STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Usia : 80 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Agama : Islam
Status : Menikah
ANAMNESIS
Keluhan Tambahan: Mata kanan tidak dapat melihat, merah dan berair serta nyeri
kepala sebelah kanan berdenyut
1
dirasakan menjalar ke kepala pada sisi yang sama. Selain itu, pasien juga mengeluh
matanya selalu berair dan merah akan tetapi tidak disertai rasa gatal dan belekan.
Mual, muntah, dan riwayat trauma disangkal oleh pasien . riwayat demam dan alergi
obat juga disangkal oleh pasien, Akan tetapi penglihatan pasien untuk mata kanan
sudah tidak dapat melihat sejak satu tahun SMRS. Sejak nyeri pada mata kanan
timbul, pasien belum berobat dan meminum obat apapun.
Dua tahun SMRS, pasien mulai merasa penglihatanya mulai kabur, dan sering
melihat seperti kabut kedua mata tersebut. Akan tetapi mata sebelah kanan dirasakan
lebih kabur dari pada sebelah kiri. Akan tetapi pasien merasa tidak terlalu
mengganggu aktivitasnya, sehingga pasie apapun tidak datang berobat ke dokter.
Satu tahun SMRS, pasien merasa penglihatanya semakin kabur dan mulai
mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan untuk mata sebelah kanan pasien merasa
tidak dapat melihat apapun. Oleh sebab itu, pasien datang berobat ke dokter spesialis
mata di daerah cengkareng. Pada saat datang berobat, pasien diberitahu bahwa
menderita katarak pada kedua matanya. Saat itu pasien langsung disarankan oleh
dokter untuk melakukan operasi untuk mata sebelah kiri, karena mata sebelah kanan
sudah tidak dapat diperbaiki makan tidak perlu dilakukan operasi paa mata sebelah
kanan. Akan tetapi pasien tidak langsung menyetujui operasi tersebut. Setelah dua
kali datang berobat, akhirnya pasien menyutujui untuk dilakukan operasi pada mata
sebelah kiri. Setelah operasi pasien merasa penglihatanya membaik, dan tidak pernah
mengalami masalah dengan mata kirinya, hanya saja mata kananya yang tidak
mengalami perbaikan sedikitpun.
2
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat Kebiasaan
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), Bising Usus (+) normal
3
Ekstremitas : Simetris, oedem (-)
Status Oftalmologi
4
Papil: bulat, batas tegas,
warna sedikit pucat, c/d
0,3,a/v 2:3
Makula: RF (+)
Retina: kontur pembuluh
darah baik
59.1 mmHg TIO (Schiotz) 10.9 mmHg
RESUME
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
5
Medikamentosa
PROGNOSIS
ad vitam : bonam
ad fungsionam: malam
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien pada kasus ini datang dengan keluhan nyeri hebat pada mata kanan
yang timbul mendadak sejak 4 hari SMRS. Nyeri disertai mata merah dan berair
dirasakan menjalar ke kepala pada sisi yang sama. Selain itu mata kanan pasien tidak
dapat melihat sejak 1 th SMRS. Dari keluhan tersebut kemungkinan penyebabnya
6
antara lain : uveitis, glaukoma akut, trauma, erosi kornea, keratitis dan ulcus
kornea. Kemungkinan erosi kornea dapat disingkirkan karena pada erosi kornea
penderita bukan merasa nyeri pada matanya melainkan merasa perih. Selain itu
kemungkinan ulkuskornea karena infeksi virus juga dapat disingkirkan sebab pada
ulkus karena infeksi virus tidak merasa nyeri pada matanya, melainkan merasa
ada benda asing pada matanya. Kemungkinan keratitis juga kecil karena pada
keratitis penderita bukan merasa nyeri pada mata tetapi akan merasa seperti
kelilipan. Maka diagnosis dapat lebih diarahkan pada trauma, ulkus kornea
karena bakteri, uveitis, dan glaukoma akut. Dari anamnesis selanjutnya tidak
didapatkan riwayat trauma sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan penyakit
mata merah dan visus menurun karena trauma. Fakta ini sekaligus dapat
menyingkirkan kemungkinan visus menurun dan mata merah yang disebabkan
erosi kornea dan ulkus kornea, karena sebagian besar ulkus kornea terjadi
setelah rusaknya epitel kornea sehingga terbentuk port de entry untuk infeksi
mikroorganisme patogenik terhadap kornea. Keluhan penglihatan seperti melihat
pelangi (halo) tidak dijumpai pada pasien ini karena mata kanan pasien sudah tidak
dapat melihat. Akan tetapi, nyeri pada mata kanan yang timbul menadak 4 hari yang
lalu dirasakan oleh pasien sangat hebat, bersifat berdenyut dan bertambah berat
apabila pasien menunduk ataupun sujud saat sholat. Nyeri juga dirasakan menjalar ke
kepala sisi yang sama dengan mata. Jadi dari keluhan tersebut, pasien mengarah ke
glaucoma akut.
7
terdapat kekeruhan pada lensa menyeluruh, funduskopi sulit dinilai, TIO 59,1
mmHg. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan tersebut semakin mendukung ke
diagnosis glaucoma akut e.c katarak hipermatur atau yang disebut sebagai glaucoma
fakolitik.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
pengaliran cairan aquos harus melalui bilik mata depan terlebih dahulu
sebelum memasuki kanal Schlemm. Bilik mata depan dibentuk oleh
persambungan antara kornea perifer dan iris.
9
Gambar 1. Anatomi mata Trabekula
10
yaitu kecepatan selama tidur 1,5 kali lebih cepat dari pada pagi
hari.
11
peradangan dan tumor intraokuler atau karena aliran keluarnya
yang terganggu akibat adanya hambatan pada pratrabekular,
trabekular atau post trabekular.
III.Definisi Glaukoma
12
paling dini berupa skotoma relatif atau absolut yang terletak pada daerah
derajat sentral. Namun, biasanya penderita tidak menyadari kelainan ini.
Pada glaukoma yang lanjut, timbul kelainan lapangan pandang perifer
di bagian nasal superior. Kerusakan ini kemudian dapat meluas ke
tengah dan bergabung dengan kelainan lapangan pandang yang
terdapat di tengah sehingga penderita seolah melihat melalui suatu
teropong (tunnel vision).
13
Gambar 3. Aliran Cairan Aquos
14
Gambar 4. Aliran Cairan Aquos
1. Karakter Sosiodemografi
a. Usia
15
Risiko terjadinya glaukoma meningkat sesuai
dengan pertambahan usia. Risiko akan semakin tinggi pada
orang yang berusia lebih dari 40 tahun.
b. Jenis kelamin
c. Penyakit Sistemik
i. Miopia/hipermetropia tinggi
iii. Hipertensi
16
Angka kejadian penderita glaukoma dengan riwayat glaukoma
dalam keluarga mencapai 5-19%. Risiko akan meningkat pada
individu dimana terdapat saudara yang juga menderita glaukoma.
Sedangkan jika orang tua atau anak yang menderita glaukoma, risiko
tidak akan terlalu tinggi
c. Jenis-Jenis Glaukoma
17
Ras/bangsa, terutama pada ras Afrika-Amerika beresiko
6 kali dibanding ras Kaukasoid.
18
Gambar 4. Glaukoma Sudut Terbuka
19
Gambar 5. Glaukoma Sudut Tertutup
20
aliran humor aquos di jalinan trabekuler. Bentuk dari
glaukoma sekunder sudut terbuka antara lain ;
Glaukoma pigmentasi.
Sindrom pseudo-exfoliasi
21
glaukoma primer sudut terbuka, terutama pada
individu dengan riwayat penyakit ini pada keluarga
dan akan memperparah peningkatan tekanan
intraokuler pada para pengidap glaukoma primer
sudut terbuka. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena meningkatnya deposit mukopolisakarida yang
terdapat pada humor aquos sehingga drainasenya
terganggu.
Glaukoma Fakolitik
Uveitis.
22
bilik mata depan, disertai edema sekunder atau
kadang-kadang terlibat dalam proses peradangan
spesifik diarahkan ke sel-sel trabekula (trabekulitis).
Uveitis kronik atau rekuren menyebabkan gangguan
permanen fungsi trabekula, sinekia anterior perifer, dan
kadang-kadang neovaskularisasi sudut, yang
semuanya meningkatkan kemungkinan glaukoma
sekunder. Sindorm uveitis yang cenderung timbul
karena glaukoma sekunder adalah siklitis heterikromik
Fuchs, uveitis anterior akut terkait HLA-B27, dan
uveitis herpes zoster dan herpes simpleks.
Trauma
23
anomali Peter, dan sindrom Reiger. Disini perkembangan iris dan
kornea juga abnormal dan (c) berbagai kelainan lain temasuk
aniridia, sindrome Lowe, dan rubeola kongenital. Pada keadaan
ini, anomali perkembangan pada sudut disertai dengan kelainan
okular dan ekstra okular.
24
IV. Pemeriksaan Diagnostik
25
Zeiger-Ausschlag Scale yang diterjemahkan ke dalam tekanan
intraokuler.
Gambar 6. Tonometri
c. Gonioskopi
26
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakan lensa sudut
(goniolens) di dataran depan kornea setelah diberikan local
anestetikum. Lensa ini dapat dipergunakan untuk melihat sekeliling
sudut bilik mata dengan memutarnya 360 derajat.
d. Oftalmoskopi
e. Lapangan Pandang
f. Tonografi
27
Tonografi dilakukan untuk mengukur banyaknya cairan
aquos yang dikeluarkan melalui trabekula dalam satu satuan waktu.
g. Tes Provokasi
V. Penatalaksanaan Glaukoma
a. Medikamentosa
28
farmakoterapinya, obat anti glaukoma dibedakan menjadi empat
jenis, yaitu: untuk supresi produksi cairan aquos, meningkatkan
aliran keluar cairan aquos, menurunkan volume korpus vitreus.
Antagonis adrenergik
Agonis adrenergik
29
2. Meningkatkan aliran keluar cairan aquos
30
secara primer melalui duktus nasolakrimal
31
b. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 2 tablet.
Kemudian disusul dengan 1 tablet tiap 4 jam.
b. Tindakan pembedahan
32
prosedur ini disebut teknik filtrasi. Pembedahan dapat menurunkan
tekanan intraokuler jika dengan medikamentosa tidak berhasil.
Walaupun telah dilakukan tindakan pembedahan, penglihatan yang
sudah hilang tidak dapat kembali normal, terapi medikamentosa
juga tetap dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya menjadi lebih
sedikit.
1. Trabekulektomi
2. Iridektomi perifer
Pada tindakan ini dibuat celah kecil pada kornea bagian
perifer dengan insisi di daerah limbus. Pada tempat insisi ini,
iris dipegang dengan pinset dan ditarik keluar. Iris yang
keluar digunting sehingga akan didapatkan celah untuk
mengalirnya cairan aquos secara langsung tanpa harus melalui
pupil dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Teknik ini
33
biasanya dilakukan pada glaukoma sudut tertutup, sangat efektif
dan aman, namun waktu pulihnya lama.
4. Cryotherapy surgery
34
yang diberikan di sekeliling limbus, kecuali dalam dua belas
pertama matanya di mana ia diterapkan di bagian atas saja. Setelah
cryosurgery mata yang empuk selama 24 jam, dengan
menggunakan salep mata chloromphenical yang kemudian
dilanjutkan 4 kali sehari. Tidak ada obat anti-inflamasi
digunakan baik secara lokal atau sistemik. Hanya analgesik
diberikan. Pasca-operasi tekanan intraokular diperiksa setelah 24
jam, pada hari ke 7, hari ke 14, 6 minggu dan 3 bulan
setelah operasi. Keunggulan melakukan cyclocryotherapy
karena memiliki keunggulan cyclodiathermy suhu subfreezing
kurang merusak struktur lain mata, dapat dengan aman diulang
beberapa kali, dapat dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.
c. Laser
Berikut ini ada beberapa teknik operasi laser yang lazim diterapkan:
35
2. Laser Iridektomy
3. Laser Trabeculoplasty
DAFTAR PUSTAKA
1. Kanski. JJ, Bowling. B: Clinical Ophthalmology.7rd ed. New York. 2011. Elsevier
Saunders. p.311-399
36
2. Vaughan.DG, Asbury.T, dan Riordan-Eva.P : Oftalmologi Umum. EGC. edisi 17.
Jakarta. 2009. Hal 220-238
3. Sidarta I, Muzakkir T, Salamun, Zainal A. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Jakarta. 2008
4. Mandova.S, Sweeny.T, Guyer.D : Color Atlas of Opthalmology. New York. 1999.
Thieme Medical Publishers,Inc. p.238-253
5. Sjamsu budiono. A comparative test of eyedrops timolol 0,5 % and betaxolol 0,5 %
in the reduction of intraocular pressure in primary open-angle glaucoma in dr.
sutomo hospital, Surabaya. J Folia Med Indo, vol (41). No.3 Juli-September
2005.[online]. 2008. Available from: http:// www.journal.unair.ac.id
6. Sandford J, Smith. Eye Disease in Hot Climates. Edisi 4. Elsevier. New
Delhi.2003.hal 312-320
37