Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

CRITICAL THINKING

Oleh:

Kelompok 2

Nursyamsi Setia Ningsih Ria Astuti


Resti Ananda Putri Ressy Herlia
Nurul Aina Ibni Kalzan Era
Rika Elvia Seniwan Agustini Gulo
Saferatul Khair Syarifah Nurul Fadilla
Rajali Sakiah Pitriana Nst
Sinthia Ramadhani Fitri Siti Sarwanti
Mellysa Rosalina Syilvi Novita Darman
Dian Permata Ningtyas Evi Rizki Kurniawati
Lisa Monica

A.2016.1
UNIVERSITAS RIAU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Critical
Thingking makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatan 2.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih
baik di masa yang akan datang.
.

Pekanbaru, 08 Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Permasalahan .....................................................................................2
1.3 Batasan Masalah ...............................................................................3
1.4 Tujuan ................................................................................................3
1.5 Manfaat ..............................................................................................4

BAB II TEORI DASAR


2.1 Klarifikasi Istilah ...............................................................................5
2.2 Identifikasi Masalah ..........................................................................6
2.3 Analisis Masalah ...............................................................................6
2.4 Mind Map/Peta Konsep ...................................................................10
2.5 Merumuskan Learning Objects .......................................................11
2.6 Pembahasan LO ...............................................................................11

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan .....................................................................................37
3.2 Saran ...............................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................38

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat
esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua
aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok
dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal
itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini
(Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli.
Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar
tentang berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak
mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa.
Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving,
meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari
kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).
Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran
ketrampilan berpikir pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar
dan menengah menyimpulkan bahwa beberapa strategi pengajaran seperti
strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang menggunakan pendekatan
pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan pertanyaan yang
memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, memberikan
waktu siswa berpikir sebelum memberikan jawaban dilaporkan membantu
siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi
tersebut, yang paling baik adalah mengkombinasikan berbagai strategi.
Faktor yang menentukan keberhasilan program pengajaran ketrampilan
berpikir adalah pelatihan untuk para pengajar. Pelatihan saja tidak akan
berpengaruh terhadap peningkatan ketrampilan berpikir jika penerapannya
tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, tidak disertai dukungan

1
administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak sesuai
dengan populasi siswa (Cotton K., 1991).
Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana
kedokteran yang dilakukan di Melaka Manipal Medical College India
adalah dengan memberikan penilaian menggunakan pertanyaan yang
memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih tinggi dan belajar
ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah
terintegrasi menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah
kuliah pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta sejumlah
pertanyaan yang harus dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban
didiskusikan pada pertemuan berikutnya untuk meluruskan a danya
kesalahan konsep dan memperjelas materi yang belum dipahami oleh
mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa pada program
tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-
soal hapalan maupun soal yang menuntut jawaban yang memerlukan telah
yang lebih dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham
RR., et al., 2004).

1.2 Permasalahan / skenario


Tn. G 70 tahun masuk ke Nursing Home karena diagnosa dehidrasi.
Tn. G di anjurkan untuk meningkatkan intake cairan hingga 2500 cc perhari.
Ketika pperawat Nursing Home menyodorkan segelas air ke Tn.G, Tn. G
mendorong tangan perawat dan berkatasaya benci air dan tidak suka
banyak minum. Perawat menemukan setelah 2 hari, mukosa bibir Tn. G
mengering dan turgor kulit jelek. Perawat A adalah erawat yang baru
bekerja dan merawat Tn.G. perawat A terlihat kaku dan grogi serta kurang
berpikir kritis (critical thinking) dalam mengkaji kondisi Tn. G hingga
gejala dehidrasi semakin memburuk setelah 2 hari masuk nursing home.
Untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang ada perawat A menggunakan
pendekatan critical thinking yang spesifik pada kepeawatan yaitu
menggunakan proses keperawatan. Meski terlihat grogi, perawat A

2
berupaya untuk berpikir kritis dalam aspek PENGKAJIAN dengan
memberikan pertanyaan terbuka dan tertutupkepada Tn.G. Supervisor
perawat A pernah menanyakan apa saja pertanyaan yang diberikan pada
Tn.G. Supervisor juga pernah menanyakan DIAGNOSA KEPERAWATAN
apa yang diangkat dengan merujuk pada NANDA diagnosis, dan mengkritik
adanya error dalam interpretasi dan analisa data yang kurang sesuai dengan
diagnosa yang diangkat. Begitu pula dalam hal penyusunan RENCANA
KEPERAWATAN, masih ada kekurangan item rencana intervensi.
Supervisor menganalisa perawat A masih harus mengasah kemampuan
berpikir kritis nya dalam menggunakan proses keperawatan pada pasien.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan Critical Thinking?
2. Apa saja tujuan dan fungsi Critical Thinking ?
3. Apa saja manfaat Critical Thinking ?
4. Apa saja komponen Critical Thinking?
5. Apa saja prinsip Critical Thinking ?
6. Apa saja model-model Critical Thinking ?
7. Apa saja faktor penghambat Critical Thinking ?
8. Apa saja metode Critical Thinking ?
9. Apa saja aspek/unsur Critical Thinking ?
10. Bagaimana berpikir kritis dalam proses keperawatan ?
11. Apa yang dimaksud dengan pertanyaan terbuka dan tertutup ?
12. Apa saja tingkatan dalam Critical Thinking ?
13. Bagaimana diagnosis tentang dehidrasi berdasarkan diagnosis NANDA
dan NIC,NOC?

1.4. Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga
kesehatan atau tenaga medis dapat memahami konsep Critical Thinking.

3
1.5 Manfaat
Makalah ini di buat agar kami dapat memahami dan mengaplikasikan
langsung dalam proses keperawatan khususnya tentang konsep Critical
Thinking.

4
BAB II

ISI

2.1 Klarifikasi Istilah


1. Turgor : Kekerasan dan Kelenturan Kulit yang Berasal
Dari Cairan Jaringan dan Sel
2. Nursing Home : Pelayanan Keperawatan yang Dilakukan Secara
Mandiri, Dilakukan Ditempat Tinggal Mereka
3. Dehidrasi : Kondisi Tubuh yang Mengalami Kekurangan
Cairan, Hilangya Air Dengan Derajat
Penurunan Elektrolit Bervariasi.
4. Diagnosa : Jenis Penyakit yang Diderita Pasien, Penentuan
Jens Penyakit dengan Cara Meneliti dan
Memeriksa
5. Mukosa : Selaput Lendir, Lapisan Jaringan Yang
Membatasi Rongga Saluran Cerna,dan Saluran
Napas.
6. Intake : Pemenuhan Cairan Tubuh, Memasukkan Cairan,
Asupan dan Haluan Pengukuran Keseimbangan
Cairan Inividu Secara Kasat
7. Supervisor : Orang yang Menilai dan Mengawasi Tindakan
Asuhan Keperawatan yang Dilakukan Perawat
8. Critical Thinking : Komponen Dasar yang Mengangkat
Profesionalitas Secara Kognitif
9. Pengkajian : Tahap Pengambilan Data
10. Kritis : Mencari Solusi dan Mengevaluasi Keputusan
yang akan Diambil
11. Interpretasi : Pendapat/Pandangan Secara Teoritis Terhadap
Sesuatu

5
12. Rencana keperawatan : Perawat Melakukan Atau Mempersiapkan Hal-
Halatau Tindakan untuk Pasien
13. Analisa data : Tindakan Keperawatan yang Bertujuan untuk
Mengklarifikasi Data Pasien
14. Intervensi : Campur Tangan Dalam Perselisihan Antar 2
Pihak
15. Nanda diagnosis : Sebuah Buku yang Berisi Diagnosi
Keperawatan

2.2 Daftar Pertanyaan


1. Tindakan apa saja yang dilakukan oleh perawat dalam nursing home ?
2. Apa fungsi berfikir kritis untuk seorang perawat ?
3. Kenapa critical thinking harus dilakukan oleh perawat ?
4. Apa saja faktor penghambat seseorang untuk berpikir kritis ?
5. Bagaimana cara penerapan berpikir kritis dalam keperawatan ?
6. Apa tujuan berpikir kritis dalam keperawatan ?
7. Apa saja unsur-unsur berpikir kritis ?
8. Apa saja ciri-ciri orang yang bisa berpikir kritis ?
9. Apa saja prinsip-prinsip berpikir kritis ?
10. Apa saja komponen yang harus disusun oleh perawat A untuk rencana
keperawatan ?
11. Apa saja manfaat berpikir kritis ?
12. Bagaimana sikap untuk berpikir kritis ?
13. Apa yang harus diperhatikan dalam berpikir kritis ?
14. Apa yang terjadi jika seseorang kekurangan intake ?

2.3 Jawaban Pertanyaan


1. Asuhan keperawatan nursing home sama dengan pelayanan kesehatan di
RS atau dipuskesmas namun lebih merujuk ke memandirikan pasien dan
promosi kesehatan.

6
2. Fungsi berpikir kritis :
Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan
Mengnalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan
Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan
Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan
3. Agar kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
Sehingga pasien akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa terganggu
dengan tindakan perawat.
4. Faktor penghambat
Rasa takut
Cepat merasa puas
Rutinitas tinggi, sehingga tidak ada waktu luang
Kemalasan mental
Birokrasi yaitu ide atau usulan mereka tidak ditanggapi, sehingga dia
merasa malas untuk memberikan ide lagi
Terpaku pada masalah
Streotyping : lingkungan dan budaya
Refleksi yaitu mengasah kreatifitas
Keliru memahami makna kritis
Kurangnya metode dan strategi
Kurangnya praktek
Segan melakukan kritik terhadap suatu keahlian
Respon apektif
Salah informasi untuk dipahami
Kurangnya fokus dan perhatian terhadap detail
5. Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan
a. Penggunaan bahasa dalam keperawatan :
Berfikir kritis ad/ kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif.
perawat menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam
mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta, perasaan, keyakinan dan
sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi.
Secara nonverbal saat melakukan pedokumentasian keperawatan.
b. Argumentasi dalam keperawatan Sehari-hari perawat dihadapkan pada
situasi harus berargumentasi untuk menenukan, menjelaskan kebenaran,

7
mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap
suatu tuntutan/tuduhan.
6. Tujuan berpikir kritis :
Bertujuan untuk selalu meningkatkan kemampuan diridalam
menyelesaikan masalah dalam perawatan klien
Akan membantu perawat untuk merawat klien dimana perawat akan
menjadi seorang pemberi saran dukungan, dan akhirnya dapat
membantu klien untuk menentukan pilihan terkait dengan penawaran
7. Unsur unsur berpikir kritis
Isi suatu kualitas dari kegiatan berfikir mengandung unsur-unsur
seperti ini:
Sistematik dan senan tiasa menggunakan criteria yang tinggi (terbaik)
dari sudut intelektual untuk hasil berfikir yang ingin di capai.
Individu bertanggung jawab sepenuhnya atas peruses kegiatan berfikir.
Selalu menggunakan criteria berdasar standar yang telah di tentukan
dalam memantau proses berfikir.
Melakukan evaluasi terhadap efektivitas kegiatan berfikir yang
ditinjauh dari pencapaian tujuan yang telah di tetapkan
8. Ciri-ciri orang yang berpikir kritis:
mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan,
mencari alasan atas semua yang dilakukan,
berusaha mencari informasi dengan baik,
mencari sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya,
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan,
berusaha tetap relevan dengan ide utama,
mengingat kepentingan yang asli dan mendasar,
mencari alternatif solusi,
bersikap dan berpikir terbuka,
mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan
sesuatu,
mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan,
bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari
keseluruhan masalah.
peka terhadap keilmuan dan keahlian orang lain.

8
9. Prinsip
Prinsip berfikir kritis
Melepaskan ego
Fokus pada tujuan dari berfikir
Tahu kapan menggunakan logika,kreatifitas,dan mencari informasi
Mencari berbagai alternative , persepsi, dan ide baru
10. Komponen dari berpikir kritis adalah interpretation, analysis, evaluation,
inference, explanation, dan self-regulation
11. Manfaat berpikir kritis :
Memiliki banyak alternatif jawaban dan banyak ide
Mudah memahami sudut pandang orang lain
12. Sikap dalam berpikir kritis :
Intellectual Humility
Intellectual Courage
Intellectual Emphaty
Intellectual Integrity
Intellectual Preseverances
Intellectual Faith in reason
Intellectual Sense of justice
13. Penyampaian berpikir kritis
Menurut saya, dalam penyampaian berpikir kritis itu ada 3 yaitu :
Sikap : Dalam meyampaikan dengan kritis kita harus menampilkan
sikap yang baik dan sopan , sehingga orang akan tertarik
untuk mendengarkan kita.
Intonasi : Dalam menyampaikan denagn berpikir kritis , vokal atau
intonasi berpengaruh sebab jika intonasi kita lembut atau
kurang keras , orang akan tidak bersemangat untuk
mendengarkannya.
Bahasa : Bahasa adalah hal yang penting , karena dengan bahasa
yang baik dan benar penyampaian tersebut akan diterima
degan baik oleh orang lain dan dimengerti oleh orang lain.
14. Turgor kulit kering, tubuh lemah, bibir kering dan pecah-pecah

9
2.4 Mind Map

Defenisi

Tujuan dan Fungsi

Manfaat

Komponen

Prinsip-Prinsip

Model-Model

Critical
Faktor penghambat
Thinking

Metode ilmiah

Aspek / Unsur

Berpikir Kritis dalam


Proses Keperawatan

Pertanyaan Terbuka
dan Tertutup

Tingkatan Berpikir
Kritis

Diagnosa tentang
Dehidrasi

10
2.5 Merumuskan Learning Objects
1. Defenisi Critical Thinking
2. Tujuan dan fungsi Critical Thinking
3. Manfaat Critical Thinking
4. Komponen Critical Thinking
5. Prinsip Critical Thinking
6. Model-model Critical Thinking
7. Faktor penghambat Critical Thinking
8. Metode Critical Thinking
9. Aspek/unsur Critical Thinking
10. Berpikir kritis dalam proses keperawatan
11. Pertanyaan terbuka dan tertutup
12. Tingkatan dalam Critical Thinking
13. Diagnosa dehidrasi berdasarkan Diagnosa NANDA, NIC, NOC

2.6 Pembahasan LO
1. Defenisi Critical Thinking
Berpikir dan belajar adalah proses yang berkaitan. Seiring
berjalannya waktu, pengetahuan dan pengalaman klinis akan
meningkatkan kemampuan anda untuk melakukan observasi, penilaian,
serta membuat suatu pilihan. Definisi berpikir kritis cukup bervariasi,
beberapa ahli seperti Paul, Bandman, Stander mempunyai rumusan
berpikir kritis masingmasing. Menurut Paul (2005) berpikir kritis adalah
suatu seni berpikir yang berdampak pada intelektualitas seseorang,
sehingga bagi orang yang mempunyai kemampuan berpikir kritis yang
baik, akan mempunyai kemampuan intelektualitas yang lebih
dibandingkan dengan orang yang mempunyai kemampuan berpikir yang
rendah. Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara
rasional terhadap ideide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,
masalah, kepercayaan dan tindakan. Stander (1992) berpendapat bahwa
berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan

11
pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterpretasikannya serta mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut
untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif atau
pandangan baru. Paul (2005) mengemukakan bahwa berpikir kritis
merupakan dasar untuk mempelajari setiap disiplin ilmu. Suatu disiplin
ilmu merupakan suatu kesatuan sistem yang tidak terpisah sehingga untuk
mempelajarinya membutuhkan suatu ketrampilan berpikir tertentu.
Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah
suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterfensikan atau mengefaluasi informasi untuk membuat sebuah
penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu
pengetahuan dan pengalaman. Menurut Bandman (1988), berpikir
kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan,
pendapat, prinsip, pemikiran,masalah, kepercayaan, dan tindakan. Menutut
Strader (1992), berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
menitikberatkan pendapat atau fakta yang mutahir dan menginterfensikan
serta mengefaluasikan pendapat-pendapat tersebut untuk mendapatkan
suatu kesimpulan tentang adanya perspektif pandangan baru.
Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses,
sedangkan tujuannya adalah membuat keputusan yang masuk akal tentang
apa yang diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis adalah berpikir pada
tingkat yang lebih tinggi, karena pada saat mengambil keputusan atau
menarik kesimpulan merupakan control aktif yaitu reasonable, reflective,
responsible, dan skillful thinking. Proses berpikir ini dilakukan sepanjang
waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan
menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid,
semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan
belajar.
Definisi para ahli tentang berpikir kritis sangat beragam namun
secara umum berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kognitif

12
dengan menggabungkan kemampuan intelektual dan kemampuan berpikir
untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan, sehingga
bentuk ketrampilan berpikir yang dibutuhkan pun akan berbeda untuk
masingmasing disiplin ilmu.
Berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep
berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri
sebagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen
berpikir kritis dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari krakteristik,
sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan
keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis. Untuk lebih
mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya paham atau tahu
dari komponen berpikir kritis itu sendiri, dan komponen berpikir kritis
meliputi pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi, sikap dalam
berpikir kritis, standar/ krakteristik berpikir kritis.
Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas
tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang,
oposisi, tantangan dan dukungan. Berpikir kritis adalah proses
perkembangan kompleks, yang berdasarkan pada pikiran rasional dan
cermat menjadi pemikir kritis adalah denominatur umum untuk
pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan
mandiri.
2. Tujuan dan fungsi Critical Thinking
Tujuan berpikir kritis:
Melatih pemikir berpikir jernih, tepat dan akurat, serta bertindak sesuai
keadaan.
Selalu meningkatkan kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah
keperawatan klien.
Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
Menganalisis pengertian hubungan dari masing masing indikasi,
hubungan argumen dan iau isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.

13
Melaporkan data-data dan petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
Memberikan alasan alasan yang relevan terhadap apa keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
Mencari alasan- alasan kriteria, prinsip dan aktivitas nilain-nilai
keputusan.
Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan askep.
Merumuskan dan menjelaskan nilai nilai keputusan dalam keperawatan.
Menguji asumsi asumsi yamg berkembamg dalam keperawatan
Menganalisis hubungan argumen dan isu isu dalam kesimpulan dan
tindakan yang dilakukan
Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari
hari
Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas
keperawatan.
Fungsi:
Berperan penting dalam proses pengambilan keputusan klinis yang
kompleks.
Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari-
hari
Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan
Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawaran
Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan
Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan
Melaporkan data dan peunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan
Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan

14
Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas keperawatan
Digunakan dalam memberikan penjelasan, kerja sama, pembenaran,
keyakinan, dan kesimpulan serta tindakan keperawatan yang dilakukan
Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan
Mencari alasan-alasan, kriteria, prinsip-prinsip, dan aktivitas nilai-nilai
keputusan
Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan
3. Manfaat Critical Thinking
Perawat memiliki tanggung jawab untuk membuat keputusan klinis
yang tepat dan akurat. Dengan berpikir kritis perawat akan mampu
mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapi setiap masalah dan
pengalaman baru yang menyangkut klien.
Melatih kesiapan dalam mengantisipasi kebutuhan klien dan
mengidentiikasi masalah dengan lebih cepat dan menyelesaikannya
dengan baik.
Fokus terhadap penyelesaian masalah dan membuat keputusan, serta
tidak akan membuat keputusan yang terburu-buru ataupun ceroboh
(Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994).
Dengan berpikir kritis akan membantu perawat dalam merawat klien
dimana perawat akan menjadi seorang pemberi saran, dukungan, dan
akhirnya dapat membantu klien untuk menentukan piihan terkait
perawatan.
Meningkatkan praktik klinis dan mengurangi kesalahan pada penilaian
klinis.
Menganalisis pengertian hubungan dari masing masing indikasi,
hubungan argumen dan iau isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
4. Komponen Critical Thinking
Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya
paham dan tahu dari komponen berpikir kritis itu sendiri, meliputi :

15
a. Pengetahuan dasar spesifik
Komponen pertama berpikir kritis adalah pengetahuan dasar
perawat yang spesifik dalam keperawatan. Pengetahuan dasar ini
meliputi teori dan informasi dari ilmu-ilmu pengetahuan, kemanusiaan,
dan ilmu-ilmu keperawatan dasar.
b. Pengalaman
Komponen kedua dari berpikir kritis adalah pengalaman.
Pengalaman perawat dalam peraktik klinik akan mempercepat proses
berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan
untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya
dan stimulus yang berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut
Rowntree pada proses belajar ada lima jenis stimulus/ rangsangan yang
berasal dari sumber belajar yaitu :
Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara
manusia baik verbal maupun nonverbal.
Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang
meliputi benda-benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan
sebagainya.
Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang
mewakili suatu objek dan peristiwa nyata.
Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam
berbagai macam media.
Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang
membantu mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa
berlangsung atau jalan terus.
c. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis merupakan proses kognitif yang
digunakan untuk membantu penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe
kompetensi, yaitu:

16
Berpikir kritis umum, meliputi pengetahuan tentang metode
ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan keputusan.
Berpikir kritis secara sepesifik dalam praktik klinik meliputi
alasan mengangkat diagnose dan membuat keputusan untuk
perencanaan tindakan selanjutnya.
Berpikir kritis yang sepesifik dalam keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan (pengkajian sampai evaluasi).
d. Sikap dalam berpikir kritis
Sikap dalam berpikir kritis merupakan sikap yang diperoleh
dari proses berpikir kritis dan sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan/ kesiapan
untuk bereaksi terhadap stimulus atau objek menurut Newcomb dalam
Notoatmodjo (1993), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak.
e. Standar / karakteristik berpikir kritis
Dalam standar berpikir kritis terdapat dua komponen:
Standar intelektual: Dalam standar intelektual untuk
menghasilkan proses berpikir perlu di perhatikan tentang; rasional dan
memiliki alasan yang tepat, reflektif, menyelidik, otonomi berpikir,
kreatif, terbuka dan mengevaluasi.
Standar professional: Pada standar profesioanal keperawatan
memiliki kode etik keperawatan dan standar praktek asuhan
keperawatan.
5. Prinsip Critical Thinking
Ada empat hal pokok dalam penerapan berfikir kritis dalam
keperawatan, yaitu :
a. Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal
dalam mengekspresikan idea, pikiran, informasi, fakta, perasan,
keyakinan, dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi lain
ataupun secara nonverbal pada saat melakukan pendokumentasian

17
keperawatan. Dalam hal ini berfikir kritis adalah kemampuan
menggunakan bahasa secara reflektif
Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :
Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of
language)
Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language)
Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan
keperawatan (directive use of language)
Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi,
mengekspresikan keraguan dan keheranan (interrogative use of
language)
Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)
b. Argumentasi dalam keperawatan
Badman (1988) mengemukakan beberapa pengertian
argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan adalah
sebagai berikut :
Berhubungan dengan situasi perdebatan atau pertengkaran (dalam
bahasa sehari-hari)
Debat tentang suatu isu
Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat
suatu dalam rangka merubah perilaku sehat
Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana
memerlukan serangkaian alas an perlunya suatu keyakinan dan
pengambilan keputusan atau tindakan.
c. Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu
dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan dengan
tepat. Hal ini dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat profesi lain
dan terutama dalam penyelesaian masalah manajemen di ruangan.

18
d. Penerapan dalam proses keperawatan
Pada tahap pengkajian
Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan
memvalidasinya dengan hasil observasi. Perawat harus
melaksanakan observasi yang dapat dipercaya dan membedakannya
dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan keterampilan dasar
berfikir kritis. Lebih jauh perawat diharapakan dapat mengelola dan
mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan. Untuk memiliki
keterampilan ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam
mensintesa dan menggunakan ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu
dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu social.
Perumusan diagnose keperawatan
Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling
kritikal. Dimana perawat dapat menentukan masalah yang benar-
benar dirasakan klien, berikut argumentasinya secara rasional.
Semakin perawat terlatih untuk berfikir kritis, maka ia akan semakin
tajam dalam menentukan masalah atau diagnose keperawatan klien,
baik diagnose keperawatan yang sifatnya possible, resiko, ataupun
actual. Berfikir kritis memerlukan konseptualisasi dan ketrampilan
ini sangat penting dalam perumusan diagnose, karena taksonomi
diagnose keperawatan pada dasarnya adalah suatu konsep.
Perencanaan keperawatan
Pada saat merumuskan rencana keperawatan, perawat
menggunakan pengetahuan dan alas an untuk mengembangkan hasil
yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang
diberikan. Hal ini merupakan keterampilan lain dalam berfikir kritis,
pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Untuk hal ini
dibutuhkan kemampuan perawat dalam mensintesa ilmu-ilmu yang
dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan sosiologi, untuk dapat memilih
tindakan keperawatan yang tepat berikut alasannya. Kemudian
diperlukan pula keterampilan dalam membuat hipotesa bahwa

19
tindakan keperawatan yang dipilih akan memecahkan masalah klien
dan dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki
terhadap situasi nyata yang dialami klien. Dalam metode berfikir
ilmiah, pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan
dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan
keperawatan merupakan suatu tindakan nyata yang dapat
menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau
tidak.
Evaluasi keperawatan
Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas
tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu
terpenuhinya kebutuhan dasar kien. Pada proses evaluasi, standar
dan prosedur berfikir kritis sangat memegang peranan penting
karena pada fase ini perawat harus dapat mengambil keputusan
apakah semua kebutuhan dasar klien terpenuhi, apakah diperlukan
tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien, atau bahkan
harus mengulang penilaian terhadap tahap perumusan diagnose
keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
6. Model-model Critical Thinking
Berpikir kritis merupakan tanda atau standar untuk perawat
profesional yang kompeten. Kemampuan untuk berpikir kritis,
meningkatkan praktik klinik dan mengurangi kesalahan pada penilaian
klinis adalah visu dari praktik keperawatan (Di Vito-Thomas, 2005).
Model akan membantu menjelaskan sebuah konsep. Oleh karena berpikir
kritis pada keperawatan merupakan hal yang kompkeks, maka model akan
membantu menjelaskan segala sesuatu yang terlibat pada penilaian dan
pengambilan keputusan klinis terhadap klien. Kataoka-Yahiro dan Saylor
(1994) mengembangkan sebuah model pemikiran kritis yang berdasar pada
penilaian keperawatan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Paul

20
(1993), Glaser (1941), Perry (1979), serta Miller dan Malcolm (1990).
Model menjelaskan tentang hasil dari berpikir kritis, yaitu penilaian
keperawatan yang berhubungan dengan masalah keperawatan pada
berbagai keadaan. Berdasarkan model ini, terdapat lima komponen
berpikir kritis, yaitu: pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi berpikir
kritis (dengan penekanan pada proses keperawatan), perilaku, dan standar.
Kombinasi dari elemen model menjelaskan bagaimana membuat penilaian
klinis yang diperlukan untuk keamanan dan keefektifan asuhan
keperawatan.
Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan
keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision model, dan
examine model yaitu sebagai berikut:
Feling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta
yang ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan
dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas
keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam
pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan
perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
Vision model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir,
mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan
hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang permasalahan perawatan
kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-
prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk
merespon ekspresi.
Exsamine model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi.
Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini
digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari,

21
meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan
sesuatu yang berkaitan dengan ide.
7. Faktor penghambat Critical Thinking
Kondisi fisik: menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi
fisik adalah kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk
menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik siswa terganggu, sementara
ia dihadapkan pada situasi yag menuntut pemikiran yang matang untuk
memecahkan suatu masalah maka kondisi seperti ini sangat
mempengaruhi pikirannya. Ia tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir
cepat karena tubuhnya tidak memungkinkan untuk bereaksi terhadap
respon yanga ada.
Motivasi: Kort (1987) mengatakan motivasi merupakan hasil faktor
internal dan eksternal. Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan
rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga seseorang agar mau
berbuat sesuatu atau memperlihatkan perilaku tertentu yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menciptakan minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi
motivasi pada diri demi mencapai tujuan. Motivasi yang tinggi terlihat
dari kemampuan atau kapasitas atau daya serap dalam belajar,
mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang
tidak mau berubah kearah yang lebih baik, mempergunakan kesalahan
sebagai kesimpulan belajar, semakin cepat memperoleh tujuan dan
kepuasan, mempeerlihatkan tekad diri, sikap kontruktif,
memperlihatkan hasrat dan keingintahuan, serta kesediaan untuk
menyetujui hasil perilaku.
Kecemasan: keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan
ketakutan terhadap kemungkinan bahaya. Menurut Frued dalam
Riasmini (2000) kecemasan timbul secara otomatis jika individu
menerima stimulus berlebih yang melampaui untuk menanganinya
(internal, eksternal). Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat; a)
konstruktif, memotivasi individu untuk belajar dan mengadakan

22
perubahan terutama perubahan perasaan tidak nyaman, serta terfokus
pada kelangsungan hidup; b) destruktif, menimbulkan tingkah laku
maladaptif dan disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik
serta dapat membatasi seseorang dalam berpikir.
Perkembangan intelektual: intelektual atau kecerdasan merupakan
kemampuan mental seseorang untuk merespon dan menyelesaikan
suatu persoalan, menghubungkan satu hal dengan yang lain dan dapat
merespon dengan baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual tiap
orang berbeda-beda disesuaikan dengan usia dan tingkah
perkembanganya. Menurut Piaget dalam Purwanto (1999) semakin
bertambah umur anak, semakin tampak jelas kecenderungan dalam
kematangan proses.
8. Metode Critical Thinking
Metode ilmiah adalah salah satu cara untuk memecahkan masalah
dengan menggunakan alasan yang kuat. Pendekatan cara yang sistematis
dan bertingkat dan bertingkat digunakan dalam mengumpulkan data dan
memecahkan masalah. Metode ilmiah digunakan dalam keperawatan,
kedokteran,dan berbagai disiplin ilmu lain. Metode ilmiah merupakan
pendekatan untuk mencari kebenaran atau mengkonfirmasi suatu fakta.
Perawat yang melakukan penelitian menggunakan metode ilmiah pada saat
menguji pertanyaan penelitiannya. Metode ilmiah memiliki lima tingkat,
yaitu:
Identifikasi masalah
Pengumpulan data
Pembentukan pertanyaan penelitian atau hipotesis
Uji hipotesis
Evaluasi hasil penelitian
9. Aspek/unsur Critical Thinking
a. Interpretasi (interpretation)
Pengkategorian
Mengkodekan/membuat makna kalimat

23
Pengklasifikasian makna
b. Analisis (analysis)
Menguji dan memeriksa ide-ide
Mengidentifikasi argument
Menganalisis argumen
c. Evaluasi (evaluation)
Mengevaluasi dan memepertimbangkan klain/pernyataan
Mengevaluasi dan mempertimbangkan argumen
e. Penarikan kesimpulan (inference)
Menyangsikan fakta atau data
Membuat berbagai alternative konjektur
Menjelaskan kesimpulan
f. Penjelasan (explanation)
Menuliskan hasil
Mempertimbangkan prosedur
Menghadirkan argument
g. Kemandirian (self-regulation)
Melakukan pengujian secara mandiri
Melakukan koreksi secara mandiri
Sedangkan indicator berpikir kritis yang berkaitan pembelajaran di
dalam kelasmenurut Ennis (Innabi, 2003) adalah :
Indiator umum :
a. Kemampuan (abilities)
Fokus pada suatu isu spesifik
Menyimpan tujuan umum dalam pikiran
Menanyakan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi
Menanyakan pertanyaan-pertanyaan penjelas
Memperhatikan pendapat siswa, salah maupun benar kemudian
mendiskusikannya

24
Mengkoneksikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan
yang baru
Secara tepat menggunakan pernyataan atau symbol
Menyediakan informasi dalam suatu cara yang sistematis
Kekonsistenan dalam pernyataan-pernyataan
b. Pengaturan (dispositions)
Menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan dan apa yang
seharusnya dikerjakan sebelum menjawab
Menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi informasi yang
diberikan sebelum menjawab
Mendorong siswa untuk mencari informasi yang diperlukan
Mendorong siswa untuk menguji solusi uang diperoleh
Memberi kesempatan kepada siswa untuk merepresentasikan
informasi dengan menggunakan table, grafik, dan lain-lain.
10. Berpikir kritis dalam proses keperawatan
a. Pengkajian
Berpikir kritis pada tahap ini adalah proses pemahaman
tentang informasi apa yang dikumpulkan, metode pengumpulan data
yang akan dilakukan, berpikit tentang kesesuaian informasi, dan
membuat suatu kesimpulan tentang respons klen terhada kondisi
sakitnya.
Perumusan masalah keperawatan meruakan kesimpulan dari
hasil pengkajian dan mengandung dua kategori mendasar, yaitu
kekuatan dan perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan
perawat untuk mengatasi masalah secara mandiri, dan perlunya
keterlibatan profesi lain dan bekerja samasecara interdisipliner,serta
perlu/tidaknya perawatan klien yang harus dirujuk ketenaga kesehatan
lain. Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap pengkajian meliputi
kegiatan mengumpulkan data dan validasi.
Selama pengkajian perawat mengumpulkan data tentang
kliendari berbagai Sumber. Sifat dan besarnya data selalu berubah,

25
sehingga mengharuskan perawat untuk mengambil data dan
membentuk pola yang bermakna. Pemecahan masalah klinis perawat
kadang linier, kadang bercabang ketika data dari masalah baru
teridentifikasi, dan dilain waktu bersiklus ketika perawat harus
mengkaji sdan memvalidasi informasi (Yura dan Walsh,1988).
Keakuratan penting sehingga perawat membuat konklusi yang sesuai
yang akan mengarahkan rencana perawatan.
b. Diagnosa
Perumusan diagnosakeperawatan merupakan tahap
pengambilan keputusan paling kritis,karena harus menentukan
masalah dan argumentasi secara rasional.oleh karena itu, perlu dilatih
sehinggalebih tajam dalam mengidentifikasi masalah.
Langkah diagnosa keperawatan mencakup mengumpulkan data
pengkajian dan merumuskan pernyataan diagnosa yang
mengidentifikasi masalah klien yang berhubungan dengan kesehatan.
Keakuratan pernyataan ini bergantung pada kelengkapan
pengumpulan, penapisan, pengelompokkan, dan validasi data.
Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi membentuk kerangka kerja
untuk rencana perawatan klien. Sehingga diagnosa keperawatan
memberi perawat fokus yang bersifat individual, dan berpusat pada
klien.
c. Perencanaan
Berpikir dalam perencanaan berarti menggunakan
pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan. Selain itu
juga memerlukan keterampilan guna mensintesis ilmu yang dimiliki
untuk memiih tindakan yang tepat. Perencanaan asuhan keperawatan
biasanya ditulis berisikan dimana dan bagaimana menolong klien
berdasarkan responsnya terhadap kondisi penyakit. Bekerja dengan
klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya adalah hal yang
paling prioritas, begitu juga mengembangkan tujuan perawatan dan
bekerja sama dalam pencapaian tujuan.

26
Selama tahap perencaan dari proses, suatu rencana perawatan
dirumuskan. Perencanaan diindividualisasikan berdasarkan dasar data
pengkajian dan diagnosa keperawatan klien. Komponen perencanaan
adalah identifikasi hasil. Penting bagi perawat untuk mengidentifikasi
hasil yang diharapkan (respons atau perilaku) yang akan dicapai klien
jika rencana perawatan berhasil. Hasil dinyatakan dalam istilah
perilaku seperti "klien akan dengan tepat menyiapkan medikasi yang
diresepkan." intervensi keperawatan yang dipilih untuk rencana
perawatan, seperti peragaan dengan pengawasan untuk persiapan
medikasi, berfokus pada hasil yang diharapkan. Rencana asuhan
keperawatan mengandung hasil dan tujuan klien yang diharapkan,
intervensi keperawatan yang sesuai, dan kriteria untuk evaluasi.
d. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan. Dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan
diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan
hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status
kesehatan klien. Intervensi keperawatan merupakan bentuk
penanganan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pertimbangan
dan oengetqhuan klinis yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
perawatan klien (Bulechek, Butcher, dan Dochterman 2008). Idealnya
intervensi keperawatan harus berbasis pada bukti. Intervensi
mencakup perawatan langsung dan tidak langsung yang ditujukan
kepada individu, keluarga, dan/ atau komunitas.
Adalah langkah tindakan dari proses keperawatan. Perawat
menggunakan beragam pendekatan untuk memecahkan masalah
kesehatan klien. Intervensi berorientasi pada masalah dan
diindividualisasikan sesuai dengan rencana perawatan klien.
Intervensi secara kontinu dimodifikasi didasarkan pada evaluasi

27
berkelanjutan dari respons klien dan analisis diagnostik perawat.
Keberhasilan dari langkah ini ditelaah selama evaluasi.
e. Evaluasi
Yaitu mengkaji efektivitas tindakan di mana perawat harus
dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar kien,
dan memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang. Berpikir
dalam dan kumpulkan informasi tentang respon kien setelah
beberapatindakan keperawatan yang dilakukan. Bekerja sama dengan
klien dalamrangka evaluasi tindakan keperawatan adalah sangat
penting. Berpikir kritis dalamtahap ini dapat dilakukan dengan model
konsep total recall.
Langkah kelima dari proses keperawatan adalah evaluasi.
Evaluasi adalah penyelesaian siklus aktivitas dimana hasilnya
memberikan efek berkelanjutan pada tahap lainnya dari proses.
Evaluasi adalah tahap dari pemecahan masalah klinik yang membantu
memelihara hasil klien yang diinginkan dengan memeriksa dan
menyesuaikan tahap-tahap lainnya dari proses keperawatan. Tahap ini
memberikan peluang revisi rencana asuhan keperawatan seperti yang
diperlukan untuk memecahkan masalah kesehatan.
11. Pertanyaan terbuka dan tertutup
Terdapat beberapa teknik wawancara kepada pasien, yaitu ;
a. Teknik Mencari Masalah
Wawancara mencari masalah, mengidentifikasi masalah potensial
klien,dan pengumpulan data, selanjutnya difokuskan pada masalah
tersebut.
b. Teknik Pemecahan Masalah
Difokuskan pada pengumpulan data yang lebih mendalam pada
masalah spesifik yang diidentifikasi klien atau perawat (Ivey,1988)
c. Teknik Pertanyaan Langsung/Tertutup
Format terstruktur yang membutuhkan satu atau dua kata dan sering
kali digunakan untuk mengklarifikasi informasi sebelumnya atau
memberikan informasi tambahan (Ivey, 1988)

28
Contohnya : Apakah anda mengalami nyeri ketika muntah?
d. Teknik Wawancara Terbuka
Ditujukan untuk mendapatkan respons lebih dari satu atau dua kata.
Teknik ini mengarah pada diskusi dimana klien secara aktif
menguraikan status kesehatan mereka.
Contohnya : Bagaimana perasaan anda saat ini?
12. Tingkatan dalam Critical Thinking
Model Kataoka - Yahiro dan saylor, (1994) mengidentifikasi tiga
tingkat berpikir kritis dalam keperawatan, yaitu :
a. Tingkat Dasar
Yaitu seseorang yang berwenang mempunyai jawaban yang benar
untuk setiap masalah.
b. Kompleks
Yaitu seseorang secara kontiniu mengenali keragaman dari pandangan
dan persepsisuatu individu.
c. Komitmen
Yaitu perwat memilih tindakan atau keyakinan berdasarkan alternatif
yang di identifikasi pada tingkat berfikir yang kompleks.
13. Diagnosa dehidrasi berdasarkan Diagnosa NANDA, NIC, NOC
KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
Defenisi : penurunan cairan intravascular, interstisial, atau intrasel.
Diagnosis ini merujuk pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan
saja tanpa perubahan kadar natrium.
Batasan Karakteristik
Subjektif
Haus
Objectif
Perubahan status mental
Penurunan turgor kulit dan lidah
Penurunan haluaran urine
Penurunan pengisian vena

29
Kulit dan membrane mukosa kering
Hematokrit meningkat
Suhu tubuh meningkat
Peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah, penurunan
volume dan tekanan nadi
Konsentrasi urine meningkat
Penurunan berat badan yang tiba-tiba (kecuali pada ruang ketiga)
Kelemahan

Faktor yang Berhubungan


Kehilangan volume cairan aktif
[konsumsi alcohol yang berlebihan secara terus menerus]
Kegagalan mekanisme pengaturan [seperti, dalam diabetes insipidus,
hiperaldosteronisme]
[Asupan cairan yang tidak adekuat sekunder akibat _________]

Saran Pengguna
Gunakan diagnosis ini ke pasien yang mengalami dehidrasi
vaskuler, selular, atau intraselular. Gunakan diagnosis ini dengan hati-
hati, karena banyak masalah keseimbangan cairan yang membutuhkan
kolaborasi perawat-dokter. Jangan menggunakan diagnosis ini secara
rutin, meskipun sebagai masalah potensial untuk pasien yang dianjurkan
puasa. Tindakan keperawatan mandiri untuk kekurangan volume
cairan adalah mencegah kehilangan cairan (misalnya, diaphoresis) dan
meningkatkan asupan cairan oral. Untuk diagnosis seperti resiko
kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan anjuran puasa,
tidak ada tindakan keperawatan mandiri untuk mencegah atau mengatasi
sisi lain dari pernyataan diagnosis tersebut. Tindakan terhadap kekurangn
volume cairan yang berhubungan dengan status puasa, sebagai contoh,
memerlukan program medis untuk terapi intravena.

30
Jangan gunakan kekurangan volume cairan untuk menjelaskan
pasien yang berisiko pada atau mengalami perdarahan atau syok
hipovolemik. Situasi ini biasanya merupakan masalah kolaboratif.
Tidak benar : risiko kekurangan volume cairan yang
berhubungan dengan perdarahan pascapartum.
Benar : komplikasi potensial kelahiran : perdarahan pascapartum
Benar : risiko perdarahan pascapartum yang berhubungan dengan
atonia uterus
Penggunaan diagnosis kekurangan volume cairan yang paling
tepat adalah sebagai diagnosis (baik actual atau potensial ) untuk pasien
yang tidak meminum cairan melalui oral dalam jumlah yang cukup,
khususnya pada peningkatan kehilangan cairan ( misalnya diare, muntah,
dan luka bakar). Kekurangan volume cairan actual dapat juga menjadi
etiologi diagnosis keperawatan yang lain, seperti kerusakan membrane
mukosa mulut.

Alternatif Diagnosis yang Disarankan


Risiko kekurangan volume cairan
Risiko ketidakseimbangan volume cairan
Kerusakan membrane mukosa mulut
Ketidakefektifan (ginjal) perfusi jaringan

Hasil NOC
Keseimbangan Elektrolit dan Asam-Basa: keseimbangan
elektrolit dan non elektrolit dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel
tubuh
Keseimbangan Cairan: keseimbangan cairan dalam ruang intrasel
dan ektrasel tubuh.
Hidrasi: Jumlah air dalam kompartemen intrasel dan ektrasel
tubuh yang adekuat.

31
Status Nutrisi: Asupan Makanan dan Cairan: Jumlah makanan
dan cairan yang masuk ke dalam tubuh selama periode 24 jam.

Tujuan /Kriteria Evaluasi


CATATAN: meskipun beberapa hasil NOC berhubungan dengan
keseimbangan elektrolit dan Asam-Basa, focus diagnosis keperwatan ini
adalah pada pengembalian volume cairan.

Contoh Menggunakan Bahasa NOC


Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan oleh
keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan Asam-Basa, hidrasi
yang adekuat, dan status nutrisi : Asupan makanan dan cairan yang
adekuat.
Keseimbanag elektrolit Asam-Basa akan dicapai, dibuktikan oleh
indikator gangguan berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
Frekuensi nadi dan irama jantung apical
Frekuensi dan irama nafas
Kewaspadaan mental dan orientasi kognitif
Elektrolit serum (misalnya, natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium)
BUN

Contoh Lain
Pasien akan :
Memiliki konsentrasi urine yang normal. Sebutkan nilai dasar berat
jenis urine
Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal untuk
pasien
Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang yang
diharapkan
Tidak mengalami haus yang tidak normal

32
Memiliki kesimbangan asupan dan haluran yang seimbang dalam 24
jam
Menampilkan hidrasi yang baik (membrane mukosa lembab, mampu
berkeringat)
Memiliki asupan cairan oral dan/atau intravena yang adekuat

Intervensi NIC
Manajemen Asam-Basa : Meningkatkan keseimbangan Asam-
Basa dan mencegah komplikasi akibat
ketidakseimbangan Asam-Basa
Manajemen Elektrolit : Meningkatkan keseimbangan
elektrolit dan mencegah komplikasi
akibat dari kadar elektrolit serum
yang tidak normal atau yang tidak
diharapkan.
Pemantauan Elektrolit : Mengumpulkan dan menganalisis
data pasien untuk mengatur
keseimbangan elektrolit.
Manajemen Cairan : Meningkatkan keseimbangan cairan
dan mencegah komplikasi akibat
kadar cairan yang abnormal atau yang
tidak diharapkan
Pemantauan Cairan : Mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk mengatur keseimbangan
cairan
Manajemen Cairan/Elektrolit : Mengatur dan mencegah komplikasi
akibat perubahan kadar cairan dan
elektrolit
Manjemenen Hipovolemia : Mengembangkan volume cairan
intravascular pada pasien yang
mengalami penurunan volume cairan

33
Terapi Intravena (IV) : Memberikan dan memantau cairan
dan obat intravena
Manajemen Nutrisi : Membantu atau menyediakan asupan
makanan dan cairan dalam diet
seimbang
Manajemen Syok, Volume : Meningkatakn keadekuatan perfusi
jaringan untuk pasien yang
mengalami gangguan volume
intravascular yang berat
Aktivitas Keperawatan
CATATAN:
1. Beberapa aktivitas ini spesifik untuk pasien yang mengalami
perdarahan.
2. Meskipun beberapa intervensi NIC berhubungan dengan
keseimbangan elektrolit dan asam basa, focus intervensi diagnosis
keperawatan ini adalah volume cairan
Penerapan Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan
Keterampilan Berpikir Pertanyaan untuk
Tahap
Kritis Mengecek Pikiran Kita
Pengkajian Membuat observasi Asumsi apa yang
yang terpercaya kita buat pada
Membedakan data klien?
yang relevan dengan Apakah data
tidak relevan,serta sudah benar atau
penting dan tidak akurat?
penting Apakah sumber
Validasi data, kami terpercaya?
organisasi data, Apakah data
kategori data penting tau
berdasarkan akurat?
kerangka, Apakah saya
menganalisis asumsi. cukup hati-hati
mendengarkan
klien dan
keluarganya
Apakah semua
data telah

34
Keterampilan Berpikir Pertanyaan untuk
Tahap
Kritis Mengecek Pikiran Kita
terkumpul dan
adakah data lain
yang diperlukan?
Diagnosis Temukan pola dan Apakah data yang
rambu-rambu ditemukan cukup
Mengidentifikasi normal?
kesenjangan data dan Apakah data telah
membuat analisis cukup untuk
Membuat hubungan menganalisis
interdisiplin secara valid?
Menegakkan Apakah ada data
masalah yang salah dan
Menguji asumsi- bagaimana
asumsi masalah klien?
Bandingkan pola Apakah data
dengan norma sudah cukup data
Identifikasi faktor menegakkan
yang berkontribusi masalah dan
penyebabnya?
Apakah
dibutuhkan data
lain untuk
menegakkan
masalah lain?
Perencanaan Merumuskan Apakah butuh
perencanaan yang bantuan dalam
valid tindakan yang
Transfer cukup mampukah
pengetahuan saya?
kesituasi nyata Apakah saya
Menegakkan kriteria selalu ingat
evaluasi prioritas tindakan
Menegakkan yang penting bagi
hipotesis klien?
Membuat hubungan Apa masalah
interdisiplin penting yang hars
Memprioritaskan dipecahkan lebih
masalah klien dulu?
Berkolaborasi Adakah rencana
dengan disiplin lain lain yang disetujui
klien yang harus
diakukan?
Mengapa saya

35
Keterampilan Berpikir Pertanyaan untuk
Tahap
Kritis Mengecek Pikiran Kita
mengharapkan
intervensi menjadi
efektif dan apa
pengetahuan yang
mendasari?
Implementasi Menerapkan Apakah kondisi
pengetahuan ke klien membaik
bentuk tindakan sejak di lakkan
perawatan tindakan?
Menggunakan Apakah cukup
intervensi untuk nampak ada
menguji hipotesis perkembangan?
Apakah klien
cukup merespons
tindakan?
Apakah aman
untuk tindakan
yang dilakukan?
Evaluasi Memutuskan apakah Bagaimana
hipotesisnya benar respons klien
Membuat kriteria setelah intervensi?
berdasarkan evaluasi Apakah data
relevan dengan
pencapaian
tujuan?
Apakah klien
merasakan tujuan
tercapai?
Apakah klien
cukup responsif
untuk menjawab?
Benarkah masalah
terpecahkan?
Apakah yang kita
lakukan lebih
efektif?
Apakah klien
masih butuh
perawatan yang
sama?

36
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat
esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua
aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok
dalam pendidikan sejak 1942. Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam
berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir
ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu
berpikir kritis untuk menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud
harus tetap berada dalam jalur yang ada sesuai dengan tugas dan peran
perawat. Selain itu, tugas dan peran perawat juga harus diseimbangkan
dengan tenaga medis lain, misalnya dengan tugas dan wewenang dokter.
Seorang perawat tidak memiliki wewenang menginjeksikan obat-
obatan kepada pasien tanpa melalui perintah dokter. Bila hal ini terjadi,
perawat tersebut dapat dituntut pidana karena melanggar undang-undang. Di
zaman yang serba canggih ini, perintah penanganan atau penginjeksian pasien
tidak harus dilakukan dokter ketika bertatap muka saja. Tetapi, dapat melalui
telepon. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi terhadap waktu dan tenaga yang
dibutuhkan.

3.2 Saran
Saran penulis, sebagai tenaga kesehatan, perawat sedapat mungkin
harus selalu berpikir kritis dalam penanganan pasien tentunya tetap beracuan
pada tugas dan peran perawat itu sendiri.

37
DAFTAR PUSTAKA

Anne G. Perry. Potter. 2010. Fundamental keperawatan edisi 7 buku 1 (dr. Adrina
ferderika nggie). Jakarta: salemba medika.

Nursalam .2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik.


Ed.2. Jakarta : Salemba Medika,.

Udayanti . 2008. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Deswani . 2011. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba


Medika

38

Anda mungkin juga menyukai