Anda di halaman 1dari 77

STUDI PEMBUATAN SERAT MAKANAN

DARI TONGKOL JAGUNG

SKRIPSI

Oleh :

FERAWALDEN SINAGA
040305044/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
STUDI PEMBUATAN SERAT MAKANAN
DARI TONGKOL JAGUNG

SKRIPSI

Oleh :

FERAWALDEN SINAGA
040305044/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Judul Skripsi : Studi Pembuatan Serat Makanan dari Tongkol Jagung
Nama : Ferawalden Sinaga
Nim : 040305044
Departemen : Teknologi Pertanian
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Ir. Ismed Suhaidi, M.Si Ir. Satya R Siahaan


Ketua Anggota

Mengetahui

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si


Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
ABSTRACT

PRODUCTION STUDI OF DIETARY FIBER FROM MAIZE-EAR

Dietary fiber is an important food supplement but is still imported altough


its sources are abundant domestically. However, researces on the subject are veri
limited. The aim of this researche was to investigate the production methode
dietary fiber from maize-ear. The researceh had been performed using factorial
completely randomized design with two factors, i.e kind of acid (P) : acetic,
chloride and sulfate acid and acid concentration (K) : 0,2 %, 0,4 %, 0,6 %, 0,8 %
and 1,0 %. Parameter analyze were yield, water content, dust content, fiber crude
content, water absorption capacity and organoleptic values (aroma and taste).
The result showed that the kind of acid and acid
concentration had highly significant efeect on all parameters. The interaction of
the kind of acid and acid concentration had highly significant effect on
organoleptic value. Dietary fiber extracted from maize-ear by acetic acid at 0,2 %
concentration produced the highest organoleptic values.

Keyword : Dietary Fiber, Kind of Acid, Acid Concentration

ABSTRAK

STUDI PEMBUATAN SERAT MAKANAN DARI TONGKOL JAGUNG

Serat makanan adalah suplemen makanan yang penting tetapi masih di


datangkan dari luar negeri padahal sumbernya cukup melimpah di dalam negeri.
Tetapi, penelitian penelitian mengenai hal itu masih sedikit dilakukan. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui cara pembuatan serat makanan dari tongkol
jagung. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua
faktor, yaitu jenis asam (P) : asam asetat, klorida dan sulfat dan konsentrasi asam
(K) : 0,2 %, 0,4 %, 0,6 %, 0,8 % dan 1,0 %. Parameter yang dianalisis adalah
rendemen, kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, daya serap air dan uji
organoleptik (aroma dan rasa).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis asam dan konsentrasi asam
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameteryang
diamati. Interaksai antara jenis asam dan konsentrasi asam yang digunakan untuk
ekstraksi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap nilai organoleptik.
Serat makanan yang diekstrak dari tongkol jagung dengan menggunakan asam
asetat pada konsentrasi 0,2 % menghasilkan nilai organoleptik yang tertinggi.

Kata kunci : Serat Makanan, Jenis Asam, Konsentrasi Asam

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
RINGKASAN

FERAWALDEN SINAGA STUDI PEMBUATAN SERAT

MAKANAN DARI TONGKOL JAGUNG dibimbing oleh

Ir. Ismed Suhaidi, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Satya R Siahaan

sebagai anggota komisi pembimbing

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan serat makanan

dari tongkol jagung,

Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL)

faktorial dengan 2 faktor, faktor I : Jenis Asam (P) yaitu P1 = Asam asetat,

P2 = Asam klorida, P3 = Asam sulfat, faktor II : Konsentrasi Asam (v/v)

yaitu : K1 = 0,2 %, K2 = 0,4 %, K3 = 0,6 %, K4 = 0,8 %, K5 = 1,0 %. Parameter

yang diuji adalah rendemen (%), kadar air (%), kadar abu (%), kadar serat kasar

(%), daya serap air (%) dan nilai organoleptik (aroma dan rasa)

(numerik)

1. Rendemen (%)

Jenis asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

rendemen serat yang dihasilkan, Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan P2

yaitu sebesar 18,53 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar

17,57 %.

Konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

terhadap rendemen serat yang dihasilkan. Rendemen tertinggi terdapat pada

perlakuan K5 yaitu sebesar 19,92 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1

yaitu sebesar 15,90 %.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Interaksi jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda

tidak nyata (P>0,05) terhadap rendemen serat yang dihasilkan.

2. Kadar Air

Jenis asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

kadar air serat yang dihasilkan. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P1

yaitu sebesar 7,37 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu

sebesar 6,50 %.

Konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

terhadap kadar air serat yang dihasilkan. Kadar air tertinggi terdapat pada

perlakuan K1 yaitu sebesar 7,95 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan K5

yaitu sebesar 5,78 %.

Interaksi jenis asam dan konsentrasi asam

memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air yang

dihasilkan.

3. Kadar Abu

Jenis asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

kadar abu serat yang dihasilkan. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan P3

yaitu sebesar 6,72 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar

6,50 %.

Konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

terhadap kadar abu serat yang dihasilkan. Kadar abu tertinggi terdapat pada

perlakuan K2 yaitu sebesar 7.06 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1

yaitu sebesar 6,28 %.

Interaksi jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda

tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu serat yang dihasilkan.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
4. Kadar Serat Kasar

Jenis asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

kadar serat kasar dari serat yang dihasilkan. Kadar serat kasar tertinggi terdapat

pada perlakuan P1 yaitu sebesar 28,50 % dan yang terendah terdapat pada

perlakuan P3 yaitu sebesar 24,82 %.

Konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

terhadap kadar serat kasar yang dihasilkan. Kadar serat kasar tertinggi terdapat

pada perlakuan K5 yaitu sebesar 26,78 % dan yang terendah terdapat pada

perlakuan K1 yaitu sebesar 25,99 %.

Interaksi jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda

tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar serat kasar dari serat yang dihasilkan

5. Daya Serap Air

Jenis asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

daya serap air dari serat yang dihasilkan. Daya serap air tertinggi terdapat pada

perlakuan P2 yaitu sebesar 45,99 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3

yaitu sebesar 40,96 %.

Konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

terhadap daya serap air dari serat yang dihasilkan. Daya serap tertinggi terdapat

pada perlakuan K5 yaitu sebesar 44,73 % dan yang terendah terdapat pada

perlakuan K1 yaitu sebesar 42,93 %.

Interaksi jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda

tidak nyata (P>0,05) terhadap daya serap air dari serat yang dihasilkan.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
6. Nilai Organoleptik

Jenis asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

uji organoleptik serat yang dihasilkan. Nilai organoleptik tertinggi terdapat pada

perlakuan P1 yaitu sebesar 3,15 dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3

yaitu sebesar 2,10.

Konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

terhadap uji organoleptik serat yang dihasilkan. Nilai organoleptik tertinggi

terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3,15 dan yang terendah terdapat pada

perlakuan K5 yaitu sebesar 2,15.

Interaksi jenis asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

terhadap uji organoleptik serat yang dihasilkan. Nilai organoleptik tertinggi

terdapat pada perlakuan P1K1 sebesar 3,40 dan terendah terdapat pada perlakuan

P3K5 sebesar 1,70.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
RIWAYAT HIDUP

FERAWALDEN SINAGA dilahirkan di Simalungun pada tanggal

02 Januari 1985. Anak ke empat dari 6 bersaudara dari Bapak H. Sinaga dan Ibu

M br. Saragih beragama Kristen Protestan.

Pada tahun 1998 lulus dari SD Negeri No. 091320 Raya Tongah, pada tahun

2001 lulus dari SLTP Negeri 1 Raya dan pada tahun 2004 lulus dari

SMU Negeri 2 P. Siantar dan pada tahun yang sama diterima di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB.

Penulis telah mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTPN 4 kebun Bah

Butong Sidamanik. Selama mengikuti kuliah penulis aktif sebagai anggota

IMTEP (Ikatan Mahasiswa Teknologi Pertanian) dan juga aktif sebagai

pengurus IMAS-USU (Ikatan Mahasiswa Simalungun-USU).

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul

Skripsi ini adalah Studi Pembuatan Serat Makanan dari Tongkol Jagung

yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen

Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih kepada Ir. Ismed Suhaidi, M.Si selaku ketua komisi

pembimbing dan Ir. Satya R Siahaan selaku anggota komisi pembimbing yang

telah banyak memberikan kritik dan saran serta arahannya kepada penulis. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda H. Sinaga, Ibunda M br.

Saragih, Abangnda John W. Sinaga dan Jan Hotmansyah Sinaga, Kakanda Dewi

Sinaga, Adinda Zulpen Sinaga dan Ali Sadarma Sinaga atas dukungan dan doa

selama penulis mengikuti kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini, kepada teman-

teman stambuk 2004 dan rekan-rekan IMAS-USU atas bantuan, dukungan doa

dan semangat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga usulan

penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

Medan, Juni 2009

Penulis

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
DAFTAR ISI

Hal
ABSTRAK.......................................................................................................... i

RINGKASAN ....................................................................................................ii

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xiii

PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian .................................................................................. 3
Hipotesa Penelitian .................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6


Tinjauan Umum tentang Serat .................................................................... 6
Manfaat Serat............................................................................................. 8
Tanaman Jagung Sebagai Sumber Serat ..................................................... 8
Karakteristik dan Sifat Asam dalam Ekstraksi ........................................... 10
Asam asetat .......................................................................................... 11
Asam klorida ........................................................................................ 11
Asam sulfat .......................................................................................... 11
Pembuatan Serat dari Tongkol Jagung ........................................................ 12

BAHAN DAN METODA PENELITIAN ........................................................ 18


Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 18
Bahan Penelitian ........................................................................................ 18
Reagensia ................................................................................................... 18
Alat Penelitian............................................................................................ 18
Metode Penelitian ...................................................................................... 19
Model Rancangan ...................................................................................... 20
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 20
Pengamatan dan Pengukuran Data .............................................................. 22
Penentuan Rendemen ........................................................................... 22
Penentuan Kadar Air ............................................................................ 22
Penentuan Kadar Abu ........................................................................... 22
Penentuan Kadar Serat Kasar................................................................ 23

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Penentuan Uji Organoleptik .................................................................. 24

HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................... 26


Pengaruh Jenis Asam terhadap Parameter yang Diamat .............................. 26
Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Parameter yang Diamat ................... 27
Rendemen .................................................................................................. 28
Pengaruh Jenis Asam terhadap Rendemen ............................................ 28
Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Rendemen ................................. 29
Pengaruh Interaksi Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap
Rendemen ............................................................................................ 31
Kadar Air ................................................................................................... 31
Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Air ............................................. 31
Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Kadar Air .................................. 32
Pengaruh Interaksi Antara Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap
Kadar Air ............................................................................................. 34
Kadar Abu.................................................................................................. 34
Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Abu............................................ 34
Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Kadar Abu ................................. 36
Pengaruh Interaksi Antara Jenis asam dan Konsentrasi Asam terhadap
Kadar abu ............................................................................................. 38
Kadar Serat Kasar ...................................................................................... 38
Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Serat Kasar ................................ 38
Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Kadar Serat Kasar ...................... 40
Pengaruh Interaksi Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap kadar
Abu ...................................................................................................... 41
Daya Serap Air ........................................................................................... 41
Pengaruh Jenis Asam terhadap Daya Serap Air ..................................... 41
Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Daya Serap Air .......................... 43
Pengaruh Interaksi Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap
Daya serap Air ..................................................................................... 45
Uji Organoleptik ........................................................................................ 45
Pengaruh Jenis Asam terhadap Nilai Organoleptik................................ 45
Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Nilai Organoleptik ..................... 47
Pengaruh Interaksi Antara Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap
Nilai Organoleptik ................................................................................ 49

KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 52


Kesimpulan .......................................................................................... 52
Saran .................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 53

LAMPIRAN

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1 Komposisi Kimia Jagung Sayur ............................................................


........................................................................................................9

2 Skala Uji Hedonik Aroma .....................................................................24

3 Skala Uji Hedonik Rasa .........................................................................24

4 Pengaruh Jenis Asam terhadap Parameter yang Diamati ........................26

5 Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Parameter yang Diamati .............27

6 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Rendemen ............28

7 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam


terhadap Rendemen ...............................................................................30

8 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Air .............32

9 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam


terhadap Kadar Air................................................................................33

10 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Abu ...........35

11 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam


terhadap Kadar Abu ..............................................................................36

12 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Serat
Kasar ....................................................................................................38

13 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Kadar


Serat Kasar ...........................................................................................40

14 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Daya Serap Air ....42

15 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap


Daya Serap Air .....................................................................................43

16 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis asam terhadap Uji Organoleptik
Aroma dan Rasa ....................................................................................46

17 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Uji


Organoleptik Aroma dan Rasa ..............................................................47

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
18 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Jenis Asam dan
Konsentrasi Asam terhadap Uji Organoleptik Aroma dan Rasa .............50

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1 Skema Pembuatan Serat Makanan dari Tongkol Jagung.. 25

2 Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Rendemen .......................... 29

3 Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Rendemen ..................... 31

4 Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Kadar Air ........................... 32

5 Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Kadar Air ...................... 34

6 Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Kadar Abu ......................... 36

7 Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Kadar Abu ..................... 37

8 Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Kadar Serat Kasar .............. 39

9 Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Kadar Serat Kasar .......... 41

10 Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Daya Serap Air .................. 43

11 Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Daya Serap Air .............. 45

12 Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Nilai Organoleptik ............. 47

13 Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Nilai Organoleptik ......... 49

14 Grafik Hubungan Interaksi Antara Jenis Asam dan Konsentrasi


Asam dengan Nilai Organoleptik ........................................................ 51

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1 Tabel Pengamatan Rendemen (%)....................................................... 56

2 Tabel Analisis Sidik Ragam Rendemen (%) ........................................ 56

3 Tabel Pengamatan Kadar Air (%)........................................................ 57

4 Tabel Analisis Sidik Ragam Kadar Air (%) ......................................... 57

5 Tabel Pengamatan Kadar Abu (%) ...................................................... 58

6 Tabel Analisis Sidik Ragam Kadar Abu (%) ....................................... 58

7 Tabel Pengamatan Kadar Serat Kasar (%) ........................................... 59

8 Tabel Analisis Sidik Ragam Kadr Serat Kasar (%) .............................. 59

9 Tabel Pengamatan Daya Serap Air (%) ............................................... 60

10 Tabel Analisis Sidik Ragam Daya Serap Air (%) ................................ 60

11 Tabel Pengamatan Nilai Organoleptik (%) .......................................... 61

12 Tabel Analisis Sidik Ragam Nilai Organoleptik (%) ........................... 61

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beberapa dekade yang lalu, orang menggunakan istilah bulk atau

roughage (bagian yang kasar) untuk menunjukkan kepada konsumen yang

sekarang dikenal sebagai serat makanan.

Serat makanan (dietary fiber) adalah komponen dalam makanan yang

tidak tercerna secara enzimatis menjadi bagian-bagian yang dapat diserap di

saluran pencernaan. Serat secara alami terdapat dalam tanaman. Serat terdiri atas

berbagai substansi yang kebanyakan adalah karbohidrat kompleks.

Awalnya, serat hanya diketahui bermanfaat untuk mencegah konstipasi.

Pada awal tahun 1970-an, beberapa ilmuwan menyatakan bahwa serat memiliki

manfaat lain untuk kesehatan.

Suplemen serat sebagai serat alami dari ekstrak tumbuhan dapat saja

berasal dari daun, kulit, dan akar tumbuhan-tumbuhan. Suplemen serat dipercaya

dan diiklankan dapat menangkal berbagai jenis penyakit degeneratif seperti

kanker usus besar, penyakit jantung, diabetes, sembelit, wasir, dan sekaligus

untuk pengontrol berat badan. Suplemen serat berbeda dengan serat makanan

karena bahan yang diekstraksi bukan berasal dari makanan yang biasa dikonsumsi

tapi dari tumbuhan khusus yang tidak dikonsumsi secara biasa.

Serat dalam makanan atau disebut juga serat makanan umumnya berasal

dari serat buah dan sayuran atau sedikit yang berasal dari biji-bijian dan serealia.

Serat makanan terdiri dari serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary

fiber). Serat kasar adalah serat yang secara laboratorium dapat menahan asam kuat

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
(acid) atau basa kuat (alkali), sedangkan serat makanan adalah bagian dari

makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan.

Oleh sebab itu kadar serat kasar selalu lebih rendah dibanding serat

makanan, karena asam kuat seperti asam sulfat dan basa kuat seperti natrium

hidroksida mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk memecahkan

(menghidrolisa) komponen-komponen makanan dibandingkan dengan enzim

pencernaan. Kandungan serat dalam bahan pangan (serat makanan) sangat

tergantung kepada jenis bahan pangan tersebut. Serat dalam makanan digolongkan

menjadi dua golongan yaitu serat yang tidak larut seperti selulosa dan

hemiselulosa yang terdapat hampir di semua jenis bahan pangan nabati khususnya

buah dan sayuran. Sedangkan serat yang larut adalah pektin yang banyak terdapat

dalam buah-buahan. Ada juga beta-glukan terdapat pada oat dan barley, seaweed

seperti alginat, karagenan dan agar yang merupakan serat dari tumbuhan laut.

Serat bakteri seperti nata de coco dan lignin yang terdapat pada buah dan sayur.

Serat sekarang banyak tersedia baik dalam bentuk instan maupun dalam

bentuk yang telah dimurnikan. Biasanya serat dalam minuman instan adalah hasil

ekstraksi tumbuhan baik dari daun, kulit, atau akar. Selain itu juga tersedia serat

dalam bentuk alami tanpa melalui ekstraksi tetapi hasil sampingan pengolahan

pangan dari dedak atau kulit biji-bijian atau sereal yang dihaluskan. Serat kasar

menghambat lewatnya glukosa melalui dinding saluran pencernaan menuju

pembuluh darah. Serat dari buah dan sayur adalah serat makanan, bukan sekedar

serat alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Keunggulan serat dari buah dan

sayur adalah kandungan vitamin dan mineral.

Berbagai jenis makanan nabati pada umumnya banyak mengandung serat

(diatery fiber) yang merupakan komponen dari jaringan tanaman. Seratserat

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
tesebut banyak berasal dari dinding sel sayuran dan buahbuahan. Begitu juga

dengan janaman jagung termasuk pada bagian tongkol jagung. Secara kimia

dinding sel tersebut terdiri dari berbagai jenis karbohidrat seperti selulosa,

hemiselulosa, pektin, dan non karbohidrat separti polimer lignin, beberapa gumi,

dan mucilage. Dengan memperhatikan komponen pada dinding sel tanaman

tersebut yang masih dapat dimanfaatkan menjadi bahan makanan yang dapat

berguna untuk kesehatan maka penulis mencoba memanfaatkan tongkol jagung

sebagai sumber serat melalui ekstraksi dengan menggunakan asam.

Proses ekstraksi dilakukan pada kondisi sedikit asam, dimana pengasaman

bertujuan untuk memecahkan dinding sel sehingga memudahkan proses ekstraksi.

Proses penghancuran dinding sel bertujuan untuk memperluas permukaan bahan

sehingga mempermudah proses pelarutan. Selain itu pengasaman juga dapat

menghancurkan dan melarutkan kotoran, sehingga bahan menjadi lebih bersih.

Asam yang digunakan pada proses ekstraksi bermanfaat untuk

mempercepat proses ekstraksi yang dilakukan. Dimana kecepatan proses ekstraksi

dipengaruhi oleh tingkat keasaman dan jenis asam yang digunakan dalam proses

ekstraksi.

Asam asetat (CH3COOH) merupakan asam organik monokarbolik,

memiliki bau dan rasa tajam, bersifat sangat mudah larut dalam air. Asam asetat

aman digunakan sebagai preservasi bahan makanan dan tidak ada batasan

maksimal yang boleh dikonsumsi oleh manusia. Asam asetat dan asam laktat

termasuk dalam kelompok asam organik lipofilik lemah yang memiliki

kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba dalam bahan makanan. Asam

asetat mempunyai kemampuan antimikrobial yang lebih efektif dibanding asam

laktat. Hal ini dikarenakan asam asetat memiliki sifat lipofilik yang lebih tinggi

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
jika dibandingkan dengan asam laktat, sehingga asam asetat lebih mudah

menerobos membran dinding sel mikroorganisme. Asam asetat juga memiliki

spektrum penghambatan yang luas pada bakteri.

Asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3), asam

fluorosulfat (HFSO3) dan asam fluorida (HF) merupakan contoh dari asam kuat.

Umumnya, asam kuat bersifat merusak. Sifat ini disebabkan oleh sifat ion

negatifnya yang mudah berikatan dengan ion positif dari suatu logam. Misalnya

asam fluorida yang dituangkan ke dalam gelas kaca. Kaca akan meleleh seketika

karena mengandung ion logam bermuatan positif. Ketika asam fluorida

dituangkan ke gelas kaca, ion negatif dari HF (ion F-) akan bereaksi dengan ion

positif logam. Reaksi inilah yang mengakibatkan gelas kaca meleleh.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan serat

dari tongkol jagung

Kegunaan Penelitian

Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen

Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Sebagai sumber informasi dalam pembuatan serat makanan dari tongkol

jagung

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh jenis asam dan konsentrasi asam serta interaksi jenis asam

dan konsentrasi asam yang digunakan terhadap mutu serat makanan dari tongkol

jagung.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum tentang Serat

Dietary fiber didefinisikan sebagai bagian dari komponen bahan pangan

nabati yang tidak dapat dicerna oleh saluran pencernaan manusia. Definisi ini

diperluas lagi sehingga seluruh polisakarida dan lignin yang tidak dapat dicerna

oleh saluran pencernaan manusia termasuk ke dalam dietary fiber. Didasarkan

atas fungsinya di dalam tanaman, dietary fiber dibagi menjadi tiga fraksi utama,

yaitu :

Polisakarida struktural, terdapat dalam dinding sel dan terdiri dari selulosa

dan polisakarida non-selulosa (hemiselulosa dan substansi pektat).

Non-polisakarida struktural, sebagian besar terdiri dari lignin.

Polisakarida non-struktural, termasuk gum dan mucilage serta polisakarida

lainnya seperti karagenan dan agar dari alga dan rumpur laut.

(Apriyantono, et al., 1989).

Serat dalam makanan atau disebut juga serat makanan umumnya berasal

dari serat buah dan sayuran atau sedikit yang berasal dari biji-bijian dan serealia.

Serat makanan terdiri dari serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary

fiber). Serat kasar adalah serat secara laboratorium dapat menahan asam kuat

(acid) atau basa kuat (alkali), sedangkan serat makanan adalah bagian dari

makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan (Anwar, 2002).

Oleh karena itu kadar serat kasar selalu lebih rendah dibandingkan serat

makanan, karena asam kuat seperti asam sulfat dan basa kuat seperti natrium

hidroksida memiliki kemampuan yang lebih besar untuk memecahkan

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
(menghidrolisa) komponen-komponen makanan dibandingkan dengan enzim

pencernaan. Kandungan serat dalam bahan pangan (serat makanan) sangat

tergantung kepada jenis bahan pangan tersebut. Serat dalam makanan digolongkan

menjadi dua golongan yaitu :

1. Serat yang larut adalah pektin yang banyak terdapat dalam buah-buahan.

Ada juga beta-glukan terdapat pada oat dan barley, seaweed seperti

alginat, karagenan dan agar yang merupakan serat dari tumbuhan laut.

Serat bakteri seperti nata de coco dan lignin yang terdapat pada buah dan

sayur.

2. Serat yang tidak larut, seperti selulosa dan hemiselulosa yang terdapat

hampir di semua jenis bahan pangan nabati khususnya buah dan sayuran.

(Anwar, 2002).

Serat makanan dibagi menjadi dua kelompok yaitu serat larut (soluble

fiber) dan serat tidak larut (insoluble fiber). Serat larut adalah serat yang larut di

dalam air yang terdiri atas pektin, getah tanaman, dan beberapa hemiselulosa.

Contoh serat tidak larut adalah lignin dan selulosa (Siagian, 2003).

Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau pertanian setelah

diperlakukan dengan asam dan alkali mendidih dan terdiri dari selulosa dengan

sedikit lignin dan pentosan (Apriyantono, et al., 1989).

Manfaat Serat

Dalam bidang kesehatan, berbeda jenis serat berbeda khasiat yang

terkandung di dalamnya. Misalnya serat yang tidak larut seperti selulosa dan

hemiselulosa baik untuk kesehatan usus, memperlancar keluarnya feses,

mencegah wasir, dan baik untuk mengontrol berat badan. Sedangkan serat larut

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
seperti pektin, gum, dan agar-agar baik untuk menurunkan kadar kolesterol dan

gula darah sehingga lebih tepat untuk kesehatan jantung dan mengurangi resiko

diabetes (Anwar, 2002).

Serat yang berasal dari makanan sesampainya di saluran pencernaan akan

mengikat asam empedu yang sampai ke sana. Sebelum menjalankan tugasnya

membantu penyerapan lemak, asam empedu sudah terikat oleh serat yang

kemudian bersama serat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk kotoran. Untuk

menggantikan asam empedu yang hilang tersebut, kholesterol dalam tubuh akan

dirombak, sehingga makin banyak serat makin banyak asam empedu yang

dibuang, berarti makin banyak kholesterol yang dikeluarkan dari tubuh, dengan

demikian kadar kholesterol dalam tubuh akan menurun. Lemak dan sterol-sterol

lain juga akan lebih banyak dikeluarkan dari tubuh. Salah satu bukti paling jelas

manfaat serat adalah pada penanganan konstipasi (sembelit). Serat mencegah dan

mengurangi konstipasi karena dapat menyerap air ketika melewati saluran

pencernaan sehingga meningkatkan ukuran feses. Akan tetapi jika asupan air

rendah, serat justru akan memperparah konstipasi atau bahkan dapat

menyebabkan gangguan pada usus besar. Tambahan dua gelas air dari kebutuhan

enam gelas air per hari diperlukan untuk mengimbangi peningkatan konsumsi

serat (Siagian, 2003).

Tanaman Jagung Sebagai Sumber Serat

Sumber genetik (plasma nuftah) tanaman jagung berasal dari Benua

Amerika. Konon bentuk liar tanaman jagung yang disebut pod maize telah tumbuh

4.500 tahun yang lalu di pegunungan Andes, Amerika Selatan. Linnaeus (1973)

seorang ahli botani memberikan nama Zea mays untuk tanaman jagung.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim. Susunan morfologi

tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah. Buah jagung

terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus (Rukmana, 1997).

Adapun komposisi kimia jagung sayur dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Komposisi Kimia Jagung Sayur

Komponen Jumlah

Kalori (kal) 129


Protein (g) 4,1
Lemak (g) 1,3
Karbohidrat (g) 30,3
Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 108
Besi (mg) 1,1
Vitamin A (SI) -
Vitamin B1 (mg) 0,18
Vitamin C (mg) 9
Air (g) 63,5
bdd (%) 28

Sumber : Departemen Kesehatan RI (1996).

Produksi utama usaha tani tanaman jagung adalah biji. Biji jagung

merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan atau pun

nonpangan. Produksi sampingan berupa batang, daun, dan kelobot dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak maupun pupuk kompos.Tongkol jagung

amat muda yang disebut jagung semi sudah umum diperdagangkan di pasar-pasar

sebagai bahan sayur. Di pasar-pasar tradisional tongkol jagung muda yang sudah

berbiji sering dijual sebagai bahan pencampur sayur asam, jagung rebus, dan

jagung bakar. Biji jagung tua dapat diolah menjadi pati, tepung jagung, makanan

kecil, brondong, empek, jenang, dan lepet jagung, serta aneka pangan lainnya.

Sementara biji jagung yang sudah kering biasanya diolah menjadi jagung pipilan,

beras jagung, ataupun jagung giling. Tongkol jagung muda dan biji jagung

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
merupakan sumber karbohidrat potensial untuk dijadikan bahan pangan, sayuran,

dan bahan baku berbagai industri (Rukmana, 1997).

Karakteristik dan Sifat Asam yang Digunakan dalam Ekstraksi

Menurut Keenan, et al., (1995), asam kuat seperti HCl, H2SO4 dan HNO3

di dalam air akan membentuk larutan dengan kuat asam yang relatif sama. Tetapi

untuk beberapa senyawa hidroksi dari bukan logam yang merupakan donor proton

yang baik, bila mengandung atom oksigen dalam jumlah yang banyak yang terikat

pada unsur bukan logam, akan lebih mempercepat suatu reaksi, karena makin

mudah H+ disumbangkan, sehingga menghasilkan rendemen yang semakin tinggi.

Menurut Fessenden and Fessenden (1999), pereaksi reduksi-oksidasi kuat

(seperti HCl, H2SO4 dan HNO3) mengoksidasi dan mereduksi gugus aldehid dan

gugus hidroksil dari monosakarida, menghasilkan suatu produk tertentu. Jadi

pengaruh oksidasi dan reduksi dapat mentransformasikan galaktosa menjadi

galakturonat yang merupakan struktur dari asam pektinat. Ini sejalan dengan

pernyataan Hanifah (2002), bahwa kesempurnaan suatu reaksi dapat juga terjadi

melalui aksi dari pereduksi dan pengoksidasian. Proses oksidasi dan reduksi,

memungkinkan degradasi struktur rantai pada atom C dari karbohidrat.

Pengaruh pengoksidasian akan menimbulkan pemutusan rantai karbon

(depolimerisasi) dan juga pengaruh pengoksidasian akan mengoksidasi gugus

aldehid dan gugus hidroksil dari monosakarida. Apabila selama ektraksi terjadi

proses hidrolisis yang berlangsung cepat disertai dengan proses oksidasi dapat

mempercepat terjadinya deesterifikasi, demetilasi dan depolimerisasi, dimana

reaksi ini membutuhkan air. Sedangkan proses depolimerisasi dapat menimbulkan

degradasi asam pektinat, sehingga terbentuk polimer-polimer asam pektinat yang

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
pendek. Semakin pendek polimer-polimer asam pektinat, akan lebih mudah

melepaskan air (akan terjadi penguapan larutan yang digunakan sebagai larutan

pengekstraksi), sehingga menyebabkan kadar air semakin menurun

(Adryansah, et al., 2006).

Asam Asetat

Asam asetat lebih banyak diproduksi pada konsentrasi gula yang tinggi.

Jumlah asam asetat yang diproduksi selama fermentasi adalah kecil, biasanya

lebih kecil dari 0,030 g/100 ml, tergantung pada jenis fermentasi dan kondisi

fermentasi. Jumlah asam asetat yang tinggi dapat terjadi akibat kegiatan bakteri

sebelum, selama dan sesudah fermentasi. Bertambahnya asam asetat ini karena

terjadinya oksidasi alkohol dan perombakan bakteri terhadap gula, asam sitrat,

gliserol dan lainnya (Oxtoby, et al., 2003).

Asam Klorida

Asam klorida menjadi sumber utama klorin untuk pemutih. Zat ini berada

dalam bentuk tidak murni; di atas suhu 900 oC, zat ini bereaksi dengan klorin dan

kokas menghasilkan titanium tetraklorida. Asam klorida berwujud gas pada

kondisi kamar dan larut dalam air membentuk asam kuat. Hidrogen klorida dibuat

melalui reaksi penggabungan langsung hidrogen dan klorin dengan bantuan

katalis platinum atau sebagai produk samping dari pengolahan bahan kimia

organik. Larutan berairnya yaitu asam klorida adalah asam industri utama yang

banyak digunakan untuk membersihkan permukaan logam (Oxtoby, et al., 2003).

Asam Sulfat

Asam sulfat adalah bahan kimia yang diproduksi dalam jumlah besar di

dunia. Manfaatnya berkisar mulai dari pengolahan logam sampai produksi obat-

obatan dan manufaktur pupuk. Sejumlah kecil SO3 yang dihasilkan (bersama

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
dengan SO2 yang menjadi produk utamanya) diembunkan dan dimasukkan

ke dalam air untuk membuat asam sulfat. Suatu penemuan yang tidak sengaja

mengungkapkan bahwa penambahan natrium nitrat atau kalium nitrat

meningkatkan rendeman SO3. Bahan baku utama untuk membuat asam sulfat

adalah sulfur atau sulfur dioksida. Sumber untuk bahan kimia ini telah berubah

dari waktu ke waktu, didasari atas pertimbangan harga dan keinginan untuk

mengurangi pencemaran udara. Asam sulfat murni tidak berwarna, berupa cairan

kental yang membeku pada suhu 10,4 oC dan mendidih pada suhu 279,6 oC. Asam

sulfat dapat dicampur dengan air dalam segala perbandingan, dengan

membebaskan banyak sekali kalor. Dalam pengasaman, lapisan oksida pada

permukaan logam dilarutkan melalui reaksi dengan asam (Oxtoby, et al., 2003).

Pembuatan Serat dari Tongkol Jagung

Sortasi

Sortasi dan penggolongan mutu sangat diperlukan untuk menggolongkan

bahan pangan sesuai dengan ukuran dan ada tidaknya cacat. Penggolongan mutu

adalah klasifikasi komoditi dan kelompok menurut standar yang secara komersil

dapat diterima (Satuhu, 1996)

Pencucian

Oleh karena konsumen menginginkan hasil yang bersih maka kebanyakan

buah-buahan dan sayuran dicuci setelah dipanen. Pencucian meningkatkan

penampakan hasil, dimana sering sekali pada hasil terdapat kotoran, tanah,

serangga, jamur, dan sebagainya yang mengakibatkan hasil tidak sedap

dipandang. Tidak jarang pula masih terdapat sisa-sisa fungisida dan insektisida

pada hasil (Pantastico, 1993).

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang

menempel, residu fungisida atau insektisida, dan memperoleh penampakan yang

baik. Pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat

(Baliwati, et al., 2004).

Perendaman

Bahan-bahan yang masih kotor dicuci bersih hingga bebas dari pasir dan

kotoran-kotoran lainnya. Bahan yang telah dicuci kemudian direndam dalam

larutan kaporit 0,25 % selama 5 jam. Dengan perendaman ini diharapkan bahan

menjadi lebih putih. Setelah perendaman, bahan-bahan yang telah putih tersebut

dicuci kembali dengan air mengalir untuk menghilangkan bau kaporit. Kaporit

yang tergolong dalam senyawa klorin bila dicampur dengan air akan terhidrolisis.

Asam hipoklorit akan terdisosiasi dalam air membentuk ion hidrogen (H+) dan ion

hipoklorit (OCl-). Pada pH rendah asam hipoklorit lebih dominan, sedangkan pada

pH tinggi, ion hipoklorit lebih terdapat dalam jumlah lebih banyak

(Laksmi, 1987).

Bahan-bahan yang telah selesai direndam dalam larutan kaporit segera

dibilas dengan air mengalir agar kotoran-kotoran dan bau kaporit dapat

dihilangkan (Wahyu, 1990).

Pengeringan

Winarno, et al., (1980) mendefinisikan pengeringan sebagai suatu cara

untuk menghilangkan atau mengeluarkan sebagian air dari dalam bahan pangan

dengan menggunakan energi panas sampai batas dimana mikroorganisme tidak

dapat tumbuh di dalamnya.

Kegiatan-kegiatan bakteri membutuhkan kelembaban. Jadi, pengeringan

pangan, yang menurunkan kandungan air secara berarti, membantu menghentikan

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
kegiatan bakteria. Dalam bahan-bahan pangan yang telah dikeringkan, nilai gizi

meningkat untuk zat-zat makanan yang tahan terhadap panas, cahaya dan

pengaruh udara dalam jangka waktu lama (Harper, et al., 1986).

Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume

bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang

pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga

memudahkan transpor, dengan demikian diharapkan biaya produksi menjadi lebih

murah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas

permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan

waktu pengeringan (Winarno, 1993).

Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan

bahan dalam oven pada suhu 105 110 oC selama 3 jam atau sampai didapat

berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah

banyaknya air yang diuapkan (Winarno, 1997).

Penepungan dan Pengayakan

Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan campuran butir dengan

ukuran tertentu agar dapat diolah lebih lanjut atau agar diperoleh penampilan atau

bentuk komersial yang diinginkan (Bernasconi, et al., 1995).

Ayakan biasanya berupa anyaman dengan mata jala yang berbentuk bujur

sangkar atau empat persegi panjang, berupa plat yang berlubang-lubang bulat atau

bulat panjang. Ayakan terbuat dari material yang dapat berupa paduan baja, nikel,

tembaga, kuningan, perunggu, sutera, dan bahan-bahan sintetik. Material ini harus

dipilih agar ayakan tidak cepat rusak karena karat maupun gesekan. Selain itu,

selama proses pengayakan, ukuran lubang ayakan harus tetap konstan. Yang

menjadi ciri ayakan antara lain adalah :

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Ukuran dalam mata jala

Jumlah mata jala (mesh) per satuan panjang, misalnya per cm atau per inci

Jumlah mata jala per satuan luas, umumnya per cm2

(Bernasconi, et al., 1995).

Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses untuk memisahkan campuran beberapa zat

menjadi komponen-komponen yang terpisah. Pada dasarnya efisiensi ekstraksi

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : waktu, suhu, dan pH ekstraksi

(Whistler, 1960).

Tingkat kecepatan ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas

permukaan antara padatan dan cairan, gradien konsentrasi, suhu, dan kecepatan

aliran pelarut. Suhu ekstraksi untuk beberapa bahan perlu ditetapkan untuk

menghindari perubahan fisik dan kimia yang tidak diinginkan, dimana dapat

menurunkan kualitas produk (Brennan, et al., 1976).

Ekstraksi dilakukan pada suasana sedikit asam. Proses pengasaman

bertujuan untuk memecahkan dinding sel sehingga memudahkan proses ekstraksi.

Pengasaman juga dapat menghancurkan dan melarutkan kotoran, sehingga bahan

lebih bersih. Pengasaman dapat dilakukan dengan menggunakan asam sulfat,

asam asetat, atau asam sitrat (Winarno, 1990).

Proses pemasakan dilakukan dengan penambahan asam asetat 0,5 %

sampai pH 6. Selama pemasakan akan terjadi penghancuran dinding sel yang

terjadi akibat hidrolisis pada waktu pengasaman maupun pada waktu ekstraksi.

Proses penghancuran dinding sel bertujuan untuk memperluas permukaan bahan

sehingga mempermudah proses pelarutan (Astawan dan Wahyuni, 1991).

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Faktor yang mempengaruhi hidrolisis asam adalah konsentrasi asam, lama

hidrolisis, suhu, dan perlakuan pendahuluan. Selanjutnya dikatakan bahwa

semakin tinggi suhu, reaksi hidrolisis akan berjalan semakin cepat

(Millet, et al., 1976).

Perubahan suhu akan mempengaruhi ikatan kimia yang menentukan

struktur gel. Jika suhu meningkat, ikatan kimia pembentukan gel akan

merenggang sehingga terbentuk cairan yang kental. Hal sebaliknya terjadi apabila

cairan didinginkan, ikatan kimia pembentuk gel akan saling merapat kembali

membentuk jalinan yang kuat. Gel tipe ini disebut thermoreversible

(Fennema, 1976).

Pikokoloid dari rumput laut diekstrak dengan cara memasaknya dalam air

segar. Tujuan pemasakan adalah untuk mengekstrak semua agar-agar tanpa

merusak sifat dari gel yang dihasilkan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemilihan

kondisi pemasakan yang optimum dari setiap jenis rumput laut dengan parameter

sebagai berikut : hidromodul (hubungan antara berat kering rumput laut dan

volume larutan), suhu proses, dan pH medium ekstraksi (Zaitsev, et al., 1969).

Agar diperoleh rendemen yang maksimal dan bermutu baik, dilakukan

ekstraksi yang tepat. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap jumlah dan mutu

pektin yang terekstrak adalah suhu, waktu dan keasaman selama ekstraksi

berlangsung. Faktor lain seperti jenis asam harus mendapat perhatian, karena

semakin kuat asam yang digunakan maka akan meningkatkan jumlah rendemen

(Hanifah, 2002).

Penyaringan

Bahan-bahan yang diekstraksi disaring dan penyaringan yang umum

dilakukan dengan menggunakan kain blacu berwarna putih. Dalam penyaringan

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
ini akan diperoleh filtrat. Ampas yang tertinggal pada kain blacu dipress.

Pengepresan yang baik akan menghasilkan ampas dengan kandungan air 76-78 %

(Soebardjo, et al., 1988).

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2009 di Laboratorium

Teknologi Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung yang

didapatkan dari petani jagung di Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.

Reagensia

Asam asetat 99 % - Larutan K2SO4 10 %

Asam klorida 37 % - Kaporit

Asam sulfat 96 % - Aquadest

Larutan NaOH 0,3 N

Alat Penelitian

Oven - Timbangan

Aluminium foil - Beaker glass

Spatula - Desikator

Pipet tetes - Gelas ukur

Muffle - Mortar

Erlenmeyer - Autoclave

Hot plate - pH meter

Corong - Ayakan 50 mesh

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Metoda Penelitian (Bangun, 1991)

Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) faktorial

yang terdiri dari 2 faktor yaitu :

Faktor I : Jenis Asam yang digunakan yang terdiri dari 3 taraf yaitu :

P1 = Asam asetat

P2 = Asam klorida

P3 = Asam sulfat

Faktor II : Konsentrasi Asam (v/v) yang terdiri dari 5 taraf yaitu :

K1 = 0,2 %

K2 = 0,4 %

K3 = 0,6 %

K4 = 0,8 %

K5 = 1,0 %

Banyaknya kombinasi perlakuan (Treatment Combination) adalah 3 x 5 = 15,

maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut :

Tc (n-1) 15

15 (n-1) 15

15n-15 15

15n 30

n 2

Untuk memperoleh ketelitian dilakukan 2 kali ulangan

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Model Rancangan (Bangun, 1991)

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dua

faktorial dengan model sebagai berikut :

Yijk = + i + j + ()ij + ijk

Yijk : Hasil pengamatan dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf

ke- j dengan ulangan ke- k

: Efek nilai tengah

i : Efek dari faktor P pada taraf ke-i

j : Efek dari faktor K pada taraf ke-j

()ij : Efek interaksi dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf ke-j

ijk : Efek galat dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf ke-j

dalam ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least

Significant Range)

Pelaksanaan Penelitian

Dilakukan sortasi pada pada tongkol jagung yaitu dipilih yang utuh tidak cacat

serta bebas dari kotoran yang ada

Dicuci dengan air mengalir hingga bersih.

Dilakukan pemucatan tongkol jagung dengan perendaman dalam larutan

kaporit 0,25 % selama 5 jam.

Dicuci dengan air mengalir sampai bau kaporit hilang lalu dilakukan

pengeringan pada suhu 40 oC selama 6 jam dengan oven

Bahan yang telah kering dihaluskan untuk mendapat ukuran yang lebih kecil

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Selanjutnya, sebanyak 50 g bahan tersebut diasamkan dengan perendaman

dalam larutan asam (asam asetat, asam klorida dan asam sulfat) dengan

konsentrasi masing-masing asam (0,2 %, 0,4 %, 0,6 %, 0,8 % dan 1 %) selama

12 jam.

Dituangkan ke atas kain blacu dan dicuci dengan air mengalir sampai bahan

tidak berbau asam.

Dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi 500 ml air dan diatur pH-nya

dengat asam asetat 0,5 % sehingga tercapai pH 6.

Dimasak selama 45 menit pada suhu 90 oC, lalu disaring dengan kain blacu

dan dipress sehingga menghasilkan filtrat.

Filtrat dikeringkan dengan oven pada suhu 40 oC selama 6 jam

Dihaluskan dan diayak dengan ayakan 50 mesh

Dilakukan pengamatan dan pengukuran data dengan analisis terhadap

parameter :

1. Rendemen (%)

2. Kadar Air (%)

3. Kadar Abu (%)

4. Kadar Serat Kasar (%)

5. Daya Serap Air (%)

6. Uji Organoleptik (Aroma dan Rasa) (numerik)

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Pengamatan dan Pengukuran Data

Penentuan Rendemen (%)

Rendemen dihitung atas dasar rumus sebagai berikut :

b
Rendemen (%) = x 100 %
a

Dimana : a = Berat Awal

b = Berat Akhir

Penentuan Kadar Air (%) (Metode Oven) (AOAC, 1984)

Ditimbang bahan sebesar 5 gram di dalam aluminium foil yang telah

diketahui berat kosongnya. Kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu

sekitar 105o- 110 oC selama 3 jam kemudian didinginkan di dalam desikator

selama 15 menit kemudian ditimbang kembali. Selanjutnya dipanaskan kembali di

dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator dan

ditimbang. Perlakuan ini diulang sampai diperoleh berat yang konstan.

Berat Awal - Berat Akhir


Kadar Air (%) = x 100 %
Berat Awal

Penentuan Kadar Abu (%) (Sudarmadji et al, 1989)

Ditimbang 2 gram sampel dalam kurs porselin yang kering dan telah

diketahui beratnya.

Dipijarkan dalam muffle pada suhu 400 oC selama 3 jam hingga diperoleh abu

dan dimasukkan ke dalam desikator, ditimbang berat abu setelah dingin.

Berat Abu
Kadar Abu (%) = x 100 %
Berat Sampel

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Penentuan Kadar Serat Kasar

Ditimbang sampel sebanyak 2 gram dan dimasaukkan dalam erlenmeyer.

Ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 0,2 N mendidih dan ditutup dengan

pendingin balik, dididihkan selama 30 menit dan kadang digoyang-goyang.

Disaring suspensi melalui kertas saring dan residu yang tertinggal dalam

erlenmeyer dicuci dengan aquadest mendidih.

Dipindahkan residu dan kertas saring kedalam erlenmeyer kembali dengan


spatula, dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH 0,3 N mendidih sebanyak
200 ml sampai semua residu masuk ke dalam erlenmeyer. Dididihkan dengan
pendingin balik sambil digoyang-goyang selama 30 menit. Disaring dengan
kertas saring yang telah diketahui beratnya, sambil dicuci dengan larutan
K2SO4 10 %, dicuci lagi residu dengan aquadest mendidih dan kemudian
dengan lebih kurang 15 ml alkohol.
Dikeringkan kertas saring beserta isinya pada suhu 110 oC sampai beratnya

konstan, didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

Berat residu = berat serat kasar

Dihitung persentasi kadar serat kasar dengan rumus :


Berat Serat kasar
Kadar Serat Kasar (%) = x 100 %
Berat Sampel

Penentuan Daya Serap Air (Sathe dan Salunkhe, 1981).

Daya serap air dapat ditentukan dengan metode centrifuge. 1 gram contoh

dicampur dengan 10 gram air aquadest, kemudian dikocok selama 30 detik.

Didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Selanjutnya dicentrifuge pada 500

rpm selama 30 menit lalu air yang berada diatas endapan dibuang kemudian berat

endapan dicatat. Selisih berat endapan dengan berat contoh merupakan jumlah

penyerapan oleh serat.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
a -b
Daya serap air (%) = x 100 %
c

Dimana = a = Berat endapan


b = Berat contoh
c = Berat air

Penentuan Uji Organoleptik (Aroma, dan Rasa) (numerik)

Uji organoleptik terhadap warna, aroma, dan rasa serat yang dihasilkan

dari sayur-sayuran dilakukan dengan uji kesukaan terhadap 10 orang dengan

ketentuan sebagai berikut :

Proporsi uji organoleptik terhadap aroma dan rasa :

Aroma : 50 %

Rasa : 50 %

Tabel 2. Skala Uji Hedonik Aroma


Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat Suka 4
Suka 3
Agak Suka 2
Tidak Suka 1

Tabel 3. Skala Uji Hedonik Rasa


Skala Hedonik Skala Numerik
Netral 4
Agak Pahit 3
Pahit 2
Sangat Pahit 1

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tongkol Jagung

Sortasi

Pencucian

Di rendam dalam larutan kaporit 0.25 % selama 5 jam

Dicuci dengan air bersih

Dikeringkan dengan oven pada suhu 40 oC selama 6 jam,


Konsentrasi
Digiling sampai diperoleh ukuran yang lebih kecil Asam
Jenis Asam K1 = 0,2 %
P1 = Asam Asetat Direndam dalam larutan asam selama 12 jam K2 = 0,4 %
P2 = Asam Klorida K3 = 0,6 %
P3 = Asam Sulfat K4 = 0,8 %
Dicuci K5 = 1,0 %

Dimasukkan dalam air yang pH nya telah


diatur sampai pH 6

Dimasak selama 45 menit pada suhu 90 oC

Disaring dengan kain blacu dan dipress

Filtrat

Dikeringkan selama 6 jam pada suhu 40 oC Analisa


1. Rendemen
Dihaluskan dan diayak dengan ayakan 50 mesh 2. Kadar Air
3. Kadar Abu
4. Kadar Serat
Serat Makanan Kasar
5. Daya Serap Air
6. Uji Organoleptik

Gambar 1. Skema Pembuatan Serat Makanan dari Tongkol Jagung

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa jenis asam dan

konsentrasi asam yang digunakan memberikan pengaruh terhadap parameter yang

diamati. Pengaruh jenis asam dan konsentrasi asam terhadap parameter yang

diamati dapat dijelaskan di bawah ini.

Pengaruh Jenis Asam terhadap Parameter yang Diamati.

Dari hasil penelitian jenis asam memberikan pengaruh berbeda sangat

nyata terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, daya serap air

dan nilai organoleptik. Pengaruh jenis asam terhadap parameter yang diamati

ditampilkan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Pengaruh Jenis Asam terhadap Parameter yang Diamati


Kadar Daya
Kadar Kadar Nilai
Jenis Rendemen Serat Serap
Air Abu Organoleptik
Asam (%) Kasar Air
(%) (%) (numerik)
(%) (%)
P1=Asam
18,46 7,37 6,50 28,50 44,43 3,15
Asetat
P2=Asam
18,53 6,55 6,52 25,76 45,99 2,43
Klorida
P3=Asam
17,57 6,50 6,72 24,82 40,96 2,10
Sulfat

Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 18,53 % dan

terendah pada P3 yaitu sebesar 17,57 %. Kadar Air tertingi terdapat pada

perlakuan P1 yaitu sebesar 7,37 % dan terendah pada P3 yaitu sebesar 6,50 %.

Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 6,72 % dan terendah

pada P1 yaitu sebesar 6,50 %. Kadar serat kasar tertunggi terdapat pada perlakuan

P1 yaitu sebesar 28,50 % dan terendah pada P3 yaitu sebesar 24,82 %. Daya serap

air tertingi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 45,99 % dan terendah pada P3

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
yaitu sebesar 40,96 %. Nilai organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan P1

yaitu sebesar 3,15 dan terendah pada P3 yaitu sebesar 2,15.

Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Parameter yang Diamati

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asam memberikan

pengaruh berbeda sangat nyata terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, kadar

serat kasar, daya serap air dan nilai organoleptik (aroma dan rasa). Pengaruh jenis

asam terhadap parameter yang diamati ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Parameter Yang Diamati


Kadar Daya
Konsentrasi Kadar Kadar Nilai
Rendemen Serat Serap
Asam Air Abu Organoleptik
(%) Kasar Air
(v/v) (%) (%) (Numerik)
(%) (%)
K1=0,2 % 15,90 7,95 6,28 25,99 42,93 3,15
K2=0,4 % 17,38 7,11 6,36 26,14 43,30 2,82
K3=0,6 % 18,48 6,69 6,54 26,32 43,93 2,40
K4=0,8 % 19,25 6,49 6,66 26,57 44,07 2,28
K5=1,0 % 19.92 5,78 7,06 26,78 44,73 2,15

Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu sebesar 19,92 % dan

terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 15,90 %. Kadar air tertinggi

terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 7,95 % dan terendah terdapat pada

perlakuan K5 yaitu sebesar 5,78 %. Kadar abu yang tertinggi terdapat pada

perlakuan K5 yaitu sebesar 7,06 % dan terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu

sebesar 6,28 %. Kadar Serat kasar yang tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu

sebesar 26,78 % dan terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 25,99 %.

Daya serap air tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu sebesar 44,73 % dan

terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 42,93 %. Nilai organoleptik

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3,15 dan terendah terdapat pada

perlakuan K5 yaitu sebesar 2,15.

Rendemen (%)

Pengaruh Jenis Asam terhadap Rendemen (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa jenis asam

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap rendemen serat

yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh jenis asam terhadap rendemen

ditampilkan pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Rendemen
(%)
LSR Notasi
Jarak Jenis Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P1=Asam Asetat 18,46 a A
2 0.546 0.755 P2=Asam Klorida 18,53 a A
3 0.572 0.787 P3=Asam Sulfat 17,57 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda tidak nyata terhadap

perlakuan P2, dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Perlakuan P2

berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Rendemen tertinggi terdapat pada

perlakuan P2 yaitu sebesar 18,53 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3

yaitu sebesar 17,57 %.

Rendemen pada penggunaan asam klorida lebih tinggi dengan penggunaan

jenis asam yang lain.Sifat asam klorida yang lebih korosif dibanding dengan jenis

asam yang lain sehingga ekstraksi pada penggunaan asam klorida berjalan lebih

cepat. Hal ini disebabkan karena proses yang dilakukan juga sangat

mempengaruhi tinggi rendahnya rendemen yang dihasilkan. Untuk memperoleh

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
rendemen serat yang maksimal dan bermutu baik juga tergantung pada jenis asam

yang digunakan dalam ekstraksi. Hal ini sesuai dengan Hanifah (2002) yang

menyatakan bahwa tinggi rendahnya rendemen juga dipengaruhi oleh proses yang

dilakukan misalnya proses saat pengasaman, pemotongan, pencucian dan

pengayakan.

Hubungan jenis asam dengan rendemen dapat dilihat pada Gambar 2.

20 18.46 18.53
17.57
18
16
Rendemen (%)

14
12
10
8
6
4
2
0
P1 P2 P3
Jenis Asam

Gambar 2. Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Rendemen (%)

Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Rendemen (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa

konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

rendemen serat yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi asam

terhadap rendemen ditampilkan pada Tabel 7.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tabel 7. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap
Rendemen (%)
LSR Konsentrasi Notasi
Jarak Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 15.90 d D
2 0.705 0.975 K2=0,4 % 17.38 c C
3 0.739 1.016 K3=0,6 % 18.48 b B
4 0.760 1.043 K4=0,8 % 19.25 a AB
5 0.774 1.063 K5=1,0 % 19.92 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan K2, K3, K4 dan K5. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan K3, K4 dan K5. Perlakuan K3 berbeda nyata terhadap perlakuan

K4 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5. Perlakuan K4 berbeda tidak

nyata terhadap perlakuan K5. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu

sebesar 19,92 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar

15,90 %.

Rendemen merupakan rasio antara hasil yang diperoleh dengan bahan

dasarnya. Dalam setiap proses produksi diharapkan menghasilkan rendemen yang

tinggi. Agar diperoleh rendemen yang maksimal dan bermutu baik, dilakukan

ekstraksi yang tepat. Jumlah rendemen juga tergantung dari konsentrasi asam

yang digunakan. Menurut Hanifah (2002), bahwa faktor yang sangat berpengaruh

terhadap jumlah dan mutu serat yang terekstrak adalah suhu, waktu dan keasaman

selama ekstraksi berlangsung.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Hubungan konsentrasi asam dengan rendemen dapat dilihat pada Gambar 3.

22.00

20.00

18.00
Rendemen (%)

= 4.95K + 15.217
16.00 r = 0,9178

14.00

12.00

10.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (% )

Gambar 3. Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Rendemen (%)

Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap


Rendemen (%)

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa interaksi

jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap rendemen serat yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak

dilanjutkan.

Kadar Air (%)

Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa jenis asam

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air serat

yang dihasilkan. Uji LSR pengaruh jenis asam terhadap kadar air ditampilkan

pada Tabel 8.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tabel 8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Air (%)
LSR Notasi
Jarak Jenis Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P1=Asam Asetat 7.37 a A
2 0.341 0.472 P2=Asam Klorida 6.55 b B
3 0.358 0.492 P3=Asam Sulfat 6.50 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 berbeda tidak nyata terhadap

perlakuan P3. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesa 7,37 %

dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 6,50 %.

Kadar air yang paling tinggi terdapat pada jenis asam asetat. Hal ini dapat

terjadi karena asam asetat bersifat mudah larut dalam air. Menurut (Rahman,1999)

asam asetat (CH3COOH) merupakan asam organik monokarbolik, memiliki bau

dan rasa tajam, bersifat sangat mudah larut dalam air. Asam asetat aman

digunakan sebagai preservasi bahan makanan dan tidak ada batasan maksimal

yang boleh dikonsumsi oleh manusia.

Hubungan jenis asam dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 4

8.00 7.37
7.00 6.55 6.50
6.00
Kadar Air (%)

5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
P1 P2 P3
Jenis Asam

Gambar 4. Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Kadar Air

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Kadar Air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa

konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

kadar air serat yang dihasilkan. Uji LSR pengaruh konsentrasi asam terhadap

kadar air ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam Terhadap Kadar
Air (%)
LSR Notasi
Jarak Konsentrasi Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 7.95 a A
2 0.440 0.609 K2=0,4 % 7.11 b B
3 0.462 0.635 K3=0,6 % 6.69 b B
4 0.475 0.652 K4=0,8 % 6.49 b B
5 0.484 0.664 K5=1,0 % 5.78 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 sangat nyata terhadap

perlakuan K2, K3, K4 dan K5. Perlakuan K2 berbeda tidak nyata terhadap

perlakuan K3 dan K4 serta berbeda sangat nyata terhadap K5 . Perlakuan K3

berbeda tidak nyata terhadap perlakuan K4 dan berbeda sangat nyata terhadap

perlakuan K5. perlakuan K4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5. Kadar air

tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 7,95 % dan yang terendah

terdapat pada perlakuan K5 yaitu sebesar 5,78 %.

Ikatan polimer yang panjang mengandung air yang lebih banyak, dengan

adanya asam dapat memutuskan ikatan polimer yang panjang tersebut menjadi

pendek sehingga sebagian airnya menguap. Konsentrasi asam yang digunakan

dalam ekstraksi juga berpengaruh terhadap kadar air bahan yang dihasilkan. Hal

ini tergantung pada kemampuan asam dalam memutus ikatan polimer suatu bahan.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Menurut Meyer (1970), penambahan asam klorida dapat mempengaruhi pH. Bila

pH yang mendekati netral maka jumlah asam yang dikandung relatif rendah

sehingga ikatan glikosida yang membentuk polisakarida lebih kuat dan akibatnya

pemutusan rantai heksosa dari ikatan polisakarida yang mendekati pH netral

menjadi lebih mudah.

Hubungan konsentrasi asam dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 5.

10
9
8
7
Kadar Air (%)

6 = 3.78K + 5.612
r = 0.9838
5
4
3
2
1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (%)

Gambar 5. Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Kadar Air (%)

Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap


Kadar Air (%)

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa interaksi

jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap kadar air yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Kadar Abu (%)

Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Abu (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa jenis asam

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu serat

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
yang dihasilkan. Uji LSR pengaruh jenis asam terhadap kadar abu ditampilkan

pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar
Abu (%)
LSR Notasi
Jarak Jenis Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P1=Asam Asetat 6.50 b B
2 0.126 0.174 P2=Asam Klorida 6.52 b B
3 0.132 0.181 P3=Asam Sulfat 6.72 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda tidak nyata terhadap

perlakuan P2, dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Perlakuan P2

berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Kadar abu tertinggi terdapat pada

perlakuan P3 yaitu sebesar 6,72 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P1

yaitu sebesar 6,50 %.

Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan cara

pengabuan. Mineral dalam suatu bahan merupakan garam organik (seperti garam-

garam malat, oksalat, asetat dan pektat) dan garam anorganik (seperti garam

fosfat, karbonat, klorida, sulfat dan nitrat). Kadar abu ada hubungannya dengan

mineral suatu bahan karena apabila kadar abu dalam suatu bahan semakin banyak

maka kandungan mineralnya akan semakin rendah, dan juga sebaliknya. Dalam

hal ini jenis asam yang digunakan juga memberikan pengaruh terhadap setiap

jenis bahan. Hal ini sesuai dengan literatur Afrianti (2004), pemasakan dengan

menggunakan asam klorida menyebabkan kadar abu cenderung meningkat.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Hubungan jenis asam dengan kadar abu dapat dilihat pada Gambar 6.

7.00 6.50 6.52 6.72

6.00

5.00
Kadar Abu (%)

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
P1 P2 P3
Jenis Asam

Gambar 6. Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Kadar Abu (%)

Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Kadar Abu (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa

konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

kadar abu serat yang dihasilkan.

Uji LSR pengaruh konsentrasi asam terhadap kadar abu ditampilkan pada

Tabel 11.

Tabel 11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Kadar
Abu (%)
LSR Notasi
Jarak Konsentrasi Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 6.28 c C
2 0.162 0.224 K2=0,4 % 6.36 c C
3 0.170 0.234 K3=0,6 % 6.54 b B
4 0.175 0.240 K4=0,8 % 6.66 b B
5 0.178 0.244 K5=1,0 % 7.06 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda tidak nyata

terhadap perlakuan K2, tetapi berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan

K5. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan K5.

Perlakuan K3 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan K4 dan berbeda sangat nyata

terhada perlakuan K5. Perlakuan K4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5.

Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan K2 yaitu sebesar 7.06 % dan yang

terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 6,28 %.

Kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan yang merupakan zat

anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Perendaman dengan asam

mengakibatkan terjadinya kandungan mineral pada bahan akan menjadi terurai.

Semakin tinggi konsentrasi asam yang digunakan semakin tinggi pula kadar abu

yang dihasilkan karena mineral yang terkandung dalam bahan akan lebih banyak

terurai pada kondisi asam yang lebih tinggi. Menurut Afrianti (2004) yang

menyatakan bahwa kandungan abu tergantung pada macam bahan dan cara

pengabuannya, semakin tinggi kadar abu suatu bahan maka kandungan mineral

semakin tinggi.

Hubungan konsentrasi asam dengan kadar abu dapat dilihat pada Gambar 7.

7.50

7.00
Kadar Abu (%)

6.50
= 0.9267K + 6.024
6.00 r = 0.9179

5.50

5.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (%)

Gambar 7. Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Kadar Abu (%)

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap
Kadar Abu (%)

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa interaksi

jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap kadar abu serat yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak

dilanjutkan.

Kadar Serat Kasar (%)

Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Serat Kasar (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa jenis asam

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat kasar

dari serat yang dihasilkan.

Uji LSR pengaruh jenis asam terhadap kadar serat kasar ditampilkan pada

Tabel 12.

Tabel 12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Serat
Kasar (%)
LSR Jenis Notasi
Jarak Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P1=Asam Asetat 28.50 a A
2 0.189 0.261 P2=Asam Klorida 25.76 b B
3 0.198 0.272 P3=Asam Sulfat 24.82 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan P2, dan P3. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap

perlakuan P3. Kadar serat kasar tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar

28,50 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 24,82 %.

Serat kasar adalah senyawa yang biasa dianalisa di laboratorium, yaitu

senyawa yang tidak dapat dihidrolisa oleh asam atau alkali. Di dalam buku Daftar

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Komposisi Bahan Makanan, yang dicantumkan adalah kadar serat kasar bukan

kadar serat makanan. Tetapi kadar serat kasar dalam suatu makanan dapat

dijadikan indeks kadar serat makanan, karena umumnya didalam serat kasar

ditemukan sebanyak 0,2 - 0,5 bagian jumlah serat makanan. Asam asetat memiliki

sifat lebih mudah larut dalam air jika dibandingkan dengan asam klorida dan asam

sulfat dan perendaman dalam asam asetat lebih mudah menerobos membran

dinding sel sehingga kadar serat kasar yang dihasilkan pada perendaman pada

asam asetat lebih tinggi. Dengan proses perendaman dengan asam kuat akan

mengakibatkan kerusakan pada beberapa serat. Menurut (Hanafiah, 2002)

faktor yang sangat berpengaruh terhadap jumlah dan mutu serat yang terekstrak

adalah suhu, waktu dan keasaman selama ekstraksi berlangsung.

Hubungan jenis asam terhadap kadar serat kasar dapat dilihat pada

Gambar 8.

30.00 28.50
25.76
24.82
Kadar Serat Kasar (%)

20.00

10.00

0.00
P1 P2 P3
Jenis Asam

Gambar 8. Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Kadar Serat Kasar

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Kadar Serat Kasar (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa

konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

kadar serat kasar yang dihasilkan.

Uji LSR Pengaruh konsentrasi asam terhadap kadar serat kasar dapat dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap
Kadar Serat Kasar (%)
LSR Notasi
Jarak Konsentrasi Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 25.99 c C
2 0.244 0.337 K2=0,4 % 26.14 c C
3 0.255 0.351 K3=0,6 % 26.32 b B
4 0.263 0.361 K4=0,8 % 26.57 b AB
5 0.268 0.368 K5=1,0 % 26.78 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda tidak nyata

terhadap perlakuan K2, berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan K5.

Perlakuan K2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan K5. Perlakuan

K3 berbeda nyata terhadap perlakuan K4 dan berbeda sangat nyata terhadap

perlakuan K5. Perlakuan K4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5. Kadar

serat kasar tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu sebesar 26,78 % dan yang

terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 25,99 %.

Serat makanan tidak sama pengertiannya dengan serat kasar (crude fiber).

Kadar serat dalam makanan dapat mengalami perubahan akibat pengolahan yang

dilakukan terhadap bahan asalnya. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang

tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1.25 %) dan natrium

hidroksida (NaOH 1.25 %).

Hubungan konsentrasi asam dengan kadar serat kasar dapat dilihat pada

Gambar 9.

27.00
Kadar Serat Kasar (%)

= 1.0058x + 25.755
26.50 r = 0.9926

26.00

25.50

25.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (%)

Gambar 9. Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Kadar Serat Kasar

Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap


Kadar Serat Kasar (%)

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa interaksi

jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap kadar serat kasar dari serat yang dihasilkan, sehingga uji LSR

tidak dilanjutkan.

Daya Serap Air (%)

Pengaruh Jenis Asam terhadap Daya Serap Air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa jenis asam

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap daya serap air dari

serat yang dihasilkan.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Uji LSR pengaruh jenis asam terhadap daya serap air ditampilkan pada tabel

14.

Tabel 14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Daya Serap
Air (%)
LSR Jenis Notasi
Jarak Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P 1 =Asam Asetat 44.43 b B
2 0.304 0.421 P2=Asam Klorida 45.99 a A
3 0.319 0.439 P3=Asam Sulfat 40.96 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan P2, dan P3. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap

perlakuan P3. Daya serap air tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar

45,99 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 40,96 %.

Daya serap air merupakan kemampuan bahan dalam menyerap air. Serat

makanan yang baik mempunyai kemampuan menyerap air yang baik pula karena

didalam tubuh akan menyerap komponen-komponen yang tidak penting bagi

tubuh. Ukuran partikel yang kecil dengan daya serap yang tinggi tentu sangat

diharapkan dalam hal ini. Hal ini dipengaruhi oleh jenis asam yang digunakan.

Kemampuan bahan dalam menyerap air tergantung dari jenis bahan dan juga jenis

asam yang digunakan dalam proses ekstraksi. Perbedaan daya serap air pada tiap-

tiap jenis asam dikarenakan oleh perbedaan kemampuan tiap-tiap asam untuk

memutus ikatan hidrogen pada bahan. Perendaman dalam larutan asam memutus

ikatan hidrogen dan menghasilkan stuktur yang lebih renggang. Kemampuan

asam klorida untuk memutus ikatan rantai hidrogen yang lebih tinggi dibanding

dengan jenis asam yang lain, menghasilkan struktur yang lebih renggang sehingga

dihasilkan daya serap air yang lebih tinggi. Menurut Afrianti (2004), hidrolisis

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
asam akan membuat struktur serat lebih mengembang, semakin meningkat suhu

pemanasan pengembangan granula semakin besar.

Hubungan jenis asam dengan daya serap air dapat dilihat pada Gambar 10.

50 45.99
44.43
45 40.96
40
Daya Serap Air (%)

35
30
25
20
15
10
5
0
P1 P2 P3
Jenis Asam

Gambar 10. Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Daya Serap Air (%)

Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Daya Serap Air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa

konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

daya serap air dari serat yang dihasilkan.

Uji LSR pengaruh konsentrasi asam terhadap daya serap air dapat dilihat

pada Tabel 15.

Tabel 15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Daya
Serap Air (%)
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 42.93 c C
2 0.393 0.543 K2=0,4 % 43.30 c C
3 0.412 0.567 K3=0,6 % 43.93 b B
4 0.424 0.582 K4=0,8 % 44.07 b B
5 0.432 0.593 K5=1,0 % 44.73 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda tidak nyata

terhadap perlakuan K2, dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
K5.. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan K5.

Perlakuan K3 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan K4 dan berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan K5. Perlakuan K4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5.

Daya serap tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu sebesar 44,73 % dan yang

terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 42,93 %.

Kemampuan serat makanan untuk menyerap air dipengaruhi oleh ukuran

partikel, distribusi dan jenis bahan. Sebagai contoh selulosa murni dengan

grade/kadar komersial, umumnya akan berkurang kemampuannya mengikat air

dengan berkurangnya ukuran partikel. Pada penggunaan konsentrasi asam yang

lebih kecil, ukuran partikel serat yang dihasilkan akan semakin kecil dan

kemampuannya untuk mengikat air semakin rendah sejalan dengan ukuran

partikel serat. Penggunaan konsentrasi asam yang tinggi dapat memutus ikatan

hidrogen dengan lebih cepat dan menghasilkan struktur serat yang renggang

sehingga daya serap air yang tinggi. Menurut Grace et al, (1991), kemampuan

mengikat air dari total dietary fiber tergantung dari besar pH dan jenis makanan.

Hubungan konsentrasi asam dengan daya serap air dapat dilihat pada

Gambar 15.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
45
44.5
Daya Serap Air (%) 44
43.5
= 2.185K + 42.481
43 r = 0.9737
42.5
42
41.5
41
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (%)

Gambar 11. Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Daya Serap Air

Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap


Daya Serap Air (%)

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa interaksi

jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap Daya serap air dari serat yang dihasilkan, sehingga uji LSR

tidak dilanjutkan.

Uji Organoleptik (Aroma dan Rasa)(numerik)

Pengaruh Jenis Asam terhadap Uji Organoleptik (numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa jenis asam

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik

serat yang dihasilkan.

Uji LSR pengaruh jenis asam terhadap nilai organoleptik dapat dilihat pada

Tabel 16.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tabel 16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Uji
Organoleptik Aroma dan Rasa (numerik)
LSR Notasi
Jarak Jenis Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P1=Asam Asetat 3.15 a A
2 0.095 0.132 P2=Asam Klorida 2.43 b B
3 0.100 0.137 P3=Asam Sulfat 2.10 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap

perlakuan P3. Uji organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar

3,15 dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 2,10.

Nilai organoleptik pada serat makanan tergantung dari jenis asam yang

digunakan. Jenis asam asetat mempunyai uji organoleptik yang lebih baik

dibanding jenis bahan yang lainnya. Asam asetat merupakan asam organik

monokarbolik, bersifat sangat mudah larut dalam air. Asam asetat aman

digunakan sebagai preservasi bahan makanan dan tidak ada batasan maksimal

yang boleh dikonsumsi oleh manusia. Asam asetat dan asam laktat termasuk

dalam kelompok asam organik lipofilik lemah yang memiliki kemampuan

menghambat pertumbuhan mikroba dalam bahan makanan (Rahman, 1999). Asam

asetat juga memiliki spektrum penghambatan yang luas pada bakteri. Sehingga

pada saat proses pembuatan serat makanan aroma dan rasa yang dihasilkan lebih

baik dan dapat diterima oleh panelis. Menurut (Winarno,1997) ekstraksi dilakukan

pada suasana sedikit asam. Proses pengasaman bertujuan untuk memecahkan

dinding sel sehingga memudahkan proses ekstraksi. Pengasaman juga dapat

menghancurkan dan melarutkan kotoran, sehingga bahan lebih bersih.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Hubungan jenis asam dengan uji organoleptik dapat dilihat pada Gambar 12.

4
3.5 3.15 3.11
Nilai Organoleptik (Numerik) 3.08
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
P1 P2 P3
Jenis Asam

Gambar 12. Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Uji Organoleptik


(numerik)

Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Uji Organoleptik (numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa

konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

uji organoleptik serat yang dihasilkan.

Uji LSR pengaruh konsentrasi asam terhadap nilai organoleptik dapat dilihat

dalam Tabel 17.

Tabel 17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap
Organoleptik Aroma dan Rasa (numerik)
LSR Notasi
Jarak Konsentrasi Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 3.15 a A
2 0.123 0.170 K2=0,4 % 2.82 b B
3 0.129 0.177 K3=0,6 % 2.40 c C
4 0.133 0.182 K4=0,8 % 2.28 c CD
5 0.135 0.186 K5=1,0 % 2.15 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan K2, K3, K4 dan K5.. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan K3, K4 dan K5. Perlakuan K3 berbeda tidak nyata terhadap

perlakuan K4 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5. Perlakuan K4

berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5. Nilai organoleptik tertinggi terdapat

pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3,15 dan yang terendah terdapat pada perlakuan

K5 yaitu sebesar 2,15.

Nilai organoleptik suatu makanan/produk dipengaruhi oleh proses

pembuatannya. Perlakuan yang dilakukan dalam proses ekstraksi serat

berpengaruh terhadap aroma maupun rasa serat makanan. Aroma asam yang

menyengat sedikit masih bisa dirasa oleh indera. Aroma menyengat yang masih

bisa dirasa oleh indera berasal dari residu perendaman dalam asam yang tidak

tercuci maksimal pada proses pencucian. Konsentrasi asam yang lebih tinggi

mengakibatkan nilai organoleptik yang lebih rendah hal ini disebabkan karena

pada saat perlakuan perendaman kandungan asam lebih banyak diserap oleh

bahan pada konsentrasi asam yang lebih tinggi. Istilah asam merupakan

terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam bahasa-bahasa

Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Sure (bahasa

Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Asam asetat

termasuk ke dalam golongan asam karboksilat dengan rumus molekuh

CH3COOH, berwujud cairan kental jernih atau padatan mengkilap, dengan bau

tajam. Menurut (Brennan, et al., 1976). Tingkat kecepatan ekstraksi dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu luas permukaan antara padatan dan cairan, gradien

konsentrasi, suhu, dan kecepatan aliran pelarut. Suhu ekstraksi untuk beberapa

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
bahan perlu ditetapkan untuk menghindari perubahan fisik dan kimia yang tidak

diinginkan, dimana dapat menurunkan kualitas produk

Hubungan konsentrasi asam dengan nilai organoleptik dapat dilihat dari

Gambar 13 berikut.

3.5
Nilai Organoleptik (numerik)

2.5
= -1.27K + 3.322
r = - 0.938
2

1.5

0.5

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (% )

Gambar 13. Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Uji Organoleptik


(Aroma dan Rasa)(numerik)

Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap Uji
Organoleptik (numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa interaksi

jenis asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji

organoleptik serat yang dihasilkan. Uji LSR pengaruh interaksi antara jenis asam

yang digunakan dengan konsentrasi asam yang digunakan dapat dilihat pada

Tabel 18.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tabel 18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jenis Asam dan Konsentrasi
Asam terhadap Nilai Organoleptik Aroma dan Rasa (numerik)
LSR Notasi
Jarak Perlakuan Rataan
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - P1K1 3.40 a A
2 0.213 0.295 P1K2 3.25 abc AB
3 0.223 0.307 P1K3 3.15 bc ABC
4 0.230 0.316 P1K4 3.05 cd AB
5 0.234 0.322 P1K5 2.90 cde BC
6 0.237 0.326 P2K1 3.35 ab AB
7 0.240 0.330 P2K2 2.85 cde CD
8 0.241 0.332 P2K3 2.15 fg EF
9 0.243 0.335 P2K4 1.95 gh FG
10 0.244 0.337 P2K5 1.85 h E
11 0.243 0.344 P3K1 2.70 e D
12 0.243 0.346 P3K2 2.35 f E
13 0.244 0.348 P3K3 1.90 ghi FG
14 0.244 0.349 P3K4 1.85 ghi FG
15 0.244 0.350 P3K5 1.70 hi G
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara jenis asam

dan konsentrasi asam memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap

nilai organoleptik. Nilai organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan P1K1

sebesar 3,40 dan terendah terdapat pada perlakuan P3 K5 sebesar 1,70. Nilai

oganoleptik rasa dan aroma merupakan suatu parameter penentuan mutu serat

yang dihasilkan.

Kombinasi perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai organoleptik

rasa dan aroma. Hal ini terjadi karena tiap kombinasi menggunakan konsentrasi

dan jenis asam yang berbeda. Jenis asam yang digunakan dan tingkat konsentrasi

yang berbeda menghasilkan rasa dan aroma yang berbeda pula. Semakin tinggi

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
konsentrasi asam yang digunakan maka rasa serat makanan yang dihasilkan

semakin rendah dan aroma yang dihasilkan makin. Hal ini terjadi karena

perendaman dalam asam pada konsentrasi yang lebih tinggi, residu dari asam

lebih banyak tertinggal pada bahan.

Hubungan interaksi antara jenis asam dan konsentrasi asam dengan nilai

organoleptik dapat dilihat pada Gambar 14.

4.00
Nilai Organoleptik (numerik)

3.50
3.00 P1 ; 1 = -0.6K + 3.51
r = -0.9124
2.50 P2 ; 2 = -1.95K + 3.6
2.00 r = -0.9119
P3 ; 3 = -1.25K + 2.85
1.50 r = -0.9931
1.00
0.50
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (%)

P1 A.Asetat P2 A.Klorida P3 A.Sulfat

Gambar 13. Grafik Hubungan Konsentrasi Asam Terhadap Uji


Organoleptik (Aroma dan Rasa) (numerik)

Dari grafik terlihat bahwa jenis asam dan konsentrasi asam yang digunakan

berpengaruh terhadap nilai organoleptik dari serat yang dihasilkan. Ini

menunjukkan bahwa nilai organoleptik ditentukan oleh perlakuan yang dilakukan

pada bahan dan sifat dari asam yang digunakan pada proses ekstraksi.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian pengaruh jenis asam dan konsentrasi asam terhadap

parameter yang diamati dapat diambil kesimpulan :

1. Jenis asam memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

rendemen, kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, daya serap air dan uji

organoleptik (aroma dan rasa).

2. Konsentrasi asam memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

rendemen, kadar air, kadar abu dan daya larut, daya serap air dan uji

organoleptik (aroma dan rasa).

3. Semakin tinggi konsentrasi masing-masing asam yang digunakan maka

rendemen, kadar abu, kadar serat kasar dan daya serap air semakin tinggi

sedangkan kadar air dan nilai organoleptik semakin rendah.

4. Interaksi antara jenis asam dan konsentrasi asam memberi pengaruh berbeda

sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai organoleptik (aroma dan rasa)

Saran

Untuk mengekstraksi serat makanan dari tongkol jagung sebaiknya digunakan

asam asetat dengan persentasi 0,2 %

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
DAFTAR PUSTAKA

Adryansah, A., H. Novendri, Prasetyo dan M. Fahrurrozi, 2006. Ekstraksi pektin


dari Limbah Kulit Buah Coklat. JBPTITBCHE/2006-11-08/14;23;03,
http://www.ugm.ac.id [20 Juli 2008].

Afrianti, K., 2004. Pemanfaatan Asam Kuat.


http://www.kompas cyber media.co.id [20 Juli 2008].

Anwar, F., 2002. Serat Bisa dicukupi dari Buah dan Sayuran Saja.
http://www.kompas cyber media.co.id [20 Juli 2008].

AOAC, 1984. Official Methods of Analysis of The Association of Official


Analytical Chemists, Washington, D.C.

Apriyantono, A., D. Fardiaz., N.L. Puspitasari., Sedarnawati dan S. Budiyanto,


1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.

Astawan, M dan M. Wahyuni, 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat


Guna. Akademika Pressindo, Jakarta.

Baliwati, Y.F., A. Khomsan dan C.M. Dwiriani, 2004. Pengantar Pangan dan
Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan Bagian Biometri, Fakultas Pertanian,


USU, Medan.

Bernasconi, G., H. Gerster, H. Hauser, H. Stauble and E. Schneiter, 1995.


Teknologi Kimia Bagian 2. Terjemahan L. Handojo. Pradnya Paramita,
Jakarta.

Brennan, J.G., J.R. Buttler, N.D. Cowel and A.E.V. Lily, 1976. Food Engineering
Operations. Second Edition. Applied Science Publisher Limited, London.

Departemen Kesehatan RI., 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara


Karya Aksara, Jakarta.

Fennema, O.R., 1976. Principle of Food Science Part I. Marcel Dekker. Inc,
New York.

Fessenden, R.J and J.S. Fessenden, 1999. Kimia Organik, Edisi Ketiga, Jilid 2.
Terjemahan A.H. Pudjaatmaka. Erlangga, Jakarta.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Hanifah, N., 2002. Kajian Sifat Fisik Kimia dan Organoleptik Pektin Kulit Pisang
dari Beberapa Varietas dan Tingkat Kematangan. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia V5.N5, hal 151-155/Humas-BPPT, Jakarta.

Harper, L.J., Deaton, B.J and J.A.Driskel, 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian.
Terjemahan Suhardjo. UI-Press, Jakarta.

Keenan, W.C., D.C. Kleinfelter and J.H. Wood, 1995. Ilmu Kimia untuk
Universitas, Edisi Keenam, Jilid 1. Terjemahan A.H. Pudjaatmaka.
Erlangga, Jakarta.

Laksmi, B.S., 1987. Sanitasi dalam Industri Pangan. Pusat antar Universitas dan
Lembaga Sumber Daya Informasi. IPB-Press, Bogor.

Millet, M.A., J.A. Baker and L.D. Satter, 1976. Phisycel and Chemical
Pretreatmens for Enhaching Cellulose Saccarafication, In Enzimatic
Conversion of Cellulosic Material Technology and Application, Edited by
E.L. Gaden, M.H. Mandels, E.T. Rees and L.A. Spano, John Willey and
Sons, New York.

Oxtoby, D.W., H.P. Gillis and N.H. Nachtrieb, 2003. Prinsip-Prinsip Kimia
Modern. Edisi Keempat Jilid II. Terjemahan S.S. Achmadi. Erlangga,
Jakarta.

Pantastico, ER.B., 1993. Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan


Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan
Kamariyani. UGM-Press, Yogyakarta.

Rahman, H., 1999. Asam-asam organik.


http://www.kompas cyber media.co.id [20 Juli 2008].

Rukmana, H.R., 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius,Yogyakarta.

Satuhu, S., 1996. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siagian, A., 2003. Tentang Serat Makanan. http://www.kompas cyber media.co.id


[20 Juli 2008].

Soebardjo, S.K., L.N. Ridwan dan S.W. Handono, 1988. Penerapan Teknologi
Pengolahan Serat. BPPIHP, Bogor.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 1989. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan. Liberty, Yogyakarta.

Syarief, R dan A. Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian.


Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Wahyu, 1990. Pembuatan Tepung Agar-agar Rumput Laut. Trubus, Jakarta.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Whistler, 1960. Methode in Carbohydrat Chemistry. Academic-Press, London.

Winarno, F.G., 1993. Gizi, Teknologi, dan Konsumen. Gamedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winarno, F.G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz., 1980. Pengantar Teknologi Pangan.


Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.

Zaitsev, V. Kizevetter, Lagurov, Makanova and T.M.L. Poosevalov, 1969. Fish


Curing and Processing. Mir Publisher, Moskow.

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 1
Tabel Pengamatan Rendemen (%)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
P1K1 16,40 14,80 31,20 15,60
P1K2 18,10 17,20 35,30 17,65
P1K3 19,30 18,30 37,60 18,80
P1K4 20,20 19,40 39,60 19,80
P1K5 20,80 20,10 40,90 20,45

P2K1 16,80 15,90 32,70 16,35


P2K2 18,20 17,40 35,60 17,80
P2K3 19,10 18,20 37,30 18,65
P2K4 19,80 19,40 39,20 19,60
P2K5 20,40 20,10 40,50 20,25

P3K1 16,20 15,30 31,50 15,75


P3K2 17,00 16,40 33,40 16,70
P3K3 18,20 17,80 36,00 18,00
P3K4 18,60 18,10 36,70 18,35
P3K5 19,30 18,80 38,10 19,05
Total 545,60
Rataan 18,19

Tabel Analisis Sidik Ragam Rendemen (%)


SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 14 68,055 4,861 14,82 ** 2,42 3,54
P 2 5,729 2,864 8,73 ** 3,68 6,36
K 4 60,515 15,129 46,12 ** 3,06 4,89
K Lin 1 58,806 58,806 179,29 ** 4,54 8,68
K Kuad 1 1,658 1,658 5,05 * 4,54 8,68
K Kub 1 0,048 0,048 0,15 tn 4,54 8,68
K Kuar 1 0,003 0,003 0,01 tn 4,54 8,68
PxK 8 1,811 0,226 0,69 tn 2,64 4,00
Galat 15 4,920 0,328
Total 29 72,975
Keterangan:
FK = 9,922.6
KK = 3,149%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 2
Tabel Pengamatan Kadar Air (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II
P1K1 8,72 8,20 16,92 8,46
P1K2 7,80 8,13 15,93 7,97
P1K3 6,84 7,76 14,60 7,30
P1K4 6,41 7,55 13,96 6,98
P1K5 5,72 6,52 12,24 6.12

P2K1 7,67 7,87 15,4 7,77


P2K2 6,88 6,69 13,7 6,79
P2K3 6,64 6,20 12,4 6,42
P2K4 6,40 6,12 12,2 6,26
P2K5 5,60 5,38 10,98 5,49

P3K1 7,63 7,59 15,22 7,61


P3K2 6,56 6,62 13,18 6,59
P3K3 6,47 6,24 12,71 6,36
P3K4 6,36 6,08 12,44 6,22
P3K5 5,54 5,92 11,46 5,73
Total 204,11
Rataan 6,80

Tabel Analisis Sidik Ragam Kadar Air (%)


SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 14 20,660 1,476 11,52 ** 2.,42 3,54
P 2 4,736 2.,368 18,49 ** 3,68 6,36
K 4 15,380 3,845 30,02 ** 3,06 4,89
K Lin 1 14,761 14,761 115,24 ** 4,54 8,68
K Kuad 1 0,095 0,095 0,74 tn 4,54 8,68
K Kub 1 0,501 0,501 3,91 tn 4,54 8,68
K Kuar 1 0,023 0,023 0,18 tn 4,54 8,68
PxK 8 0,545 0,068 0,53 tn 2,64 4,00
Galat 15 1,921 0,128
Total 29 22,582
Keterangan:
FK = 1,388.7
KK = 5,260 %
** = sangat nyata
tn = tidak nyata

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 3
Tabel Pengamatan Kadar Abu (%)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
P1K1 6,12 6,32 12,44 6,22
P1K2 6,15 6,41 12,56 6,28
P1K3 6,42 6,58 13,00 6,50
P1K4 6,46 6,60 13,06 6,53
P1K5 6.83 7,10 13,93 6,97

P2K1 6,28 6,24 12,52 6,26


P2K2 6,43 6,21 12,64 6,32
P2K3 6,46 6,27 12,73 6,37
P2K4 6,64 6,61 13,25 6,63
P2K5 7,12 6,96 14,08 7,04

P3K1 6,51 6,22 12,73 6,37


P3K2 6,62 6,34 12,96 6,48
P3K3 6,70 6,81 13,51 6,76
P3K4 6,81 6,84 13,65 6,83
P3K5 7,13 7,21 14,34 7,17
Total 197,40
Rataan 6,58

Tabel Analisis Sidik Ragam Kadar Abu (%)


SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 14 2.603 0.186 10.72 ** 2.42 3.54
P 2 0.292 0.146 8.43 ** 3.68 6.36
K 4 2.245 0.561 32.37 ** 3.06 4.89
K Lin 1 2.061 2.061 118.85 ** 4.54 8.68
K Kuad 1 0.144 0.144 8.31 * 4.54 8.68
K Kub 1 0.019 0.019 1.08 tn 4.54 8.68
K Kuar 1 0.021 0.021 1.24 tn 4.54 8.68
PxK 8 0.065 0.008 0.47 tn 2.64 4.00
Galat 15 0.260 0.017
Total 29 2.863
Keterangan:
FK = 1,298.9
KK = 2.001%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 4
Tabel PengamatanKadar Serat Kasar (%)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
P1K1 27,76 28,21 55,97 27,99
P1K2 28,02 28,33 56,35 28,18
P1K3 28,41 28,52 56,93 28,47
P1K4 28,72 28,84 57,56 28,78
P1K5 29,14 29,00 58,14 29,07

P2K1 25,21 25,64 50,85 25,43


P2K2 25,43 25,78 51,21 25,61
P2K3 25,56 25,92 51,48 25,74
P2K4 25,74 26,06 51,80 25,90
P2K5 25,98 26,27 52,25 26,13

P3K1 24,47 24,62 49,09 24,55


P3K2 24,52 24,78 49,30 24,65
P3K3 24,68 24,82 49,50 24,75
P3K4 24,89 25,14 50,03 25,02
P3K5 25,05 25,24 50,29 25,15
Total 79,75
Rataan 26,36

Tabel Analisis Sidik Ragam Kadar Serat Kasar (%)


SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 14 75,515 5,394 137,54 ** 2,42 3,54
P 2 72,879 36,440 929,19 ** 3,68 6,36
K 4 2,446 0,612 15,59 ** 3,06 4,89
K Lin 1 2,428 2,428 61,91 ** 4,54 8,68
K Kuad 1 0,015 0,015 0,37 tn 4,54 8,68
K Kub 1 0,001 0,001 0,04 tn 4,54 8,68
K Kuar 1 0,002 0,002 0,05 tn 4,54 8,68
PxK 8 0,189 0,024 0,60 tn 2,64 4,00
Galat 15 0,588 0,039
Total 29 76,103
Keterangan:
FK = 20,842.9
KK = 0,751%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 5
Tabel Pengamatan Daya Serap Air (%)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
P1K1 43,60 43,90 87,50 43,75
P1K2 43.,90 44,20 88,10 44,05
P1K3 44,10 44,80 88,90 44,45
P1K4 44,40 44,70 89,10 44,55
P1K5 45,20 45,50 90,70 45,35

P2K1 44,60 45,10 89,70 44,85


P2K2 45,40 45,60 91,00 45,50
P2K3 46,10 46,40 92,50 46,25
P2K4 46,40 46,30 92,70 46,35
P2K5 46,80 47,20 94,00 47,00

P3K1 39,80 40,60 80,40 40,20


P3K2 40,20 40,50 80,70 40,35
P3K3 41,00 41,20 82,20 41,10
P3K4 40,90 41,70 82,60 41,30
P3K5 41,60 42,10 83,70 41,85
Total 1313,80
Rataan 43,79

Tabel Analisis Sidik Ragam Daya Serap Air (%)


SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 14 144,789 10,342 101,39 ** 2,42 3,54
P 2 132,585 66,292 649,92 ** 3,68 6,36
K 4 11,765 2,941 28,84 ** 3,06 4,89
K Lin 1 11,441 11,441 112,16 ** 4,54 8,68
K Kuad 1 0,004 0,004 0,04 tn 4,54 8,68
K Kub 1 0,043 0,043 0,42 tn 4,54 8,68
K Kuar 1 0,278 0,278 2.,23 tn 4,54 8,68
PxK 8 0,439 0,055 0,54 tn 2,64 4,00
Galat 15 1,530 0,102
Total 29 146,319
Keterangan:
FK = 57,535.7
KK = 0,729 %
** = sangat nyata
tn = tidak nyata

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 6
Tabel Pengamatan Organolepik Aroma dan Rasa (Numerik)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
P1K1 3,40 3,40 6,80 3,40
P1K2 3,30 3,20 6,50 3,25
P1K3 3,10 3,20 6,30 3,15
P1K4 3,10 3,00 6,10 3,05
P1K5 2,90 2,90 5,80 2,90

P2K1 3,40 3,30 6,70 3,35


P2K2 2,80 2,90 5,70 2,85
P2K3 2,10 2,20 4,30 2,15
P2K4 1,90 2,00 3,90 1,95
P2K5 1,80 1,90 3,70 1,85

P3K1 2,80 2,60 5,40 2,70


P3K2 2,50 2,20 4,70 2,35
P3K3 2,00 1,80 3,80 1,90
P3K4 1,80 1,90 3,70 1,85
P3K5 1,60 1,80 3,40 1,70
Total 76,80
Rataan 2,56

Tabel Analisis Sidik Ragam Organoleptik Aroma dan Rasa (Numerik)


SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 14 10,762 0,769 76,87 ** 2,42 3,54
P 2 5,766 2,883 288,30 ** 3,68 6,36
K 4 4,105 1,026 102,63 ** 3,06 4,89
K Lin 1 3,851 3,851 385,07 ** 4,54 8,68
K Kuad 1 0,210 0,210 21,00 ** 4,54 8,68
K Kub 1 0.,027 0,0027 0,27 tn 4,54 8,68
K Kuar 1 0,042 0,042 4,20 tn 4,54 8,68
PxK 8 0,891 0,111 11,13 ** 2,64 4,00
Galat 15 0,150 0,010
Total 29 10,912
Keterangan:
FK = 196,6
KK = 3,906 %
** = sangat nyata
tn = tidak nyata

Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.

Anda mungkin juga menyukai