Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH METODE BELAJAR DISCOVERY TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 EMPANG


TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu

pendidikan terus dilaksanakan agar diperoleh lulusan yang berkualitas, sesuai

dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja saat ini.Upaya-upaya pemerintah

tersebut meliputi penyediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan,

perubahan kurikulum, sampai dengan penataran guru-guru tentang pembaruan

model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Model

pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran yang dapat melibatkan

siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar dan menyesuaikan teknik

pembelajaran dengan materi yang akan disampaikan. Melalui pembaruan model

pembelajaran khususnya mata pelajaran sejarah diharapkan tercipta suasana

belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk

mempelajari konsep-konsep sejarah yang sering dianggap sebagai pelajaran yang

membosankan.

Arifin (2005) menjelaskan bahwa dengan mengadakan pembaruan model

pembelajaran di sekolah khususnya mata pelajaran sejarah diharapkan tidak hanya

memberikan kemampuan supaya siswa dapat membuat dan memecahkan soal-soal

sejarah tetapi juga secara konkrit dapat ikut membentuk cara berfikir kritis, logis,

dan dapat memiliki keterampilan hidup (life skiil). Dengan kemampuan dan

1
keterampilan tersebut siswa diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah yang

akan dihadapi.

Pada kenyataannya, saat ini disekolah-sekolah terdapat sejumlah guru

yang masih memiliki filosofi pembelajaran yang terpusat pada guru dan masih

yakin bahwa satu-satunya cara mengajar dengan cepat untuk mengejar target

kurikulum. Guru lebih banyak menggunakan metode yang tidak sesuai dengan

materi pembelajaran seperti metode ceramah, demonstrasi, dan latihan menjawab

soal. Cara mengajar seperti ini tidak efektif karena tidak mempertimbangkan

kesesuaian bahan pelajaran dengan kebutuhan, dan pemahaman siswa untuk

mempelajari bahan-bahan yang disampaikannya selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Selain itu juga penggunaan metode tersebut tidak melibatkan siswa

secara aktif sehingga peran guru lebih banyak dalam proses pembelajaran ini

menyebabkan suasana pembelajaran menjadi kurang menarik, monoton dan

membosankan bagi siswa. Hal ini tentu saja akan menurunkan hasil belajar siswa.

Senada dengan studi pendahuluan yang di laksanakan oleh peneliti di

SMAN I EMPANG, khususnya kelas X IPS diketahui bahwa; 1) kurangnya

aktifitas siswa untuk bertanya, 2) kurangnya motivasi anak belajar sejarah, 3)

buku pelajaran yang masih terbatas, dan tidak adanya laboratorium sejarah 4)

kurangnya dukungan dari orang tua siswa, 5) siswa kurang memahami konsep

karena cendrung menghapal, 6) kurang siapnya siswa untuk mengikuti proses

belajar mengajar, dan 7) banyaknya siswa yang nakal merupakan bagian dari

kurangnya perhatian keluarga serta latar belakang keluarga yang sebagian besar

2
adalah anak kurang mampu atau menengah ke bawah. Hal ini mengakibatkan

ketuntasan siswa belajar sejarah masih di bawah nilai angka rata-rata 6,0.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, diperlukan suatu metode

pembelajaran dengan melakukan tindakan yang dapat melibatkan siswa untuk

lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Salah satu metode belajar yang diperlukan

atau diduga dapat membangkitkan motivasi, keaktipan dan kreatifan siswa adalah

metode discovery, mengingat metode pembelajaran ini mampu meningkatkan

keaktifan siswa baik fisik maupun non fisik. Seperti pendapat mengatakan

bahwametode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses pembelajaran

peran siswa lebih aktif baik secara fisik maupun psikologis, dengan bimbingan

seorang guru sebagai pengaruh dalam mencari jawaban atau arti suatu konsep

(Suyitno, M. dkk : 2002).

Kelebihan metode discovery adalah membangkitkan dan memberikan

gairah belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam

menemukan kebenaran yang akhirnya anak didik dapat menemukan hal yang

sangat bermanfaat. Untuk itu metode discovery memiliki pengaruh penting dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa SMAN I Empang.

Dengan demikian diharapkan metode discoveryini lebih di kenal dan

digunakan dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang

memungkinkan. Selain itu dapat juga menambah khasanah dibidang pengajaran

IPS khususnya, dan di bidang ilmu lain secara umumnya.

3
Berdasarkan uaraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Metode

Belajar Discovery Untuk Menemukan PengaruhnyaTerhadap Prestasi Belajar

Siswa.

1.2 IdentifikasiMasalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut :

1. Kurang aktifnya siswa bertanya dalam proses belajar mengajar sejarah di

SMAN 1 Empang.

2. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar sejarah.

3. Perlengkapan buku pelajaran yang masih terbatas, dan tidak adanya

laboratorium sejarah.

4. Minimnya dukungan orang tua dalam membimbing siswa belajar dirumah.

5. Siswa kurang memahami konsep karena cenderung menghapal.

6. Guru lebih banyak menggunakan metode yang tidak sesuai dengan materi

pembelajaran.

7. Guru sejarah diSMAN 1 Empangtidak pernah menggunakan metode belajar

discovery.

8. Banyak siswa nakal merupakan bagian dari kurangnya perhatian keluarga

serta latar belakang keluarga yang sebagian besar anak kurang mampu atau

menengah kebawah.

9. Ketuntasan siswa belajar sejarah masih di bawah angka rata-rata 6,0.

4
1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat masalah yang teridentifikasi relatif banyak dan berbagai

keterbatasan peneliti maka penelitian ini di batasi sebagai berikut:

1. Objek Penelitian

Objek yang di teliti dari masalah yang teridentifikasi di atas adalah

metode belajar discovery untuk menemukan pengaruhnya terhadap prestasi

belajar siswa.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMAN 1 EmpangkelasX Tahun

Pembelajaran2014/2015.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh metode belajar discoveryterhadap prestasi belajar siswa

kelasXSman 1 Empangtahun pembelajaran2014/2015?

2. Seberapa tinggi pengaruh penerapan metode belajar discoverytehadap prestasi

belajar siswa kelas X SMAN 1 Empangtahun pembelajaran 2014/2015?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk menemukan pengaruh metode belajar discovery terhadap prestasi

belajar siswa kelas X SMAN 1 Empangtahun pembelajaran2014/2015.

5
2. Untuk mengetahui tingginya pengaruh metode belajar discoveryterhadap

prestasi belajar siswa kelas X SMAN 1 EMPANG tahun pembelajaran

2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat diadakan penelitian adalah sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan membantu

pengembangan dalam mencari informasi khususnya di bidang

pendidikan dan pembelajaran.

2. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti yang ingin meneliti

masalah yang sama secara lebih mendalam.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi siswa, dengan diterapkannya pembelajarandiscovery, siswa

diharapkan dapat menghubungkan teori dengan kehidupan nyata.

2. Bagi guru, dengan diterapkannya pembelajaran discoverydiharapkan

dapat mengatasi kesulitan dalam mengajarkan konsep-konsep yang

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan

pembelajaran sekolah.

3. Bagi sekolah (pengelola sekolah), diharapkan mampu memberikan

timbal balik bagi pengembangan dan pembinaan pendidikan, baik

mengenai perencanaan dan pengembangan kurikulum maupun bagi

peningkatan mutu guru.

6
4. Bagi peneliti, dapat memperluas pengetahuan tentang strategi

pembelajaran dan dapat menambah keterampilan dalam mengadakan

variasi mengajar sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

7
2. LANDASAN TEORI

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Metode Belajar

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang

sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.

Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan

metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan

demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.

Metode mengajar adalah cara sebaik-baiknya untuk mencapai suatu tujuan

(Winarno Surakhmad, 1973:36). Disegala bidang manusia mencari efisiensi kerja

untuk mencapai suatu tujuan. Semakin baik suatu metode yang digunakan, maka

semakin efektif pula kegiatan yang dilaksanakan dan tujuan yang dicapai. Begitu

pula proses belajar mengajar di sekolah dan untuk mengetahui suatu metode itu

baik ada beberapa faktor yang harus dipenuhi yaitu:

a. Faktor tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya.

b. Faktor anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya.

c. Faktor situasi dengan berbagai keadaannya.

d. Faktor fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.

e. Faktor guru dengan segala kemampuan profesinya yang berbeda-beda.

(Winarno Surakhmad, 1973:3).

Sementara A. Tafsir Abu Ahmad (1982) mengemukakan bahwa ada enam

faktor yang mempengaruhi metode mengajar adalah sebagai berikut:

8
a. Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tingkat kecerdasan, kematangan

dan perbedaan individu-individu lainnya.

b. Tujuan yang hendak dicapai.

c. Situasi yang mencakup hal yang umum seperti kelas dan lingkungan.

d. Alat-alat yang tersedia.

e. Kemampuan guru dalam mengajak yang meliputi kemampuan fisik dan

keahlian.

f. Sifat dari bahan pengajaran.

Dalam pemilihan metode, guru terkait oleh faktor-faktor seperti yang telah

disebutkan di atas, guru tidak dibenarkan memilih metode mengajar yang akan

digunakan itu hanya didasarkan karena kebiasaan. Kenyataan di lapangan

memperlihatkan bahwa faktor yang menyebabkan kurang antusiasnya siswa

dalam bertanya, menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan dan mengerjakan

soal-soal latihan karena metode mengajar yang digunakan metode pembelajaran

yang menoton yaitu sistem pembelajaran tradisional dengan pendekatan kognitif

berupa kombinasi ceramah ekspositori, baik mengenai materi yang diajarkan

maupun cara pembelajaran. Di samping itu juga pelajaran sangat penting untuk

menunjang keberhasilan dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar merupakan

cara sebaik-baiknya yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan

pelajaran kepada peserta didik agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

9
2.1.2 Metode Belajar Discovery

a. Pengertian

Sebagian besar dari ilmu sejarah yang dipelajari siswa siswi di

sekolah adalah tidak melalui penemuan, tetapi melalui pemberitahuan. Siswa

dikatakan belajar dengan melalui penemuan, jika guru mengajar dengan tidak

memberi tahu lebih dahulu, tetapi memberikan kesempatan atau berdialog

dengan siswa agar ia menemukan sendiri, cara belajar demikian disebut

metode penemuan.

Dilihat dari makna klasikal Abdullah Masrur (1995) mejelaskan

bahwa discovery berarti penemuan. Sehingga kata metode penemuan identik

dengan metode discovery. Mengenai pengertian metode penemuan di atas,

ada beberapa pendapat mengemukakan hal tersebut diantaranya:

1) Metode penemuan adalah metode penyampaian topik–topik materi

pembelajaran sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran

memungkinkan sendiri pola-pola atau struktur melalui serentetan

pengalaman belajar masa lampau (G. Tamabun, 1987:54). Dari uraian di

atas dapat dijelaskan bahwa metode penemuan terdiri dari komponen

pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar

aktif,. beroreintasi proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan

reflektif.

2) Discovery adalah proses mental, dimana siswa mampu mengasimilasikan

sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental

tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-

10
golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat

kesimpulan dan sebagainya(Roestiyah, 2008: 20).

3) B.Surya Subrata Mengemukakan (1996). metode penemuan dapat

dikatakan suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar, guru

memperkenalkan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang

secara tradisional bisa diberitahu atau diceramahkan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

discovery adalah suatu metode dimana dalam proses pembelajaran peran

siswa dituntut lebih aktif baik secara fisik maupun psikilogis, dengan

bimbingan seorang guru sebagai pengarah dalam mencari jawaban atau arti

suatu konsep pelajaran tertentu.

b. Pentingnya Penggunaan Metode Discovery

Penggunaan metode discovery sangat penting artinya untuk dapat

memotivasi siswa untuk belajar agar dapat berprestasi yang lebih tinggi.

Disamping metode ini memang masih jarang digunakan karena berbagai

macam pertimbangan, lancarnya baik sarana maupun prasarana dan fasilitas

yang mendukung lancarnya penggunaan metode ini, selain itu metode

discovery ini memerlukan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa.

Namunwalau demikian, penggunaan metode discoverymemiliki keistimewaan

tertentu.

Mengenai hal tersebutB. Suryo Subroto (1996) mengemukakan

Metode discoverymerupakan salah satu metode mengajar yang akhir–akhir ini

11
banyak digunakan disekolah-sekolah yang sudah maju hal ini karena metode

discovery itu :

1) Merupakan satu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.

2) Dengan menemukan sendiri maka hasil diperoleh akan setia dan tahan

lama dalam ingatan tidak mudah dilupakan.

3) Dengan metode discovery anak akan belajar menguasai salah satu metode

ilmiah yang dapat dikembangkan sendiri.

4) Dengan metode discovery anak akan belajar berfikir analisis dan

memecahkan masalah dihadapi sendiri dan kebiasaan ini akan ditransfer

dalam kehidupan bermasyarakat.

Dari pendapat di atas dapat simpulkan metode discoveryadalah salah

satu metode pengajaran yang dapat membuat siswa belajar sendiri, berfikir

sendiri, dan menganalisis sendiri masalah yang akan dipecahkan sehingga

pengalaman ini dapat ditransfer kedalam prilaku sehari-hari menuju pribadi

yang matang dan penuh rasa percaya diri.

12
c. Ciri-Ciri Metode Discovery

Adapun beberapa ciri-ciri penting dari metode discoveryyatu:

1) Memberi contoh lebih banyak sebelum siswa mengambil kesimpulan.

2) Merumuskan sesuatu dengan bahasa yang baik sebelum mengambil

kesimpulan. Sehingga penyajian penemuan terlihat dengan baik.

3) Jangan mengharap siswa mampu menemukan sendiri setiap konsep yang

kita minta untuk mencarinya. (G. Tambunan 1998:328).

Pendapat lain mengemukakan bahwa metode discoverysering

disamakan dengan Inquiry Approach. Kesimpulan yang dapat diambil dari

konsep dasar metode discoveryadalah:

1) Ditinjau dari segi siswa yang tinggi minat belajar:

a) Terjadi peroses mental yang tinggi dari siswa sebab dengan aktifitas

ini siswa dapat belajar mengasimilasikan konsep dan

mengasimilasikan prinsip.

b) Problem solving yaitu siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas dan

kegiatan belajar dalam menghadapi / memecahkan masalah-masalah

dengan menggunakan metode (Ishak, 2005:29).

c) Self learning aktifities yaitu topik-topik ini lebih menekankan kepada

proses pembentukan belajar, kerja siswa dalam materi / bahan

tertentu, yang disusun dan direncanakan oleh guru berdasarkan kepada

kurikulum yang berlaku (Udin S, Winata Putra, 2005:13).

d) Tanggung jawab sendiri yaitu bertanggung jawab dalam

melaksanakan tugas dan dalam menghadapi proses kegiatan belajar

13
mengajar yang terencana dan terprogram sehingga dapat

menghasilkan keterampilan-keterampilan yang fungsional.

2) Ditinjau dari segi guru yang mengajar:

a) Guru sebagai diagnosis yang berusaha mengetahui kebutuhan siswa

dan kesiapan siswa.

b) Guru sebagai fasilitator: menyiapkan tugas atau problem memberikan

klasifikasi dan lain-lain.

c) Guru sebagai dinamisator : meransang terjadinya interaksi.

3) Ditinjau dari derajat keterlibatan proses mental dan jenis tujuan

pengajaran yang ingin dicapai:

a) Ada guru yang menggunakan metode penemuan yang tidak terpimpin

sama sekali, metode penemuan terpimpin dan metode penemuan yang

seperti dikemukakan Sound (B. Suryo Subroto : 1996 :196)

d. Langkah-Langkah Metode Discovery

B. Suryo Subroto (1996)mengemukakan ada 20 langkah yang harus

ditempuh guru jika menggunkan metode penemuan. Dibandingkan dengan

Ruchard Scuonan maka langkah dapat disederhanakan menjadi :

1) Identifikasi kebutuhan

2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan

generalisasi yang akan dipelajari

3) Seleksi bahan dan problem tugas-tugas.

4) Membantu memperjelas tugas yang akan dipelajari, peran masing-masing

siswa.

14
5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang dibutuhkan.

6) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan

dan tugas-tugas siswa.

7) Membantu siswa dengan informasi, jika diperlukan.

8) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.

9) Memimpin analisis sendiri (sel analisis) dengan pertanyaan yang

mengarah dan mengidentifikasi proses.

10) Merangsang terjadinya interaksi antara siswa.

11) Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.

12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasikan atau

hasil penemuannya.

e. Kelemahan dan Kelebihan Metode Discovery

1. Kelebihan dan Metode Discovery

a) Membangkitkan gairah belajar siswa karena merasa jerih payah

penyelidikannya berhasil atau gagal.

b) Memberi kesempatan bagi siswa untuk bergerak maju,sesuai

kemampuan.

c) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya

kepercayaan pada diri sendiri melalui proses penemuan.

d) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisma yang sehat untuk

menemukan kebenaran yang akhir dan mutlak.

e) Pengetahuan yang diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya

sehingga mungkin menjadi pengetahuan yang kukuh, dalam arti

15
pendalaman dari pengertian, retensi dan transfer. (Roestiyah, 2008:

20-21 ).

2. Kelemahan-Kelemahan Metode Discovery

a) Dipersyaratkan keharusan mental dipersiapkan untuk cara belajar ini.

b) Kelasnya harus kecil, misalnya karena seorang siswa dibantu

menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana cara mengerjakan

tugas.

c) Jika bimbingan guru terlalu banyak dapat mematikan inisiatif

siswa(B.Suryo Subroto : 1996: 201-202).

2.1.3 Prestasi Belajar

1. Pengertian

Prestasi belajar adalah kegiatan belajar siswa untuk memperoleh

pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai-nilai (Raka Joni, 1997:26)

Sedangkan menurut Bloom (1971) prestasi belajar merupakan hasil

perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Dari definisi di atas, maka disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah

hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan

dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas siswa dalam belajar

2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, artinya

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara tepat, banyak hal lain yang harus

diperhatikan disamping harus merumuskan tujuan secara khusus. Roestiyah

16
(1996) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi belajar

siswa yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor

yang datang dari dalam diri siswa itu sendiri seperti kesehatan, rasa aman,

kemampuan, minat dan sebagainya sedangkan faktor eksternal adalah faktor

yang berada diluar diri siswa yang dapat dikelompokkan lagi menajadi :

a) Faktor Keluarga

Faktor keluarga akan mempengaruhi prestasi belajar siswa

diantaranya berupa, cara orang tua mendidik, interaksi antara anggota

keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

mencakup, metode belajar, krikulum, sarana dan prasarana sekolah,

metode belajar siswa, metode belajar guru, interaksi guru dengan siswa,

dan perpustakaan.

c) Faktor Masyarakat

Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dengan masyarakat.

Kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, dan

bentuk kehidupan masyarakat yang semuanya akan mempengaruhi

proses belajar siswa.

3. Aspek-Aspek Yang Dinilai Dalam Prestasi Belajar

Pada umumnya ada 3 (tiga) aspek hasil belajar yang dikemukakan

oleh Benyamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutif oleh Dimyati dan

Mudjiono (2002) sebagai berikut; Aspek-aspek kognitif, efektif, dan

17
psikomotor. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan satu persatu adalah sebagai

berikut :

1) Aspek kognitif

Menurut Bloom sebagaimana dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono

(2007)aspek kognitif diklasifikasikan menjadi 6 tingkatan yaitu:

a) Pengetahuan seseorang dikatakan memiliki pengetahuan kalau ia

mengenal kembali suatu proses, pola, atau struktur perangkat.

b) Pemahaman seseorang dikatakan memahami kalau ia mengerti tentang

segala sesuatu yang dikomunikasikan tanpa mengaitkannya dengan

bahan atau gagasan lain.

c) Penerapan suatu kemampuan menggunakan teori–teori yang pernah

dipelajari kedalam situasi yang kongkrit.

d) Analisis Menjabarkan sesuatu kedalam unsur-unsur, bagian-bagian

atau komponen-komponen sedemikian rupa sehingga tampak jelas

hubungan yang satu dengan yang lain.

e) Sistesis Kemampuan untuk menyatukan unsur – unsur bagian

sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan yang utuh.

f) Evaluasi Kemampuan untuk menetapkan nilai – nilai ( harga ) dari

sesuatu untuk tujuan tertentu.

2) Aspek Afektif ( Sikap )

Menurut Kratwohl sebagaimana dikutip oleh Dimyati dan

Mudjiono(2002) aspek efektif diklasifikasikan menjadi 5 kelompok yaitu:

18
a) Menerima adalah suatu kesepakatan seseorang terhadap suatu gejala

atau perangsang tertentu.

b) Merespon adalah mengadakan tindakan balasan / menjawab /

mereaksi, terhadap perangsang atau gejala tertentu.

c) Menghargai adalah mengembangkan suatu sikap, bahwa suatu hal,

tingkah laku, atau suatu gagasan mempunyai nilai tertentu.

d) Mengorganisasikan Nilai adalah pengaturan nilai – nilai,

mengembangkan nilai yang berbeda, memperbaiki konflik antara nilai

sehingga dapat dapat ditetapkan suatu sistem nilai.

e) Pembentukan Watak/Karakter adalah merupakan pembinaan moral

seseorang yang ditujukan melalui tingkah laku yang konsisten sesuai

dengan sistem nilai yang dianut.

3) Aspek Psikomotor ( Keterampilan )

Menurut Elizabet Simpsonsebagaimana dikutif oleh Dimyati dan

Mudjiono (2002) asfek psikomotorik diklasifikasikan menjadi 5

kelompok yaitu:

a) Persepsi adalah kegiatan yang dilakukan dengan alat indra.

b) Kesiapan maksudnya adalah mengatur kesiapan diri sebelum

melakukan sesuatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan.

c) Respon Terarah adalah bertindak dengan mengikuti prosedur tertentu.

d) Bertindak Manis adalah menurut suatu kebiasaan melakukan suatu

tindakan dengan kelancaran, kemudahan serta ketetapan tindakan

untuk mencapai tujuan.

19
e) Respon Komplek adalah merupakan suatu tindakan yang didukung

oleh suatu keahlian sehingga menunjukkan kemahiran/keterampilan

tingkat tinggi.

2.2 Kerangka Berfikir

Berdasarkanuraian pada landasan teori dan penelitian di atas, maka dapat

dipaparkan kerangka berpikir sebagai dasar penemuan hipotesis.

Banyak upaya yang dilakukan seorang guru yang bisa ditempuh dalam

menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mencapai

pendidikan seperti yang di harapkan. Salah satu upaya tertentu adalah dengan

mencoba menggunakan metode discovery.

Metode discovery mengajak para siswa untuk langsung terjun kelapangan

setelah mendapat bimbingan di dalam kelas dari guru. Disinilah terjadi proses

melihat dan mengamati bagaimana kehidupan manusia pra aksara setelah meneliti

hasil-hasil peninggalannya. Dari upaya pengamatan di lapangan barulah kemudian

di dalam kelas siswa mengasimilasikan dan menggeneralisasikan hasil

pengamatan di lapangan, dan siap menjelaskan kehidupan manusia pada masa pra

aksara.

Dari uraian kerangka berfikir di atas peneliti dapat simpulkan bahwa

penggunaan metode discoveryterhadap siswa, merupakan metode pengajaran yang

melatih para siswa untuk belajar mencari dan menemukan jawaban dari satu

masalah tertentu, sehingga dengan cara ini, ingatan siswa lebih kuat dan dapat

menumpuk rasa percaya diri. Walaupun sifat penelian ini sederhana dan bukan

berarti memaksa siswa menjadi penemuan secara ekstrim.

20
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Siswa Tidak Aktif / Pasif Konvensional

- Prestasi Rendah
- Minat Rendah
- Motivasi Rendah

Siswa Aktif dan Kreatif


Pembelajaran Metode Discovery
Memenuhi Prestasi

- Minat Siswa Tinggi


- Siswa Aktif Belajar Prestasi Tinggi
- Motivasi Siswa Tinggi

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang sifatnya sementara

terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2006: 71). Sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa

hipotesis adalah jawaban sementara tehadap rumusan masalah penelitian, di mana

rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiono,

2009: 64).

Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka hipotesis penelitian ini dapat

di rumuskan sebagai berikut:

1. Ada Pengaruh Metode Belajar DiscoveryTerhadap Prestasi Belajar Siswa

Kelas X SMAN 1 EMPANG Tahun Pembelajaran 2014/ 2015.

21
2. Metode Belajar DiscoveryBerpengaruh Sangat Tinggi Terhadap Prestasi

Belajar Siswa Kelas X SMAN 1 EmpangTahun Pembelajaran 2014/2015.

22
3. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif, mengingat data-data yang dikumpulkan adalah data berbentuk

angka.Seperti pendapat yang mengatakan bahwa penelitian kuantitatif sesuai

dengan namanya, banyak dituntut untuk menggunakan angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari

hasilnya (Suharsimi Arikunto, 2002:10).Mengacu pada pendapat tersebut dapat

dipahami bahwa dalam penelitian kuantitatif lebih banyak menggunakan angka

mulai dari pengumpulan data, penafsiran data dan penampilan data yang

diperoleh.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen, mengingat data dalam penelitian ini belum ada secara wajar, oleh

karena itu untuk memunculkan data perlu dilakukan eksperimen.

Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab

akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti

dengan mengeliminisasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain

yang mengganggu (Suharsimi Arikunto, 2006: 3) Sedangkan Menurut Sugiyono

(2009) metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka di simpulkan bahwa metode

eksperimen adalah cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor

23
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan.

3.2 Rancangan Penelitian

Metode penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi dua yaitu

penelitian eksperimen sungguhan (true experimental research) dan penelitian

eksperimen semu (quasi experimental research).Dengan demikian, dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian sungguhan dengan

membentuk perlakuan pada kelompok eksperimen.

Eksperimen sejati (true experimen) adalah jenis eksperimen yang dianggap

sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan (Suharsimi- Arikunto, 2002: 79).

Yang dimaksud persyaratan dalam eksperimen adalah adanya kelompok lain yang

tidak dikenal eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan.

Rancangan penelitian merupakan suatu langkah yang penting dalam

penelitian selanjutnya. Setiap penelitian harus dirancang, untuk itu perlu suatu

desin penelitian. Desain penelitian adalah rencana tentang cara mengumpulkan

dan menganalisisa data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi

dengan tujuan penelitian (Nasution, 2004 : 23).

Desain suatu penelitian sangat ditentukan oleh tujuan penelitian itu sendiri,

oleh karena itu penelitian ini bertujuan menemukan pengaruh metode belajar

discovery terhadap prestasi belajar siswa, maka desain eksperimen yang akan

digunakan adalah desain Control Group Pre-test, Post-test. Adapun polanya yaitu:

24
E O1 x O2
K O3 x O 4

E : adalah kelompok eksperimen

K : adalah kelompok control

O : adalah hasil observasi

(Suharsimi, 2002 : 80).

Dalam hal ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen (

01 -02 ) dengan pencapaian kelompok control (03 -0 4 ).

Untuk lebih jelasnya rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Pra eksperimen Post eksperimen

Pembelajaran
Kelompok Kelompok
eksperime
01 menggunakan02 b = 01 -02 eksperime
n n
Metode belajar

discovery

Kelompok Kelompok
Pre-test Observasi Post-test
kontrol kontrol

03 tidak Tidak1ada
04 b = 03 - 0 4
tindakan

b = beda

Ketika melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti memberikan Pre-test

terhadap kedua kelompok.Selanjutnya peneliti memberikan materi tentang

25
pengertian dan ruang lingkup ilmu sejarah dengan perlakuan atau treatment,

dimana kelompok eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan metode

belajar discovery, sedangkan kelompok kontrol tidak ada perlakuan.Setelah

mengadakan eksperimen peneliti memberikan Post-test untuk mengetahui

pengaruh treatmentyang sudah diberikan.

Dengan demikian, hasil belajar/prestasi belajar eksperimen tentunya akan

mengalami perubahan yang lebih tinggi akibat perlakuan pembelajaran

menggunakan metode belajar discovery, bila dibandingkan dengan keadaan

sebelum dan sesudahnya. Sehingga hasil belajar eksperimen > kontrol.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN I Empang,tahun pembelajaran

2014/2015.Adapunwaktu penelitian ini dilaksankan pada bulan juni dan juli

tahun pembelajaran 2014/2015.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi Penelitian

Sutrisno Hadi (1981) mengemukakan bahwa seluruh penduduk yang di

maksud untuk diselidiki disebut populasi. Populasi dibatasi sebagai jumlah

penduduk atau individu yang paling sedikitmempunyai sifat yang sama.

Sedangkan ahli lain mengemukakan bahwa populasi adalah seluruh individu yang

menjadi subjek penelitian yang nantinya dikenal generalisasi dan hasil penelitian

itu berlaku untuk suluruh populasi (Suharsimi Arikunto, 1995 : 90).

Berdasarkan kedua pendapat di atas maka yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1EMPANG Tahun

26
Pembelajaran 2014/2015. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 01: Keadaan Populasi SMAN 1 EMPANG Tahun Pembelajaran 2014/2015.

Keadaan Populasi
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
X1 24 10 34
X2 15 19 34
X3 12 22 34
X4 16 18 34
X5 20 14 34
X6 21 13 34
X7 17 17 34
Jumlah 125 113 238

3.5.2 Sampel Penelitian

Subjek yang dikenai penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel.

Sampel merupakan bagian dari populasi, sehubungan dengan hal itu suatu

pendapat mengatakan bahwa metode sampling adalah suatu cara pengambilan

subjek penelitian, dimana subjek yang akan di teliti itu terdiri dari sejumlah

individu sebagai wakil atau yang diwakili oleh sejumlah yang lebih kecil. Jumlah

yang lebih kecil itu disebut sampel (I. B Netra, 1974).

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka jelaslah bahwa sampling adalah

cara pengambilan sampel. Salah satu syarat utama sampel yang baik adalah

sampel itu mencerminkan sifat- sifat yang terdapat pada populasi dengan kata lain

sampel yang baik adalah sampel yang representatif atau sampel yang

mencerminkan populasi.

Untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari

setiap kelas ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyak subjek dari

27
masing-masing kelas maka teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik

proposip Sampling. Dengan teknik pengambilan sampel acak secara undian. Pada

kertas kecil-kecil kita tuliskan huruf subjek, satu huruf untuk setiap kertas.

Kemudian kertas ini kita gulung, dengan tanpa prasangka dari 5 gulungan kertas,

kita mengambil 2 gulungan kertas, sehingga huruf-huruf yang tertera pada

gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan huruf subjek sampel

penelitian. Maka akan diperoleh sampel dari masing-masing kelas. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 02 : Keadaan Sampel Penelitian di SMAN I EMPANG Tahun Pembelajaran


2014/2015.
Kelas Sampel Keterangan Pelaku
X3 34 Dengan Eksperimen
X4 34 Dengan Kontrol
Jumlah 68

3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Pengertian Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian peneliti.(Suharsimi Arikunto, 2006: 118). Sedangkan menurut Karlinger

(1973), menyatakan bahwa variabel penelitian adalah konstruk atau sifat yang

akan dipelajari.

Berdasarkan pendapat di atas, maka di simpulkan bahwa variabel

penelitian adalah obyek penelitan atau sifat yang akan dipelajari menjadi titik

perhatian peneliti.

28
3.6.2 Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas (Independen)

dan variabel terikat (Dependen). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi

sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel bebasnya adalah Metode Belajar Discovery.

Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel terikatnya adalah Prestasi Belajar Siswa.

3.6.3 Definisi Operasi Variabel Penelitian

Dalam definisi operasi variabel akan dijelaskan tentang variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

3.6.3.1 Metode Belajar Discovery

Metode belajar discovery adalah suatu metode mengajar yang melatih

siswa untuk berfikir dalam menyelesaikan suatu masalah dengan pemberian tugas

secara kelompok yang di diskusi dan berbuat mandiri dalam menemukan jawaban

dari satu masalah dengan bimbingan dari seorang guru. Penerapan metode

discovery ketika berada di dalam kelas guru melakukan tindakan dengan cara

diskusi yang dapat melibatkan peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam

belajar.

3.6.3.2 Prestasi Belajar

Di dalam penelitian ini prestasi belajar adalah hasil atau nilai-nilai yang

diperoleh siswa setelah diajarkan dengan menggunakan metode belajar discovery.

29
3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sesuatu yang amat penting dan strategis

kedudukannya didalam keseluruhan kegiatan penelitian. Hubungan antara data

dengan permasalahan, tujuan dan hipotesis penelitian. Data merupakan bahan

penting yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatau

yang akan digunakan untuk mencapai tujuan, dan untuk membuktikan hipotesis.

Jadi data merupakan kunci pokok dalam kegiatan penelitian sekaligus menentukan

kualitas hasil penelitian.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009 : 102). Instrumen

penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode.

(Suharsimi Arikunto, 2006: 149). Pemilihan instrumen penelitian sangat

ditentukan oleh beberapa hal yaitu objek penelitian, sumber data, dan dana yang

tersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknik yang akan digunakan untuk mengelola

bila sudah terkumpul.

Berdasarkan pendapat di atas, maka instrumen yang digunakan untuk

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah suatu cara untuk

mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang

harus yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga

menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang

dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan

nilai standar yang ditetapkan ( Nurkancana dan Sumartana, 1986: 25) Oleh karena

itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes tulis.

30
Instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur peguasaan

peserta didik terhadap konsep pengertian dan ruang lingkup ilmu sejarah yang

dapat dilihat pada kemampuan dan pencapaian atau prestasi peserta didik. Dalam

penelitian ini yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda

yang berjumlah 30 butir soal diberikan alternatif jawaban, yaitu: a, b, c, dan d.

Dari 30 butir soal hanya 22 soal yang valid dan 8 soal yang tidak valid. Dari 22

soal tersebut yang akan diujikan pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Skor untuk masing-masing jawaban adalah jawaban benar skornya 1

(satu) dan jawaban salah skoenya 0 (nol).

Dalam penelitian ini tes di susun dari materi pembelajaran yang

dieksperimenkan. Bagi instrumen yang belum ada di lapangan pengukuran dan

penilaian, maka peneliti harus menyusun sendiri, mulai dari merencanakan,

menyusun, mengadakan uji coba dan revisi. Adapun prosedur yang ditempuh

dalam mengadakan instrumen yang baik adalah:

1. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi

variabel.

2. Penulisan butir-butir soal atau item-item kuensioner.

3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman dengan

mengerjakan, surat-menyurat, kunci jawaban dan lain-lain yang perlu.

4. Uji coba, baik dalam skala kecil maupun besar.

5. Penganalisisan hasil analisis item.

6. Mengadakan revisi. (Suharsimi Arikunto,2002: 142).

31
Untuk mengetahui validitas dan reabilitas tes maka dilanjutkan uji coba

terlebih dahulu. Adapun tes yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

1. Validitas Instrumen

Instrumen yang baik mempunyai syarat-syarat validitas dan reabilitas,

disamping memiliki tingkat kesukaran daya beda. Berkenaan dengan

instrumen, seorang ahli mengatakan, suatu alat untuk dapat dikatakan alat

ukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang

hendak di ukur secara tepat (Nurkancana dkk, 1995: 127).

Ahli lain berpendapat bahwa validitas atau kesahihan menunjukkan

kepada sejauh mana alat pengukur itu dapat mengukur apa yang hendak di

ukur (Sunadi Suryabrata, 1985 : 86).

Berdasarkan pengertian di atas, maka validitas berarti ketepatan

instrumen untuk mengukur apa yang hendak di ukur, validitas instrumen dapat

di tinjau dari beberapa segi yakni: Validitas isi, namun bandingan dan

konstruksi (Susunan). Instrumen dikatakan valid paling tidak memenuhi

validitas isi dan susunan validitas isi dilakukan dengan membandingkan

materi instrumen kepada analisis rasional terhadap aspek – aspek yang

seharusnya digunakan dalam menyusun butir – butir soal.

Sehubungan dengan itu ahli lain mengemukakan bahwa validitas isi dan

validitas susunan disebut validitas rasional (Wayan Nurkancana, 1986: 130).

Oleh karena, instrumen pada penelitian ini di susun sendiri oleh peneliti, maka

instrumen tersebut terlebih dahulu di susun sendiri oleh peneliti, maka

32
instrumen tersebut terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing

untuk menetapkan validitas instrumen dari segi isi dan susunannya. Hasil

pendatapun dari segi itu dan susunannya kemudian disebarkan kepada

responden penelitian. Untuk itu menghitung validitas digunakan rumus

product moment:

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )

=√
{[ N ∑ X −( ∑ X ) }{N ∑ Y −( ∑ Y ) ¿¿
2 2 2 2

r xy

Keterangan:

r xy = koefisien korelasi product moment antara variabel x dan y

xy = jumlah perkalian antara x dan y

x
2

= kuadrat dari x

y
2

= kuadrat dari y

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 170)

2. Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dilakukan setelah diperoleh hasil akhir penyebaran

instrumen, dan karena instrumen tes yang peneliti gunakan adalah tes pilihan

ganda atau tes obyektif, maka dalam menentukan reliabilitasnya tersebut

menggunakan rumus K-R.20 yaitu:

r 11 =
( )(
k Vt−∑ pq
k −1 Vt )

33
Keterangan:

r 11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butiran soal

Vt = varians total

P = banyaknya subjek yang mendapat skor satu

q = 1–P

(Suharsimi Arikunto, 2006: 188 )

3.8 Metode Pengumpulan Data

Teknikpengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam

penelitian. Sebab data-data yang yang diperoleh selanjutnya akan diolah. Hasil

penelitian akan dikatakan bagus apabila dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan adanya data yang lengkap.

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja

dan sistimatis mengenai penomena sosial dengan gejala praktis untuk

kemudian dilakukan pencatatan (Sutrisno Hadi, 1986: 145).

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa observasi adalah suatu

langkah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala praktis kemudian

dilakukan pencatatan. Adapun jenis observasi yang digunakan adalah

observasi nonpartisipan. Dengan metode observasi ini peneliti mengamati

34
tingkah laku peserta didik yang diberikan perlakuan dengan metode

discoverydalam proses pembelajaran. Maka dengan menggunakan metode ini,

peneliti akan memperoleh data mengenai proses pembelajaran menggunakan

metode discovery.

2. Metode Tes

Sesuai dengan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, tes

digunakan setelah peneliti menggunakan pengukuran pada kelompok

eksperimen.

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi

Arikunto, 2006 : 150). Berkaitan dengan hal itu, dalam penelitian ini, metode

tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang penguasaan konsep sejarah

sebelum dan sesudah eksperimen. Sehingga dengan metode tes ini, peneliti

dapat memperoleh data berupa pengaruh metode discovery terhadap perestasi

belajar siswa yang dapat dilihat dari perolehan skor atau nilai peserta didik..

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berarti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,

lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006 : 231). Metode dokumentasi

ini, peneliti mengambil data-data baik yang berbentuk buku, dokumen,

peraturan-peraturan, dan sebagainya sehingga data yang diperoleh mudah

diolah.

35
Dengan metode ini peneliti mendapatkan data-data dalam bentuk

tertulis mengenai keadaan guru dan peserta didik SMAN 1 Empang. Dengan

data-data yang diperoleh tersebut, peneliti akan memperoleh gambaran umum

mengenai keadaan, struktur organisasi dan keadaan guru, pegawai/ karyawan

dan peserta didik SMAN 1 EMPANG.

3.9 Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai data pada masing-

masing variabel, serta untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu

dilakukan analisis data, pada bagian ini dibahas secara berturut-turut diantaranya

adalah 1) Teknik Uji Persyaratan Analisis, dan 2) Teknik Uji Hipotesis.

1. Teknik Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalits Data

Sebelum data penelitian diolah dengan menggunakan rumus-rumus

statistik yang bersesuaian maka perlu dilakukan uji analisis data untuk

mengetahui apakah data yang terkumpul tersebut telah memenuhi

persyaratan untuk diolah dengan menggunakan analisis statistik. Salah satu

syarat analisis yang akan di bahas pada bagian ini adalah uji normalitas

data dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang akan diolah

tersebut sudah berdistribusi normal atau tidak. Adapun rumus yang akan

digunakan untuk menguji normalitas data tersebut adalah dengan

menggunakan rumus Chi – kuadrat sebagai berikut :

∑ ( fo−fh)2
2
X = fh

36
Keterangan :
2
X = chi kuadrat

fo = frekuensi observasi

fh = frekuensi harapan

(Suharsimi Arikunto, 2009: 312)


2 2
Dengan kriteria keputusan jika X hitung < X tabel dengan

interval kepercayaan 95% maka data tersebut dikatakan berdistribusi

normal.Sebaliknya jika X2 hitung > X


2
tabel dengan interval

kepercayaan 95% maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Data

Sebelum analisis data dilakukan dengan rumus t-test untuk

membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, maka

perlu dilakukan uji homogenitas terhadap sampel. Adapun rumus yang

digunakan untuk menguji homogenitas sampel tersebut adalah dengan

menggunakan F-hitung dengan rumus:

varians terbesar
F=
varians terkecil
Varians masing-masing kelas dicari dengan rumus :

∑ ( X − X )2
s=
2

n−1

Keterangan :

F = Indeks homogenitas yang dicari

37
s
2

= Varians

X = Nilai siswa

X = Nilai rata-rata

X −X = Nilai siswa – nilai rata-rata

Bila harga F-hitung ≤ F tabel berarti sampel tidak homogen

Bila harga F-hitung ≥ F tabel berarti sampel homogen

(Sugiyono, 2008:199).

2. Teknik Uji Hipotesis

a. Mencari Koefisien Harga Statistik

Mengingat pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif dan data yang dikumpulkan adalah data-

data berbentuk angka dan untuk menganalisis data menggunakan

statistik. Rumus statistik yang digunakan adalah rumus t-test. Dalam

hal ini, tes digunakan untuk menguji signifikasi perbedaan mean.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

M x− M y

t= √( ∑ x2 + ∑ y 2
Nx + N y − 2 )( 1
+
1
Nx N y )
Keterangan :

t = t hitung

M = Nilai rata – rata hasil kelompok

N = Banyak subjek

38
x = Deviasi setiap nilai x 2 dan x 1

y = Deviasi setiap nilai y 2 dan y 1 (Suharsimi, 2002 :281 )

b. Uji Hipotesis

1. Untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan pengetesan satu

skor dengan taraf kepercayaan 95% yang konsultasinya pada

kolom taraf signifikan 5 %.

2. Kriteria yang digunakan dalam menguji hipotesis ini adalah:

t t
a. Jika hitung < tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya

tidak ada pengaruh yang signifikan.

t t
b. Jika hitung > tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada

pengaruh yang signifikan.

39
DAFTAR PUSTAKA

BurhanNurgianto, dkk. StatistikTerapanUntukPenelitianIlmu – IlmuSosial,


Yogyakarta:GajahMadaUniversityPress.

CholidNarbuko, dkk. 2005. MetodologiPenelitian, Jakarta:BumiAksara.

Dimiyanti,dkk 2002 BelajardanPembelajaran , Jakarta : RinekaCipta

Ishak. 2005. Pendidikan IPS, Jakarta :Universitas Terbuka.

Muh Amin, 1979, Apakah Metode Discoveriitu, penemuan itu,dikti depdikbut,


jakarta

Muh Nurdin, dkk. 2008. IPS SMP / MTs kelas VII, Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Panenpaulina. 2003. Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta :Universitas


Terbuka.

Roestiyah N.K. 2008.StrategiBelajar Mengajar, Jakarta:RinekaCipta.

Simpati. 2008. LKS IPS Terpadu, Surakarta : CV. Grahadi.

Sudjana.2002 .Metode Statistika, Bandung :Tarsito

Sugiyono.2006 .Statistika Untuk Penelitian, Bandung : CV Alfabeta

Sugiyono. 2008.Metode Penelitin Kuantitatif, Kualitatif Dan R & B,Bandung:


Allfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2000 .Manajemen Penelitian, Jakarta :RinekaCipta.

___________2006 .Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :


Rineka Cipta

SutrisnoHadi. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta :Andi

Udin. S, Winata Putra. 2005. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :Universitas


Terbuka

Wayan Nur kancana, dkk. 1986. Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.

YatimRiyanto .2001 .Metodologi Penelitian, Surabaya : SIC.

40

Anda mungkin juga menyukai