Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu

pendidikan terus dilaksanakan agar diperoleh lulusan yang berkualitas, sesuai

dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Upaya-upaya pemerintah tersebut

meliputi penyediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, perubahan

kurikulum, sampai dengan penataran guru-guru tentang pembaruan model

pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Model

pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran yang dapat melibatkan

siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar dan menyesuaikan teknik

pembelajaran dengan materi yang akan disampaikan. Melalui pembaruan model

pembelajaran khususnya mata pelajaran sejarah diharapkan tercipta suasana

belajar yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari

konsep-konsep sejarah yang sering dianggap sebagai pelajaran yang

membosankan.

Arifin (2009: 40) menjelaskan bahwa dengan mengadakan pembaruan

model pembelajaran di sekolah khususnya mata pelajaran sejarah diharapkan tidak

hanya memberikan kemampuan supaya siswa dapat membuat dan memecahkan

soal-soal sejarah tetapi juga secara konkrit dapat ikut membentuk cara berfikir

kritis, logis, dan dapat memiliki keterampilan hidup (life skiil). Dengan

1
kemampuan dan keterampilan tersebut siswa diharapkan dapat memecahkan

masalah-masalah yang akan dihadapi.

Pada kenyataannya, di sekolah-sekolah terdapat sejumlah guru yang masih

memiliki filosofi pembelajaran yang terpusat pada guru dan masih yakin bahwa

satu-satunya cara mengajar dengan cepat untuk mengejar target kurikulum. Guru

lebih banyak menggunakan metode yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran

seperti metode ceramah, demonstrasi, dan latihan menjawab soal. Cara mengajar

tidak efektif karena tidak mempertimbangkan kesesuaian bahan pelajaran dengan

kebutuhan, dan pemahaman siswa untuk mempelajari bahan-bahan yang

disampaikannya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung penggunaan

metode tersebut tidak melibatkan siswa secara aktif sehingga peran guru lebih

banyak dalam proses pembelajaran menyebabkan suasana pembelajaran menjadi

kurang menarik, monoton dan membosankan bagi siswa akan menurunkan hasil

belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti di SMAN I

EMPANG terdapat beberapa masalah dalam proses pembelajaran sejarah

khususnya kelas X IPS diketahui bahwa; 1) kurangnya aktifitas siswa untuk

bertanya, 2) kurangnya motivasi anak belajar sejarah, 3) buku pelajaran yang

masih terbatas, dan tidak adanya laboratorium sejarah 4) kurangnya dukungan dari

orang tua siswa, 5) siswa kurang memahami konsep karena cendrung menghapal,

6) kurang siapnya siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar, dan 7)

banyaknya siswa yang tidak aktif merupakan bagian dari kurangnya perhatian

keluarga serta latar belakang keluarga yang sebagian besar adalah anak kurang

2
mampu atau menengah ke bawah. mengakibatkan ketuntasan siswa belajar

sejarah masih di bawah nilai angka rata-rata 7,5.

Untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut , diperlukan suatu metode

pembelajaran dengan melakukan tindakan yang dapat melibatkan siswa untuk

lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Salah satu metode belajar yang diperlukan

atau diduga dapat membangkitkan motivasi, keaktifan dan kreatifitas siswa adalah

metode discovery, mengingat metode pembelajaran discovery mampu

meningkatkan keaktifan siswa baik fisik maupun non fisik. Seperti pendapat

mengatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses

pembelajaran peran siswa lebih aktif baik secara fisik maupun psikologis, dengan

bimbingan seorang guru sebagai pengaruh dalam mencari jawaban atau arti suatu

konsep (Suyitno, M. Dkk, 2009: 105).

Kelebihan metode discovery adalah membangkitkan dan memberikan

gairah belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam

menemukan kebenaran yang akhirnya anak didik dapat menemukan yang sangat

bermanfaat. metode discovery memiliki pengaruh penting dalam meningkatkan

hasil belajar siswa SMAN I EMPANG.

Dengan demikian, penggunaan metode discovery akan bisa meningkatkan

prestasi belajar siswa baik kognitif, afektif, psikomotorik. dapat juga menambah

khasanah dibidang pengajaran IPS khususnya, dan di bidang ilmu lain secara

umumnya.

3
Berdasarkan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti metode belajar

Discovery untuk menemukan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

pembelajaran sejarah khususnya kelas X SMAN 1 EMPANG dapat diidentifikasi

sebagai berikut :

1. Siswa kurang aktif bertanya dalam proses belajar mengajar sejarah di

SMAN 1 Empang.

2. Siswa kurang motivasi dalam belajar sejarah.

3. Perlengkapan buku pelajaran yang masih terbatas, dan tidak adanya

laboratorium sejarah.

4. Masih kurang dukungan orang tua dalam membimbing siswa belajar

dirumah.

5. Siswa kurang memahami konsep karena cenderung menghapal.

6. Guru lebih banyak menggunakan metode yang tidak sesuai dengan materi

pembelajaran.

7. Guru sejarah di SMAN 1 Empang tidak pernah menggunakan metode

belajar discovery.

8. Banyak siswa tidak aktif merupakan bagian dari kurangnya perhatian

keluarga serta latar belakang keluarga yang sebagian besar anak kurang

mampu atau menengah kebawah.

9. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sejarah masih di bawah angka rata-

rata 7,5.

4
1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat masalah yang teridentifikasi relatif banyak dan berbagai

keterbatasan peneliti maka penelitian dibatasi sebagai berikut:

1. Guru lebih banyak menggunakan metode yang tidak sesuai dengan materi

pembelajaran.
2. Guru sejarah di SMAN 1 EMPANG tidak pernah menggunakan metode

belajar discovery.
3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sejarah masih di bawah angka rata-

rata 7,5.
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan

masalah penelitian adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok yang

menggunakan discovery dan konvensional pada mata pelajaran sejarah kelas

X SMAN 1 EMPANG tahun pembelajaran 2014/2015?


2. Apakah ada pengaruh metode belajar discovery terhadap hasil belajar

siswa dalam pembelajaran sejarah kelas X SMAN 1 EMPANG tahun

pembelajaran 2014/2015?
1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

melalui penelitian adalah:

1. Untuk menemukan perbedaan hasil belajar antara kelompok yang

menggunakan discovery dan konvensional dalam pembelajaran sejarah kelas

X SMAN 1 EMPANG tahun pembelajaran 2014/2015.


2. Untuk menemukan pengaruh metode belajar discovery terhadap hasil

belajar siswa kelas X SMAN 1 Empang tahun pembelajaran 2014/2015.

5
1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang didapat dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan membantu

pengembangan dalam mencari informasi khususnya di bidang

pendidikan dan pembelajaran.

b. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti yang ingin meneliti

masalah yang sama secara lebih mendalam.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian adalah sebagai berikut:

a. Bagi siswa, dengan diterapkannya pembelajaran discovery, siswa

diharapkan dapat menghubungkan teori dengan kehidupan nyata.


b. Bagi guru, dengan diterapkannya pembelajaran discovery

diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam mengajarkan konsep-

konsep yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya

peningkatan pembelajaran sekolah.


c. Bagi sekolah (pengelola sekolah), diharapkan mampu memberikan

timbal balik bagi pengembangan dan pembinaan pendidikan, baik

mengenai perencanaan dan pengembangan kurikulum maupun bagi

peningkatan mutu guru.


d. Bagi peneliti, dapat memperluas pengetahuan tentang strategi

pembelajaran dan dapat menambah keterampilan dalam mengadakan

variasi mengajar sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pembelajaran Sejarah
2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses transaksional (saling memberikan

timbal balik) di antara komponen-komponen sistem pembelajaran, yakni

pendidik, peserta didik, bahan ajar, media, alat, prosedur dan proses

belajar guna mencapai suatu perubahan yang komprehensif pada diri

peserta didik (Rahmat muliana, 2010:26)

. Oemar Hamalik (2009:69) mengemukakan bahwa pembelajaran

adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk

memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan

belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Surya dan Ruhiat (2012: 2) juga memberikan pengertian bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Sementara Dimyati dan Mudjiono (2010:297) Pembelajaran adalah

kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar.

7
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan sebuah prosedur atau proses yang melibatkan

interaksi antara pengajar dan peserta didik, baik secara langsung maupun

tidak langsung melalui penggunaan berbagai media pembelajaran, serta

ditempuh guna memperoleh sebuah perubahan perilaku secara

keseluruhan.

2.1.1.2 Pengertian Sejarah

Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (ajaratun)

yang artiny pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut (tarikh ).

Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah

waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani

yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam

bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain

yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah

terjadi (Aam Abdillah, 2012: 11-13).

Sejarah menurut Anggar Kaswati (2011: 3) adalah rekonstruksi

masa lalu dan apa yang direkonstruksikan adalah apa saja yang sudah

dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh manusia.

Sejarah juga didefinisikan sebagai bentuk analisis mengenai apa yang

dipikirkan orang, apa yang diucapkan, diperbuat, yang menimbulkan

perubahan melalui dimensi waktu.

Menurut Habib Mustopo (2008: 12) kegunaan sejarah dalam

kehidupan masyarakat adalah: (1) memberikan kesadaran waktu; (2)

8
memberikan pelajaran yang baik; (3) memperkokoh rasa kebangsaan

(nasionalisme); (4) memberikan kecerdasan identitas nasional dan

kepribadian suatu bangsa; (5) sumber inspirasi; dan (6) sarana rekreatif.

Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari proses

perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya melalui dimensi waktu

dan waktu tempat yang mencakup aspek politik, sosial, ekonomi, budaya,

geografi dan lain-lain. (Poerwantara, 2009: 9).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sejarah

merupakan kejadian atau peristiwa yang mempelajari proses perubahan

manusia dalam dimensi waktu yang mempunyai peranan penting dalam

kehidupan manusia yang akan datang yang saling mempengaruhi baik

aspek politik, sosial, ekonomi, budaya dan geografi.

2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran Sejarah

Tujuan pembelajaran sejarah di sekolah yaitu untuk

memperkenalkan pelajar kepada riwayat perjuangan manusia untuk

mencapai kehidupan yang bebas, bahagia, adil dan makmur, serta

menyadarkan pelajar tentang dasar dan tujuan kehidupan manusia

berjuang pada umumnya (Soewarso, 2010 : 31).

Tujuan pembelajaran sejarah yang ingin dicapai menurut I Gde

Widya adalah untuk mengembangkan tiga aspek (ranah) kemampuan

yaitu : aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Widya, 2009 : 27 28).

Ketiga aspek kemampuan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisah-pisahkan, seperti dalam tujuan akhir pembelajaran sejarah.

9
Konsekuensinya adalah pengembangan konsep-konsep sejarah (aspek

kognitif) tidak dilepaskan dari pengembangan sikap (aspek afektif). Agar

konsep dan nilai sejarah tersebut berkembang secara optimal maka subyek

didik memiliki keterampilan intelektual (aspek psikomotor) serta terlihat

aktif secara fisik, mental dan emosional dalam pembelajarannya. Setiap

mata pelajaran memiliki karakteristik yang khas. Pembelajaran sejarah di

SMA tujuan dan penggunaannya dibedakan atas sejarah empiris dan

sejarah normatif. Sejarah empiris menyajikan subtansi kesejarahan yang

bersifat akademis (untuk tujuan yang bersifat ilmiah). Sejarah normatif

menyajikan subtansi kesejarahan yang dipilih menurut ukuran nilai dan

makna yang sesuai dengan tujuan yang bersifat normatif, sesuai dengan

tujuan pendidikan nasional; dan pendidikan sejarah di SMA lebih

menekankan kepada perspektif kritis-logis dengan pendekatan historis-

sosiologis.

Berdasarkan pendaapat di atas dapat disimpulkan Tujuan pelajaran

sejarah merupakan tujuan bagian setiap manusia di dunia selalu

menginginkan kehidupan yang bahagia, adil dan makmur. Dan manusia

sadar bahwa kehidupan itu tidak akan tercapai kalau tidak diperjuangkan

sekuat tenaga. Seperti yang telah diketahui oleh manusia pada masa

lampau untuk meningkatkan dan menyadarkan generasi muda untuk

mengembangkan dan memahami pengetahuan, sikap, dan ketrampilan

yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan

pancasila.

10
2.1.2 Metode Belajar

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang

sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.

Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan

metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Suatu

strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode (Surakhmad, 2009: 100-101).

Metode mengajar adalah cara sebaik-baiknya untuk mencapai suatu tujuan

(Winarno Surakhmad, 2009:36). Di segala bidang manusia mencari efisiensi kerja

untuk mencapai suatu tujuan. Semakin baik suatu metode yang digunakan, maka

semakin efektif pula kegiatan yang dilaksanakan dan tujuan yang dicapai. Begitu

pula proses belajar mengajar di sekolah dan untuk mengetahui suatu metode itu

baik ada beberapa faktor yang harus dipenuhi yaitu:

a. Faktor tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya.

b. Faktor anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya.

c. Faktor situasi dengan berbagai keadaannya.

d. Faktor fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.

e. Faktor guru dengan segala kemampuan profesinya yang berbeda-beda.

(Winarno Surakhmad, 2009:3).

Sementara A. Tafsir Abu Ahmad (2011:80) mengemukakan bahwa ada

enam faktor yang mempengaruhi metode mengajar adalah sebagai berikut:

11
a. Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tingkat kecerdasan,

kematangan dan perbedaan individu-individu lainnya.

b. Tujuan yang hendak dicapai.

c. Situasi yang mencakup hal yang umum seperti kelas dan lingkungan.

d. Alat-alat yang tersedia.

e. Kemampuan guru dalam mengajak yang meliputi kemampuan fisik dan

keahlian.

f. Sifat dari bahan pengajaran.

Dalam pemilihan metode, guru terkait oleh faktor-faktor seperti yang telah

disebutkan di atas, guru tidak dibenarkan memilih metode mengajar yang akan

digunakan itu hanya didasarkan karena kebiasaan. Kenyataan di lapangan

memperlihatkan bahwa faktor yang menyebabkan kurang antusiasnya siswa

dalam bertanya, menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan dan mengerjakan

soal-soal latihan karena metode mengajar yang digunakan metode pembelajaran

yang menoton yaitu sistem pembelajaran tradisional dengan pendekatan kognitif

berupa kombinasi ceramah ekspositori, baik mengenai materi yang diajarkan

maupun cara pembelajaran. Pelajaran sangat penting untuk menunjang

keberhasilan dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar

merupakan cara sebaik-baiknya yang dapat digunakan oleh guru untuk

menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik agar mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, Semakin baik suatu metode yang digunakan, maka semakin

efektif pula kegiatan yang dilaksanakan dan tujuan yang dicapai.

12
2.1.3 Metode Belajar Discovery

a. Pengertian discovery

Sebagian besar dari ilmu sejarah yang dipelajari siswa siswi di

sekolah adalah tidak melalui penemuan, tetapi melalui pemberitahuan.

Siswa dikatakan belajar dengan melalui penemuan, jika guru mengajar

dengan tidak memberi tahu lebih dahulu, tetapi memberikan

kesempatan atau berdialog dengan siswa agar ia menemukan sendiri,

cara belajar demikian disebut metode penemuan.

Dilihat dari makna klasikal Abdullah Masrur (2010:26)

mejelaskan bahwa discovery berarti penemuan. Sehingga kata metode

penemuan identik dengan metode discovery. Mengenai pengertian

metode penemuan di atas, ada beberapa pendapat mengemukakan hal

tersebut diantaranya:

1) Metode penemuan adalah metode penyampaian topiktopik

materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga proses

pembelajaran memungkinkan sendiri pola-pola atau struktur

melalui serentetan pengalaman belajar masa lampau (G. Tamabun,

2010:54). Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa metode

penemuan terdiri dari komponen pendidikan yang meliputi metode

mengajar yang memajukan cara belajar aktif,. beroreintasi proses,

mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.

2) Discovery adalah proses mental, dimana siswa mampu

mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan

13
dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati,

mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,

menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya

(Roestiyah, 2008: 20).

3) B.Surya Subrata Mengemukakan (2009:18). metode

penemuan dapat dikatakan suatu metode dimana dalam proses

belajar mengajar, guru memperkenalkan siswa-siswanya

menemukan sendiri informasi yang secara tradisional bisa

diberitahu atau diceramahkan.

4) Metode discovery adalah memahami konsep, arti, dan

hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada

suatu kesimpulan (Budiningsih, 2010:43).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses

pembelajaran peran siswa dituntut lebih aktif baik secara fisik

maupun psikilogis, dengan bimbingan seorang guru sebagai pengarah

dalam mencari jawaban atau arti suatu konsep pelajaran tertentu.

b. Manfaat Penggunaan Metode Discovery

Penggunaan metode discovery sangat penting artinya untuk

dapat memotivasi siswa untuk belajar agar dapat berprestasi yang

lebih tinggi. metode discovery memang masih jarang digunakan

karena berbagai macam pertimbangan, lancarnya baik sarana maupun

14
prasarana dan fasilitas yang mendukung lancarnya penggunaan

metode discovery memerlukan bimbingan yang lebih intensif kepada

siswa. Namun walau demikian, penggunaan metode discovery

memiliki keistimewaan tertentu.

B.Suryo Subroto (2010:15) mengemukakan Metode discovery

merupakan salah satu metode mengajar yang banyak digunakan

disekolah-sekolah yang sudah maju karena metode discovery :

1) Merupakan satu cara untuk mengembangkan cara belajar

siswa aktif.

2) Dengan menemukan sendiri maka hasil diperoleh akan setia

dan tahan lama dalam ingatan tidak mudah dilupakan.

3) Dengan metode discovery anak akan belajar menguasai salah

satu metode ilmiah yang dapat dikembangkan sendiri.

4) Dengan metode discovery anak akan belajar berfikir analisis

dan memecahkan masalah dihadapi sendiri dan kebiasaan ini akan

ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.

Dari pendapat di atas dapat simpulkan metode discovery

adalah salah satu metode pengajaran yang dapat membuat siswa

belajar sendiri, berfikir sendiri, dan menganalisis sendiri masalah yang

akan dipecahkan sehingga pengalaman dapat ditransfer kedalam

prilaku sehari-hari menuju pribadi yang matang dan penuh rasa

percaya diri.

15
c. Ciri-Ciri Metode Discovery

Adapun beberapa ciri-ciri penting dari metode discovery yaitu:

1) Memberi contoh lebih banyak sebelum siswa mengambil

kesimpulan.

2) Merumuskan sesuatu dengan bahasa yang baik sebelum

mengambil kesimpulan. Sehingga penyajian penemuan terlihat

dengan baik.

3) Jangan mengharap siswa mampu menemukan sendiri setiap

konsep yang kita minta untuk mencarinya. (G. Tambunan

2009:328).

Pendapat lain mengemukakan bahwa metode discovery sering

disamakan dengan Inquiry Approach. Kesimpulan yang dapat diambil

dari konsep dasar metode discovery adalah:

1) Ditinjau dari segi siswa yang tinggi minat belajar:

a) Terjadi peroses mental yang tinggi dari siswa sebab dengan

aktifitas siswa dapat belajar mengasimilasikan konsep dan

mengasimilasikan prinsip.

b) Problem solving yaitu siswa dapat menyelesaikan tugas-

tugas dan kegiatan belajar dalam menghadapi / memecahkan

masalah-masalah dengan menggunakan metode (Ishak,

2009:29).

c) Self learning aktifities yaitu topik-topik ini lebih

menekankan kepada proses pembentukan belajar, kerja siswa

16
dalam materi / bahan tertentu, yang disusun dan direncanakan

oleh guru berdasarkan kepada kurikulum yang berlaku (Udin S

dan Winata Putra, 2010:13).

d) Tanggung jawab sendiri yaitu bertanggung jawab dalam

melaksanakan tugas dan dalam menghadapi proses kegiatan

belajar mengajar yang terencana dan terprogram sehingga

dapat menghasilkan keterampilan-keterampilan yang

fungsional.

2) Ditinjau dari segi guru yang mengajar:

a) Guru sebagai diagnosis yang berusaha mengetahui

kebutuhan siswa dan kesiapan siswa.

b) Guru sebagai fasilitator: menyiapkan tugas atau problem

memberikan klasifikasi dan lain-lain.

c) Guru sebagai dinamisator : meransang terjadinya

interaksi.

3) Ditinjau dari derajat keterlibatan proses mental dan jenis

tujuan pengajaran yang ingin dicapai:

a) Ada guru yang menggunakan metode penemuan yang

tidak terpimpin sama sekali, metode penemuan terpimpin dan

metode penemuan yang seperti dikemukakan Sound (B. Suryo

Subroto : 2010 :196)

d. Langkah-Langkah Metode Discovery

17
B. Suryo Subroto (2010:172) mengemukakan ada 20 langkah

yang harus ditempuh guru jika menggunkan metode penemuan.

Dibandingkan dengan Ruchard Scuonan maka langkah dapat

disederhanakan menjadi :

1) Identifikasi kebutuhan

2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian

konsep dan generalisasi yang akan dipelajari

3) Seleksi bahan dan problem tugas-tugas.

4) Membantu memperjelas tugas yang akan dipelajari, peran

masing-masing siswa.

5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang dibutuhkan.

6) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan

dipecahkan dan tugas-tugas siswa.

7) Membantu siswa dengan informasi, jika diperlukan.

8) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan

penemuan.

9) Memimpin analisis sendiri (sel analisis) dengan pertanyaan

yang mengarah dan mengidentifikasi proses.

10) Merangsang terjadinya interaksi antara siswa.

11) Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses

penemuan.

12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan

generalisasikan atau hasil penemuannya. Sedangkan menurut

18
Syaiful (2008:197) langkah-langkah dalam melaksanakan metode

pembelajaran Discovery yaitu:

1) Perumusan masalah untuk dipecahkan murid Perumusan

masalah untuk dipecahkan murid merupakan kegiatan belajar

yang dilakukan guru dengan memberikan pertanyaan yang

merangsang berfikir murid mengarah pada persiapan

pemecahan masalah.
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan

istilah hipotesis murid menetapkan hipotesis atau praduga

jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif jawaban)


3) Murid mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk

menjawab permasalahan/hipotesis. Secara spontan murid

menjelajahi informasi atau data untuk menguji praduga baik

secara individu ataupun secara kelompok melalui kegiatan.


4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi Menarik

kesimpulan yaitu murid menarik kesimpulan jawaban melalui

informasi yang diperoleh melalui kegiatan


5) Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi

baru Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi

merupakan penyajian hasil kesimpulan jawaban yang

diperoleh melalui kegiatan oleh wakil setiap kelompok

melalui praktek didepan kelas.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam

menerapkan Metode pembelajaran Discovery ini, seorang guru

dianjurkan untuk tidak memberikan materi pelajaran secara utuh.

19
Murid cukup diberi konsep utama untuk selanjutnya murid dibimbing

agar dapat menemukan sendiri sampai akhirnya dapat

mengorganisasikan konsep tersebut secara utuh. Guru perlu

memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada murid untuk

mendapatkan konsep-konsep yang belum disampaikan oleh guru

dengan pendekatan belajar problem solving.

e. Kelemahan dan Kelebihan Metode Discovery

1. Kelebihan dan Metode Discovery

a) Membangkitkan gairah belajar siswa karena merasa jerih

payah penyelidikannya berhasil atau gagal.

b) Memberi kesempatan bagi siswa untuk bergerak

maju,sesuai kemampuan.

c) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan

bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses

penemuan.

d) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisma yang

sehat untuk menemukan kebenaran yang akhir dan mutlak.

e) Pengetahuan yang diperoleh dari strategi ini sangat

pribadi sifatnya sehingga mungkin menjadi pengetahuan yang

kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian, retensi dan

transfer. (Roestiyah, 2008: 20-21 ).

2. Kelemahan-Kelemahan Metode Discovery

20
a) Dipersyaratkan keharusan mental dipersiapkan untuk cara

belajar ini.

b) Kelasnya harus kecil, misalnya karena seorang siswa

dibantu menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana

cara mengerjakan tugas.

c) Jika bimbingan guru terlalu banyak dapat mematikan

inisiatif siswa (B.Suryo Subroto : 2010: 201-202).

2.1.4 Hasil Belajar


2.1.4.1 Pengertian hasil belajar

Hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang

mencagkup asfek kognitif, selain itu juga belajar merupakan suatu proses

atau serangkaian kegiatan yang terjadi secara terus menerus dan

berjenjang. Hal ini di maksudkan untuk mencapai perkembangan yang

lebih maju serta perubahan-perubahan pada diri seseorang, misalnya

tingkah laku, pola pikir, pola pikir, sikap, sifat dan pemahamannya ( Nana

Sudjana, 2011:20)

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru

tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya

melalui proses kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya setelah

mendapat informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-

kegiatan siswa lebih lanjut baik untuk individu maupun kelompok belajar.

Dalam kaitannya dengan hasil belajar tersebut, Bahtiar (2010:24)

mengemukakan adanya lima kemungkinan yang dapat diperoleh seseorang

21
sebagai hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif,

informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan

perilaku baru sebagai akibat latihan atau pengalaman.

Menurut Staton (2009:86) hasil belajar pada proses belajar ditentukan

oleh 5 (lima) faktor, diantaranya:

1. Informasi Verbal ( Verbal Information)

Yang dimaksud adalah pengetahuan awal/dasar yang memiliki

seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan

tulisan. Apabila siswa hendak belajar/menerima pelajaran suatu pokok

bahasan, maka pengetahuan awal sebelum pokok bahasan diberikan

siswa harus sudah menguasai.

2. Kemahiran Intelektual ( Intelektual Skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan

lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi.

Intelektual atau kecerdasan bila dikembangkan dapat berupa

Intellegece Quiotion (IQ), Intellegence emotional (IE), Spiritual

Intellegence (IS). IQ berhubungan dengan intelegensi atau kecerdasan

otak, IE berkaitan dengan emosi atau tingkat pengendalian diri, IS

berhubungan dengan tingkat keyakinan kepada Tuhan ( Suharsono,

2010:96).

22
3. Strategi kognitif (pengaturan kegiatan kognitif) merupakan aktivitas

mentalnya sendiri, sedangkan ruang gerak kemahiran intelektual

adalah representasi dalam kesadaran terhadap lingkungan hidup dan

diri sendiri. Strategi kognitif mencakup, penggunaan konsep dan

kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang menghadapi suatu

problem.

4. Ketrampilan Motorik ( Motor Skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan melakukan suatu rangkaian

gerak-gerik jasmaniah dalam urutan tertentu yang terkoordinir dan

terpadu. Ciri khas dari ketrampilan motorik adalah otomatisme, yaitu

rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan secara

lancer dan luwes tanpa banyak dibutuhkan refleksi tentang apa yang

harus dilakukan dan mengapa diikuti gerak-gerik tertentu.

5. Sikap (Attitude)

Kecenderungan menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek serta berguna/berharga atau tidak sering

dinyatakan sebagai suatu sikap dan hal bila dimungkinkan adanya

berbagai tindakan. Misalnya seorang siswa harus mengambil

tindakan/keputusan, apakah belajar untuk menghadapi ujian, atau

nonton film dengan temannya pada waktu yang sama.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah hasil yang di peroleh berupa pesan-pesan dan kesan-kesan

23
yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

aktivitas dalam belajar.


2.1.4.2 Jenis-jenis Hasil belajar

Menurut Dimyati (2010:250-251) hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga jenis ranah antara lain :

1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah perubahan prilaku yang terjadi dalam

kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kawasan kognitif

meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan

pengelolahan dalam otak menjadi informasi sehingga pemanggilan

kembali informasi ketika di perlukan untuk menyelsaikan masalah.

Menurut Bloom secara hirarki tingkat hasil belajar kognitif mulaim dari

yang paling rendah dan sederhana yaitu hapalan sampai yang paling

rendah dan komplek yaitu evaluasi. Enam tingkat itu adalah: 1)

pengetahuan, 2) pemahaman, 3) penerapan, 4) analisi, 5) sintesis, dan 6)

evaluasi.
2. Ranah Afektif
Purwanto, (2010:5) membagi belajar afektif menjadi lima tingkat ,

yaitu penerimaan (merespon rangsanagn), partisipasi, penilaian

(menentukna pilihan sebuah nilai dari rangsangan), organisasi

(menghubungkan nilai-nilai yang dipelajari), dan internalisasi

(menjadikan nilai-nilai sebagai pedoman hidup). Hasil belajar disusun

secara hirarkis mulai dari tingkatan yang paling rendah hingga yang

paling tinggi. Jadi ranah afektif adalah yang berhubungan dengan nilai-

nilai yang kemudian yang di hubungkan dengan sikap dan prilaku.


2. Ranah Psikomotor

24
Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hiraqrki dari hasil

belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun berdasarkan urutan mulai

dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi hanya

dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih

rendah.
Purwanto (2010:51) mengklasifikasikan hasil belajar pisikomotorik

menjadi enam yaitu, persepsi (membedakan gejala), kesiapan

(menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan), gerakan terbimbing

(meniruh model yang dicontohkan), gerakan terbiasa (melakukan

gerakan tanpa model hingga mencapai kebiasaan), gerakan kompleks

(melakukan serangkaian gerakan secara berurutan), dan kreativitas

(menciptakan gerakan dan kombinasi gerakan yang baru yang orisinil

atau asli).
Berdasarkan ketiga ranah diatas yang menjadi objek penilaian hasil

belajar dapat disimpulkan bahwa hasil kognitif lebih dominan dari pada

afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar

psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian

dalam proses pembelajaran di sekolah hasil.

2.1.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik

dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor internal, faktor dari dalam

diri peserta didik faktor eksternal yaitu faktor dari luar diri peserta didik

(Slameto, 2010:57).

25
1. Faktor Internal
Menurut Slameto (2010:57) dalam faktor internal terdapat

beberapa macam bagian yaitu ;


(a) Intelegensi peserta didik. Intelegansi adalah kemampuan mental

untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi sangat dibutuhkan

dalam psoses belajar, untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang

optimal. (b) Bakat peserta didik. Bakat adalah kemampuan (potensi)

yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa

yang akan datang. Jadi bakat adalah kemampuan peserta didik untuk

belajar dalam memahami dan menghayati maupun mengkaji bahan

pelajaran yang akan dipelajari oleh pendidik di sekolah. (c) Minat

belajar. Minat merupakan kecendrungan atau kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut slameto dalam

bukunya bahwa minat adalah kecendrungan yang tepat untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Jadi minat adalah

keinginan peserta didik untuk belajar dalam bidang studi tertentu. (d)

Motivasi belajar. Yang dimaksud dengan motivasi adalah keadaan

internal organisme baik manusia maupun hewan yang dapat

mendorongnya berbuat sesuatu. Atau daya untuk bertingkah laku

secara terarah. Motivasi dapat menumbukan rasa senang dan

semangat serta motivasi untuk belajar sehingga hasil belajar dapat

optimal.
2. Faktor eksternal

26
Dalam faktor eksternal terdapat dua macam faktor yang

mendukung yaitu lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah.


a. Lingkungan keluarga
Menurut Slameto (2010:56) dalam lingkungan keluarga

ada beberapa hal yang mempengaruhi antara lain :


(1) Orang tua. Orang tua di dalam lingkungan keluarga adalah

institusi pendidikan utama dan pertama bagi anak, sebab seorang

anak pertama kali mengenal pendidikan dalam lingkungan

melalui orang tua atau keluarga. Dalam kegiatan belajar seorang

anak perlu diberikan dorongan serta pengertian oleh orang tuanya.

(2) Suasana rumah. Suasana keluarga yang harmonis dapat

menjadikan anak belajar dengan baik. Sedangkan sedangkan

suasana rumah yang terlalu gaduh atau terlalu ramai tidak akan

memberikan suasana bagi anak untuk belajar dengan baik. (3)

Keadaan sosial. Kegiatan belajar anak didik kadang memerlukan

prasarana yang cukup mahal dan tidak terjangkau oleh keluarga.

Keadaan social tersebut tidak memungkinkan untuk memenuhi

belajar anak didik, sehingga kondisi ini menghambat anak dalam

belajarnya .
b. Lingkungan sekolah
Menurut Slameto (2010:58) dalam lingkungan sekolah juga

terdapat beberapa hal yang mempengaruhinya, meliputi :

(1) Interaksi pendidik dan peserta didik Interaksi pendidik dan

peserta didik dijelaskan bahwa kurangnya interaksi pendidik

dengan peserta didik secara lazim menyebabkan proses belajar

mengajar kurang lancar, dan akan mempengaruhi minat belajar

27
peserta didik karena apabila interaksi pendidik dengan peserta

didik kurang baik atau menonton maka dapat juga menjadi salah

satu penyebab rendahnya minat peserta didik. (2) Cara

penyampaian. Cara penyajian bahan atau materi pelajaran juga

dapat mempengaruh rendahnya minat dan gairah belajar peserta

didik di sekolah. Jika pendidik selalu mengajar dengan metode

ceramah dapat menyebabkan peserta didik menjadi bosan dan

mengantuk, serta hanya berfungsi sebagai notulis dari ucapan

pendidik di muka kelas. (3) Media pendidikan. Media adalah

perantara atau penyalur informasi dalam proses belajar mengajar.

Jadi media mutlak dalam membantu menunjang lancarnya belajar

peserta didik di dalam sekolah, seperti buku-buku di

perpustakaan, lembar kerja peserta didik dan berbagai media

pendidikan .

2.2 Kerangka Berfikir.

Banyak upaya yang dilakukan seorang guru yang bisa ditempuh

dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien untuk

mencapai pendidikan seperti yang di harapkan. Salah satu upaya tertentu

adalah dengan mencoba menggunakan metode discovery.

Metode discovery mengajak para siswa untuk langsung terjun

kelapangan setelah mendapat bimbingan di dalam kelas dari guru.

Disinilah terjadi proses melihat dan mengamati bagaimana kehidupan

manusia pra aksara setelah meneliti hasil-hasil peninggalannya. Dari upaya

28
pengamatan di lapangan barulah kemudian di dalam kelas siswa

mengasimilasikan dan menggeneralisasikan hasil pengamatan di lapangan,

dan siap menjelaskan kehidupan manusia pada masa pra aksara.

penggunaan metode discovery terhadap siswa, merupakan metode

pengajaran yang melatih para siswa untuk belajar mencari dan menemukan

jawaban dari satu masalah tertentu, sehingga dengan metode discovery,

ingatan siswa lebih kuat dan dapat menumpuk rasa percaya diri. Walaupun

sifat penelian ini sederhana dan bukan berarti memaksa siswa menjadi

penemuan secara ekstrim.

Berdasarkan penalaran tersebut diatas dan diskusi dengan teman

sejawat dapat dibuat kerangka berfikir seperti dibawah ini:

29
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Pembelajaran sejarah

Pembelajaran Metode Konvensional


Discovery

Cri-ciri Metode Discovery Ciri-ciri Metode Konvensional


- Memberi contoh lebih - Siswa adalah penerima
banyak kepada siswa sebelum informasi secara pasif.
mengambil kesimpulan. - Guru adalah penentu
- Merumuskan sesuatu jalannya proses
dengan bahasa yang baik pembelajaran
sehingga penyajian penemuan
terlihat dengan baik.
Siswa Tidak Aktif / Pasif

Siswa Aktif dan Kreatif


Memenuhi Prestasi - Prestasi Rendah
- Minat Rendah
- Motivasi Rendah
- Minat Siswa Tinggi
- Siswa Aktif Belajar
- Motivasi Siswa Tinggi

Hasil belajar rendah


hasil belajar tinggi

2.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang sifatnya sementara

terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2012: 71). Sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa

30
hipotesis adalah jawaban sementara tehadap rumusan masalah penelitian, di mana

rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiono,

2008: 64).

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka hipotesis penelitian

dapat disrumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok yang menggunakan

discovery dan konvensional pada mata pelajaran sejarah kelas X SMAN 1

Empang tahun pembelajaran 2014/2015.


2. Ada pengaruh metode belajar discovery terhadap hasil belajar siswa dalam

pembelajaran sejarah kelas X SMAN 1 Empang tahun pembelajaran

2014/2015.

BAB III

31
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

kuantitatif, mengingat data-data yang dikumpulkan adalah data berbentuk angka.

Seperti pendapat yang mengatakan bahwa penelitian kuantitatif sesuai dengan

namanya, banyak dituntut untuk menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Suharsimi

Arikunto, 2012: 10). Mengacu pada pendapat tersebut dapat dipahami bahwa

dalam penelitian kuantitatif lebih banyak menggunakan angka mulai dari

pengumpulan data, penafsiran data dan penampilan data yang diperoleh.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode

eksperimen, mengingat data dalam penelitian ini belum ada secara wajar, oleh

karena itu untuk memunculkan data perlu dilakukan eksperimen.

Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab

akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti

dengan mengeliminisasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain

yang mengganggu (Suharsimi Arikunto, 2012: 3). Sedangkan Menurut Sugiyono

(2009: 23) metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka di simpulkan bahwa metode

eksperimen adalah cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor

32
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan.

3.2 Rancangan Penelitian

Metode penelitian eksperimen yang digunakan adalah Eksperimen semu

(quasi experimental research) adalah eksperimen yang memiliki perlakuan

(treatments), pengukuran-pengukuran dampak (outcome measures), dan unit-unit

eksperiment (experimental units) namun tidak menggunakan penempatan secara

acak. Pada penelitian lapangan biasanya menggunakan rancangan eksperiment

semu (kuasi eksperimen). Desain tidak mempunyai pembatasan yang ketat

terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-

ancaman validitas. Di sebut eksperimen semu karena eksperimen belum atau tidak

memiliki cir-ciri rancangan eksperimen yang sebenarnya, karena variabel-variabel

yang seharusnya dikontrol atau di manipulasi penelitian menjadi kurang cukup

untuk disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya.

1. Langkah-langkah penelitian eksperimen semu


Berikut adalah langkah-langkah eksperimen semu :
a. Melakukan tinjauan literature, terutama yang berhubungan dengan

masalah yang akan di teliti.


b. Mengidentifikasi dan membatasi masalah penelitian.
c. Merumuskan hipotesis-hipotesis penelitian
d. Menyusun rencana eksperimen, yang biasanya mencakup
e. Melakukan pengumpalan data tahap pertama
f. Melakukan pengumpalan data tahap pertama (pretest)
g. Melakukan eksperimen
h. Mengumpulkan data tahap kedua (posttest)
i. Mengolah dan menganalisis data.
j. Menyusun laporan

Rancangan penelitian merupakan suatu langkah yang penting dalam

penelitian selanjutnya. Setiap penelitian harus dirancang, Desain penelitian adalah

33
rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisisa data agar dapat

dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian (Nasution,

2009 : 23).

Desain suatu penelitian sangat ditentukan oleh tujuan penelitian, oleh

karena penelitian bertujuan menemukan pengaruh metode belajar discovery

terhadap hasil belajar siswa, maka desain eksperimen yang akan digunakan adalah

desain Control Group Pre-test, Post-test. Adapun polanya yaitu:

E O1 x O2
K O3 x O4

: kelompok eksperimen
E

: kelompok control
K

: hasil observasi
O

(Suharsimi, 2012 : 80).

Dalam hal ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen

( - ) dengan pencapaian kelompok control ( - ).


01 02 03 04

Untuk lebih jelasnya rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai

berikut:
Kelompok eksperimen Kelompok eksperimen
Pra eksperimen Post eksperimen
Pembelajaran
menggunakan = -
b 01
02
Metode belajar
01 discoveri 02

Kelompok kontrol Kelompok kontrol


34
Pre-test Observasi Post-test

Tidak
tidakada
03 tindakan 04 1
b

= -
03 04

= beda
b

Ketika melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti memberikan Pre-test

terhadap kedua kelompok.Selanjutnya peneliti memberikan materi tentang

pengertian dan ruang lingkup ilmu sejarah dengan perlakuan atau treatment,

dimana kelompok eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan metode

belajar discovery, sedangkan kelompok kontrol tidak ada perlakuan.Setelah

mengadakan eksperimen peneliti memberikan Post-test untuk mengetahui

pengaruh treatment yang sudah diberikan.

Dengan demikian, hasil belajar atau prestasi belajar eksperimen tentunya

akan mengalami perubahan yang lebih tinggi akibat perlakuan pembelajaran

menggunakan metode belajar discovery, bila dibandingkan dengan keadaan

sebelum dan sesudahnya. Sehingga hasil belajar eksperimen > kontrol.

35
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMAN I Empang, yang bealamat di JL. Raya

Bonto-Empang Dsa Buga Eja Kecamatan Empang Kabupaten Sumbawa NTB.

SMA Negeri 1 Empang merupakan sekolah Negeri yang didirikan tahun 1999,

dengan luas wilayah yaitu 1.486 m2 dan luas bangunan yang dimiliki adalah 824

m2.

Berikut adalah tabel data sekolah SMA Neegeri 1 Empang tahun ajaran

2014/2015

Tabel 0.1

Data Sekolah SMA Negeri 1 Empang tahun ajaran 2014/2015

No Nama Jumlah Keterangan


1. Data Guru

Guru Pegawai Negeri 26 Orang


Guru Pegawai Honor
24 Orang
Data karyawan
2.
Karyawan Negeri 4 Orang
Karyawan Honor
6 Orang
Data siswa
3.
Kelas X 278 Orang
Kelas XI
Kelas XII 237 Orang

237 Orang
Data Sarana dan Prasarana

4. Komputer

3 (Leb computer,
leb

36
LEB 24 ipa, leb bahasa)
Jaringan Internet
Ruang belajar 1 Ruang dobel sip
Perpustakaan
Ruang
Sumber: TU SMA Negeri 1 Empang

Adapun waktu penelitiannya yaitu bulan Juli sampai

Augustus 2014. Sedangkan yang akan menjadi objek penelitian adalah

siswa-siswi kela X Jurusan IPS SMA Negeri 1 Empang tahun ajaran

2014/2015.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Sutrisno Hadi (2009: 25) mengemukakan bahwa seluruh penduduk yang

dimaksud untuk diselidiki disebut populasi. Populasi dibatasi sebagai jumlah

penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama.

Sedangkan ahli lain mengemukakan bahwa populasi adalah seluruh individu yang

menjadi subjek penelitian yang nantinya dikenal generalisasi dan hasil penelitian

itu berlaku untuk suluruh populasi (Suharsimi Arikunto, 2012: 90).

Berdasarkan kedua pendapat di atas maka yang menjadi populasi dalam

penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 EMPANG Tahun Pembelajaran

2014/2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 0.2 Keadaan Populasi SMAN 1 EMPANG Tahun Pembelajaran 2014/2015.

Keadaan Populasi
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
X1 24 10 34
X2 15 19 34
X3 12 22 34
X4 16 18 34
X5 20 14 34
X6 21 13 34

37
X7 17 17 34

Jumlah 125 113 238

Jadi, jumlah keadaan populasi SMAN 1 EMPANG adalah 238

3.4.2 Sampel Penelitian

Subjek yang dikenai penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel.

Sampel merupakan bagian dari populasi, suatu pendapat mengatakan bahwa

metode sampling adalah suatu cara pengambilan subjek penelitian, dimana subjek

yang akan di teliti itu terdiri dari sejumlah individu sebagai wakil atau yang

diwakili oleh sejumlah yang lebih kecil. Jumlah yang lebih kecil disebut sampel

(I. B Netra, 2008: 21).

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka jelaslah bahwa sampling adalah

cara pengambilan sampel. Salah satu syarat utama sampel yang baik adalah

sampel itu mencerminkan sifat- sifat yang terdapat pada populasi dengan kata lain

sampel yang baik adalah sampel yang representatif atau sampel yang

mencerminkan populasi.

Untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari

setiap kelas ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyak subjek dari

masing-masing kelas maka teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik

proposip Sampling. Dengan teknik pengambilan sampel acak secara undian. Pada

kertas kecil-kecil tuliskan huruf subjek, satu huruf untuk setiap kertas. Kemudian

kertas ini gulung, dengan tanpa prasangka dari 5 gulungan kertas, mengambil 2

gulungan kertas, sehingga huruf-huruf yang tertera pada gulungan kertas yang

terambil itulah yang merupakan huruf subjek sampel penelitian. Maka akan

38
diperoleh sampel dari masing-masing kelas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Tabel 03 : Keadaan Sampel Penelitian di SMAN I EMPANG Tahun Pembelajaran


2014/2015.
Kelas Sampel Keterangan Pelaku
X2 20 Kelas Eksperimen
X4 20 Kelas Kontrol
Jumlah 40

3.5 Variabel Penelitian


3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian peneliti (Arikunto, 2009: 118). Sedangkan menurut Karlinger (2009:

53), menyatakan bahwa variabel penelitian adalah konstruk atau sifat yang akan

dipelajari.

Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa variabel penelitian

adalah obyek penelitan atau sifat yang akan dipelajari menjadi titik perhatian

peneliti.

Dalam penelitian ada dua variabel yaitu variabel bebas (Independen) dan

variabel terikat (Dependen). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel bebasnya adalah Metode Belajar Discovery.

Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian yang menjadi

variabel terikatnya adalah Hasil Belajar Siswa.

3.5.2 Definisi Operasi Variabel Penelitian

39
Dalam definisi operasi variabel akan dijelaskan tentang variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian antara lain:

3.5.2.1 Metode Belajar Discovery

Metode belajar discovery adalah suatu metode mengajar yang melatih

siswa untuk berfikir dalam menyelesaikan suatu masalah dengan pemberian tugas

secara kelompok yang di diskusi dan berbuat mandiri dalam menemukan jawaban

dari satu masalah dengan bimbingan dari seorang guru. Penerapan metode

discovery ketika berada di dalam kelas guru melakukan tindakan dengan cara

diskusi yang dapat melibatkan peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam

belajar.

3.5.2.2 Hasil Belajar

Di dalam penelitian hasil belajar adalah hasil atau nilai-nilai yang

diperoleh siswa setelah diajarkan dengan menggunakan metode belajar discovery.

Adapun hasil atau nilai-nilai dalam penelitian mencakup 3 Aspek yaitu:

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Ranah kognitif: adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Menurut Bloom (2008: 25), segala upaya yang menyangkut aktivitas otak

adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan

kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan

mengevaluasi.
b. Ranah afektif : adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,

dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat

40
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif

tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik

dalam berbagai tingkah laku.


c. Ranah Psikomotor : adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas

fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (2009: 23) yang

menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk

keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar

psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif

(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam

bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).


3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sesuatu yang amat penting dan strategis

kedudukannya didalam keseluruhan kegiatan penelitian. Hubungan antara data

dengan permasalahan, tujuan dan hipotesis penelitian. Data merupakan bahan

penting yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatau

yang akan digunakan untuk mencapai tujuan, dan untuk membuktikan hipotesis.

Jadi data merupakan kunci pokok dalam kegiatan penelitian sekaligus menentukan

kualitas hasil penelitian.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009: 102). Instrumen

penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode.

(Suharsimi Arikunto, 2008: 149). Pemilihan instrumen penelitian sangat

ditentukan oleh beberapa hal yaitu objek penelitian, sumber data, dan dana yang

41
tersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknik yang akan digunakan untuk mengelola

bila sudah terkumpul.

Berdasarkan pendapat di atas, maka instrumen yang digunakan untuk

pengumpulan data dalam penelitian adalah tes.

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu

tugas atau serangkaian tugas yang harus yang harus dikerjakan oleh anak atau

sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau

prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh

anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana dan

Sumartana, 2010: 25) O dalam penelitian peneliti menggunakan tes tulis.

Instrumen yang berupa tes dapat digunakan untuk mengukur peguasaan

peserta didik terhadap konsep pengertian dan ruang lingkup ilmu sejarah yang

dapat dilihat pada kemampuan dan pencapaian atau prestasi peserta didik. Dalam

penelitian yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda yang

berjumlah 30 butir soal diberikan alternatif jawaban, yaitu: a, b, c, dan d.

Dari 30 soal tersebut yang akan diujikan pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Skor untuk masing-masing jawaban adalah jawaban benar

skornya 1 (satu) dan jawaban salah skornya 0 (nol).

Dalam penelitian tes disusun dari materi pembelajaran yang

dieksperimenkan. Bagi instrumen yang belum ada di lapangan pengukuran dan

penilaian, maka peneliti harus menyusun sendiri, mulai dari merencanakan,

menyusun, mengadakan uji coba dan revisi. Adapun prosedur yang ditempuh

dalam mengadakan instrumen yang baik adalah:

42
1. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel,

kategorisasi variabel.

2. Penulisan butir-butir soal atau item-item kuensioner.

3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman dengan

mengerjakan, surat-menyurat, kunci jawaban dan lain-lain yang perlu.

4. Uji coba, baik dalam skala kecil maupun besar.

5. Penganalisisan hasil analisis item.

6. Mengadakan revisi. (Suharsimi Arikunto, 2012: 142).

Untuk mengetahui validitas dan reabilitas tes maka dilanjutkan uji coba

terlebih dahulu. Adapun tes yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

1. Validitas Instrumen

Instrumen yang baik mempunyai syarat-syarat validitas dan reabilitas,

disamping memiliki tingkat kesukaran daya beda. Berkenaan dengan

instrumen, seorang ahli mengatakan, suatu alat untuk dapat dikatakan alat

ukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang

hendak di ukur secara tepat (Nurkancana dkk, 2009: 127).

Ahli lain berpendapat bahwa validitas atau kesahihan menunjukkan

kepada sejauh mana alat pengukur itu dapat mengukur apa yang hendak di

ukur (Sunadi Suryabrata, 2008 : 86).

Berdasarkan pengertian di atas, maka validitas berarti ketepatan

instrumen untuk mengukur apa yang hendak di ukur, validitas instrumen dapat

di tinjau dari beberapa segi yakni: Validitas isi, namun bandingan dan

43
konstruksi (Susunan). Instrumen dikatakan valid paling tidak memenuhi

validitas isi dan susunan validitas isi dilakukan dengan membandingkan

materi instrumen kepada analisis rasional terhadap aspek aspek yang

seharusnya digunakan dalam menyusun butir butir soal.

Wayan Nurkancana, 2009: 130, mengemukakan bahwa validitas isi dan

validitas susunan disebut validitas rasional Oleh karena, instrumen pada

penelitian di susun sendiri oleh peneliti, maka instrumen tersebut terlebih

dahulu disusun sendiri oleh peneliti, maka instrumen tersebut terlebih dahulu

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk menetapkan validitas

instrumen dari segi isi dan susunannya. Hasil pendatapun dari segi dan

susunannya kemudian disebarkan kepada responden penelitian. Untuk

menghitung validitas digunakan rumus product moment:

=
r
2
Y )
xy 2
N Y (
N XY ( X )( Y )

{ }
2 2
[ N X ( X ) {

Keterangan:
= koefisien korelasi product moment antara variabel x dan y
r xy

= jumlah perkalian antara x dan y


xy
2
= kuadrat dari x
x
= kuadrat dari y
2
y
(Suharsimi Arikunto, 2012 : 170)

Kriteria pengujian validitas adalah r hitung > r tabel taraf

signifikan 95%, maka item tersebut dinyatakan valid dan

44
sebaliknya jika r hitung < r tabel maka item tersebut di nyatakan

tidak valid.

Dalam penelitian, peniliti melakukan tes uji coba pada

instrumen penelitian peneliti mendapatkan hasil yang diinginkan

yaitu hasil instrumen yag valid sehingga tes dapat digunakan

selanjutnya. Berikut ini hasil perhitungan uji validitas tes uji coba:.

Tabel 0.4

Hasil uji coba validitas tes instrumen penelitian

No. Soal rxy rtabel Keterangan

1 0.334 0.312 Valid


2 0.334 0.312 Valid
3 0.334 0.312 Valid
4 0.386 0.312 Valid
5 0.447 0.312 Valid
6 0.3262 0.312 Tidak valid
7 0.041 0.312 Tidak valid
8 0.368 0.312 Valid
9 0.433 0.312 Valid
10 0.435 0.312 Valid
11 0.349 0.312 Valid
12 0.347 0.312 Valid
13 0.410 0.312 Valid
14 0.024 0.312 tidak valid
15 0.097 0.312 Tidak valid
16 0.390 0.312 Valid
17 0.361 0.312 Valid
18 0.445 0.312 Valid
19 0.340 0.312 Valid
20 0.191 0.312 Tidak valid
21 0.341 0.312 Valid
22 0.349 0.312 Valid
23 0.314 0.312 Valid
24 0.764 0.312 Valid
25 0.056 0.312 Tidak Valid
26 0.359 0.312 Valid
27 0.908 0.312 Valid
28 0.644 0.312 Valid

45
29 0.224 0.312 Tidak Valid
30 0.110 0.312 Tidak valid
Sumber: Data Hasil perhitungan uji Validitas

Berdasarkan uji validitas di atas denagn harga rhitung = 0.312 dengan

taraf signifikan 95%, dapat disimpulkan bahwa instrumen soal no 7, 15, 20

tidak valid maka instrumen soal tersebut tidak digunakan lagi. Sedangkan

instrumen soal lain dapat digunakan dapat dikatakan valid dan dapat

digunakan lebih lanjut sehingga jumlah instrument soal yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 27 soal instrumen.

2. Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dilakukan setelah diperoleh hasil akhir penyebaran

instrumen, dan karena instrumen tes yang peneliti gunakan adalah tes pilihan

ganda atau tes obyektif, maka dalam menentukan reliabilitasnya tersebut

menggunakan rumus K-R.20 yaitu:

=
r k Vt pq
11

( )(
k1 Vt )
Keterangan:

= reliabilitas instrumen
r 11

k = banyaknya butiran soal


Vt = varians total
P = banyaknya subjek yang mendapat skor satu
N
q = 1P
(Suharsimi Arikunto, 2012: 188 )

Tabel 0.5
Hasil uji coba realibilitas tes instrument penelitian denga KR-20

46
No. Soal P Q Pq

1 0.675 0.325 0.219


2 0.75 0.25 0.1875
3 0.75 0.25 0.188
4 0.725 0.275 0.199
5 0.6 0.4 0.24
8 0.575 0.425 0.244
9 0.9 0.325 0.29
10 0.55 0.1 0.055
11 0.65 0.35 0.2275
12 0.775 0.225 0.17438
13 0.525 0.475 0.24938
15 0.5 0.5 0.25
16 0.65 0.35 0.2275
17 0.6 0.4 0.24
18 0.825 0.175 0.14437
19 0.55 0.45 0.2475
21 0.55 0.45 02475.
22 0.6 0.4 0.24
23 0.82 0.25 0.205
24 0.55 0.3 0.165
26 0.55 0.3 0.165
27 0.6 0.3 0.18
28 0.75 0.4 0.3
30 0.5 0.5 0.25
Sumber : hasil perhitungan data uji validitas

3.7 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam

penelitian. Sebab data-data yang yang diperoleh selanjutnya akan diolah. Hasil

penelitian akan dikatakan bagus apabila dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan adanya data yang lengkap.

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian adalah:

3.7.1 Metode Observasi

47
Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan

sistimatis mengenai penomena sosial dengan gejala praktis untuk kemudian

dilakukan pencatatan (Sutrisno Hadi, 2009: 145).

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa observasi adalah suatu

langkah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala praktis kemudian dilakukan

pencatatan. Adapun jenis observasi yang digunakan adalah observasi

nonpartisipan. Dengan metode observasi peneliti mengamati tingkah laku peserta

didik yang diberikan perlakuan dengan metode discovery dalam proses

pembelajaran. Maka dengan menggunakan metode discovery, peneliti akan

memperoleh data mengenai proses pembelajaran menggunakan metode discovery.

3.7.2 Metode Tes

Sesuai dengan instrumen yang digunakan dalam penelitian, tes digunakan

setelah peneliti menggunakan pengukuran pada kelompok eksperimen.

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2012 :

150). dalam penelitian metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang

penguasaan konsep sejarah sebelum dan sesudah eksperimen. Sehingga dengan

metode tes, peneliti dapat memperoleh data berupa pengaruh metode discovery

terhadap perestasi belajar siswa yang dapat dilihat dari perolehan skor atau nilai

peserta didik..

3.7.3 Metode Dokumentasi

48
Dokumentasi berarti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, lengger,

agenda dan sebagainya (Arikunto, 2012 : 231). Metode dokumentasi ini, peneliti

mengambil data-data baik yang berbentuk buku, dokumen, peraturan-peraturan,

dan sebagainya sehingga data yang diperoleh mudah diolah.

Dengan metode peneliti mendapatkan data-data dalam bentuk tertulis

mengenai keadaan guru dan peserta didik SMAN 1 Empang. Dengan data-data

yang diperoleh tersebut, peneliti akan memperoleh gambaran umum mengenai

keadaan, struktur organisasi dan keadaan guru, pegawai/ karyawan dan peserta

didik SMAN 1 EMPANG.

3.8 Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai data pada masing-

masing variabel, serta untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu

dilakukan analisis data, pada bagian dibahas secara berturut-turut diantaranya

adalah 1) Teknik Uji Persyaratan Analisis, dan 2) Teknik Uji Hipotesis.

1. Teknik Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas Data

Sebelum data penelitian diolah dengan menggunakan rumus-rumus

statistik yang bersesuaian maka perlu dilakukan uji analisis data untuk

mengetahui apakah data yang terkumpul tersebut telah memenuhi

persyaratan untuk diolah dengan menggunakan analisis statistik. Salah satu

syarat analisis yang akan di bahas adalah uji normalitas data dengan tujuan

untuk mengetahui apakah data yang akan diolah tersebut sudah

49
berdistribusi normal atau tidak. Adapun rumus yang akan digunakan untuk

menguji normalitas data tersebut adalah dengan menggunakan rumus Chi

kuadrat sebagai berikut :

X =
2
(fofh)2
fh
Keterangan :
X = chi kuadrat
2

= frekuensi observasi
fo
= frekuensi harapan
fh
(Suharsimi Arikunto, 2012: 312)

Dengan kriteria keputusan jika hitung < tabel dengan


2 2
X X

interval kepercayaan 95% maka data tersebut dikatakan berdistribusi

normal. Sebaliknya jika hitung > tabel dengan interval


2 2
X X

kepercayaan 95% maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Data

Sebelum analisis data dilakukan dengan rumus t-test untuk

membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, maka

perlu dilakukan uji homogenitas terhadap sampel. Adapun rumus yang

digunakan untuk menguji homogenitas sampel tersebut adalah dengan

menggunakan F-hitung dengan rumus:

varianterbesar
F=
varianterkecil

Varians masing-masing kelas dicari dengan rumus :

50
2 ( X X )2
s= n1
Keterangan :
= Indeks homogenitas yang dicari
F
2
= Varians
s
= Nilai siswa
X
= Nilai rata-rata
X
= Nilai siswa nilai rata-rata
X X

Bila harga F-hitung F tabel berarti sampel tidak homogen. Bila

harga F-hitung F tabel berarti sampel homogen (Sugiyono, 2008:199).

2. Teknik Uji Hipotesis


a. Mencari Koefisien Harga Statistik
Mengingat pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah

pendekatan kuantitatif dan data yang dikumpulkan adalah data-data

berbentuk angka dan untuk menganalisis data menggunakan statistik.

Rumus statistik yang digunakan adalah rumus t-test. Dalam hal ini, tes

digunakan untuk menguji signifikasi perbedaan mean. Adapun rumus yang

digunakan adalah :

t=
M x M y

( x2 + y2
Nx + N y 2 )( 1
+
1
Nx N y )
Keterangan :
t = t hitung
= Nilai rata rata hasil kelompok
M
= Banyak subjek
N

51
= Deviasi setiap nilai dan
x x2 x1
= Deviasi setiap nilai dan (Suharsimi, 2012 :281 )
y y2 y1
b. Uji Hipotesis
1. Untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan pengetesan satu

skor dengan taraf kepercayaan 95% yang konsultasinya pada kolom

taraf signifikan 5 %.
2. Kriteria yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah:
a. Jika < maka Ho diterima dan Ha ditolak,
t hitung t tabel

artinya tidak ada pengaruh yang signifikan.


b. Jika > maka Ho ditolak dan Ha diterima,
t hitung t tabel

artinya ada pengaruh yang signifikan.


Jadi, Ho1 : tidak ada perbedaan antara hasil belajar sejarah dengan

menggunakan metode discovery dan konvensional

dalam pembelajaran sejarah di kelas X SMAN 1

EMPANG.
Ha 1 : terdapat perbedaan antara hasil belajar sejarah dengan

menggunakan metode discovery dan konvensional

dalam pembelajaran sejarah di kelas X SMAN 1

EMPANG.
Ho2 : tidak ada pengaruh antara hasil belajar sejarah dengan

menggunakan metode discovery dan konvensional

dalam pembelajaran sejarah di kelas X SMAN 1

EMPANG.
Ha 2 : terdapat pengaruh antara hasil belajar sejarah dengan

menggunakan metode discovery dan konvensional

52
dalam pembelajaran sejarah di kelas X SMAN 1

EMPANG.
Melalui analisi degan uji-t apabila di diperoleh harga t hitung > atau

sama dengan ttabel maka hipotesis ditolak. Taraf

signifikan untuk menolak dan menerima hipotesis

adalah 5%. Kriteria pengujian, menolak Ho apabila thitung

< pada taraf signifikan 5%. Apabila thitung > ttabel , maka Ho

diterima.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi data

Penelitian eksperimen telah dilaksanakan pada tanggal 25 juli sampai

dengan 14 augustus 2014 di SMA Negeri Empang, di kelas X IPS 1B sebagai

53
kelas eksperiment dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang dan di kelas X IPS 1D

sebagai kelas control dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Penelitian

dilakukan 3 kali pertemuan untuk masing-masing kelas sampel, dengan rincian 1

kali pertemuan dalam 3 jam pelajaran digunakan untuk pre test dan post test

instrument soal.

Adapun data yang diperoleh dalam penelitian berupa hasil pre test dan

post test yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa menggunakan instrument soal.

Hasil dari pemberian post test dan pre test untuk masing-masing kelompok.

Table 4.1
Data pre test dan post test tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah kelas control serta nilai standar devisiasi.
No. Pre-test (x1) Post test (x1 --- x) (x2 --- x) (x1 --- x)2 (x2 --- x)2
(x2)
1. 70 74 6 -4 36 14
2. 52 70 12 -8 144 64
3 74 96 10 18 100 324
4 56 74 -8 -4 64 16
5 78 93 14 15 196 225
6 59 81 -5 3 25 9
7 70 78 6 0 36 0
8 78 81 14 3 196 9
9 59 85 -5 7 25 49
10 67 70 3 -8 9 64
11 67 78 3 0 9 0
12 78 93 14 15 196 225
13 67 89 3 11 9 121
14 74 100 10 22 100 484
15 68 100 4 22 16 484
16 63 93 -1 15 1 225
17 69 70 5 -8 25 64
18 70 81 6 3 36 9
19 52 67 -12 -11 144 121
20 52 56 -12 -22 144 484
= 1323 = 1629 = 1836 = 2955
M = 66 M = 82
Sumber : data hasil perhitungan

54
Dari table di atas, dengan demikian standar devisiasi untuk pre test adalah
sebagai berikut:
1836
S1 = = 9.18
20
Jadi = M + 1 SD = M 1 SD
= 66 + 9.18 = 75.18 = 66 9,81 = 53
Dari hasil perhitungan di atas, sehingga dapat diketahui bahwa :
Tinggi = 8 = 24%
M + 1 SD = 75.18
Sedang = 8 = 24%
M 1 SD = 53
Rendah = 4 = 52 %
Dari table diatas, denagn demikian standar devisiasi untuk post test adalah
sebagai berikut:
2955
S2 = = 14.75
20
Jadi = M + 1 SD = M 1 SD
= 82 + 14.75 = 96.75 = 82 14,75 = 67.25

Dari hasil perhitungan di atas, sehingga dapat diketahui bahwa :


Tinggi = 8 = 25%
M + 1 SD = 96,75
Sedang = 8 = 64%
M 1 SD = 67,25
Rendah = 4 = 11 %
Tabel 4.2
Data pre test dan post test tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah kelas eksperiment serta nilai standar devisiasi.
No. Pre-test (x1) Post test (x1 --- x) (x2 --- x) (x1 --- x)2 (x2 --- x)2
(x2)
1. 67 93 5 5 25 25
2. 56 70 -6 -18 36 324
3 78 100 16 12 256 144
4 59 100 -3 -12 9 144
5 78 100 16 12 256 144
6 63 93 1 5 1 25
7 67 74 5 -14 25 196
8 78 100 16 12 256 144
9 59 100 -3 12 9 144

55
10 78 93 16 5 256 25
11 67 96 5 8 25 64
12 74 81 12 -7 144 49
13 67 89 5 1 5 1
14 70 96 8 8 64 64
15 68 100 4 22 16 484
16 63 93 -1 15 1 225
17 69 70 5 -8 25 64
18 70 81 6 3 36 9
19 52 67 -12 -11 144 121
20 52 70 -12 -22 144 484
= 1433 = 1752 = 1477 = 1852
M = 68 M = 87,6

Dari table di atas, dengan demikian standar devisiasi untuk pre test adalah
sebagai berikut:
1477
S1 = = 7.85
20
Jadi = M + 1 SD = M 1 SD
= 68 + 7.85 = 75.85 = 68 7,85 = 62
Dari hasil perhitungan di atas, sehingga dapat diketahui bahwa :
Tinggi = 8 = 30%
M + 1 SD = 75.85
Sedang = 8 = 21%
M 1 SD = 62
Rendah = 4 = 49 %
Dari table diatas, denagn demikian standar devisiasi untuk post test adalah
sebagai berikut:
1852
S2 = = 9.26
20
Jadi = M + 1 SD = M 1 SD
= 88 + 9.26 = 97.26 = 88 9.26 = 78,74
Dari hasil perhitungan di atas, sehingga dapat diketahui bahwa :
Tinggi = 8 = 30%
M + 1 SD = 97,26
Sedang = 8 = 60%
M 1 SD = 78,74
Rendah = 4 = 10 %
Berdasarkan tabel dan perhitungan data pre test kelas control

maupun eksperimen dapat disimpulkan bahwa pada kelompok control

jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi yaitu 24%, nilai sedang yaitu 24,

56
nilai rendah yaitu 52%. Sedangkan kelas eksperimen jumlah siswa yang

mendapat nilai tinggi yaitu 30%, nilai sedang yaitu 60%, nilai rendah

yaitu 10%. Gambar 4.1

Diagram hasil pree test kelas control dan kelas eksperimen

Sumber : data hasil perhitungan

Berdasarkan tabel perhitunagan tabel data post test kelas control

maupun eksperimen dapat disimpulkan bahwa pada kelompok control

jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi yaitu 24%, sedang yaitu 67% dan

rendah yaitu 9%. Sedangkan kelas eksperimen jumlah siswa yang

mendapat nilai tinggi yaitu 66%, sedang yaitu 31%, rendah yaitu 3%.

Untuk lebih jelas perbedaan jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi,

sedang dan rendah dapat dilihat pada gambar diagram berikuit ini.

Gambar 4.2
Diagram hasil post test kelas control dan kelas eksperimen

57
4.2 Analisis Data
4.2.1 Uji Prasyarat Analisi
4.2.1.1 Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui keadaan data

yang akan diolah sudah berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dilakukan

dengan menggunakan rumus chi-kuadrat. Data yang diuji diambil dari hasil pre

test dan post test masing-masing kelompok. Hasil dari perhitungan normalitas di

sajikan secara singkat pada table di bawah,

Tabel 4.3
Pengujian normalitas data pree test dan post test kelas control

No. Kelas Batas Z- Batas Luas Fh FO


interval nyata Skore luas daerah
daerah
1 51,5 0,33 0,0517
52 - 57 0,0158 0,3160 6
57,5 0,38 0,0359
2 58 - 64 0,0199 0,3980 3
64,5 0,43 0,0160
3 65 - 70 0,0160 0,3200 3
70,5 0,48 0,0000
4 71 - 76 0,0120 0,2400 2
76,5 0,52 0,0120
5 77 - 82 0,0119 0,2380 6
82,5 0,57 0,3190

58
Berdasarkan tabel di atas, dapat dimasukkan kedalam rumus pengujian

normalitas data yaitu chi kuadrat hitung sebagai berikut:

X =
2
(fofh)2
fh

X2 = (6 0,03160)2 + (3 0,3980 )2 + ( 3 0,3200 )2 + ( 2 0,2400)2 +


( 6 0,238 )2 0,3160 0,3980 0,3200 0,2400
0,238 X2 = 18,7+ 7,14 + 9,06+ 8,10 + 24,8 X2 = 67,8
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa X2 hitung

= 67,8 dengan taraf signifikan = 0,05 atau 5% dengan derajat kebebasan

sebesar K 1 = 20 1 = 19 maka X2 tabel sebesar 18,5. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa X2hitung = 67,8 > X2 tabel = 18,5 ( X2hitung

lebih besar dari X2tabel ). Jadi dapat dikatakan berdistribusi normal.

Tabel 4.4
Pengujian normalitas data pree test dan post test kelas eksperimen

No. Kelas Batas Z- Batas Luas Fh FO


interval nyata Skore luas daerah
daerah
1 69,5 -0,38 0,0359
70 - 74 0,0080 0,2800 3
74,5 -0,39 0,0279
2 75 - 79 0,0080 0,2800 3
79,5 -0,03 0,0199
3 80 - 84 0,0039 0,1365 3
84,5 0,25 0,0080
4 85 - 89 0,0080 0,2800 2
89,5 0,20 0,0000
5 90 - 94 0,0120 0,4200 3
94,5 0,12 0,0120
6 95 - 99 0,0079 0,2765 1
99,5 0.16 0,0199
7 100 - 104 0,0080 0,2800 6
104,5 -0.08 0,0279

59
Berdasarkan tabel di atas, dapat dimasukkan kedalam rumus pengujian

normalitas data yaitu chi kuadrat hitung sebagai berikut:

X =
2
(fofh)2
fh

X2 = ( 3 0,1600)2 + ( 3 0,1600)22 + (3 0,0780)2 + (2 0,1600)2 +


0,1600 0,1600 0,0780 0,1600
= (3 -0,2400)2 + (1 - 0,1580)2+ (6 0,1600)2
0,2400 0,1580 0,1600

X2 = 20,34 + 20,34 + 16,20 + 20,34 + 48,94 + 38,80 +20,34

X2 = 185,3

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa X2 hitung = 185,3

dengan taraf signifikan = 0,05 atau 5% dengan derajat kebebasan sebesar K 1 = 20

1 = 19 maka X2 tabel sebesar 18,5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

X2hitung = 185,3 > X2 tabel = 18,5 ( X2hitung lebih besar dari X2tabel ). Jadi dapat

dikatakan berdistribusi normal.

4.2.1.2 Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui homogen atau tidaknya

data yang diperoleh berdasarkan data hasil pree test. Pengujian homogenitas ini

dilakukan dengan menggunakan rumus uji-F.

Tabel 4.6

Tabel Perhitungan pree test untuk Uji Homogenitas

No. Kontrol Eksperimen (x1 --- x) (x2 --- x) (x1 --- x)2 (x2 --- x)2
(x1) (x2)

60
1. 70 67 6 5 36 25
2. 52 56 12 -8 144 64
3 74 78 10 16 100 256
4 56 59 -8 -3 64 9
5 78 78 14 16 196 256
6 59 63 -5 1 25 1
7 70 67 6 5 36 25
8 78 78 14 16 196 256
9 59 59 -5 -3 25 9
10 67 78 3 16 9 256
11 67 67 3 5 9 25
12 78 74 14 12 196 144
13 67 67 3 5 9 25
14 74 70 10 8 100 64
15 68 67 4 5 16 25
16 63 59 -1 6 1 36
17 69 63 5 1 25 1
18 70 52 -12 -10 144 100
19 52 70 -12 -11 144 121
20 52 52 -12 -22 144 484
= 1323 = 1629 = 1943 = 3750
M = 66 M = 82
Sumber : data hasil perhitungan
Varian dari masing-masing tabel di atas adalah sebagai berikut:
Varian kelas control
( x 1x ) 1943
S12 = =102,67
n1 201
Varian kelas eksperimen
( x 1x ) 3750
S22= = =197,37 ( 1+ x )n=
n1 201
Fhitung

varianterbesar 197,37
S2 = =1,93
varianterkecil 102,67

Ftabel

dk pembilang = 20 - 1 = 19

dk penyebut = 20 1 =19

Pada taraf signifikan 5% diperoleh = 1,82. Jadi dapat disimpulkan bahwa

61
Fhitung = 1,93 lebih besar dari Ftabel = 1,82 (Fhitung = 1,93 > Ftabel

1,82 ),

Dengan data tersebut dapat dikatakan homogen.

4.2.2 Uji Hipotesis

Setelah terpenuhinya persyaratan analisis (uji normalitas dan homogenitas ),

maka dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus uji-t. Pengujian

dilakukan pada satu pihak (one-tail test) yaitu pihak kanan.

Tabel 4.7

Tabel perhitungan untuk Uji Hipotesis

Kelopmpok Kontrol Kelompok eksperimen


No. X1 X2 X X2 No Y1 Y2 Y Y2
.
1 70 74 -4 16 1 67 93 -26 676
2 52 70 -18 324 2 56 70 -14 196
3 74 96 -22 484 3 78 100 -22 484
4 56 74 -18 324 4 59 100 -41 1681
5 78 93 -15 225 5 78 100 -22 484
6 59 81 -22 484 6 63 93 -30 900
7 70 78 -8 64 7 67 74 -7 49
8 78 81 -3 9 8 78 100 -22 484
9 59 85 -26 676 9 59 100 -41 1681
10 67 70 -3 9 10 78 93 -15 225
11 67 78 -11 121 11 67 96 -29 841
12 78 93 -15 225 12 74 81 -7 49
13 67 89 -22 484 13 67 89 -22 484
14 74 100 -26 676 14 70 96 -26 676
15 68 100 -32 1024 15 67 100 -33 1089
16 63 93 -30 900 16 59 100 -41 1681
17 69 70 -1 1 17 63 100 -37 1369
18 70 81 -11 121 18 52 74 -22 484
19 52 67 -15 225 19 70 85 -15 225
20 52 56 -4 16 20 52 81 -29 841
= = 306 6408 = = 501 16599
1323 1629 1433 175

62
2
M = 66 M = 82 M= M=
68 87,6
Sumber: data hasil perhitungan

a. Mencari harga koefesien harga

statistik
Dicari :
MX = x = 306 = 15,3 MY = Y = 501 = 25,05
N 20 N 20
X2 = 6408 3062 6408 4682 = 1726
20
Y2 = 16599 - 5012 = 16599 14115 = 2484
20
Jadi hasil perhitungan di atas dimasukkan dalam rumus uji hipotesis

t=
M x M y

t=
( x2 + y2
Nx + N y 2
15,3 25,05
)( 1
+
1
Nx N y )
(1726 + 2484) (1 + 1)
20 + 20 2 20 20
9,75
(4210) ( 0,05 + 0,05)
38
= 9,75
( 110,79 X 0,010)
t= 9,75
1,05
t= 9, 286

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh harga thitung = 9,286

dengan derajat kebebasan yatu db Nx Ny 2 = 20 + 20 2 = 38. Dari db dapat

ditentukan nilai tabel dengan taraf signifikn 5% yaitu 1,697. Jadi dapat

63
disimpulkan bahwa thitung = 9,286 lebih besar dari ttabel = 1,697 ( thitung >

ttabel ).

Berdasarkan hasil tersebut berarti hipotesis yang berbunyi : ada pengaruh

penggunaan metode discovery terhadap hasil belajar siswa kelas X pada mata

pelajaran sejarah di SMA 1 Empang Tahun Ajaran 2014/2015 diterima.

4.3 pembahasan

Pembelajaran dengan metode belajar discoveri secara merupakan

pembelajaran yang menuntut partisipasi atau peran siswa dalam proses belajar

mengajar. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar diantara siswa artinya

siswa melakukan kegiatan belajar bersama, bertukar fikiran, gagasan dan

pendapat untuk mencapai penyelesaian masalah yang baik. Guru berperan

sebagai fasilitator, dan motivator yang membantu agar proses belajar siswa

berlangsung dengan baik. Melalui pembelajaran dengan metode belajar

discoveri yang diterapkan pada mata pelajaran sejarah, siswa diharapkan lebih

leluasa dalam menyampaikan gagasan, pendapat, serta pengalamannya

sehingga mereka lebih cepat dan lebih mudah memahami konsep sejarah yang

dianggap membosankan.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pembelajaran dengan menggunakan

metode discovery, membawa pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

hasil belajar siswa. Didasarkan pada hasil perhitungan (taraf signifikan 5%,

yaitu thitung yaitu dengan nilai 9,286 > 1,697 bahwa memang ada hubungan

signifikan antara pembelajaran dengan menggunakan metode discovery

64
terhadap hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Empang tahun ajaran

2014/2015.

Adanya pengaruh penggunaan metode discovery pada pembelajaran

sejarah di SMA Negeri 1 Empang tahun ajaran 2014/2015, dapat dibuktikan

dengan meningkatnya nilai rata-rata ketuntasan yang diperoleh siswa. Sebelum

diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan metode discovery diperoleh

rata-rata ketuntasan tergolong kurang cukup, akan tetapi jika dibandingkan

dengan nilai rata-rata setelah penggunaan metode discovery nilai rata-rata

ketuntasan tergolong tinggi, artinya ada perbaikan nilai hasil belajar siswa

dengan menggunakan metode pembelajaran discovery.

Discovery adalah proses mental, dimana siswa mampu mengasimilasikan

sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut

antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan

sebagainya (Roestiyah, 2008: 20). Pemakaian metode discovery dalam proses

belajar dapat membangkitkan keinginan dan minat pada siswa. Sedangkan

penggunaan metode konvensional nilai belajar siswa kurang disebabkan pada

tahap perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, guru lebih banyak

berperan aktif sehingga siswa merasa bosan dan kurang menyenangkan.

Keuntungan yang diperoleh dari penerapan pembelajaran dengan metode

belajar discoveri ini adalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh lebih

65
tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol yang diajarkan dengan metode

ceramah, sehingga diperoleh kesimpulan yaitu penolakan terhadap hipotesis

nol (Ho) dan peneriman terhadap alternatif (Ha) sehingga dapat dibuktikan

bahwa terdapat pengaruh yang positif dari penerapan pembelajaran dengan

metode belajar discoveri .

Melalui penggunaan metode discovery pada mata pelajaran sejarah

mengajak siswa lebih aktif baik secara fisik maupun psikologis, dengan

bimbingan seseorang guru sebagai pengarah dalam mencari jawaban atau arti

suatu konsep pelajaran tertentu.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

berdasarkan hasil analisis dan pengelolahan data tes akhir siswa

diketahui bahwa dengan menggunakan metode discovery pada mata pelajaran

sejarah ternyata memberikan nilai positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa,

66
hal ini dapat diliha lebih tigginya perolehan nilai rata-rata kelas yang

menggunakan media discovery (kelas eksperimen 8). Nilai perolehan lebih besar

jika dibandingka dengan nilai rata-rata kelas yang tidak menggunakan metode

discovery (kelas control) yaitu 75. Penggunaan pembelajaran metode discovery

berpengaruh positif discovery terhadap hasil belajar siswa.

Penggunaan metode discovery dalam pembelajaran sejarah terhadap

hasil belajar siswa dapat diperkuat lagi dengan besarnya perolehan nilai pada hasil

uji-t yaitu nilai thitung lebih besar dibandingkan dengan ttabel yaitu : thitung (9,286 ) >

ttabel. (1,697). Maka hipotesis berbunyi pembelajaran dengan metode discovery

lebih efektif dibandingkan metode konvensional pada mata pelajaran sejarah

kelas X di SMA Negeri 1 Empang.

5.2 Saran

berdasarkan hasil peneitian diharapkan memberikan konstribusi dalam

meningkatkan mutu pendidikan nasional khususnya dalam pelajaran sejarah, maka

dalam kesempatan peneliti ingin menyampaikan saran kepada:

a. Diharapkan khusus bagi guru IPS sejarah

dapat mempertimbangkan pembelajaran metode belajar discoveri dalam

melakukan proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan hasil belajar

siswa yang lebih tinggi.

b. Diharapkan dengan adanya metode

pembelajaran baru, diharapkan siswa lebih memahami dan menguasai

materi pelajaran serta mampu menerapkan kembali.

67
c. Diharapkan sekolah dapat menyediakan

fasilitas penunjang yang lebih lengkap sehingga dapat dimanfaatkan secara

optimal

DAFTAR PUSTAKA

Burhan Nurgianto, dkk. 2009 Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu Ilmu
Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Cholid Narbuko, dkk. 2009. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.

Dimiyanti, dkk 2009 Belajar dan Pembelajaran , Jakarta : Rineka Cipta

68
Ishak. 2009. Pendidikan IPS, Jakarta :Universitas Terbuka.

Muh Amin, 2008, Apakah Metode Discoveri itu, penemuan itu,dikti depdikbut,
jakarta

Muh Nurdin, dkk. 2008. IPS SMP / MTs kelas VII, Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Panenpaulina. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta :Universitas Terbuka.


Abdillah Aam. 2012. Pengantar Ilmu Sejarah, Bandung: CV Pustaka Setia.

Roestiyah N.K. 2008. StrategiBelajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Simpati. 2008. LKS IPS Terpadu, Surakarta : CV. Grahadi.

Sudjana. 2009 . Metode Statistika, Bandung :Tarsito

Sugiyono. 2009 . Statistika Untuk Penelitian, Bandung : CV Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitin Kuantitatif, Kualitatif Dan R & B,Bandung:


Allfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2012 . Manajemen Penelitian, Jakarta :Rineka Cipta.

___________2010 .Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :


Rineka Cipta

Udin. S, Winata Putra. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :Universitas


Terbuka

Wayan Nur kancana, dkk. 2010. Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.

YatimRiyanto .2010 . Metodologi Penelitian, Surabaya : SIC.

Hamalik, O. (2010). Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bhakti.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
1...................................................................................PENDAHULUAN

69
1.1.................................................................................Latar Belakang
............................................................................................................1
1.2.......................................................................Indentifikasi Masalah
............................................................................................................4
1.3........................................................................Pembatasan Masalah
............................................................................................................5
1.4............................................................................Rumusan Masalah
............................................................................................................5
1.5.............................................................................Tujuan Penelitian
............................................................................................................5
1.6...........................................................................Manfaat Penelitian
............................................................................................................6

2..............................................................................LANDASAN TEORI
2.1.....................................................................................Kajian Teori
............................................................................................................8
2.1.1 Pembelajaran Sejarah................................................................... 8
2.1.2 Metode Belajar ............................................................................ 10
2.1.3 Metode Belajar Discovery........................................................... 16
2.1.4 Prestasi Belajar............................................................................
2.2............................................................................Kerangka Berfikir
..........................................................................................................20
2.3...........................................................................Hipotesi Penelitian
..........................................................................................................21

3.......................................................................METODE PENELITIAN
3.1...................................................................Pendekatan dan Metode
..........................................................................................................23
3.2.......................................................................Rancangan Penelitian
..........................................................................................................24
3.3..........................................................Tempat dan Waktu Penelitian
..........................................................................................................26
3.8.......................................................Populasi dan Sampel Penelitian
..........................................................................................................26
3.4.1 Populasi Penelitian....................................................................... 26
3.4.2 Sampel Penelitian........................................................................ 27
3.4...........................................................................Variabel Penelitian
..........................................................................................................28
3.5........................................................................Instrumen Penelitian
..........................................................................................................30
3.6..............................................................Metode Pengumpulan Data
..........................................................................................................34
3.7........................................................................Teknik Analisis Data
..........................................................................................................36

70
DAFTAR PUSTAKA

71

Anda mungkin juga menyukai