Anda di halaman 1dari 30

REFERAT DAN CASE REPORT

DIARE AKUT DEHIDRASI BERAT

DISUSUN OLEH :

Gordon

1061050038

PEMBIMBING :

Dr. Ava Lanny Kawilarang, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

1 OKTOBER 2017 9 DESEMBER 2017

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


BAB I

Pendahuluan

Diare merupakan buang air besar dengan yang pada umumnya paling sedikit 3 kali dalam

periode 24 jam dengan konsistensi lembek maupun cair. Diare sering terjadi pada anak-anak

terutama diantara umur 6 bulan 2 tahun. Hal ini juga sering terjadi pada bayi usia kurang dari 6

bulan bila bayi minum susu formula maupun susu sapi.

Menurut World Health Organization (WHO), Setiap tahunnya diperkirakan 2,5 miliar

kasus diare terjadi pada anak-anak kurang dari 5 tahun. Kasus diare pada anak berumur kurang

dari 5 tahun di Asia sebesar 1,218 Milyar kasus (51%) dikuti dengan Afrika sebesar 696 juta kasus

(29%).

Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah diare (31.4%) diikuti dengan pneumonia

(23.8%) dan juga penyebab kematian balita terbanyak adalah diare (25.2%) diikuti dengan

pneumonia (15.5%).

Prevalensi diare berdasarkan umur tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan (20.7%)

diikuti umur 6-11 bulan (17.6%) dan umur 23-45 bulan (15.3%). Prevalensi diare menurut jenis

kelamin lebih tinggi pada anak laki-laki (14.8%) daripada pada anak perempuan (12.8%).

Sedangkan prevalensi diare menurut lokasi tinggal lebih tinggi pada perdesaan (14.9%)

dibandingkan dengan perkotaan (12.0%).


BAB II

Pembahasan

Definisi Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air

saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI

2011).

Menurut World Health Organization, Diare merupakan buang air besar dengan yang pada

umumnya paling sedikit 3 kali dalam periode 24 jam dengan konsistensi lembek maupun cair.

Frekuensi buang air besar yang sering tetapi berbentuk bukanlah diare. Bayi yang disusuin dengan

ASI sering mengeluarkan kotoran berbentuk pasta, ini juga bukan merupakan diare.

Diare sering terjadi pada anak-anak terutama diantara umur 6 bulan 2 tahun. Hal ini juga

sering terjadi pada bayi usia kurang dari 6 bulan bila bayi minum susu formula maupun susu sapi.

Epidemiologi

Menurut World Health Organization (WHO), Setiap tahunnya diperkirakan 2,5 miliar

kasus diare terjadi pada anak-anak kurang dari 5 tahun. Kasus diare pada anak berumur kurang

dari 5 tahun di Asia sebesar 1,218 Milyar kasus (51%) dikuti dengan Afrika sebesar 696 juta kasus

(29%).

Menurut Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, angka kesakitan diare pada balita tahun

2010 sebesar 1310 per 1000 penduduk, angka kesakitan ini turun dari tahun 2006 sebesar 1330 per

1000 penduduk.
Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah diare (31.4%) diikuti dengan pneumonia

(23.8%) dan juga penyebab kematian balita terbanyak adalah diare (25.2%) diikuti dengan

pneumonia (15.5%).

Prevalensi diare berdasarkan umur tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan (20.7%)

diikuti umur 6-11 bulan (17.6%) dan umur 23-45 bulan (15.3%). Prevalensi diare menurut jenis

kelamin lebih tinggi pada anak laki-laki (14.8%) daripada pada anak perempuan (12.8%).

Sedangkan prevalensi diare menurut lokasi tinggal lebih tinggi pada perdesaan (14.9%)

dibandingkan dengan perkotaan (12.0%).

Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare berdasarkan gejala klinis terdiri dari :

1. Diare Akut tanpa darah

2. Diare Akut dengan darah

3. Diare Persisten

4. Diare dengan malnutrisi

Etiologi

Menurut Widoyono (2008) penyebab diare dapat dikelompokan menjadi :

1. Virus : Rotavirus (40-60%), Adenovirus.

2. Bakteri : Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%), Vibrio cholera, dan lain-lain.

3. Parasit : Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lamblia, Cryptosporidium( 4-11%).


4. Keracunan makanan

5. Malabsorpsi : Karbohidrat, lemak dan protein

6. Alergi : Makanan, susu sapi

7. Imunodefisiensi : AIDS

Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

a. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam

rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul diare. Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan

elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan

ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan sulit diserap. Bahan tersebut

berupa larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya

akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan

hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler kedalam lumen usus sampai

osmolaritas dari usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare.
b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan

sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat

peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin,

menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida disel epitel

berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit

kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan mengakibatkan

bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Pada diare akut, mikroorganisme masuk ke dalam saluran cerna, kemudian mikroorganisme

tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati asam lambung, mikroorganisme

membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan

terjadinya hiperperistaltik dan sekresi cairan tubuh yang mengakibatkan terjadinya diare

(Suraatmaja, 2007).
Patofisiologi

Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis),

bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia). Beberapa mikroorganisme

pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel- sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin

Penyebab dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang

tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga

timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga

sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang

mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan

air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan

hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan

sirkulasi.

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:

(a) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan

keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan sebagainya).

(b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran

bertambah).

(c) Hipoglikemia,

(d) Gangguan sirkulasi darah.


Manifestasi Klinis

Menurut Widoyono (2008) ada beberapa gejala dan tanda diare diantaranya adalah :

1. Gejala Umum

1. Mengeluarkan kotoran lembek dan sering merupakan gejala khas diare

2. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut

3. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

4. Gejala dehidrasi,

2. Gejala Spesifik

1. Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.

2. Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh

lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila

penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak.

Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung,

selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang

dapat dibagi menjadi tanpa dehidrasi, ringan/sedang, dan berat.


Penentuan Derajat Dehidrasi menurut WHO

Klasifikasi Tanda-Tanda dan Gejala

Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini:

1. Letargis/Tidak Sadar
Dehidrasi Berat 2. Mata Cekung
3. Tidak Bisa Minum / Malas Minum
4. Cubitan Kulit Perut kembali sangat lambat (>2 detik)

Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini:

Dehidrasi 1. Rewel, Gelisah

Ringan/Sedang 2. Mata Cekung


3. Minum dengan Lahap, haus
4. Cubitan kembali lambat

Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi


Tanpa Dehidrasi
ringan / berat

Cara Penularan

Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan

penyakit diare melalui jalur fecal oral yang terjadi karena:

1. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama

perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah.

Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
2. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi, mengandung virus atau bakteri

dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang

tersebut hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang

memakannya

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu:

1. tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan

2. menggunakan botol susu

3. menyimpan makanan masak pada suhu kamar

4. menggunakan air minum yang tercemar

5. tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar

6. tidak mencuci tangan sesudah membuang tinja anak

7. tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah menyuapi anak

8. tidak membuang tinja termasuk tinja bayi dengan benar.

Penatalaksaan

Kementrian Kesehatan telah menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah

Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium klorida (NaCl),

Kalium Klorida (KCl), sitrat dan glukosa Oralit diberikan untuk mencegah dan

mengobati dehidrasi
2. Zinc selama 10 hari berturut-turut

Zinc diberikan untuk mengurangi resiko diare berikutnya 2-3 bulan, menurunkan

kejadian diare berdarah dan mengurangi pemakaian antibiotic irasional.

3. Pemberian ASI dan makanan

Memberikan makanan dan ASI pada balita membantu anak tetap kuat dan mencegah

penurunan berat badan. Anak yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan

yang sesuai umur akan menyebabkan anak kurang gizi.

4. Pemberian antibiotik sesuai indikasi

Antibiotic hanya diberikan pada diare berdarah dan kolera. Pemberian antibiotic yang

tidak tepat akan menyebabkan flora usus terganggu sehingga akan memperlama diare

5. Nasihat pada ibu/ pengasuh anak

Nasihat diberikan untuk tata cara pemberian obat, makanan dan tanda bahaya yang

harus diperhatikan

Untuk penatalaksanaan dehidrasi dilakukan berdasarkan derajat dehidrasi yang dialami oleh

pasien:

1. Rencana Terapi A diberikan pada pasien tanpa dehidrasi

2. Rencana Terapi B diberikan pada pasien dengan dehidrasi ringan/sedang

3. Rencana Terapi C diberikan pada pasien dengan dehidrasi berat


Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dari diare adalah:

a. Pemeriksaan tinja Makroskopis dan mikroskopis pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas

lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.

b. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan menentukan pH dan

cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah.

d. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

e. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum

(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

h. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite secara

kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam

komplikasi seperti:

1. Dehidrasi

2. Renjatan hipovolemik
3. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan

pada elektrokardiogram).

4. Hipoglikemia.

5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan vili

mukosa usus halus.

6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami

kelaparan.
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

MR No. : 11122146
Nama : An. E
Tanggal lahir : 28 Februari 2017
Usia : 7 bulan 25 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Cilangkap Depok Jawa Barat RT 01/ RW 03
Tanggal datang : 22 10 - 2017

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis oleh ibu kandung pasien, di Melati I

-Keluhan utama : BAB Cair >5x

-Keluhan tambahan : - Muntah

- Demam naik turun

- Batuk berdahak dan pilek

-Riwayat perjalanan penyakit:

Pasien datang ke IGD RSUD Cibinong dengan keluhan BAB Cair 4 5x/ hari 1 minggu
SMRS. BAB cair berwarna kuning muda, dengan ampas sedikit, lendir (-), darah (-), berbau asam.
Sekali BAB banyaknya gelas aqua. BAB cair dirasakan secara tiba-tiba dan selalu BAB cair
setiap kali pasien diberikan makan ataupun minum. Pasien sudah dibawa berobat ke puskesmas
dan diberikan obat namun keluhan tidak membaik sehingga puskesmas merujuk pasien ke RSUD
Cibinong. Ibu pasien juga mengeluh bahwa anaknya tampak lemas dan menangis terus tetapi tidak
tampak keluar air mata. Pasien juga selalu muntah ketika diberikan minum dan makan, sehingga
pasien sering tidak dapat makan ataupun minum. Yang dimuntahkan adalah makanan dan
minuman yang diberikan. Selain itu pasien juga mengeluh demam naik turun selama 1 minggu
tetapi suhunya tidak diukur. Pasien juga mengeluh batuk pilek selama 1 minggu. Ibu pasien juga
mengeluh BAK nya menjadi sedikit dan jarang. Ibu pasien sudah memberikan susu formula untuk
anaknya, tetapi ibu pasien hanya memiliki 2 botol susu dan jarang untuk mencuci dan
membersihkan botol susu tersebut. Pasien sudah mendapatkan asupan susu formula sejak pasien
berusia 1 bulan.

-Riwayat penyakit dahulu:

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini

-Riwayat penyakit keluarga:

Tidak ada yang mengeluhkan hal serupa dikeluarga pasien

-Riwayat kelahiran:

Cara lahir : Spontan


Tempat lahir : Rumah bidan
Ditolong oleh : Bidan
Masa gestasi : Cukup bulan
Berat lahir : 2800 gram
Panjang lahir : 47 cm
Nilai APGAR : ibu pasien lupa
Kelainan bawaan: Tidak ada

-Riwayat tumbuh kembang

Pertumbuhan gigi pertama : belum tumbuh


Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
o Tengkurap : 4 bulan
o Duduk : 6 bulan
o Berdiri :-
o Berjalan :-
o Berbicara :-
o Membaca/menulis: -
Kesan: Pertumbuhan fisis dan mental anak belum dapat dinilai

-Riwayat imunisasi : Imunisasi dilaksanakan di Puskesmas

Vaksin Dasar (Umur) Ulangan (Umur)

BCG Bulan 1

DPT / DT

POLIO Bulan 1

Campak -

Hepatitis B Lahir

MMR -

TIPA -

Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap, sesuai dengan jadwal program imunisasi depkes

-Riwayat makanan

0 1 bulan : ASI eksklusif pemberian 8x sehari


1 bulan sekarang : Susu formula, pemberian 3 6x sehari
Kesan: kualitas makanan tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi anak.
III. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan di Melati I

Keadaan Umum : Tampak sakit berat (anak rewel menangis, merintih, tampak lemas)
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah :-
Frekuensi nadi : 136 x/menit, kuat angkat, isi cukup, teratur
Respiratory Rate : 40 x/menit
Suhu : 37,9 C

Data Antropometri

Berat Badan : 6.7 kg


Tinggi Badan : 67 cm
Lingkar lengan atas : 10 cm

Menurut kurva WHO

BB/U : -2 < x < 0


Kesan berat badan cukup

TB/U : -2 < x < -0


Kesan perawakan cukup
BB/TB : -2 < x < 0
Kesan status gizi cukup

Kepala

Kepala : Normochepali (lingkar kepala : 42.5 cm) ubun ubun teraba cekung
Mata : Kelopak mata tampak cekung +/+, Sklera ikterik -/-,
konjungtiva anemis -/-, air mata -/-
Telinga : normotia, lapang+/+, Serumen -/-, sekret -/-
Hidung : pernafasan cuping hidung (-), cavum nasi lapang-/-, epistaksis (-),
sekret +/+
Mulut : Sianosis orofasial (-)

Bibir : Mukosa kering (+), sianosis (-)


Gigi Geligi : tidak dapat dinilai
Lidah : letak di tengah, lidah kotor (-)
Tonsil : T1-T1, tenang
Faring : faring hiperemis (-)

Leher : Tidak ada pembesaran KGB

Thoraks

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-)


Palpasi : vokal fremitus simetris
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Bunyi Nafas Dasar bronkovesikuler, Rhonki +/+, Wheezing -/-
Jantung:
-Inspeksi : ictus cordis terlihat
-Palpasi : ictus cordis teraba di garis midclavicularis sinistra intercostal IV
-Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri dalam batas normal
-Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II teratur, murmur -, gallop-
Abdomen
-Inspeksi : Perut tampak datar

-Auskultasi : BU + 10x/menit

-Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)

-Palpasi : Nyeri tekan (-), supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali
melambat
Anus dan rektum : tidak tampak perianal rash
Ekstremitas Kiri Kanan
-Atas : akral hangat akral hangat
crt < 3 crt < 3
-Bawah : akral hangat akral hangat
crt < 3 crt < 3

IV. Pemeriksaan Penunjang

Hematologi

Hb : 11.8 g/dl
Leukosit : 14.520/uL
Ht : 34.7 %
Trombosit : 317000/uL
GDS : 93 mg/dl
Elektrolit
Natrium : 142 mmol/L
Kalium : 3.6 mmol/L
Clorida : 114 mmol/L
Feses lengkap
Warna : kuning
Konsistensi : lembek
Lendir :+
Darah :-
Pus :-
Eritrosit :35
Leukosit :13
Epitel : +1
Amilum :-
Lemak :+
Serat tumbuhan :-
Telur cacing :-
Yeast cell :-
Amuba : E. histolytica +
Darah samar :+
Gula :-
Pewarnaan gram : ditemukan bakteri gram negatif batang (+)
Ph : 6.0
Analisa gas darah
PhO2 : 21
Ph : 7.32
PCO2 : 37 mmHg
PO2 : 129 mmHg
BE : -7 mmol/L
HCO3 : 18 mmol/L
SO2 : 98%

IV. Diagnosis Kerja

Diare akut dehidrasi berat dengan perbaikan


Bronkopneumonia

V. Diagnosis Banding

Diare akut et causa virus


Diare akut et causa bakteri
VII. Penatalaksanaan

Tatalaksana IGD (rencana rawat inap)


Rencana pemasangan Kateter Urin dan pro PICU, namun ibu pasien menolak
RL 30cc/kgBB dalam 1 jam
RL 420cc dalam 5 jam
Kaen 3B 900cc dalam 18 jam
Kaen 3B 650cc/24 jam (boleh diantar keruangan)
Rawat inap
Diet : -
Oksigen nasal kanul 2 3 LPM
IVFD : Kaen 3B 700cc /24 jam
MM : Cefotaxim 2 x 400mg (IV)
Ondansetron 1 x 0.4mg (IV)
Sanmol drop (3 x 0.7ml) kp
Zinc pro 1 x 1cth
Metronidazole 3 x cth
Meptin 2 x 4mcg (2 x 1 pulv)
Inhalasi menggunakan Combiven + Pulmicord dalam NaCl 100

VIII. Pemeriksaan Anjuran

Foto thoraks AP : (terlampir)


Paru : Infiltrat perihiller dan parakardial kanan
Kesan : Bronkopneumonia dextra

IX. Prognosis

Ad Vitam : Dubia ad Bonam


Ad Fungsionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Follow Up hari 1 (23/10/17)

S/ BAB Cair 3x ampas (+), batuk (+) anak sudah mau dan bisa minum tetapi sedikit

O/ KU: Tampak sakit sedang

Kesadaran: compos mentis

Tanda-tanda vital:

HR: 120 x/menit

RR: 40x/menit

Suhu: 37,5 C

Kepala: ubun ubun cekung (-)

Mata: cekung -/- , air mata +/+

Mukosa bibir kering (-)

Leher: tidak ada pembesaran KGB

Thorax: ronkhi +/+ wh -/-

Abdomen: turgor kembali dengan cepat, BU 6x/menit,

Ekstremitas: akral hangat, CRT<2, edema -/-, sianosis

A/ Diare akut dehidrasi berat dengan perbaikan

Bronkopneumonia

P/ Diet : Susu formula + bubur susu

IVFD : Kaen 3B 700ml/24jam

MM : Cefotaxim 2 x 400mg (IV)

Ondansetron 1 x 0.4mg (IV)

Sanmol drop (3 x 0.7ml) kp

Zinc pro 1 x 1cth

Metronidazole 3 x cth
Follow up hari ke-2 (24/10/17)

S/ BAB cair -, sudah ada ampas, batuk (+), demam (-), sudah mau makan minum tetapi masih
sedikit

O/ KU: Tampak sakit sedang

Kesadaran: compos mentis

Tanda-tanda vital:

HR: 100 x/menit

RR: 36x/menit

Suhu: 36,5 C

Kepala: ubun ubun cekung (-)

Mata: cekung -/- , air mata +/+

Leher: tidak ada pembesaran KGB

Thorax: ronkhi +/+ wh -/-

Abdomen: turgor kembali dengan cepat, BU 6x/menit,

Ekstremitas: akral hangat, CRT<2, edema -/-, sianosis

A/ Bronkopneumonia

P/ Diet : Susu formula + bubur susu

IVFD : Kaen 3B 700ml/24jam

MM : Cefotaxim 2 x 400mg (IV)

Ondansetron 1 x 0.4mg (IV) Kp

Zinc pro 1 x 1cth

Metronidazole 3 x cth
Follow up hari ke-3 (25/10/17)

S/ batuk (+), pasien sudah mau makan minum dan menghabiskan makanannya

O/ KU: Tampak perbaikan

Kesadaran: compos mentis

Tanda-tanda vital:

HR: 100 x/menit

RR: 32x/menit

Suhu: 37,1 C

Kepala: ubun ubun cekung (-)

Mata: cekung -/- , air mata +/+

Leher: tidak ada pembesaran KGB

Thorax: ronkhi +/+ wh -/-

Abdomen: turgor kembali dengan cepat, BU 4x/menit,

Ekstremitas: akral hangat, CRT<2, edema -/-, sianosis

A/ Bronkopneumonia

P/ Diet : Susu formula + bubur susu

IVFD : Kaen 3B 700ml/24jam

MM : Cefotaxim 2 x 400mg (IV)

Zinc pro 1 x 1cth

Metronidazole 3 x cth

Boleh pulang, dengan obat pulang

Zinc pro 1 x 1cth (lanjutkan 6 hari lagi)

Metronidazole 3 x cth, habiskan obat dibotol.

Ambroxol 2 x 2.5ml
ANALISA KASUS

Pasien An. E didiagnosis Diare akut dehidrasi berat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dating dari IGD RSUD Cibinong dengan
keluhan BAB cair 4 5x dalam sehari selama seminggu disertai muntah dan tanda tanda
dehidrasi seperti anak menjadi lemas, demam, BAK sedikit, dan air mata yang tidak keluar saat
menangis.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit berat, pasien rewel tetapi
tidak aktif, tampak lemas, menangis merintih tetapi air mata tidak keluar, nadi 136x/menit, RR
40x/menit, suhu 37.8oC, ubun ubun teraba cekung, mata tampak cekung dan air mata kering,
mukosa bibir kering, turgor diperut sangat melambat, BU 10x/menit. Dari pemeriksaan lab pada
feses lengkap, ditemukan secara makroskopis bahwa feses lembek, dengan ampas sedikit, tidak
ditemukan darah. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya

BAB Cair >3x dalam sehari, kurang dari 2 minggu


Letargis
Mata cekung
Tidak bisa minum
Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (>2 detik)

Dengan adanya gejala diatas, maka pasien dapat didiagnosis Diare akut dehidrasi berat.

Tatalaksana yang dilakukan di IGD adalah pemberian rehidrasi secara intravena dengan
RL 30ml/kgBB untuk 1 jam pertama, dilanjutkan dengan 70ml/kgBB untuk 5 jam berikutnya,
kemudian diberikan Kaen 3B untuk maintenance diruangan. Pemasangan kateter urin sangat
diperlukan untuk pemantauan diuresis dan pemantauan apakah rehidrasi yang kita berikan baik
atau tidak. Dari pemasangan kateter urin juga kita bisa menilai bagaimana fungsi ginjal pasien.
Pemeriksaan lab seperti elektrolit, analisa gas darah juga perlu dilakukan untuk mengetahui apa
rencana terapi yang akan kita berikan kepada pasien ini, dimana dehidrasi berat dapat membuat
ketidak seimbangan elektrolit dan asidosis metabolik. Untuk mengetahui fungsi ginjal kita dapat
memeriksa ureum kreatinin pasien, tetapi pada kasus ini pasien tidak diperiksa. Pemeriksaan feses
lengkap juga perlu untuk mengetahui apa penyebab dari diare pada pasien ini.
Pemberian antibiotik metronidazole sebenarnya belum diperlukan karena umumnya pada
anak usia seperti pasien ini penyebab diarenya adalah rotavirus, dan pemberian antibiotik pada
diare harus dilakukan kultur feses sebelumnya, dan harus memiliki gejala gejala khas seperti
BAB berdarah atau BAB berwarna seperti air cucian beras.

Dapat disimpulkan bahwa penegakkan diagnosis pada pasien ini sudah dilakukan
berdasarkan teori yang ada, meskipun penatalaksanaannya tidak semuanya diberikan berdasarkan
teori, seperti pemberian metronidazole.
Daftar Pustaka

1. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia. Jakarta: IDAI. 2009:47-50.
2. World Health Organization. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2008.
3. World Health Organization. Diarrhoea treatment guidelines including new
recommendations for the use of ORS and zinc supplementation for clinic-based
healthcare workers. Version current January. 2005.
4. World Health Organization. A manual for the treatment of acute diarrhea for use by
physicians and other senior health workers. World Health Organization, Geneva.
1984:72.
5. Unicef. Diarrhoea: why children are still dying and what can be done.
6. Widoyono M. Penyakit Tropis Epidemiologi Penularan, Pencegahan dan Pemberantasan.
7. Pane md. Kesesuaian penatalaksanaan penyakit diare pada balita dengan pedoman
penatalaksanaan diare pada balita menurut kemenkes ri di puskesmas kota karang kota
bandar lampung tahun 2013.
8. Suma sa. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare akut pada balita di
wilayah kerja puskesmas bulango utara kecamatan bulango utara kabupaten bone
bolango tahun 2013 (doctoral dissertation, universitas negeri gorontalo).

Anda mungkin juga menyukai