SKRIPSI
Oleh :
FERAWALDEN SINAGA
040305044/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
STUDI PEMBUATAN SERAT MAKANAN
DARI TONGKOL JAGUNG
SKRIPSI
Oleh :
FERAWALDEN SINAGA
040305044/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Judul Skripsi : Studi Pembuatan Serat Makanan dari Tongkol Jagung
Nama : Ferawalden Sinaga
Nim : 040305044
Departemen : Teknologi Pertanian
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Mengetahui
Tanggal Lulus :
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
ABSTRACT
ABSTRAK
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
RINGKASAN
Ir. Ismed Suhaidi, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Satya R Siahaan
faktorial dengan 2 faktor, faktor I : Jenis Asam (P) yaitu P1 = Asam asetat,
yang diuji adalah rendemen (%), kadar air (%), kadar abu (%), kadar serat kasar
(%), daya serap air (%) dan nilai organoleptik (aroma dan rasa)
(numerik)
1. Rendemen (%)
yaitu sebesar 18,53 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar
17,57 %.
perlakuan K5 yaitu sebesar 19,92 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Interaksi jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda
2. Kadar Air
kadar air serat yang dihasilkan. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P1
yaitu sebesar 7,37 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu
sebesar 6,50 %.
terhadap kadar air serat yang dihasilkan. Kadar air tertinggi terdapat pada
perlakuan K1 yaitu sebesar 7,95 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan K5
memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air yang
dihasilkan.
3. Kadar Abu
kadar abu serat yang dihasilkan. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan P3
yaitu sebesar 6,72 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar
6,50 %.
terhadap kadar abu serat yang dihasilkan. Kadar abu tertinggi terdapat pada
perlakuan K2 yaitu sebesar 7.06 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
4. Kadar Serat Kasar
kadar serat kasar dari serat yang dihasilkan. Kadar serat kasar tertinggi terdapat
pada perlakuan P1 yaitu sebesar 28,50 % dan yang terendah terdapat pada
terhadap kadar serat kasar yang dihasilkan. Kadar serat kasar tertinggi terdapat
pada perlakuan K5 yaitu sebesar 26,78 % dan yang terendah terdapat pada
tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar serat kasar dari serat yang dihasilkan
daya serap air dari serat yang dihasilkan. Daya serap air tertinggi terdapat pada
perlakuan P2 yaitu sebesar 45,99 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3
terhadap daya serap air dari serat yang dihasilkan. Daya serap tertinggi terdapat
pada perlakuan K5 yaitu sebesar 44,73 % dan yang terendah terdapat pada
tidak nyata (P>0,05) terhadap daya serap air dari serat yang dihasilkan.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
6. Nilai Organoleptik
uji organoleptik serat yang dihasilkan. Nilai organoleptik tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 yaitu sebesar 3,15 dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3
terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3,15 dan yang terendah terdapat pada
terdapat pada perlakuan P1K1 sebesar 3,40 dan terendah terdapat pada perlakuan
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
RIWAYAT HIDUP
02 Januari 1985. Anak ke empat dari 6 bersaudara dari Bapak H. Sinaga dan Ibu
Pada tahun 1998 lulus dari SD Negeri No. 091320 Raya Tongah, pada tahun
2001 lulus dari SLTP Negeri 1 Raya dan pada tahun 2004 lulus dari
SMU Negeri 2 P. Siantar dan pada tahun yang sama diterima di Fakultas
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul
Skripsi ini adalah Studi Pembuatan Serat Makanan dari Tongkol Jagung
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen
pembimbing dan Ir. Satya R Siahaan selaku anggota komisi pembimbing yang
telah banyak memberikan kritik dan saran serta arahannya kepada penulis. Penulis
Saragih, Abangnda John W. Sinaga dan Jan Hotmansyah Sinaga, Kakanda Dewi
Sinaga, Adinda Zulpen Sinaga dan Ali Sadarma Sinaga atas dukungan dan doa
selama penulis mengikuti kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini, kepada teman-
teman stambuk 2004 dan rekan-rekan IMAS-USU atas bantuan, dukungan doa
dan semangat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK.......................................................................................................... i
RINGKASAN ....................................................................................................ii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian .................................................................................. 3
Hipotesa Penelitian .................................................................................... 4
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Penentuan Uji Organoleptik .................................................................. 24
LAMPIRAN
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
6 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Rendemen ............28
8 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Air .............32
10 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Abu ...........35
12 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Serat
Kasar ....................................................................................................38
14 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Daya Serap Air ....42
16 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis asam terhadap Uji Organoleptik
Aroma dan Rasa ....................................................................................46
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
18 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Jenis Asam dan
Konsentrasi Asam terhadap Uji Organoleptik Aroma dan Rasa .............50
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
saluran pencernaan. Serat secara alami terdapat dalam tanaman. Serat terdiri atas
Pada awal tahun 1970-an, beberapa ilmuwan menyatakan bahwa serat memiliki
Suplemen serat sebagai serat alami dari ekstrak tumbuhan dapat saja
berasal dari daun, kulit, dan akar tumbuhan-tumbuhan. Suplemen serat dipercaya
kanker usus besar, penyakit jantung, diabetes, sembelit, wasir, dan sekaligus
untuk pengontrol berat badan. Suplemen serat berbeda dengan serat makanan
karena bahan yang diekstraksi bukan berasal dari makanan yang biasa dikonsumsi
Serat dalam makanan atau disebut juga serat makanan umumnya berasal
dari serat buah dan sayuran atau sedikit yang berasal dari biji-bijian dan serealia.
Serat makanan terdiri dari serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary
fiber). Serat kasar adalah serat yang secara laboratorium dapat menahan asam kuat
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
(acid) atau basa kuat (alkali), sedangkan serat makanan adalah bagian dari
Oleh sebab itu kadar serat kasar selalu lebih rendah dibanding serat
makanan, karena asam kuat seperti asam sulfat dan basa kuat seperti natrium
tergantung kepada jenis bahan pangan tersebut. Serat dalam makanan digolongkan
menjadi dua golongan yaitu serat yang tidak larut seperti selulosa dan
hemiselulosa yang terdapat hampir di semua jenis bahan pangan nabati khususnya
buah dan sayuran. Sedangkan serat yang larut adalah pektin yang banyak terdapat
dalam buah-buahan. Ada juga beta-glukan terdapat pada oat dan barley, seaweed
seperti alginat, karagenan dan agar yang merupakan serat dari tumbuhan laut.
Serat bakteri seperti nata de coco dan lignin yang terdapat pada buah dan sayur.
Serat sekarang banyak tersedia baik dalam bentuk instan maupun dalam
bentuk yang telah dimurnikan. Biasanya serat dalam minuman instan adalah hasil
ekstraksi tumbuhan baik dari daun, kulit, atau akar. Selain itu juga tersedia serat
dalam bentuk alami tanpa melalui ekstraksi tetapi hasil sampingan pengolahan
pangan dari dedak atau kulit biji-bijian atau sereal yang dihaluskan. Serat kasar
pembuluh darah. Serat dari buah dan sayur adalah serat makanan, bukan sekedar
serat alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Keunggulan serat dari buah dan
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
tesebut banyak berasal dari dinding sel sayuran dan buahbuahan. Begitu juga
dengan janaman jagung termasuk pada bagian tongkol jagung. Secara kimia
dinding sel tersebut terdiri dari berbagai jenis karbohidrat seperti selulosa,
hemiselulosa, pektin, dan non karbohidrat separti polimer lignin, beberapa gumi,
tersebut yang masih dapat dimanfaatkan menjadi bahan makanan yang dapat
dipengaruhi oleh tingkat keasaman dan jenis asam yang digunakan dalam proses
ekstraksi.
memiliki bau dan rasa tajam, bersifat sangat mudah larut dalam air. Asam asetat
aman digunakan sebagai preservasi bahan makanan dan tidak ada batasan
maksimal yang boleh dikonsumsi oleh manusia. Asam asetat dan asam laktat
laktat. Hal ini dikarenakan asam asetat memiliki sifat lipofilik yang lebih tinggi
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
jika dibandingkan dengan asam laktat, sehingga asam asetat lebih mudah
Asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3), asam
fluorosulfat (HFSO3) dan asam fluorida (HF) merupakan contoh dari asam kuat.
Umumnya, asam kuat bersifat merusak. Sifat ini disebabkan oleh sifat ion
negatifnya yang mudah berikatan dengan ion positif dari suatu logam. Misalnya
asam fluorida yang dituangkan ke dalam gelas kaca. Kaca akan meleleh seketika
dituangkan ke gelas kaca, ion negatif dari HF (ion F-) akan bereaksi dengan ion
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan serat
Kegunaan Penelitian
Medan.
jagung
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh jenis asam dan konsentrasi asam serta interaksi jenis asam
dan konsentrasi asam yang digunakan terhadap mutu serat makanan dari tongkol
jagung.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
TINJAUAN PUSTAKA
nabati yang tidak dapat dicerna oleh saluran pencernaan manusia. Definisi ini
diperluas lagi sehingga seluruh polisakarida dan lignin yang tidak dapat dicerna
atas fungsinya di dalam tanaman, dietary fiber dibagi menjadi tiga fraksi utama,
yaitu :
Polisakarida struktural, terdapat dalam dinding sel dan terdiri dari selulosa
lainnya seperti karagenan dan agar dari alga dan rumpur laut.
Serat dalam makanan atau disebut juga serat makanan umumnya berasal
dari serat buah dan sayuran atau sedikit yang berasal dari biji-bijian dan serealia.
Serat makanan terdiri dari serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary
fiber). Serat kasar adalah serat secara laboratorium dapat menahan asam kuat
(acid) atau basa kuat (alkali), sedangkan serat makanan adalah bagian dari
makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan (Anwar, 2002).
Oleh karena itu kadar serat kasar selalu lebih rendah dibandingkan serat
makanan, karena asam kuat seperti asam sulfat dan basa kuat seperti natrium
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
(menghidrolisa) komponen-komponen makanan dibandingkan dengan enzim
tergantung kepada jenis bahan pangan tersebut. Serat dalam makanan digolongkan
1. Serat yang larut adalah pektin yang banyak terdapat dalam buah-buahan.
Ada juga beta-glukan terdapat pada oat dan barley, seaweed seperti
alginat, karagenan dan agar yang merupakan serat dari tumbuhan laut.
Serat bakteri seperti nata de coco dan lignin yang terdapat pada buah dan
sayur.
2. Serat yang tidak larut, seperti selulosa dan hemiselulosa yang terdapat
hampir di semua jenis bahan pangan nabati khususnya buah dan sayuran.
(Anwar, 2002).
Serat makanan dibagi menjadi dua kelompok yaitu serat larut (soluble
fiber) dan serat tidak larut (insoluble fiber). Serat larut adalah serat yang larut di
dalam air yang terdiri atas pektin, getah tanaman, dan beberapa hemiselulosa.
Contoh serat tidak larut adalah lignin dan selulosa (Siagian, 2003).
Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau pertanian setelah
diperlakukan dengan asam dan alkali mendidih dan terdiri dari selulosa dengan
Manfaat Serat
terkandung di dalamnya. Misalnya serat yang tidak larut seperti selulosa dan
mencegah wasir, dan baik untuk mengontrol berat badan. Sedangkan serat larut
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
seperti pektin, gum, dan agar-agar baik untuk menurunkan kadar kolesterol dan
gula darah sehingga lebih tepat untuk kesehatan jantung dan mengurangi resiko
membantu penyerapan lemak, asam empedu sudah terikat oleh serat yang
kemudian bersama serat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk kotoran. Untuk
menggantikan asam empedu yang hilang tersebut, kholesterol dalam tubuh akan
dirombak, sehingga makin banyak serat makin banyak asam empedu yang
dibuang, berarti makin banyak kholesterol yang dikeluarkan dari tubuh, dengan
demikian kadar kholesterol dalam tubuh akan menurun. Lemak dan sterol-sterol
lain juga akan lebih banyak dikeluarkan dari tubuh. Salah satu bukti paling jelas
manfaat serat adalah pada penanganan konstipasi (sembelit). Serat mencegah dan
pencernaan sehingga meningkatkan ukuran feses. Akan tetapi jika asupan air
menyebabkan gangguan pada usus besar. Tambahan dua gelas air dari kebutuhan
enam gelas air per hari diperlukan untuk mengimbangi peningkatan konsumsi
Amerika. Konon bentuk liar tanaman jagung yang disebut pod maize telah tumbuh
4.500 tahun yang lalu di pegunungan Andes, Amerika Selatan. Linnaeus (1973)
seorang ahli botani memberikan nama Zea mays untuk tanaman jagung.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim. Susunan morfologi
tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah. Buah jagung
Komponen Jumlah
Produksi utama usaha tani tanaman jagung adalah biji. Biji jagung
merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan atau pun
amat muda yang disebut jagung semi sudah umum diperdagangkan di pasar-pasar
sebagai bahan sayur. Di pasar-pasar tradisional tongkol jagung muda yang sudah
berbiji sering dijual sebagai bahan pencampur sayur asam, jagung rebus, dan
jagung bakar. Biji jagung tua dapat diolah menjadi pati, tepung jagung, makanan
kecil, brondong, empek, jenang, dan lepet jagung, serta aneka pangan lainnya.
Sementara biji jagung yang sudah kering biasanya diolah menjadi jagung pipilan,
beras jagung, ataupun jagung giling. Tongkol jagung muda dan biji jagung
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
merupakan sumber karbohidrat potensial untuk dijadikan bahan pangan, sayuran,
Menurut Keenan, et al., (1995), asam kuat seperti HCl, H2SO4 dan HNO3
di dalam air akan membentuk larutan dengan kuat asam yang relatif sama. Tetapi
untuk beberapa senyawa hidroksi dari bukan logam yang merupakan donor proton
yang baik, bila mengandung atom oksigen dalam jumlah yang banyak yang terikat
pada unsur bukan logam, akan lebih mempercepat suatu reaksi, karena makin
(seperti HCl, H2SO4 dan HNO3) mengoksidasi dan mereduksi gugus aldehid dan
galakturonat yang merupakan struktur dari asam pektinat. Ini sejalan dengan
pernyataan Hanifah (2002), bahwa kesempurnaan suatu reaksi dapat juga terjadi
melalui aksi dari pereduksi dan pengoksidasian. Proses oksidasi dan reduksi,
aldehid dan gugus hidroksil dari monosakarida. Apabila selama ektraksi terjadi
proses hidrolisis yang berlangsung cepat disertai dengan proses oksidasi dapat
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
pendek. Semakin pendek polimer-polimer asam pektinat, akan lebih mudah
melepaskan air (akan terjadi penguapan larutan yang digunakan sebagai larutan
Asam Asetat
Asam asetat lebih banyak diproduksi pada konsentrasi gula yang tinggi.
Jumlah asam asetat yang diproduksi selama fermentasi adalah kecil, biasanya
lebih kecil dari 0,030 g/100 ml, tergantung pada jenis fermentasi dan kondisi
fermentasi. Jumlah asam asetat yang tinggi dapat terjadi akibat kegiatan bakteri
sebelum, selama dan sesudah fermentasi. Bertambahnya asam asetat ini karena
terjadinya oksidasi alkohol dan perombakan bakteri terhadap gula, asam sitrat,
Asam Klorida
Asam klorida menjadi sumber utama klorin untuk pemutih. Zat ini berada
dalam bentuk tidak murni; di atas suhu 900 oC, zat ini bereaksi dengan klorin dan
kondisi kamar dan larut dalam air membentuk asam kuat. Hidrogen klorida dibuat
katalis platinum atau sebagai produk samping dari pengolahan bahan kimia
organik. Larutan berairnya yaitu asam klorida adalah asam industri utama yang
Asam Sulfat
Asam sulfat adalah bahan kimia yang diproduksi dalam jumlah besar di
dunia. Manfaatnya berkisar mulai dari pengolahan logam sampai produksi obat-
obatan dan manufaktur pupuk. Sejumlah kecil SO3 yang dihasilkan (bersama
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
dengan SO2 yang menjadi produk utamanya) diembunkan dan dimasukkan
ke dalam air untuk membuat asam sulfat. Suatu penemuan yang tidak sengaja
meningkatkan rendeman SO3. Bahan baku utama untuk membuat asam sulfat
adalah sulfur atau sulfur dioksida. Sumber untuk bahan kimia ini telah berubah
dari waktu ke waktu, didasari atas pertimbangan harga dan keinginan untuk
mengurangi pencemaran udara. Asam sulfat murni tidak berwarna, berupa cairan
kental yang membeku pada suhu 10,4 oC dan mendidih pada suhu 279,6 oC. Asam
permukaan logam dilarutkan melalui reaksi dengan asam (Oxtoby, et al., 2003).
Sortasi
bahan pangan sesuai dengan ukuran dan ada tidaknya cacat. Penggolongan mutu
adalah klasifikasi komoditi dan kelompok menurut standar yang secara komersil
Pencucian
penampakan hasil, dimana sering sekali pada hasil terdapat kotoran, tanah,
dipandang. Tidak jarang pula masih terdapat sisa-sisa fungisida dan insektisida
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang
baik. Pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat
Perendaman
Bahan-bahan yang masih kotor dicuci bersih hingga bebas dari pasir dan
larutan kaporit 0,25 % selama 5 jam. Dengan perendaman ini diharapkan bahan
menjadi lebih putih. Setelah perendaman, bahan-bahan yang telah putih tersebut
dicuci kembali dengan air mengalir untuk menghilangkan bau kaporit. Kaporit
yang tergolong dalam senyawa klorin bila dicampur dengan air akan terhidrolisis.
Asam hipoklorit akan terdisosiasi dalam air membentuk ion hidrogen (H+) dan ion
hipoklorit (OCl-). Pada pH rendah asam hipoklorit lebih dominan, sedangkan pada
(Laksmi, 1987).
dibilas dengan air mengalir agar kotoran-kotoran dan bau kaporit dapat
Pengeringan
untuk menghilangkan atau mengeluarkan sebagian air dari dalam bahan pangan
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
kegiatan bakteria. Dalam bahan-bahan pangan yang telah dikeringkan, nilai gizi
meningkat untuk zat-zat makanan yang tahan terhadap panas, cahaya dan
permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan
bahan dalam oven pada suhu 105 110 oC selama 3 jam atau sampai didapat
berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah
ukuran tertentu agar dapat diolah lebih lanjut atau agar diperoleh penampilan atau
Ayakan biasanya berupa anyaman dengan mata jala yang berbentuk bujur
sangkar atau empat persegi panjang, berupa plat yang berlubang-lubang bulat atau
bulat panjang. Ayakan terbuat dari material yang dapat berupa paduan baja, nikel,
tembaga, kuningan, perunggu, sutera, dan bahan-bahan sintetik. Material ini harus
dipilih agar ayakan tidak cepat rusak karena karat maupun gesekan. Selain itu,
selama proses pengayakan, ukuran lubang ayakan harus tetap konstan. Yang
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Ukuran dalam mata jala
Jumlah mata jala (mesh) per satuan panjang, misalnya per cm atau per inci
Ekstraksi
(Whistler, 1960).
permukaan antara padatan dan cairan, gradien konsentrasi, suhu, dan kecepatan
aliran pelarut. Suhu ekstraksi untuk beberapa bahan perlu ditetapkan untuk
menghindari perubahan fisik dan kimia yang tidak diinginkan, dimana dapat
terjadi akibat hidrolisis pada waktu pengasaman maupun pada waktu ekstraksi.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Faktor yang mempengaruhi hidrolisis asam adalah konsentrasi asam, lama
struktur gel. Jika suhu meningkat, ikatan kimia pembentukan gel akan
merenggang sehingga terbentuk cairan yang kental. Hal sebaliknya terjadi apabila
cairan didinginkan, ikatan kimia pembentuk gel akan saling merapat kembali
(Fennema, 1976).
Pikokoloid dari rumput laut diekstrak dengan cara memasaknya dalam air
merusak sifat dari gel yang dihasilkan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemilihan
kondisi pemasakan yang optimum dari setiap jenis rumput laut dengan parameter
sebagai berikut : hidromodul (hubungan antara berat kering rumput laut dan
volume larutan), suhu proses, dan pH medium ekstraksi (Zaitsev, et al., 1969).
ekstraksi yang tepat. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap jumlah dan mutu
pektin yang terekstrak adalah suhu, waktu dan keasaman selama ekstraksi
berlangsung. Faktor lain seperti jenis asam harus mendapat perhatian, karena
semakin kuat asam yang digunakan maka akan meningkatkan jumlah rendemen
(Hanifah, 2002).
Penyaringan
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
ini akan diperoleh filtrat. Ampas yang tertinggal pada kain blacu dipress.
Pengepresan yang baik akan menghasilkan ampas dengan kandungan air 76-78 %
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
BAHAN DAN METODA
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung yang
Reagensia
Alat Penelitian
Oven - Timbangan
Spatula - Desikator
Muffle - Mortar
Erlenmeyer - Autoclave
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Metoda Penelitian (Bangun, 1991)
Faktor I : Jenis Asam yang digunakan yang terdiri dari 3 taraf yaitu :
P1 = Asam asetat
P2 = Asam klorida
P3 = Asam sulfat
K1 = 0,2 %
K2 = 0,4 %
K3 = 0,6 %
K4 = 0,8 %
K5 = 1,0 %
Tc (n-1) 15
15 (n-1) 15
15n-15 15
15n 30
n 2
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Model Rancangan (Bangun, 1991)
Yijk : Hasil pengamatan dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf
()ij : Efek interaksi dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf ke-j
ijk : Efek galat dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf ke-j
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least
Significant Range)
Pelaksanaan Penelitian
Dilakukan sortasi pada pada tongkol jagung yaitu dipilih yang utuh tidak cacat
Dicuci dengan air mengalir sampai bau kaporit hilang lalu dilakukan
Bahan yang telah kering dihaluskan untuk mendapat ukuran yang lebih kecil
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Selanjutnya, sebanyak 50 g bahan tersebut diasamkan dengan perendaman
dalam larutan asam (asam asetat, asam klorida dan asam sulfat) dengan
12 jam.
Dituangkan ke atas kain blacu dan dicuci dengan air mengalir sampai bahan
Dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi 500 ml air dan diatur pH-nya
Dimasak selama 45 menit pada suhu 90 oC, lalu disaring dengan kain blacu
parameter :
1. Rendemen (%)
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Pengamatan dan Pengukuran Data
b
Rendemen (%) = x 100 %
a
b = Berat Akhir
Ditimbang 2 gram sampel dalam kurs porselin yang kering dan telah
diketahui beratnya.
Dipijarkan dalam muffle pada suhu 400 oC selama 3 jam hingga diperoleh abu
Berat Abu
Kadar Abu (%) = x 100 %
Berat Sampel
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Penentuan Kadar Serat Kasar
Disaring suspensi melalui kertas saring dan residu yang tertinggal dalam
Daya serap air dapat ditentukan dengan metode centrifuge. 1 gram contoh
Didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Selanjutnya dicentrifuge pada 500
rpm selama 30 menit lalu air yang berada diatas endapan dibuang kemudian berat
endapan dicatat. Selisih berat endapan dengan berat contoh merupakan jumlah
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
a -b
Daya serap air (%) = x 100 %
c
Uji organoleptik terhadap warna, aroma, dan rasa serat yang dihasilkan
Aroma : 50 %
Rasa : 50 %
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tongkol Jagung
Sortasi
Pencucian
Filtrat
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
diamati. Pengaruh jenis asam dan konsentrasi asam terhadap parameter yang
nyata terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, daya serap air
dan nilai organoleptik. Pengaruh jenis asam terhadap parameter yang diamati
terendah pada P3 yaitu sebesar 17,57 %. Kadar Air tertingi terdapat pada
perlakuan P1 yaitu sebesar 7,37 % dan terendah pada P3 yaitu sebesar 6,50 %.
Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 6,72 % dan terendah
pada P1 yaitu sebesar 6,50 %. Kadar serat kasar tertunggi terdapat pada perlakuan
P1 yaitu sebesar 28,50 % dan terendah pada P3 yaitu sebesar 24,82 %. Daya serap
air tertingi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 45,99 % dan terendah pada P3
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
yaitu sebesar 40,96 %. Nilai organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan P1
pengaruh berbeda sangat nyata terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, kadar
serat kasar, daya serap air dan nilai organoleptik (aroma dan rasa). Pengaruh jenis
terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 15,90 %. Kadar air tertinggi
terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 7,95 % dan terendah terdapat pada
perlakuan K5 yaitu sebesar 5,78 %. Kadar abu yang tertinggi terdapat pada
perlakuan K5 yaitu sebesar 7,06 % dan terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu
sebesar 6,28 %. Kadar Serat kasar yang tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu
sebesar 26,78 % dan terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 25,99 %.
Daya serap air tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu sebesar 44,73 % dan
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3,15 dan terendah terdapat pada
Rendemen (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa jenis asam
yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh jenis asam terhadap rendemen
Tabel 6. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Rendemen
(%)
LSR Notasi
Jarak Jenis Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P1=Asam Asetat 18,46 a A
2 0.546 0.755 P2=Asam Klorida 18,53 a A
3 0.572 0.787 P3=Asam Sulfat 17,57 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda tidak nyata terhadap
perlakuan P2, dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Perlakuan P2
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Rendemen tertinggi terdapat pada
perlakuan P2 yaitu sebesar 18,53 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3
jenis asam yang lain.Sifat asam klorida yang lebih korosif dibanding dengan jenis
asam yang lain sehingga ekstraksi pada penggunaan asam klorida berjalan lebih
cepat. Hal ini disebabkan karena proses yang dilakukan juga sangat
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
rendemen serat yang maksimal dan bermutu baik juga tergantung pada jenis asam
yang digunakan dalam ekstraksi. Hal ini sesuai dengan Hanifah (2002) yang
menyatakan bahwa tinggi rendahnya rendemen juga dipengaruhi oleh proses yang
pengayakan.
20 18.46 18.53
17.57
18
16
Rendemen (%)
14
12
10
8
6
4
2
0
P1 P2 P3
Jenis Asam
rendemen serat yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi asam
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tabel 7. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap
Rendemen (%)
LSR Konsentrasi Notasi
Jarak Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 15.90 d D
2 0.705 0.975 K2=0,4 % 17.38 c C
3 0.739 1.016 K3=0,6 % 18.48 b B
4 0.760 1.043 K4=0,8 % 19.25 a AB
5 0.774 1.063 K5=1,0 % 19.92 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
terhadap perlakuan K2, K3, K4 dan K5. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan K3, K4 dan K5. Perlakuan K3 berbeda nyata terhadap perlakuan
K4 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5. Perlakuan K4 berbeda tidak
nyata terhadap perlakuan K5. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu
sebesar 19,92 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar
15,90 %.
tinggi. Agar diperoleh rendemen yang maksimal dan bermutu baik, dilakukan
ekstraksi yang tepat. Jumlah rendemen juga tergantung dari konsentrasi asam
yang digunakan. Menurut Hanifah (2002), bahwa faktor yang sangat berpengaruh
terhadap jumlah dan mutu serat yang terekstrak adalah suhu, waktu dan keasaman
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Hubungan konsentrasi asam dengan rendemen dapat dilihat pada Gambar 3.
22.00
20.00
18.00
Rendemen (%)
= 4.95K + 15.217
16.00 r = 0,9178
14.00
12.00
10.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (% )
jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap rendemen serat yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa jenis asam
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air serat
yang dihasilkan. Uji LSR pengaruh jenis asam terhadap kadar air ditampilkan
pada Tabel 8.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tabel 8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Air (%)
LSR Notasi
Jarak Jenis Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P1=Asam Asetat 7.37 a A
2 0.341 0.472 P2=Asam Klorida 6.55 b B
3 0.358 0.492 P3=Asam Sulfat 6.50 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
perlakuan P3. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesa 7,37 %
Kadar air yang paling tinggi terdapat pada jenis asam asetat. Hal ini dapat
terjadi karena asam asetat bersifat mudah larut dalam air. Menurut (Rahman,1999)
dan rasa tajam, bersifat sangat mudah larut dalam air. Asam asetat aman
digunakan sebagai preservasi bahan makanan dan tidak ada batasan maksimal
Hubungan jenis asam dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 4
8.00 7.37
7.00 6.55 6.50
6.00
Kadar Air (%)
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
P1 P2 P3
Jenis Asam
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Kadar Air (%)
kadar air serat yang dihasilkan. Uji LSR pengaruh konsentrasi asam terhadap
Tabel 9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam Terhadap Kadar
Air (%)
LSR Notasi
Jarak Konsentrasi Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 7.95 a A
2 0.440 0.609 K2=0,4 % 7.11 b B
3 0.462 0.635 K3=0,6 % 6.69 b B
4 0.475 0.652 K4=0,8 % 6.49 b B
5 0.484 0.664 K5=1,0 % 5.78 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
perlakuan K2, K3, K4 dan K5. Perlakuan K2 berbeda tidak nyata terhadap
berbeda tidak nyata terhadap perlakuan K4 dan berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan K5. perlakuan K4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5. Kadar air
tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 7,95 % dan yang terendah
Ikatan polimer yang panjang mengandung air yang lebih banyak, dengan
adanya asam dapat memutuskan ikatan polimer yang panjang tersebut menjadi
dalam ekstraksi juga berpengaruh terhadap kadar air bahan yang dihasilkan. Hal
ini tergantung pada kemampuan asam dalam memutus ikatan polimer suatu bahan.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Menurut Meyer (1970), penambahan asam klorida dapat mempengaruhi pH. Bila
pH yang mendekati netral maka jumlah asam yang dikandung relatif rendah
sehingga ikatan glikosida yang membentuk polisakarida lebih kuat dan akibatnya
Hubungan konsentrasi asam dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 5.
10
9
8
7
Kadar Air (%)
6 = 3.78K + 5.612
r = 0.9838
5
4
3
2
1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (%)
jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap kadar air yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa jenis asam
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu serat
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
yang dihasilkan. Uji LSR pengaruh jenis asam terhadap kadar abu ditampilkan
Tabel 10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar
Abu (%)
LSR Notasi
Jarak Jenis Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P1=Asam Asetat 6.50 b B
2 0.126 0.174 P2=Asam Klorida 6.52 b B
3 0.132 0.181 P3=Asam Sulfat 6.72 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda tidak nyata terhadap
perlakuan P2, dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Perlakuan P2
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Kadar abu tertinggi terdapat pada
perlakuan P3 yaitu sebesar 6,72 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P1
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan cara
pengabuan. Mineral dalam suatu bahan merupakan garam organik (seperti garam-
garam malat, oksalat, asetat dan pektat) dan garam anorganik (seperti garam
fosfat, karbonat, klorida, sulfat dan nitrat). Kadar abu ada hubungannya dengan
mineral suatu bahan karena apabila kadar abu dalam suatu bahan semakin banyak
maka kandungan mineralnya akan semakin rendah, dan juga sebaliknya. Dalam
hal ini jenis asam yang digunakan juga memberikan pengaruh terhadap setiap
jenis bahan. Hal ini sesuai dengan literatur Afrianti (2004), pemasakan dengan
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Hubungan jenis asam dengan kadar abu dapat dilihat pada Gambar 6.
6.00
5.00
Kadar Abu (%)
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
P1 P2 P3
Jenis Asam
Uji LSR pengaruh konsentrasi asam terhadap kadar abu ditampilkan pada
Tabel 11.
Tabel 11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Kadar
Abu (%)
LSR Notasi
Jarak Konsentrasi Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 6.28 c C
2 0.162 0.224 K2=0,4 % 6.36 c C
3 0.170 0.234 K3=0,6 % 6.54 b B
4 0.175 0.240 K4=0,8 % 6.66 b B
5 0.178 0.244 K5=1,0 % 7.06 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan K2, tetapi berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan
K5. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan K5.
Perlakuan K3 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan K4 dan berbeda sangat nyata
terhada perlakuan K5. Perlakuan K4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5.
Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan K2 yaitu sebesar 7.06 % dan yang
Kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan yang merupakan zat
anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Perendaman dengan asam
Semakin tinggi konsentrasi asam yang digunakan semakin tinggi pula kadar abu
yang dihasilkan karena mineral yang terkandung dalam bahan akan lebih banyak
terurai pada kondisi asam yang lebih tinggi. Menurut Afrianti (2004) yang
menyatakan bahwa kandungan abu tergantung pada macam bahan dan cara
pengabuannya, semakin tinggi kadar abu suatu bahan maka kandungan mineral
semakin tinggi.
Hubungan konsentrasi asam dengan kadar abu dapat dilihat pada Gambar 7.
7.50
7.00
Kadar Abu (%)
6.50
= 0.9267K + 6.024
6.00 r = 0.9179
5.50
5.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (%)
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap
Kadar Abu (%)
jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap kadar abu serat yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa jenis asam
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat kasar
Uji LSR pengaruh jenis asam terhadap kadar serat kasar ditampilkan pada
Tabel 12.
Tabel 12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Kadar Serat
Kasar (%)
LSR Jenis Notasi
Jarak Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P1=Asam Asetat 28.50 a A
2 0.189 0.261 P2=Asam Klorida 25.76 b B
3 0.198 0.272 P3=Asam Sulfat 24.82 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
terhadap perlakuan P2, dan P3. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan P3. Kadar serat kasar tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar
28,50 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 24,82 %.
senyawa yang tidak dapat dihidrolisa oleh asam atau alkali. Di dalam buku Daftar
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Komposisi Bahan Makanan, yang dicantumkan adalah kadar serat kasar bukan
kadar serat makanan. Tetapi kadar serat kasar dalam suatu makanan dapat
dijadikan indeks kadar serat makanan, karena umumnya didalam serat kasar
ditemukan sebanyak 0,2 - 0,5 bagian jumlah serat makanan. Asam asetat memiliki
sifat lebih mudah larut dalam air jika dibandingkan dengan asam klorida dan asam
sulfat dan perendaman dalam asam asetat lebih mudah menerobos membran
dinding sel sehingga kadar serat kasar yang dihasilkan pada perendaman pada
asam asetat lebih tinggi. Dengan proses perendaman dengan asam kuat akan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap jumlah dan mutu serat yang terekstrak
Hubungan jenis asam terhadap kadar serat kasar dapat dilihat pada
Gambar 8.
30.00 28.50
25.76
24.82
Kadar Serat Kasar (%)
20.00
10.00
0.00
P1 P2 P3
Jenis Asam
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Kadar Serat Kasar (%)
Uji LSR Pengaruh konsentrasi asam terhadap kadar serat kasar dapat dilihat
Tabel 13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap
Kadar Serat Kasar (%)
LSR Notasi
Jarak Konsentrasi Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 25.99 c C
2 0.244 0.337 K2=0,4 % 26.14 c C
3 0.255 0.351 K3=0,6 % 26.32 b B
4 0.263 0.361 K4=0,8 % 26.57 b AB
5 0.268 0.368 K5=1,0 % 26.78 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
terhadap perlakuan K2, berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan K5.
Perlakuan K2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan K5. Perlakuan
perlakuan K5. Perlakuan K4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5. Kadar
serat kasar tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu sebesar 26,78 % dan yang
Serat makanan tidak sama pengertiannya dengan serat kasar (crude fiber).
Kadar serat dalam makanan dapat mengalami perubahan akibat pengolahan yang
dilakukan terhadap bahan asalnya. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1.25 %) dan natrium
Hubungan konsentrasi asam dengan kadar serat kasar dapat dilihat pada
Gambar 9.
27.00
Kadar Serat Kasar (%)
= 1.0058x + 25.755
26.50 r = 0.9926
26.00
25.50
25.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (%)
jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap kadar serat kasar dari serat yang dihasilkan, sehingga uji LSR
tidak dilanjutkan.
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa jenis asam
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap daya serap air dari
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Uji LSR pengaruh jenis asam terhadap daya serap air ditampilkan pada tabel
14.
Tabel 14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Daya Serap
Air (%)
LSR Jenis Notasi
Jarak Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P 1 =Asam Asetat 44.43 b B
2 0.304 0.421 P2=Asam Klorida 45.99 a A
3 0.319 0.439 P3=Asam Sulfat 40.96 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
terhadap perlakuan P2, dan P3. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan P3. Daya serap air tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar
45,99 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 40,96 %.
Daya serap air merupakan kemampuan bahan dalam menyerap air. Serat
makanan yang baik mempunyai kemampuan menyerap air yang baik pula karena
tubuh. Ukuran partikel yang kecil dengan daya serap yang tinggi tentu sangat
diharapkan dalam hal ini. Hal ini dipengaruhi oleh jenis asam yang digunakan.
Kemampuan bahan dalam menyerap air tergantung dari jenis bahan dan juga jenis
asam yang digunakan dalam proses ekstraksi. Perbedaan daya serap air pada tiap-
tiap jenis asam dikarenakan oleh perbedaan kemampuan tiap-tiap asam untuk
memutus ikatan hidrogen pada bahan. Perendaman dalam larutan asam memutus
asam klorida untuk memutus ikatan rantai hidrogen yang lebih tinggi dibanding
dengan jenis asam yang lain, menghasilkan struktur yang lebih renggang sehingga
dihasilkan daya serap air yang lebih tinggi. Menurut Afrianti (2004), hidrolisis
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
asam akan membuat struktur serat lebih mengembang, semakin meningkat suhu
Hubungan jenis asam dengan daya serap air dapat dilihat pada Gambar 10.
50 45.99
44.43
45 40.96
40
Daya Serap Air (%)
35
30
25
20
15
10
5
0
P1 P2 P3
Jenis Asam
Gambar 10. Histogram Hubungan Jenis Asam dengan Daya Serap Air (%)
Uji LSR pengaruh konsentrasi asam terhadap daya serap air dapat dilihat
Tabel 15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap Daya
Serap Air (%)
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 42.93 c C
2 0.393 0.543 K2=0,4 % 43.30 c C
3 0.412 0.567 K3=0,6 % 43.93 b B
4 0.424 0.582 K4=0,8 % 44.07 b B
5 0.432 0.593 K5=1,0 % 44.73 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
terhadap perlakuan K2, dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
K5.. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K3, K4 dan K5.
Perlakuan K3 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan K4 dan berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan K5. Perlakuan K4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5.
Daya serap tertinggi terdapat pada perlakuan K5 yaitu sebesar 44,73 % dan yang
partikel, distribusi dan jenis bahan. Sebagai contoh selulosa murni dengan
lebih kecil, ukuran partikel serat yang dihasilkan akan semakin kecil dan
partikel serat. Penggunaan konsentrasi asam yang tinggi dapat memutus ikatan
hidrogen dengan lebih cepat dan menghasilkan struktur serat yang renggang
sehingga daya serap air yang tinggi. Menurut Grace et al, (1991), kemampuan
mengikat air dari total dietary fiber tergantung dari besar pH dan jenis makanan.
Hubungan konsentrasi asam dengan daya serap air dapat dilihat pada
Gambar 15.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
45
44.5
Daya Serap Air (%) 44
43.5
= 2.185K + 42.481
43 r = 0.9737
42.5
42
41.5
41
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (%)
Gambar 11. Grafik Hubungan Konsentrasi Asam dengan Daya Serap Air
jenis asam dan konsentrasi asam memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap Daya serap air dari serat yang dihasilkan, sehingga uji LSR
tidak dilanjutkan.
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa jenis asam
Uji LSR pengaruh jenis asam terhadap nilai organoleptik dapat dilihat pada
Tabel 16.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tabel 16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Asam terhadap Uji
Organoleptik Aroma dan Rasa (numerik)
LSR Notasi
Jarak Jenis Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - P1=Asam Asetat 3.15 a A
2 0.095 0.132 P2=Asam Klorida 2.43 b B
3 0.100 0.137 P3=Asam Sulfat 2.10 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
perlakuan P3. Uji organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar
3,15 dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 2,10.
Nilai organoleptik pada serat makanan tergantung dari jenis asam yang
digunakan. Jenis asam asetat mempunyai uji organoleptik yang lebih baik
dibanding jenis bahan yang lainnya. Asam asetat merupakan asam organik
monokarbolik, bersifat sangat mudah larut dalam air. Asam asetat aman
digunakan sebagai preservasi bahan makanan dan tidak ada batasan maksimal
yang boleh dikonsumsi oleh manusia. Asam asetat dan asam laktat termasuk
asetat juga memiliki spektrum penghambatan yang luas pada bakteri. Sehingga
pada saat proses pembuatan serat makanan aroma dan rasa yang dihasilkan lebih
baik dan dapat diterima oleh panelis. Menurut (Winarno,1997) ekstraksi dilakukan
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Hubungan jenis asam dengan uji organoleptik dapat dilihat pada Gambar 12.
4
3.5 3.15 3.11
Nilai Organoleptik (Numerik) 3.08
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
P1 P2 P3
Jenis Asam
Uji LSR pengaruh konsentrasi asam terhadap nilai organoleptik dapat dilihat
Tabel 17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Asam terhadap
Organoleptik Aroma dan Rasa (numerik)
LSR Notasi
Jarak Konsentrasi Rataan
0.05 0.01 Asam 0.05 0.01
- - - K1=0,2 % 3.15 a A
2 0.123 0.170 K2=0,4 % 2.82 b B
3 0.129 0.177 K3=0,6 % 2.40 c C
4 0.133 0.182 K4=0,8 % 2.28 c CD
5 0.135 0.186 K5=1,0 % 2.15 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan K2, K3, K4 dan K5.. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan K3, K4 dan K5. Perlakuan K3 berbeda tidak nyata terhadap
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K5. Nilai organoleptik tertinggi terdapat
pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3,15 dan yang terendah terdapat pada perlakuan
berpengaruh terhadap aroma maupun rasa serat makanan. Aroma asam yang
menyengat sedikit masih bisa dirasa oleh indera. Aroma menyengat yang masih
bisa dirasa oleh indera berasal dari residu perendaman dalam asam yang tidak
tercuci maksimal pada proses pencucian. Konsentrasi asam yang lebih tinggi
mengakibatkan nilai organoleptik yang lebih rendah hal ini disebabkan karena
pada saat perlakuan perendaman kandungan asam lebih banyak diserap oleh
bahan pada konsentrasi asam yang lebih tinggi. Istilah asam merupakan
terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam bahasa-bahasa
Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Sure (bahasa
Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Asam asetat
CH3COOH, berwujud cairan kental jernih atau padatan mengkilap, dengan bau
oleh beberapa faktor yaitu luas permukaan antara padatan dan cairan, gradien
konsentrasi, suhu, dan kecepatan aliran pelarut. Suhu ekstraksi untuk beberapa
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
bahan perlu ditetapkan untuk menghindari perubahan fisik dan kimia yang tidak
Gambar 13 berikut.
3.5
Nilai Organoleptik (numerik)
2.5
= -1.27K + 3.322
r = - 0.938
2
1.5
0.5
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (% )
Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam dan Konsentrasi Asam terhadap Uji
Organoleptik (numerik)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa interaksi
jenis asam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji
organoleptik serat yang dihasilkan. Uji LSR pengaruh interaksi antara jenis asam
yang digunakan dengan konsentrasi asam yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 18.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Tabel 18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jenis Asam dan Konsentrasi
Asam terhadap Nilai Organoleptik Aroma dan Rasa (numerik)
LSR Notasi
Jarak Perlakuan Rataan
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - P1K1 3.40 a A
2 0.213 0.295 P1K2 3.25 abc AB
3 0.223 0.307 P1K3 3.15 bc ABC
4 0.230 0.316 P1K4 3.05 cd AB
5 0.234 0.322 P1K5 2.90 cde BC
6 0.237 0.326 P2K1 3.35 ab AB
7 0.240 0.330 P2K2 2.85 cde CD
8 0.241 0.332 P2K3 2.15 fg EF
9 0.243 0.335 P2K4 1.95 gh FG
10 0.244 0.337 P2K5 1.85 h E
11 0.243 0.344 P3K1 2.70 e D
12 0.243 0.346 P3K2 2.35 f E
13 0.244 0.348 P3K3 1.90 ghi FG
14 0.244 0.349 P3K4 1.85 ghi FG
15 0.244 0.350 P3K5 1.70 hi G
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara jenis asam
dan konsentrasi asam memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap
sebesar 3,40 dan terendah terdapat pada perlakuan P3 K5 sebesar 1,70. Nilai
oganoleptik rasa dan aroma merupakan suatu parameter penentuan mutu serat
yang dihasilkan.
rasa dan aroma. Hal ini terjadi karena tiap kombinasi menggunakan konsentrasi
dan jenis asam yang berbeda. Jenis asam yang digunakan dan tingkat konsentrasi
yang berbeda menghasilkan rasa dan aroma yang berbeda pula. Semakin tinggi
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
konsentrasi asam yang digunakan maka rasa serat makanan yang dihasilkan
semakin rendah dan aroma yang dihasilkan makin. Hal ini terjadi karena
perendaman dalam asam pada konsentrasi yang lebih tinggi, residu dari asam
Hubungan interaksi antara jenis asam dan konsentrasi asam dengan nilai
4.00
Nilai Organoleptik (numerik)
3.50
3.00 P1 ; 1 = -0.6K + 3.51
r = -0.9124
2.50 P2 ; 2 = -1.95K + 3.6
2.00 r = -0.9119
P3 ; 3 = -1.25K + 2.85
1.50 r = -0.9931
1.00
0.50
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Asam (%)
Dari grafik terlihat bahwa jenis asam dan konsentrasi asam yang digunakan
pada bahan dan sifat dari asam yang digunakan pada proses ekstraksi.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian pengaruh jenis asam dan konsentrasi asam terhadap
rendemen, kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, daya serap air dan uji
rendemen, kadar air, kadar abu dan daya larut, daya serap air dan uji
rendemen, kadar abu, kadar serat kasar dan daya serap air semakin tinggi
4. Interaksi antara jenis asam dan konsentrasi asam memberi pengaruh berbeda
Saran
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, F., 2002. Serat Bisa dicukupi dari Buah dan Sayuran Saja.
http://www.kompas cyber media.co.id [20 Juli 2008].
Baliwati, Y.F., A. Khomsan dan C.M. Dwiriani, 2004. Pengantar Pangan dan
Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Brennan, J.G., J.R. Buttler, N.D. Cowel and A.E.V. Lily, 1976. Food Engineering
Operations. Second Edition. Applied Science Publisher Limited, London.
Fennema, O.R., 1976. Principle of Food Science Part I. Marcel Dekker. Inc,
New York.
Fessenden, R.J and J.S. Fessenden, 1999. Kimia Organik, Edisi Ketiga, Jilid 2.
Terjemahan A.H. Pudjaatmaka. Erlangga, Jakarta.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Hanifah, N., 2002. Kajian Sifat Fisik Kimia dan Organoleptik Pektin Kulit Pisang
dari Beberapa Varietas dan Tingkat Kematangan. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia V5.N5, hal 151-155/Humas-BPPT, Jakarta.
Harper, L.J., Deaton, B.J and J.A.Driskel, 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian.
Terjemahan Suhardjo. UI-Press, Jakarta.
Keenan, W.C., D.C. Kleinfelter and J.H. Wood, 1995. Ilmu Kimia untuk
Universitas, Edisi Keenam, Jilid 1. Terjemahan A.H. Pudjaatmaka.
Erlangga, Jakarta.
Laksmi, B.S., 1987. Sanitasi dalam Industri Pangan. Pusat antar Universitas dan
Lembaga Sumber Daya Informasi. IPB-Press, Bogor.
Millet, M.A., J.A. Baker and L.D. Satter, 1976. Phisycel and Chemical
Pretreatmens for Enhaching Cellulose Saccarafication, In Enzimatic
Conversion of Cellulosic Material Technology and Application, Edited by
E.L. Gaden, M.H. Mandels, E.T. Rees and L.A. Spano, John Willey and
Sons, New York.
Oxtoby, D.W., H.P. Gillis and N.H. Nachtrieb, 2003. Prinsip-Prinsip Kimia
Modern. Edisi Keempat Jilid II. Terjemahan S.S. Achmadi. Erlangga,
Jakarta.
Satuhu, S., 1996. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soebardjo, S.K., L.N. Ridwan dan S.W. Handono, 1988. Penerapan Teknologi
Pengolahan Serat. BPPIHP, Bogor.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 1989. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan. Liberty, Yogyakarta.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Whistler, 1960. Methode in Carbohydrat Chemistry. Academic-Press, London.
Winarno, F.G., 1993. Gizi, Teknologi, dan Konsumen. Gamedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 1
Tabel Pengamatan Rendemen (%)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
P1K1 16,40 14,80 31,20 15,60
P1K2 18,10 17,20 35,30 17,65
P1K3 19,30 18,30 37,60 18,80
P1K4 20,20 19,40 39,60 19,80
P1K5 20,80 20,10 40,90 20,45
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 2
Tabel Pengamatan Kadar Air (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II
P1K1 8,72 8,20 16,92 8,46
P1K2 7,80 8,13 15,93 7,97
P1K3 6,84 7,76 14,60 7,30
P1K4 6,41 7,55 13,96 6,98
P1K5 5,72 6,52 12,24 6.12
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 3
Tabel Pengamatan Kadar Abu (%)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
P1K1 6,12 6,32 12,44 6,22
P1K2 6,15 6,41 12,56 6,28
P1K3 6,42 6,58 13,00 6,50
P1K4 6,46 6,60 13,06 6,53
P1K5 6.83 7,10 13,93 6,97
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 4
Tabel PengamatanKadar Serat Kasar (%)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
P1K1 27,76 28,21 55,97 27,99
P1K2 28,02 28,33 56,35 28,18
P1K3 28,41 28,52 56,93 28,47
P1K4 28,72 28,84 57,56 28,78
P1K5 29,14 29,00 58,14 29,07
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 5
Tabel Pengamatan Daya Serap Air (%)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
P1K1 43,60 43,90 87,50 43,75
P1K2 43.,90 44,20 88,10 44,05
P1K3 44,10 44,80 88,90 44,45
P1K4 44,40 44,70 89,10 44,55
P1K5 45,20 45,50 90,70 45,35
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.
Lampiran 6
Tabel Pengamatan Organolepik Aroma dan Rasa (Numerik)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II
P1K1 3,40 3,40 6,80 3,40
P1K2 3,30 3,20 6,50 3,25
P1K3 3,10 3,20 6,30 3,15
P1K4 3,10 3,00 6,10 3,05
P1K5 2,90 2,90 5,80 2,90
Ferawalden Sinaga : Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung, 2009.