Anda di halaman 1dari 25

STEP 7

REPORTING LEARNING OBJECTIVES

LO 1. Pemeriksaan Penunjang dibidang Orthodonsia dan Kegunaan

Diagnosisi ortodonti ditentukan dari beberapa analisis yaitu :


1. Analisis umum
2. Analisis lokal
3. Analisis Fungsional
4. Analisis model
5. Analisis sefalometri

I Analisis Umum Uraian

1 Nama, alamat ,kelamin, umur Kelamin , umur berkaitan dengan


pertumbuhkembangan dentomaksilofasial
Misal : perubahan fase geligi, perbedaan
pertumbuhkembangan muka pria dan wanita
2 Keluhan utama pasien Biasanya ttg keadaan susunan gigi yang
dirasakan pasien mengganggu estetik
dentofasial , mempengaruhi status social ,
fungsi pengunyahan yang mendorong
keinginan untuk dilakukan perawatan
ortodonti
3 Keadaan sosial Untuk mengetahui emosi px misal adanya
kebiasaan menghisap jari yang
berkepanjangan, prestasi belajar yang kurang
baik
4 Riwayat kesehatan pasien dan keluarga Kesehatan px sejak dilahirkan smp px
datang misal trauma pd muka dan kepala
smp memerlukan operasi, penyakit jantung,
diabetes,arthritis, tonsil yg sudah pernah di
operasi
5 Berat dan tinggi badan Mengetahui pertumbuhkembangan
normal/ tidak sesuai umur dan jenis
kelamin
6 Ras/ kelompok etnik Dalam pengertian fisik ( bukan budaya )
meliputi ras ayah ibu, kakek nenek
7 Bentuk skelet : endomorfik pendek,berlemak
mesomorfik berotot
ektomorfik langsing , sedikit jaringan otot / lemak
8 Ciri keluarga / pola tertentu yg selalu ada Kelainan skelet berupa prognati mandibula,
pd keluarga keadaan yang selalu berulang pd suatu
keluarga secara turun menurun
9 Penyakit anak Yang dapat mengganggu
pertumbuhkembangan, misal penyakit dgn
panas tinggi, sistemik
10 Alergi Terhadap obat2an, bahan ( latex ),
lingkungan ( debu)
11 Kelainan endokrin
Yang terjadi pd pra lahir hipoplasia gigi
Yang terjadi pd pasca lahir mempengaruhi percepatan/ hambatan
pertumbuhan muka, derajat pematangan
tulang, penutupan sutura, resorpsi akar
gigi sulung,, erupsi gigi permanen

12 Tonsil radang / tidak


13 Kebiasaan bernafas melalui mulut kesukaran pd waktu dicetak

II Analisa local Uraian

1 Analisa ekstra oral

Bentuk kepala: ( ada hubungan dgn


bentuk muka, palatum,lengkung
geligi ) lebar, pendek
brakisefalik panjang, sempit
rata2
dolikosefalik Lebar kepala x 100
Index sefalik = ---------------------------
mesosefalik Panjang kepala
Cara menentukan :
Simetris wajah
Dilihat dari depan proporsi lebar mata, hidung dan mulut
Dilihat dari vertikal simetri / asimetri
Pada dasarnya muka tidak simetris secara
bilateral
Tipe wajah: leptoprosop. Sempit, panjang, protrusifkepala
mesoprosop, dolikosefalik
euriprosop Sedang kepala
mesosefalik
Lebar, kurang protrusif kepala
brakisefalik

Tipe profil
Pemeriksaan ini dapat mengetahui
proporsi skeletal jurusan antero
posterior, vertical )
cekung Maloklusi kelas III
lurus Maloklusi kelas I
cembung Maloklusi kelas II
Bibir kompeten, tidak kompeten
Fungsi bicara Ada hubungan maloklusi dgn fungsi bicara,
biasanya dengan mekanisme adaptasi, anak
dengan mal olkusi yg parah tetap berbicara
tanpa gangguan
Kebiasaan jelek Dapat menyebabkan maloklusi ,tergantung
dari lama, frekuensi dan intensitasnya

2 Analisis intraoral Untuk mengetahui keadaan jaringan keras


dan lunak
Lidah Ukuran, bentuk, fungsi ( makroglosi,
Palatum mikroglosi )
sempit, panjang , dalam dapat
Kebersihan mulut mempengaruhi alat lepasan
Karies Baik/ jelek
Dapat merupakan penyebab utama maloklusi
local, penyebab terjadinya tanggal prematur
gigi disidui yang dapat menyebabkan
Fase geligi pergeseran gigi permanen
Gigi yang ada pergantian, permanen
gigi kelebihan,agenisi
Keadaan jaringan periodontal
Penyakit periodontal meningkat pada px
dewasa

III Analisa fungsional

1 Path of clousure Adalah arah gerakan mandibula pada posisi


istirahat ke oklusi sentrik
Path of clousure berupa gerakan engsel
sederhana melewati freeway space
Freeway space = interocclusal clearance
,adalah jarak antaroklusal pada saat
mandibula dalam posisi istirahat
2 Deviasi Mandibula Keadaan ini berhubungan dengan posisi
kebiasaan mandibula

3 Displacement Mandibula, dapat terjadi


pd adanya gigitan silang posterior
jurusan tranversal adanya gigitan silang unilateral gigi
posterior disertai garis median atas bawah
yang tidak segaris
adanya kontak premature pada daerah
jurusan sagital Insisivi
Gambar :

Displacement mandibula ke kanan


4 Sendi Temporomandibula Indikator penting fungsi sendi
temporomandibular adalah lebar
pembukaan maksimal antara 35-40 mm, 7
mm gerakan ke lateral 6 mm ke depan
Cara memeriksa Dilakukan palpasi ada rasa sakit/tidak, ada
suara / tidak

IV Analisa model Model studi : rekam ortodontik yg paling


sering digunakan untuk menganalisis suatu
kasus
1 Bentuk lengkung gigi Normal : parabola
Tidak normal :lebar, menyempit di anterior
dll
Berhubungan dgn bentuk kepala, misal
brakisefalik bentuk lengkung gigi lebar
2 Diskrepansi pd model Adalah : perbedaan tempat yg tersedia
dan tempat yg dibutuhkan
Merupakan bagian dr diskrepansi total yg Tempat yg tersedia / available space :
tdd diskrepansi model, sefalometri, tempat disebelah mesial M1 kiri smp mesial
kedalaman kurve spee, pergeseran molar M1 kanan
ke mesial
Cara mengukur :
Digunakan untuk menentukan macam RA :dengan membuat lengkungan kawat
perawatan dgn pencabutan / tidak gigi tembaga ( brass wire ) dari mesial M1 kiri
permanen melewati fisura gigi didepannya terus
melewati insisal incisive yg letaknya benar
terus melewati fisura gigi posrerior smp
mesial M1 kanan
RB : lengkung kawat tdk melewati fisura gigi
posterior tp lewat tonjolbukal gigi posterior
Pengukuran ini ada bbrp cara

Gambar :

Tempat yg dibutuhkan :jumlah lebar


mesiodistal gigi permanen disebelah mesial
M1 kiri smp M1 kanan ( premolar kedua kiri
sampai premolar kedua kanan )

Pengukuran ini ada bbrp cara

Pada fase geligi permanen, dengan


mengukur lebar mesio distal premolar kedua
kanan sampai premolar kedua kiri pada model
studi dan dijumlahkan
Jumlah lebar ke 4 insisive atas permanen : 28
36 mm ( normal )

Pada fase geligi pergantian


1. Mengukur mesio distal gigi pada model
untuk gigi yang telah erupsi, gigi yang
belum erupsi diukur pada foto rontgen
Kelemahannya gambaran pada foto
rontgen mengalami distorsi ( bertambah
panjang/ pendek )
2. Mengetahui lebar benih gigi dengan
menghitung memakai rumus tertentu

Panduan ( Proffit dkk 2oo7 ):


Kekurangan tempat : smp 4 mm tdk
diperlukan pencabutan gigi permanen
Kekurangan tempat: 5-9 mm
kadang masih tanpa pencabutan tetapi
sering dgn pencabutan gigi permanen
Kekurangan tempat :10
mm/lebihselalu dgn pencabutan gigi
permanen
3 Analisis ukuran gigi Insisivi lateral atas banyak mengalami
anomali
Analisis Bolton : mengukur lebar mesio
distal setiap gigi permanen
4 Kurva Spee Adalah lengkung yg menghubungkan insisal
Insisive dgn bidang oklusal molar terakhir pd
RB
Normal : kedalaman tdk lebih 1.5 mm
Kurva spee positif bentuk kurve jelas
dan dalamgigi insisivi supra posisi / gigi
posterior infra posisi
Gambar :

5 Diastema Adalah ruang antara 2 gigi yg berdekatan


Gambar :

6 Simetri gigi Untuk mengetahui simetri gigi senama dlm


jurusan sagital maupun transversal dengan
cara membandingkan letak gigi permanen
senama kiri dan kanan
7 Gigi yang terletak salah Versi : mahkota miring ttp akar lurus
( mesioversi, distoversi, labioversi,
linguoversi)
Infra oklusi , supra oklusi, rotasi, transposisi,
ektostema
8 Pergeseran garis median RA : garis yang menghubungkan titik
pertemuan rugae palatine kedua kiri kanan
dengan titik pada rafe palatine
RB : membuat titik pada perlekatan frenulum
labial dan lingual dan titik ini melewati titik
kontak insisivi sentral bawah

Gambar :

9 Relasi gigi Adalah hubungan gigi atas dan bawah dalam


keadaan oklusi ( yg diperiksa molar permanen
dan kaninus )
Relasi gigi posterior
Jurusan Sagital Netroklusi, distoklusi, mesioklusi, gigitan
tonjol, tidak ada relasi
Jurusan Transfersal Normal : Gigitan fisura luar rahang atas
Tidak normal : gigitan fisura dalam atas,
gigitan tonjol,
Jurusan vertical Gigitan terbuka ( tidak ada kontak gigi atas
dan bawah pada saat oklusi )
Relasi gigi anterior
Jurusan sagital Jarak gigit/ over jet
Normal :insisivi atas didepan insisivi bawah
dengan jarak 2-3 mm
Tidak normal : jarak gigit terbalik. Edge to
Jurusan vertikal edge
Tumpang gigit / over bite ( jarak vertical
insisisal insisivi atas dengan insisal insisivi
bawah , normal 2 mm )
Tumpang gigit bertambah gigitan dalam
Tumpang gigit berkurang negatip ( - )
Tumpang gigit : 0 ( edge to edge )

LO 2 MACAM ANALISA KEBUTUHAN RUANG


Macam-macam Analisis Model Studi
Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam
arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital antara lain
meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I,
kelas II, atau kelas III Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun
mandibula, dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal antara lain
meliputi: pergeseran garis median, asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan
crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertical antara lain meliputi: ukuran overbite,
deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum
Analisis Geligi Tetap
Keparahan suatu maloklusi sangat penting untuk dinilai dan ditentukan dari
berbagai sudut pandang. Untuk itu, telah diperkenalkan bermacam-macam teknik
analisis. Berikut ini
adalah beberapa di antaranya yang umum digunakan.
a) Kesimetrisan Lengkung Gigi dalam Arah Sagital dan Transversal
Lengkung gigi yang kedudukannya tidak simetris, biasanya bisa terlihat sejak
pemeriksaan estetika wajah, namun bentuk lengkung yang tidak simetris bisa
juga dijumpai pada wajah yang simetris. Pada beberapa kasus, bisa juga
dijumpai keadaan asimetri hanya pada lengkung giginya saja, sementara
lengkung rahangnya normal.
Cara untuk mengetahui kesimetrisan lengkung gigi pada rahang adalah
menggunakan
symmetograph. Symmetograph diletakkan di atas permukaan oklusal gigi
dengan bidang
orientasi mid palatal raphe lalu kedudukan gigi di kwadran kiri dengan kanan
dibandingkan dalam arah sagital dan transveral. Berdasarkan hasil analisis ini
dapat diketahui gigi geligi di kwadran mana yang memerlukan ekspansi atau
pencabutan untuk mengembalikan kesimetrisan lengkung.
b) Perbedaan Ukuran Lengkung (Arch Length Discrepancy)
Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial
distal terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing atau jangka sorong.
Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di mesial gigi
molar pertama permanen. Jumlah lebar total menunjukkan ruangan yang
dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal. Selanjutnya panjang lengkung
rahang diukur menggunakan kawat lunak seperti brass wire atau kawat
kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada geligi posterior melalui
permukaan oklusalnya sedangkan pada geligi anterior melalui tepi insisalnya.
Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri hingga kanan.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang lengkung
gigi ideal dengan panjang lengkung rahang. Jika hasilnya negative berarti
kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti terdapat kelebihan ruangan.
Teknik lain untuk mengukur panjang lengkung rahang diperkenalkan
oleh Lundstrom, yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi enam
segmen berupa garis lurus untuk setiap dua gigi termasuk gigi molar pertama
permanen. Setelah dilakukan pengukuran dan pencatatan pada keenam segmen
selanjutnya dijumlahkan. Nilai ini dibandingkan dengan ukuran mesial distal
12 gigi mulai molar pertama permanen kiri hingga kanan. Selisih keduanya
menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa.
c)
Analisis

Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah
terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang
diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan
overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh
pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak
tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio keseluruhan diperoleh
dengan cara menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi dengan
jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio keseluruhan sebesar 91,3
berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang akan menghasilkan hubungan
overbite dan overjet yang ideal. Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka
kesalahan terdapat pada gigi rahang bawah. Jika rasio kurang dari 91,3 berarti
kesalahan ada pada gigi rahang atas. Pada tabel Bolton diperlihatkan
gambaran hubungan ukuran gigi rahang atas dan rahang bawah yang ideal.
Pengurangan antara ukuran gigi yang sebenarnya dan yang diharapkan
menunjukkan kelebihan ukuran gigi. Rasio anterior diperoleh dengan cara
menghitung jumlah lebar 6 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 6 gigi
rahang atas dan dikalikan 100. Rasio anterior 77,2 akan menghasilkan
hubungan overbite dan overjet yang ideal jika kecondongan gigi insisif baik
dan bila ketebalan labiolingual tepi insisal tidak berlebih. Jika rasio anterior
lebih dari 77,2 berarti terdapat kelebihan ukuran gigi-gigi pada mandibula.
Jika kurang dari 77,2 maka terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi rahang atas.
d) Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis
apikal cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth
Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri
sampai dengan molar pertama kanan. Lebar lengkung basal premolar atau fosa
kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis
apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur
menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing. Rasio diperoleh
dari membagi PMBAW dengan TM dikalikan 100. Howes percaya bahwa
dalam keadaan normal perbandingan PMBAW dengan TM kira-kira sama
dengan 44%, perbandingan ini menunjukkan bahwa basis apikal cukup lebar
untuk menampung s emua gigi. Bila perbandingan antara PMBAW dan TM
kurang dari 37% berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu
pencabutan gigi premolar. Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar
lengkung puncak premolar, maka dapat dilakukan ekspansi premolar.
Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan
dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan
apakah akan dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi
atau (3) ekspansi palatal.
e) Analisis Pont
Pont memikirkan sebuah metoda untuk menentukan lebar lengkung
ideal yang
didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif rahang atas. Pont
menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar lengkung gigi
melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi, idealnya adalah 0,8
pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada fosa sentral molar pertama.
Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapat diekspansi
sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya relaps.

f)

Diagnostic Setup
Diagnostic setup adalah teknik untuk menggambarkan bagaimana
mengatasi masalah ruang dalam tiga dimensi, yaitu dengan melepaskan gigi
dari tulang basal model dan menempatkannya kembali ke dalam kedudukan
yang lebih baik. Cetakan awal tidak digunakan untuk teknik ini, tetapi
disimpan untuk model studi. Pemotongan dilakukan hingga batas tulang
alveolar, lalu dilakukan pemotongan dalam arah vertikal hingga margin gusi
menggunakan gergaji kecil sehingga memungkinkan pemecahan gips tanpa
menimbulkan kerusakan di daerah titik kontak antara dua gigi. Selanjutnya
gigi diatur menggunakan lilin sesuai dengan posisi yang diinginkan. Untuk
menjaga agar gigitan tidak berubah, dibuat gigitan lilin dalam keadaan oklusi
sentrik dan pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi. Pada saat
penyusunan kembali, analisis sefalometri digunakan untuk memperkirakan
letak dan angulasi gigi insisif. Diagnostic setup akan memperlihatkan jumlah
ruang yang tersediadan yang tersisa sehingga dapat membantu dalam memilih
gigi mana yang akan diekstraksiserta bagaimana pergerakan gigi untuk
menutup ruang tersebut.

Analisis Geligi Cammpuran


Tujuan analisis geligi campuran adalah untuk mengevaluasi jumlah ruangan
yang tersedia pada lengkung rahang untuk digantikan oleh gigi permanen dan untuk
penyesuaian oklusi yang diperlukan. Terdapat banyak metoda analisis geligi
campuran. Secara umum, analisis geligi campuran terbagi dalam tiga kelompok, yaitu
analisis yang mengatakan bahwa ukuran geligi tetap yang belum erupsi dapat
diperkirakan berdasarkan gambaran radiografis, kelompok yang ke-dua mengatakan
bahwa ukuran gigi kaninus dan premolar dapat diperkirakan berdasarkan ukuran gigi-
gigi permanen yang telah erupsi ke dalam rongga mulut, dan yang ke-tiga adalah
kombinasi kedua metoda tersebut.
a) Perkiraan Ukuran Gigi menggunakan Radiografi
Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak
mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih sedikit
terjadi pada foto periapikal dibandingkan dengan foto panoramik. Namun,
meskipun menggunakan film tunggal, seringkali sulit untuk menghindari
distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti kaninus, sehingga pada
akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.

Dengan penggunaan berbagai tipe gambaran radiografi yang semakin


umum, sangat penting untuk menghitung pembesaran yang terjadi. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mengukur obyek yang dapat dilihat baik secara
radiografi maupun pada model. Pada umumnya, gigi yang dijadikan tolak ukur
adalah molar sulung. Perbandingan sederhana untuk mengetahui ukuran gigi
sebenarnya yang belum erupsi adalah sebagai berikut : perbandingan ukuran
lebar molar sulung sebenarnya dengan ukuran gigi tersebut pada gambaran
radiografi sama dengan perbandingan lebar premolar tetap yang belum erupsi
dengan ukuran lebar premolar pada gambaran radiografi. Ketepatan
pengukuran bergantung pada kualitas radiografi dan kedudukan gigi di dalam
lengkung. Teknik ini juga dapat digunakan untuk gigi lain baik pada maksila
maupun mandibula
b) Perkiraan Ukuran Gigi menggunakan Tabel Probabilitas
Moyers memperkenalkan suatu analisis dengan dasar pemikiran bahwa
berdasarkan studi yang dilakukan beberapa ahli, terdapat hubungan antara
ukuran kelompok gigi pada satu bagian dengan bagian lainnya. Seseorang
dengan ukuran gigi yang besar pada salah satu bagian dari mulut cenderung
mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada tempat lain. Berdasarkan
penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang bawah memiliki hubungan
dengan ukuran kaninus dan premolar yang belum tumbuh baik pada rahang
atas maupun rahang bawah. Gigi insisif rahang bawah telah dipilih untuk
pengukuran pada analisis Moyers karena gigi ini muncul lebih dulu di dalam
rongga mulut pada masa geligi campuran, mudah diukur secara akurat, dan
secara langsung seringkali terlibat dalam masalah penanganan ruangan.
Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai kesalahan sistematik
yang minimal. Metoda ini juga dapat dilakukan dengan cepat, tidak
memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi, dan dapat dilaksanakan oleh
pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus. Walaupun pengukuran dan
penghitungan dilakukan pada model, tetapi mempunyai tingkat ketepatan yang
baik di dalam mulut. Metoda ini juga dapat dilakukan untuk mengalisis
keadaan pada kedua lengkung rahang.
Prosedur analisisnya adalah dengan mengukur lebar mesial distal
terbesar keempat insisif rahang bawah satu per satu, lalu menggunakan jumlah
keseluruhan angka tersebut untuk melihat kemungkinan ukuran gigi kaninus,
premolar pertama, dan ke-dua yang akan erupsi untuk masing-masing rahang
berdasarkan tabel probabilitas dari Moyers sebesar 75%. Droschl kemudian
mengembangkan penelitian dan membedakan nilai tersebut berdasarkan jenis
kelamin pria dan wanita. Kemudian ukuran tersebut dibandingkan dengan sisa
ruangan yang tersedia setelah keempat gigi insisif atas dan bawah disusun
pada kedudukannya yang benar pada rahang. Ruangan yang tersedia bagi gigi
3, 4, 5 diukur dari distal insisif lateral setelah gigi tersebut menempati
kedudukannya yang benar, hingga mesial molar pertama tetap. Jumlah ruang
yang harus tersedia pada rahang juga harus diperhitungkan untuk penyesuaian
hubungan gigi molar.
c) Tanaka-Johnston
Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan keempat
insisif rahang bawah untuk memperkirakan ukuran kaninus dan premolar yang
belum erupsi. Menurut mereka, metoda yang mereka temukan mempunyai
keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil. Metoda ini
juga sangat sederhana dan tidak memerlukan tabel atau gambaran radiografi
apa pun.
Perkiraan ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran
mandibula sama dengan setengah ukuran keempat insisif rahang bawah
ditambah 10,5 mm. Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar
pada satu kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah
ditambah 11,0 mm.

LO 3. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Analisa Kebutuhan Ruang


LO 4. Indikasi Metode Analisa Ruang

1. Metode Nance
Analisis kebutuhan ruang dengan membandingkan tempat yang tersedia pada
rahang dan tempat yang dibutuhkan oleh gigi. Metode ini menggunakan
brushwire untuk membuat lengkungan berbentuk busur untuk mengukur
tempat yang tersedia dan untuk tempat yang dibutuhkan menggunakan
penghitungan lebar mesiodistal setiap gigi.
Metode ini diindikasikan untuk fase geligi permanen.
2. Metode Lundstrom
Analisis kebutuhan ruang dengan membandingkan tempat yang tersedia
pada rahang dan tempat yang dibutuhkan oleh gigi. Metode ini dilakukan
dengan membagi 6 segmen di setiap rahang untuk mengukur tempat yang
tersedia dan untuk tempat yang dibutuhkan menggunakan penghitungan lebar
mesiodistal setiap gigi.
Diindikasikan untuk fase geligi permanen.
Diindikasikan apabila terdapat gigi yang letaknya tidak sesuai dengan
lengkung geligi, contohnya gigi rotasi maupun versi.
3. Metode Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah terhadap
ukuran gigi rahang atas dengan oklusinya. Rasio keseluruhan didapat dengan
menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi jumlah lebar 12 gigi
rahang atas dan dikalikan 100. Sedangkan untuk rasio anterior didapat
dengan menghitung jumlah lebar 6 gigi anterior RB dibagi jumlah lebar 6
gigi anterior RA dikalikan 100.
Diindikasikan pada fase geligi permanen.
4. Indeks Pont
Metode Pont menggunakan rasio gabungan insisif terhadap lebar lengkung
gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi, yaitu pada
fosa sentral premolar pertama dan pada fosa sentral molar pertama.
Pada metode ini dibutuhkan gigi molar pertama permanen dan gigi premolar
1 sehingga diindikasikan untuk fase geligi permanen
5. Perkiraan Ukuran Gigi dengan Radiografi
Lebar dari gigi permanen pengganti yang belum erupsi dapat diukur
menggunakan foto periapikal. Dengn rumus perhitungan perbandingan lebar
gigi sulung pada model studi dan foto rontgen dan lebar gigi permanen
pengganti pada foto rontgen.
Foto rontgen digunakan untuk mengukur gigi permanen pengganti yang
belum erupsi sehingga metode ini diindikasikan untuk fase geligi pergantian.
6. Metode Moyers
Metode ini menggunakan dasar yaituukuran gigi insisif permanen rahang
bawah memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang
belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisif
rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena
gigi ini muncul lebih dulu di dalam rongga mulut pada masa geligi
campuran.
Diindikasikan pada fase geligi pergantian.
7. Metode Tanaka dan Johnston
Metode ini menggunakan perkiraan yaitu ukuran lebar kaninus dan premolar
pada satu kuadran mandibula sama dengan setengah ukuran keempat insisif
rahang bawah ditambah 10,5 mm Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus
dan premolar pada satu kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif
rahang bawah ditambah 11,0 mm.
Diindikasikan untuk fase geligi pergantian
LO 5. Metode Pengukuran Analisa Kebutuhan Ruang
1. Metode Nance
pengukuran panjang lengkung gigi pada analisis Nance diukur menggunakan
kawat lunak seperti brass wire atau kawat kuningan dan dilakukan sebanyak 3 kali
dengan 3 orang pengamat yang berbeda kemudian diambil rata-ratanya.
Tempat yang tersedia
Kawat ini diletakkan melalui setiap gigi, pada geligi posterior melalui
permukaan oklusalnya sedangkan pada geligi anterior melalui tepi insisalnya.
Rahang Atas : Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri,
melewati insisal insisiv yang telaknya benar/ideal (inklinasi membentuk sudut
110o terhadap bidang maksila), kemudian menyusuri fisura gigi posterior
kanan, berakhir sampai mesial M1 permanen kanan.
Rahang Bawah : Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen
kiri, melewati insisal insisiv yang telaknya benar/ideal (inklinasi membentuk
sudut 90o terhadap bidang mandibula), kemudian menyusuri fisura gigi
posterior kanan, berakhir sampai mesial M1 permanen kanan.

Tempat yang dibutuhkan


Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di mesial gigi
molar pertama permanen atau ukuran lebar mesiodistal gigi geligi ditentukan
dengan mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial dan distal gigi.
Pengukuran dilakukan pada gigi molar pertama kiri sampai molar pertama kanan
pada setiap rahang. Pengukurannya menggunakan jangka sorong. Jumlah lebar
total menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal.

Menurut
Profitt, 2007,
jika dari hasil
perhitungan
kebutuhan
ruang
didapatkan :
- Kekurangan tempat : s.d. 4 mm tidak diperlukan pencabutan gigi permanen
- Kekurangan tempat : 5 - 9 mm kadang masih tanpa pencabutan gigi
permanen, tetapi seringkali dengan pencabutan gigi permanen
- Kekurangan tempat : > 10 mm selalu dengan pencabutan gigi permanen
2. Metode pont
Tujuan analisis pont :
Analisis Pont membantu dalam menentukan lengkung gigi tergolong sempit,
lebar, atau normal;
menentukan perlu tidaknya ekspansi lateral terhadap lengkung gigi; dan
menentukan besarnya kemungkinan ekspansi pada regio premolar dan molar
(Iyyer, 2003).
Pont mengemukakan gigi yang lebar membutuhkan lengkung yang lebar untuk
membentuk susunan yang normal.
Jika jumlah lebar mesiodistal insisivus maksila pada model gigi dan
pengukuran jarak interpremolar dan jarak intermolar diketahui, maka indeks
Pont diperoleh melalui cara :
Indeks Pont sebesar 80 mm pada regio premolar dan 64 mm pada regio molar
(Joondeph dkk., 1970).
a.
a.

b.
Lebar mesiodistal gigi diperoleh dengan mengukur jarak dari titik kontak
mesial ke titik kontak distal gigi yang terbesar dengan menggunakan jangka
sorong (Bishara dkk., 1989; Glinka, 1990).
Titik pengukuran yang dipergunakan merupakan cekung distal pada oklusal
gigi premolar pertama untuk mengukur jarak interpremolar dan pada cekung
mesial pada permukaan oklusal pada gigi molar pertama maksila untuk
mengukur jarak intermolar (Iyyer, 2003).
Hasil didapatkan dengan menghitung selisih dari perhitungan jarak
premolar/molar berdasarkan rumus pont dikurangi dengan jarak
premolar/molar dengan perhitungan pada model.
Jika hasil pengukuran jarak premolar dan molar sama dengan hasil
pengukuran lebar lengkung gigi anterior dan posterior menurut indeks Pont,
dikatakan lebar lengkung gigi tersebut sesuai dengan ukuran gigi geligi pada
lengkung rahang dan dapat meletakkan gigi dalam lengkung rahang tanpa
adanya crowded. Apabila dari perhitungan didapatkan hasil minus maka
lengkung gigi mengalami kontraksi. Apabila dari perhitungan didapatkan hasil
positif maka lengkung gigi mengalami distraksi.
3. Metode Lundstrom
Prosedur:
membagi lengkung gigi menjadi enam segmen, dengan dua gigi per segmen,
termasuk gigi molar permanen pertama
Mengukur panjang lengkung gigi dengan menjumlahkan ukuran mesio distal
gigi untuk rahang atas: 16-26, rahang bawah: 36-46
- Diukur satu persatu menggunakan jangka yang kedua ujungnya runcing ke
arah lebar gigi yang paling besar (aproksimal/mesiodistal). Posisi jangka
dari arah atas tegak lurus kepada daerah tersebut.
- Pada garis lurus yang telah disediakan pada status atau dapat dibuat
sendiri, masing-masing pengukuran gigi dipindahkan dan dijumlahkan.
Menjumlahkan lebar masing-masing gigi pada setiap segmen
Mengukur ruangan mesiodistal yang tersedia pada studi model setiap segmen
- Pengukuran dengan jangka yang kedua ujungnya runcing, dari mesial
molar kedua kanan pada puncak papil gusi pada tiap segmen
- Pada garis lurus yang telah disediakan pada status atau dapat dibuat
sendiri, masing-masing pengukuran rahang dipindahkan dan dijumlahkan
Selisih antara keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa.
4. Analisis Bolton (Tooth Size Discrepancy (TSD))
Definisi:
Analisa Bolton adalah analisa rasio interdigitasi yang dirancang untuk
melokalisasi perbedaan ukuran gigi dengan membandingkannya dengan standar yang
normal sehingga kekurangan ruang rahang dapat ditentukan. Hubungan ukuran
mesiodistal gigi pada maksila dan mandibula yang benar penting untuk menentukan
ideal interdigitasi antara gigi maksila dan mandibula.

Tujuan:
mengetahui perbedaan ukuran gigi antara mandibula terhadap maksila
membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang
mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai
menentukan efek pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif
mengidentifikasi oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai.
Analisa Bolton terbagi dua yaitu rasio anterior (6 gigi anterior) dan rasio total (12 gigi
dari M1 kanan-M1 kiri).
Prosedur:
mengukur dan mencatat ukuran mesiodistal gigi dalam mm
- 6 gigi anterior RA (13-23)
- 6 gigi anterior RB (33-43)
- 12 gigi RA (16-26)
- 12 gigi RB (36-46)
Pengukuran gigi sesuai dengan cara pengukuran pada analisis ALD.
menentukan rasio anterior
Jumlah 6 gigi anterior mandibula x 100 %
Jumlah 6 gigi anterior maksila
Rata-rata= 77,2 1,65
menentukan rasio total
Jumlah 12 gigi anterior mandibula x 100 %
Jumlah 12 gigi anterior maksila
Rata-rata= 91,3 1,91
Jika rasio anterior > 77,2% 1,65, rasio total > 91,3% 1,91: maka ukuran gigi maksila
yang benar, mandibula terlalu besar dibanding seharusnya
Berdasarkan ukuran gigi maksila yang benar dilihat ukuran gigi mandibula yang
seharusnya pada tabel Bolton
Jika rasio anterior < 77,2% 1,65, rasio total < 91,3% 1,91: maka ukuran gigi
mandibula yang benar, maksila terlalu besar dibanding seharusnya
Berdasarkan ukuran gigi mandibula yang benar dilihat ukuran gigi maksila yang
seharusnya pada tabel Bolton
Ukuran gigi maksila pasien dikurangi dengan ukuran gigi maksila pada tabel
Hasil pengurangan merupakan selisih kelebihan ukuran gigi maksila
Tabel 1. Tabel Bolton digunakan untuk mengetahui ukuran ideal enam gigi
anterior dan kedua belas gigi, baik pada rahang atas maupun rahang
bawah

5. Metode Kesling
Adalah suatu cara yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan atau menyusun suatu lengkung
gigi dari model aslinya dengan membelah atau memisahkan gigi-giginya, kemudian disusun kembali
pada basal archnya baik mandibula atau maksila dalam bentuk lengkung yang dikehendaki sesuai
posisi aksisnya.
Cara ini berguna sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai untuk menentukan diagnosis,
rencana perawatan maupun prognosis perawatan suatu kasus secara individual.
Karena cara ini mampu untuk mendiagnosis maka disebut : DIAGNOSTIC SET UP MODEL
Karena model yang telah disusun kembali dalam lengkung gigi tersebut merupakan gambaran suatu
hasil perawatan maka disebut : PROGNOSIS SET UP MODEL
Prosedur:
1. Buat lubang dengan gergaji 3 mm di atas gingival margin (fornix) antara 1 1, dari lubang ini
buat irisan arah horisontal kanan kiri misalnya sampai M1

2. Kemudian dari sini buat irisan vertikal pada aproksimal M2-M1, atau bisa dikatakan irisan
vertikal pada distal M1

3. Beri tanda masing-


masing gigi agar
tidak keliru.

4. Buat pada setiap aproksimal irisan arah vertikal, pisahkan masing-masing gigi.
\
5. Susun kembali gigi-
gigi tersebut dalam
lengkung yang
dikehendaki dengan
perantaraan pelekatan wax. perhatikan : GARIS MEDIAN, OVERBITE, OVERJET

Dari

susunan gigi-gigi tsb dapat diketahui ruangannya cukup atau tidak.


Bila kekurangan ruang > lebar P1=> Indikasi Cabut
Bila kekurangan ruang < lebar P1 => Indikasi Non Cabut
Daftar Pustaka
Ani G, Suja. 2014. Assesment of Dental Crowding. International Journal of Basic and
Applied Medical Sciences Vol 4 (1) 2014 52-55.
Butt, Sidra. 2012. Mixed Dentition Space Analysis. Pakistan Oral and Dental Journal
Vol 32, No. 3 2012 502-507.
Rathi, Meena Kumari. 2014. Applicability of Pont's Index in Orthodontics. Journal of
the College of Physicians and Surgeons Vol 24 (4) 2014 256-260.
Moyers, R.E. Handbook of Orthodontics. Edisi IV. Chicago : Year Book Medical
Publisher. 1988. hal 221-246.
Proffit, W.R., dkk. Contemporary Orthodontic. Edisi III. St. Louis : Mosby, Inc. 2000.
hal. 163-170.

Anda mungkin juga menyukai