Anda di halaman 1dari 18

SKENARIO

Gigi Tiruan Longgar

Seorang pasien laki-laki berusia 52 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Unej
mengeluhkan gigi tiruannya terasa longgar. Pasien menceritakan bahwa setelah makan
sringkali di bawah gigi tiruannya terselip makanan yang halus dan lembut (food trapped
under denture). Gigi tiruan lengkap (GTL) tersebut dibuat kurang lebih 2 tahun yang lalu oleh
mahasiswa (ko-as) yang praktek di klinik. Setelah pasien diperiksa oleh dokter gigi yang jaga
di klinik tersebut, didapatkan bahwa keadaan GTL-nya masih baik, tidak ada keretakan dan
keausan gigi (anasir), retensi dan stabilisasinya berkurang, mukosanya sehat dan dimensi
vertikal tetap. Dokter gigi tersebut memutuskan melakukan relining GTL yang akan
dikerjakan oleh ko-as, dan pasien menyetujuinya.

1
STEP 1

(UNFAMILIAR TERMS)

1. Relining :
Proses menambahkan bahan baru pada daerah yang menghadap jaringan lunak.
Relining terdapat 2 macam yakni direct relining dan indirect relining.
2. Retensi :
Kemampuan gigi tiruan dalam mempertahankan posisi dalam keadaan diam terhadap
gaya yang berlawanan dengan arah pemasangan gigi tieuan tersebut.
3. Stabilisasi :
Keadaan gigi tiruan yang stabil dalam rongga mulut pada saat pasien dalam kondisi
beroklusi ataupum mengunyah.
4. Anasir :
Gigi buatan yang dipasang pada basis gigi tiruan yang digunakan untuk mengganti
gigi yang sebenarnya.

2
STEP 2
(IDENTIFICATION PROBLEM)

1. Mengapa gigi tiruan bisa longgar?


2. Apa yang menyebabkan berkurangnya retensi dan stabilisasi?
3. Mengapa dilakukan relining dan apa pertimbangannya?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukannya relining?
5. Apakah relining bisa dilakukan jika dimensi vertikal berubah?
6. Bagaimana prosedur dilakukannya relining?
7. Apakah macam relining yang cocok dengan skenario?

3
STEP 3
(BRAINSTORMING)

1. Karena adanya resorpsi tulang. Pada pasien edentulous lebih mudah


mengalami resorpsi tulang, sehingga menyebabkan adanya celah antara basis
gigi tiruan dan mukosa rongga mulut. Resorpsi tulang alveolar juga bisa
disebabkan karena penderita memiliki penyakit sistemik yang mempengaruhi
terjadinya resorpsi tulang seperti diabetes melitus. Selain karena resorpsi
tulang penyebab gigi tiruan longgar adalah penurunan berat badan dari pasien.
Lalu bisa juga disebabkan karena pasien sudah tua, sehingga mengalam proses
degenerasi yang menyebabkan produksi saliva turun, sehingga tidak adanya
gaya kohesi maupun gaya adhesi yang berperan dalan retensi antara basis gigi
tiruan dan mukosa rongga mulut, sehingga gigi tiruan bisa menjadi longgar.
Selain itu juga bisa disebakan karena pemakaian gigi tiruan yang tidak benar
serta pada saat proses pembuatan gigi tiruan, sayap dari gigi tiruan terlalu
pendek, sehingga mempengaruhi dari retensi dan stabilisasi dari gigi tiruan.
2. Retensi dan stabilisasi berkurang disebabkan karena gigi tiruan yang longgar.
Retensi dipengaruhi oleh adanya gaya adhesi dan kohesi, maka jika gaya
adhesi dan kohesi tidak terpenuhi yang disebabkan oleh beberapa faktor, maka
hal tersebut bisa menjadikan retensi dari gigi tiruan berkurang. Selain itu,
penyakit sistemik juga bisa mempengaruhi kemampuan dari retensi dan
stabilisasi gigi tiruan, yakni xerostomia. Jika pasien memiliki penyakit
xerostomia, maka kemampuan retensi dan stabilisasi dari gigi tiruannya akan
berkurang, karena xerostomia akan membuat produksi saliva dari pasien
berkurang, sehingga retensi dan stabilisasinya pun juga berkurang.
3. Karena pada skenario gigi tiruanpasien masih dalam keadaan baik, yakni tidak
ada keausan pada anasir gigi, tidak ada perubahan warna pada basis gigi
tiruan, dan tidak adanya porus pada gigi tiruan, maka lebih baik dilakukan
relining pada gigi tiruan pasien tersebut. Karena relining proses nya lebih
cepat serta lebih ekonomis. Lain halnya jika gigi tiruan pasien sudah dalam
keadaan tidak baik, maka bisa dilakukan rebasing maupun pembuatan gigi
tiruan yang baru, tergantung pada keadaan gigi tiruan pasien tersebut.
4. Indikasi:
 Underextended
4
 Gigi tiruan longgar
 Dimensi vertikal masih baik
 Keadaan gigi tiruan masih baik

Kontraindikasi :

 Keadaan gigi tiruan buruk


 Hubungan intermaksilari tidak selaras
 Oklusi sentris tidak sesuai
5. Dijadikan LO
6. Direct relining :
 Proses relining langsung di rongga mulut pasien
 Mengguakan self cure acrylic
 Bau kurang menyenangkan
 Warna tidak stabil
 Rasa panas
 Hanya 1 kali pertemuan

Indirect relining :

 Proses pencetakan dilakukan di luar rongga mulut pasien


 Menggunakan bahan heat cur acrylic
 Proesnya lebih dari 1 kali kunjungan
7. Dalam pemilihan macam relining yang sesuai harus mempertimbangkan :
 Keinginan pasien
 Dab harus diperhatikan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
macam relining, sehingga bisa disesuaikan dengan keadaan pasien
tersebut

Untuk macam relining yang sesuai dengan skenario akan dibahas pada LO.

5
STEP 4
(MAPPING)

Gigi tiruan

Faktor penyebab

Gigi tiruan longgar

Rencana perawatan

Relining Rebasing

Indikasi dan Macam Tahapan


kontraindikasi

6
STEP 5

(LEARNING OBJECTIVE)

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor penyebab gigi tiruan bisa
longgar.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian dan perbedaan rebasing
dan relining.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan kontraindikasi relining.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam-macam relining.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tahapan relining.

7
STEP 7

LO 1
FAKTOR PENYEBAB GIGI TIRUAN LONGGAR
Beberapa penyebab Longgarnya gigi tiruan antara lain:
1. Resorbsi Residual Ridge; yaitu pasien immediate denture dimana pasien kehilangan
berat badan,
2. Penyakit sistemik,
Salah satu penyebab gigi tiruan longgar adalah kondisi rongga mulut yang mengalami
xerostomia. Xerostomia adalah berkurangnya laju aliran saliva. Berkurangnya kadar
saliva dalam rongga mulut dapat menyebabkan daya retensi dan stabilisasi dari gigi
tiruan berkurang dikarenakan gaya adhesi yaitu gaya tarik menarik antar basis gigi
tiruan dan saliva maupun mukosa dan basis gigi tiruan berkurang dan gaya kohesi
yaitu gaya tarik menarik antar molekul yang sama yaitu cairan saliva juga berkurang
sehingga mempengaruhi retensi dari gigi tiruan. Xerostomia dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu penggunaan obat - obatan contohnya antidepresan, beta-blocker,
dan obat diuretik; penyakit autoimun salah satu contohnya adalah sjorgen syndrom;
dan radioterapi pada pasien tumor dan kanker.
3. Kesalahan–kesalahan oklusi yang menyebabkan iritasi jaringan,
4. Peradangan dan terjadi resorbsi.
5. Pembuatan sayap gigi tiruan yang terlalu pendek,
6. Pemakaian gigi tiruan yang lama sehingga terjadi resorbsi prosesus aveolaris.
Menurut Henderson,D (1973:421), Rudd, K(1981:403–411) dan Gunadi (1994 ) bahwa
indikasi penyebab terjadinya masalah pada gigi tiruan sebagai berikut:
1. Adaptasi basis gigi tiruan dengan residual ridge tidakbaik akibat adanya resorbsi
residual ridge.
2. Immediate denture yang telah dipakai 3–6 bulan setelahinsersi.
3. Bila pembuatan gigi tiruan merupakan beban bagipasien.
4. Bila pembuatan gigi tiruan baru memerlukan beberapakali kunjungan, metal stress
dan physical stress (pasientua / pasien dengan penyakit kronis)
Empat faktor penting agar gigi tiruan penuh (GTP) dapat berfungsi secara efisien adalah
cukupnya dukungan, retensi, keseimbangan otot dan keseimbangan oklusi. Faktor–faktor
retensi gigi tiruan seperti adhesi, kohesi, tegangan permukaan interfasial dan daya tarik
menarik kapiler terjadi oleh karena adanya saliva di dalam rongga mulut. Saliva juga

8
berfungsi sebagai lubrikan dan bantalan antara basis GTP dan jaringan lunak. Saliva dengan
viskositas cair dalam jumlah yang banyak dapat membasahi anatomis gigi tiruan sehingga
mempertinggi tegangan permukaan, sedangkan saliva yang banyak dengan viskositas kental
mudah melepaskan gigi tiruan.
Xerostomia atau mulut kering merupakan masalah yang banyak ditemukan pada usia
lanjut. Lebih dari 30% populasi berumur 65 tahun menderita gejala ini dan 14%-40% orang
dewasa juga mengalaminya. Xerostomia dapat disebabkan antara lain karena terapi
penyinaran, pemakaian obat-obatan, penyakit sistemik dan penyakit yang menyangkut
kelenjar saliva. Pada penderita xerostomia, saliva menjadi sangat berkurang sehingga akan
mengurangi retensi yang berakibat pada berkurangnya stabilisasi dan proteksi mekanis gigi
tiruan dukungan jaringan oleh selapis tipis saliva. Mukosa oral penderita xerostomia
menjadi panas, kering dan rapuh sehingga tidak dapat menerima gigi tiruan dan akan lebih
mudah mengalami iritasi yang dapat mempengaruhi pengunyahan, penelanan, berbicara,
pemasukan nutrisi dan mengganggu interaksi sosial penderita.
Pada praktek sehari-hari sering ditemukan pasien edentulous penderita xerostomia
yang memakai GTP mengeluh gigi tiruannya longgar dan menyebabkan rasa nyeri. Pada
umumnya praktisi dokter gigi kurang memperhatikan atau kurang memiliki pengetahuan
bagaimana cara mengenali apakah keadaan tersebut disebabkan oleh adanya xerostomia.
Biasanya praktisi dokter gigi menganjurkan pembuatan gigi tiruan yang baru dan mengatasi
rasa nyeri tanpa berusaha mencari penyebab sebenarnya dari gangguan tersebut, sehingga
tidak mengherankan bila hasilnya tidak selalu seperti yang diharapkan. Pada umumnya
diagnosis xerostomia ditegakkan setelah terjadi kerusakan pada jaringan lunak. Untuk itu
seorang dokter gigi harus mampu untuk melihat dan mengenali adanya tanda-tanda
xerostomia pada pasien edentulous sebelum membuatkan GTP.
Xerostomia dapat bersifat reversibel (sementara) dan ireversibel (permanen).
1. Reversibel
Kekeringan masih dalam taraf rendah dan bersifat sementara, keadaan ini
biasanya terjadi pada pasien yang mengalami gangguan emosi, gangguan
keseimbangan cairan elektrolit, bernafas melalui mulut, merokok, mengkonsumsi
obat-obatan seperti antihistamin, antihipertensi, antiparkinson, dekongestan, sedatif,
dan lain-lain.

9
2. Ireversibel
Kekeringan dalam taraf tinggi dan bersifat permanen, keadaan ini dapat terjadi
pada pasien sindroma Sjogren, sarkoidosis, setelah terapiradiasi, obstruksi atau aplasi
kelenjar saliva, kerusakan syaraf autonom, dan lain-lain.

LO 2
PENGERTIAN DAN PERBEDAAN RELINING DAN REBASING
Relining
Relining adalah prosedur yang digunakan untuk memasang kembali sisi jaringan
gigi tiruan dengan material baru, sehingga menghasilkan adaptasi yang akurat terhadap gigi
tiruan area pondasi.
Relining diindikasikan bila ada celah retensi atau stabilitas akibat perubahan atau
lepas dari hubungan yang benar dengan jaringan pendukung. Tidak dapat dilakukan dengan
tidak adanya hubungan vertikal dan sentris yang optimum dan bentuk gigi oklusal yang
benar.

Rebasing
Rebasing adalah proses laboratorium menggantikan seluruh basis gigi tiruan bahan
pada prostesis yang ada. Rebasing diindikasikan untuk basis gigi tiruan berpori dan jika
terjadi kekurangan akrilik selama fabrikasi. Namun, ini dikontraindikasikan dalam kasus
rahang yang salah hubungan.
Tekniknya sama seperti reline kecuali di laboratorium, langit-langitnya dilepas dan
yang baru diolah sebelum diproses. Juga sebuah indeks plester harus dibuat pada anggota
artikulator yang berlawanan, untuk memastikan reposisi gigi setelah memisahkannya dari
dasar (yang akan diubah), lalu lengkapi waxing & flasking.

10
LO 3
INDIKASI DAN
KONTRAINDIKASI RELINING
Indikasi :
1. Immediate denture yang telah dipakai 3–6 bulansetelahinsersi.
Immediate denture merupakan denture yang dipasangkan pada pasien segera setelah gigi
nya diekstraksi tanpa mengalami fase edentulous, jadi pada penggunaan immediate
denture terjadi sebelum fase penyembuhan jaringan tempat dilakukannya ekstraksi,
sehingga pada saat terjadi fase penyembuhan tinggi dari tulang alveolar pun berubah,
sehingga retensi dan stabilisasi dari immediate denture pun berkurang, sehingga perlu
dilakukan proses relining.
2. Bila pembuatan gigi tiruan merupakan beban bagi pasien.
3. Adaptasi basis gigi tiruan dengan residual ridge tidak baik akibat adanya resorbsi residual
ridge.
4. Bila pembuatan gigi tiruan baru memerlukan beberapa kali kunjungan, metal stress dan
physical stress (pasien tua / pasien dengan penyakit kronis)

Kontra Indikasi:
1. Estetik gigi tiruan buruk.
Jika estetik dari gigi tiruan buruk, maka lebih baik dilakukan rebasing ataupun pembuatan
gigi tiruan yang baru, bergantung pada keadaan estetik gigi tiruan tersebut seperti apa.
2. Hubungan intermaxillary sudah tidak selaras.
3. Susunan oklusal tidak benar.
4. Resorbsi sangat banyak hubungan horizontal dan oklusal yang tidak benar.
5. Oklusi sentries dan relasi sentries tidaksesuai.

LO 4
MACAM-MACAM RELINING

11
Bahan relining terdiri dari 1) hard reline material yaitu reliner dengan resin akrilik heat
cured dan reliner dengan resin akrilik self cured, 2) tissueconditoners dan soft liners. Macam
soft liners terbagi menjadi plasticized acrylic resin dan silicon rubber (Anusavice, 2004).
1) Hard reline
a. Heat cured : bahan resin akrilik yang polimarisasinya dibantu dengan aktivasi
panas berupa perebusan. Bahan-bahan untuk heat cured:
 Zinc Oxide Eugenol (ZOE) untuk mencetak fungsional rongga mulut
pasien sebelum pembuatan relining menggunakan sendok cetak dari
protesa pasien yang longgar tersebut.
 Dental stoneuntuk mencetak fungsional kondisi rongga mulut pasien
 Plaster of paris untuk merekatkan dental stone pada reline jig
 Liquid foil untuk membasahi protesa sebelum dimasukkan ke dalam reline
jig dengan tujuan agar mudah dilepas
 Akrilik dengan jenis heat cured perbandingan powder dan cairan 3:1
 Bahan bonding untuk merekatkan pasis gigi tiruan yang lama dengan yang
baru
b. Self cured :bahan resin akrilik yang polimarisasinya dibantu dengan aktivasi kimia
yang dapat langsung dicobakan ke rongga mulut pasien. Bahan-bahan untuk self
cured:
 Akrilik dengan jenis self cured perbandingan powder dan cairan 3:1
 Alginat untuk mengetahui area mana yang akan dilakukan relining
 Bahan bonding untuk merekatkan pasis gigi tiruan yang lama dengan yang
baru
2) Soft liners
a. Plasticized acrylic resin : merupakan jenis akrilik yang ditambahkan dengan
cairan yang mengandung bahan plastis sebanyak 60-80%. Bahan plastis yang
digunakan biasanya adalah dibutil ptalate yang molekulnya besar. Jenissoft liner
ini ada dua macam yaitu :
(1) Temporary soft liner
 Dibutil ptalate untuk meningkatkan elastisitas
 Zinc Oxide Eugenol (ZOE) untuk mencetak fungsional rongga mulut
pasien sebelum pembuatan relining menggunakan sendok cetak dari
protesa pasien yang longgar tersebut.

12
 Dental stone untuk mencetak fungsional kondisi rongga mulut pasien
 Plaster of paris untuk merekatkan dental stone pada reline jig
 Liquid foil untuk membasahi protesa sebelum dimasukkan ke dalam
reline jig dengan tujuan agar mudah dilepas
 Akrilik dengan jenis self cured tanpa pemberian monomer metakrilat
(cairan)
 Bahan bonding untuk merekatkan pasis gigi tiruan yang lama dengan
yang baru
(2) Permanent soft liner
 Dibutil ptalate untuk meningkatkan elastisitas
 Zinc Oxide Eugenol (ZOE) untuk mencetak fungsional rongga mulut
pasien sebelum pembuatan relining menggunakan sendok cetak dari
protesa pasien yang longgar tersebut.
 Dental stone untuk mencetak fungsional kondisi rongga mulut pasien
 Plaster of paris untuk merekatkan dental stone pada reline jig
 Liquid foil untuk membasahi protesa sebelum dimasukkan ke dalam
reline jig dengan tujuan agar mudah dilepas
 Akrilik dengan jenis heat cured dengan pemberian polimer metakrilat
(cairan) sebagai kopolimer
 Bahan bonding untuk merekatkan pasis gigi tiruan yang lama dengan
yang baru
b. Silicon rubber : dapat mempertahankan elastisitas karena tidak terikat dengan
bahan plastis yang dapat larut dalam saliva. Oleh sebab itu, relainer jenis ini
paling tahan lama dan tidak akan mengeras seiring waktu penggunaan gigi tiruan.
Jenis silicon rubber ada dua macam :
(1) Aktivasi kimia : polimerisasinya dengan dua komponen melalui reaksi
polimerisasi kondensasi. Bahan yang digunakan adalah silikon.
(2) Aktivasi panas : polimerisasinya pada saat suhu tinggi dengan bahan silikon
berbentuk pasta atau gel. Pemberian semen karet poli pada silikon jenis ini
dengan tujuan meningkatkan perlekatan basis gigi tiruan dan silikon

LO 5
TAHAPAN-TAHAPAN RELINING

13
1. Persiapan pasien:
a. Pasien harus melepas gigi tiruan selama 1 – 2 hari.
b. Pemberian tissue conditioner bila perlu.
c. Bila terdapat hyperplatic tissue yang besar harus
dioperasi.
2. Prosedur klinik: Persiapan gigi tiruan:
a. Permukaan gigi tiruan yang menghadap jaringan
pendukung direlief dengan mengerok akrilik sebanyak 1
– 2 mm.
b. Seluruh undercut yang ada dihilangkan.
c. Tepi – tepi gigi tiruan dipendekkan 1 – 2 mm.
d. Pencetakan dilakukan dengan memakai gigi tiruan
sebagai sendok cetak.
e. Pada metode direct pencetakkan dilakukan dengan
menggunakan cold curing acrylic, sedangkan untuk
metode indirect pencetakkan dilakukan menggunakan
bahan cetak Zinc Oxide Eugenol pasta.
Teknik mencetak terdiri dari closed mouth
technique/pencetakan pada relasi centries dan open mouth
technique/pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah
terpisah.
3. Prosedur Laboratoris; Prosedur relining dan rebasing
meliputi masalah pembuatan cetakan yang baru pada gigi
tiruan dimana pada cetakan harus memperhatikan dimensi
vertikal (DV) dan relasi sentries (RS) yang benar.

Tahapan Direct Relining


1. Membersihkan permukaan gigi tiruan, tujuannya agar lapisan akrilik yang baru tidak
diaplikasikan diatas kalkulus atau plak yang menempel pada gigi tiruan.

14
Gambar 1. Membersihkan gigi tiruan
2. Seluruh undercut yang ada dihilangkan
3. Mengoleskan lubrikan pada permukaan gigi tiruan untuk memudahkan pembuangan
kelebihan bahan cetak.

Gambar 2. Mengoleskan lubrikan di permukaan gigi tiruan


4. Material self curing acrylic dicampur lalu diaplikasikan diatas permukaan basis gigi
tiruan.

Gambar 3. Aplikasi bahan self curing acrylic


5. Basis gigi tiruan dimasukkan ke dalam mulut pasien dan pasien diinstruksikan untuk
beroklusi dengan perlahan.

15
Gambar 4. Aplikasi gigi tiruan ke rongga mulut
6. Setelah mencapai dimensi vertikal yang sesuai dan bahan acrylic sudah setting, gigi
tiruan dikeluarkan dan dirapihkan bahan akrilik yang berlebihan.

Gambar 5. Merapihkan gigi tiruan

Tahapan Indirect Relining :


1. Persiapan pasien:
- Pasien harus melepas gigi tiruan selama 1-2 hari
- Pemberian tissue conditioner bila perlu.
- Bila terdapat hyperplatic tissue yang besar harus dioperasi
2. Persiapan gigi tiruan:
- Permukaan gigi tiruan yang menghadap jaringan pendukung direlief dengan mengerok
akrilik sebanyak 1-2 mm
- Seluruh undercut yang ada dihilangkan
- Tepi-tepi gigi tiruan dipendekkan 1-2 mm
- Pencetakan dilakukan dengan memakai gigi tiruan sebagai sendok cetak
- Batas tepi gigi tiruan lama dikasarkan dengan trimmer tapi tidak dipendekkan dengan
maksud agar lebih baik dalam menahan bahan cetak

16
- Semua undercut yang menggangu harus sudah dibuang, dan permukaan basis gigi tiruan
yang dipoles dilapisi dengan jelly petroleum untuk memudahkan pembuangan kelebihan
bahan cetak
- Periksa oklusi pasien
- Cetak dg alginat
- Buat lubang pada basis
- Mencetak dengan bahan mukostatik (kemudian pasien diperintahkan untuk oklusi)
- Melepaskan sendok cetak kemudian di isi dengan gips
- Model kerja dan gigi tiruan ditanam dalam kuvet permukaan yang dipulas tertanam gips,
sisakan daerah tepi kurang lebih 2mm
- Diberi separasi
- Kuvet antagonis dipasang dan diisi dengan gips lunak untuk kemudian dipres
- Kuvet dibuka, gigi tiruan dilepas, bahan cetak dibersihkan
- Kembalikan kedalam kuvet untuk diisi dengan adonan heat cure acrylic dan dipres
kembali
- Setelah setting dibuka, lalu dilepaskan dari model
- Lalu dilakukan pengoreksian, kemudian di pulas

Insersi ke rongga mulut pasien


Cara Reinsersi
a. Periksa adaptasi: tekan-tekan tiap bagian gigi tiruan dari arah oklusal (bagian kanan,
kiri, depan, belakang). Apabila terungkit ataupun tergoncang, maka adaptasi gigi
tiruan tersebut masih kurang. Lakukan relining.
b. Periksa letak komponen retainer maupun oklusal rest: harus berada pada tempat atau
posisi yang seharusnya.
c. Periksa retensi: Lepas gigi tiruan dengan menggunakan tekanan yang ringan, gerakan
otot bibir dan pipi seperti ketika mengunyah.
d. Oklusi sentrik: periksa dengan menggunakan kertas artikulasi. Tidak boleh ada kontak
prematur. Kontak prematur pada gigi tiruan lepasan dapat mengakibatkan resorpsi
tulang alveolar.
e. Stabilisasi: Gunakan kertas artikulasi dan gerakan rahang bawah ke arah lateral kiri
dan kanan. Teraan kertas artikulasi harus merata, apabila tidak merata berarti ada
sangkutan atau interference yang akan mengganggu stabilisasi.
f. Periksa estetik dan kenyamanan pasien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K.J., 2004, Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Edisi 10, EGC, Jakarta, h.
176-227.
Arief Waskitho, et al. Pengaruh Surface Treatment terhadap Kekuatan Geser Relining
Termoplastik Nilon dengan Resin Akrilik Curing Dingin (Kajian pada Surface
Treatment dengan Asam Asetat, Sandblasting, Silane, Asam asetat Kombinasi Silane
da Sandblasting Kombinasi Silane). Jurnal Ked Gigi, Vol. 5, No. 3, Juli 2014.
Basker R.M, J.C. Davenport, and J.M. Thomason. Prosthetic Treatment of The Edentulous
Patient, Fifth Edition. Blackwell Munksgaard, a Blackwell Publishing Company.
2011.
BinnieWH, Wright JM. Oral mucosal disease in the elderly. In: Cohen Bertram, Thomson
Hamish, eds. Dental care for the elderly. 1st ed. London : William Heinemann
Medical Books Ltd, 1986 :72-8.
Gunadi, HA, dkk. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepas, Jilid 2, Jakarta,
Hipokrates,1994.
ItjingningsihWH. Geligitiruanlengkaplepas. 1st ed. Jakarta: EGC, 1991: 26-27,29.
Knechtel, Mark E DDS; Robert W. Loney, DMD,MS. Improving the Outcome of Denture
Relining.Journal of the Canadian Dental Association. September 2007, Vol. 73, No.
7.p 587-591.
Setiawan, Ricky. 2013. Penatalaksanaan Relining Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
(GTSL). Jurnal Ilmiah Widya, Vol. 1, No. 1.
Shuman, Ian. 2014. The Hard and Soft Chairside Denture Reline. Penwell Publications. The
Academy of Dental Therapeutics and Stomatology.
Watt DM, Roy MA. Membuat desain gigi tiruan lengkap. Alih bahasa. Ny Soelistijani P,
Max B Leeple. 1st ed. Jakarta :Hipocrates, 1992 : 159-161, 167,172.
Winkler S. Essential of complete denture prosthodontics. 2nd ed.Delhi: A.I.T.B.S Publishers
& Distributors, 2000 : 14-6.
Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku ajar prostodonti untuk pasien tak
bergigi menurut Boucher. Alihbahasa. Daroewati M, HenniK. 10th ed. Jakarta : EGC,
2001:38,88,146-7.

18

Anda mungkin juga menyukai