikan untuk fase geligi permanen
5. Perkiraan Ukuran Gigi dengan Radiografi
Lebar dari gigi permanen pengganti yang belum erupsi dapat diukur
menggunakan foto periapikal. Dengn rumus perhitungan perbandingan lebar
gigi sulung pada model studi dan foto rontgen dan lebar gigi permanen
pengganti pada foto rontgen.
Foto rontgen digunakan untuk mengukur gigi permanen pengganti yang
belum erupsi sehingga metode ini diindikasikan untuk fase geligi pergantian.
6. Metode Moyers
Metode ini menggunakan dasar yaituukuran gigi insisif permanen rahang
bawah memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang
belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisif
rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena
gigi ini muncul lebih dulu di dalam rongga mulut pada masa geligi
campuran.
Diindikasikan pada fase geligi pergantian.
7. Metode Tanaka dan Johnston
Metode ini menggunakan perkiraan yaitu ukuran lebar kaninus dan premolar
pada satu kuadran mandibula sama dengan setengah ukuran keempat insisif
rahang bawah ditambah 10,5 mm Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus
dan premolar pada satu kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif
rahang bawah ditambah 11,0 mm.
Diindikasikan untuk fase geligi pergantian
LO 5. Metode Pengukuran Analisa Kebutuhan Ruang
1. Metode Nance
pengukuran panjang lengkung gigi pada analisis Nance diukur menggunakan
kawat lunak seperti brass wire atau kawat kuningan dan dilakukan sebanyak 3 kali
dengan 3 orang pengamat yang berbeda kemudian diambil rata-ratanya.
Tempat yang tersedia
Kawat ini diletakkan melalui setiap gigi, pada geligi posterior melalui
permukaan oklusalnya sedangkan pada geligi anterior melalui tepi insisalnya.
Rahang Atas : Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri,
melewati insisal insisiv yang telaknya benar/ideal (inklinasi membentuk sudut
110o terhadap bidang maksila), kemudian menyusuri fisura gigi posterior
kanan, berakhir sampai mesial M1 permanen kanan.
Rahang Bawah : Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen
kiri, melewati insisal insisiv yang telaknya benar/ideal (inklinasi membentuk
sudut 90o terhadap bidang mandibula), kemudian menyusuri fisura gigi
posterior kanan, berakhir sampai mesial M1 permanen kanan.
Menurut
Profitt, 2007,
jika dari hasil
perhitungan
kebutuhan
ruang
didapatkan :
- Kekurangan tempat : s.d. 4 mm tidak diperlukan pencabutan gigi permanen
- Kekurangan tempat : 5 - 9 mm kadang masih tanpa pencabutan gigi
permanen, tetapi seringkali dengan pencabutan gigi permanen
- Kekurangan tempat : > 10 mm selalu dengan pencabutan gigi permanen
2. Metode pont
Tujuan analisis pont :
Analisis Pont membantu dalam menentukan lengkung gigi tergolong sempit,
lebar, atau normal;
menentukan perlu tidaknya ekspansi lateral terhadap lengkung gigi; dan
menentukan besarnya kemungkinan ekspansi pada regio premolar dan molar
(Iyyer, 2003).
Pont mengemukakan gigi yang lebar membutuhkan lengkung yang lebar untuk
membentuk susunan yang normal.
Jika jumlah lebar mesiodistal insisivus maksila pada model gigi dan
pengukuran jarak interpremolar dan jarak intermolar diketahui, maka indeks
Pont diperoleh melalui cara :
Indeks Pont sebesar 80 mm pada regio premolar dan 64 mm pada regio molar
(Joondeph dkk., 1970).
a.
a.
b.
Lebar mesiodistal gigi diperoleh dengan mengukur jarak dari titik kontak
mesial ke titik kontak distal gigi yang terbesar dengan menggunakan jangka
sorong (Bishara dkk., 1989; Glinka, 1990).
Titik pengukuran yang dipergunakan merupakan cekung distal pada oklusal
gigi premolar pertama untuk mengukur jarak interpremolar dan pada cekung
mesial pada permukaan oklusal pada gigi molar pertama maksila untuk
mengukur jarak intermolar (Iyyer, 2003).
Hasil didapatkan dengan menghitung selisih dari perhitungan jarak
premolar/molar berdasarkan rumus pont dikurangi dengan jarak
premolar/molar dengan perhitungan pada model.
Jika hasil pengukuran jarak premolar dan molar sama dengan hasil
pengukuran lebar lengkung gigi anterior dan posterior menurut indeks Pont,
dikatakan lebar lengkung gigi tersebut sesuai dengan ukuran gigi geligi pada
lengkung rahang dan dapat meletakkan gigi dalam lengkung rahang tanpa
adanya crowded. Apabila dari perhitungan didapatkan hasil minus maka
lengkung gigi mengalami kontraksi. Apabila dari perhitungan didapatkan hasil
positif maka lengkung gigi mengalami distraksi.
3. Metode Lundstrom
Prosedur:
membagi lengkung gigi menjadi enam segmen, dengan dua gigi per segmen,
termasuk gigi molar permanen pertama
Mengukur panjang lengkung gigi dengan menjumlahkan ukuran mesio distal
gigi untuk rahang atas: 16-26, rahang bawah: 36-46
- Diukur satu persatu menggunakan jangka yang kedua ujungnya runcing ke
arah lebar gigi yang paling besar (aproksimal/mesiodistal). Posisi jangka
dari arah atas tegak lurus kepada daerah tersebut.
- Pada garis lurus yang telah disediakan pada status atau dapat dibuat
sendiri, masing-masing pengukuran gigi dipindahkan dan dijumlahkan.
Menjumlahkan lebar masing-masing gigi pada setiap segmen
Mengukur ruangan mesiodistal yang tersedia pada studi model setiap segmen
- Pengukuran dengan jangka yang kedua ujungnya runcing, dari mesial
molar kedua kanan pada puncak papil gusi pada tiap segmen
- Pada garis lurus yang telah disediakan pada status atau dapat dibuat
sendiri, masing-masing pengukuran rahang dipindahkan dan dijumlahkan
Selisih antara keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa.
4. Analisis Bolton (Tooth Size Discrepancy (TSD))
Definisi:
Analisa Bolton adalah analisa rasio interdigitasi yang dirancang untuk
melokalisasi perbedaan ukuran gigi dengan membandingkannya dengan standar yang
normal sehingga kekurangan ruang rahang dapat ditentukan. Hubungan ukuran
mesiodistal gigi pada maksila dan mandibula yang benar penting untuk menentukan
ideal interdigitasi antara gigi maksila dan mandibula.
Tujuan:
mengetahui perbedaan ukuran gigi antara mandibula terhadap maksila
membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang
mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai
menentukan efek pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif
mengidentifikasi oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai.
Analisa Bolton terbagi dua yaitu rasio anterior (6 gigi anterior) dan rasio total (12 gigi
dari M1 kanan-M1 kiri).
Prosedur:
mengukur dan mencatat ukuran mesiodistal gigi dalam mm
- 6 gigi anterior RA (13-23)
- 6 gigi anterior RB (33-43)
- 12 gigi RA (16-26)
- 12 gigi RB (36-46)
Pengukuran gigi sesuai dengan cara pengukuran pada analisis ALD.
menentukan rasio anterior
Jumlah 6 gigi anterior mandibula x 100 %
Jumlah 6 gigi anterior maksila
Rata-rata= 77,2 1,65
menentukan rasio total
Jumlah 12 gigi anterior mandibula x 100 %
Jumlah 12 gigi anterior maksila
Rata-rata= 91,3 1,91
Jika rasio anterior > 77,2% 1,65, rasio total > 91,3% 1,91: maka ukuran gigi maksila
yang benar, mandibula terlalu besar dibanding seharusnya
Berdasarkan ukuran gigi maksila yang benar dilihat ukuran gigi mandibula yang
seharusnya pada tabel Bolton
Jika rasio anterior < 77,2% 1,65, rasio total < 91,3% 1,91: maka ukuran gigi
mandibula yang benar, maksila terlalu besar dibanding seharusnya
Berdasarkan ukuran gigi mandibula yang benar dilihat ukuran gigi maksila yang
seharusnya pada tabel Bolton
Ukuran gigi maksila pasien dikurangi dengan ukuran gigi maksila pada tabel
Hasil pengurangan merupakan selisih kelebihan ukuran gigi maksila
Tabel 1. Tabel Bolton digunakan untuk mengetahui ukuran ideal enam gigi
anterior dan kedua belas gigi, baik pada rahang atas maupun rahang
bawah
5. Metode Kesling
Adalah suatu cara yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan atau menyusun suatu lengkung
gigi dari model aslinya dengan membelah atau memisahkan gigi-giginya, kemudian disusun kembali
pada basal archnya baik mandibula atau maksila dalam bentuk lengkung yang dikehendaki sesuai
posisi aksisnya.
Cara ini berguna sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai untuk menentukan diagnosis,
rencana perawatan maupun prognosis perawatan suatu kasus secara individual.
Karena cara ini mampu untuk mendiagnosis maka disebut : DIAGNOSTIC SET UP MODEL
Karena model yang telah disusun kembali dalam lengkung gigi tersebut merupakan gambaran suatu
hasil perawatan maka disebut : PROGNOSIS SET UP MODEL
Prosedur:
1. Buat lubang dengan gergaji 3 mm di atas gingival margin (fornix) antara 1 1, dari lubang ini
buat irisan arah horisontal kanan kiri misalnya sampai M1
2. Kemudian dari sini buat irisan vertikal pada aproksimal M2-M1, atau bisa dikatakan irisan
vertikal pada distal M1
4. Buat pada setiap aproksimal irisan arah vertikal, pisahkan masing-masing gigi.
\
5. Susun kembali gigi-
gigi tersebut dalam
lengkung yang
dikehendaki dengan
perantaraan pelekatan wax. perhatikan : GARIS MEDIAN, OVERBITE, OVERJET
Dari