Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi pada anak adalah rerata tekanan darah sistolik (TDS)
dan/atau tekanan darah diastolik (TDD) yang > persentil 95 pada jenis
kelamin, usia, dan tinggi badan yang sesuai yang ditemukan dalam 3 kali
pengukuran yang berbeda.1 Hipertensi pada anak merupakan masalah di
bidang pediatri dengan prevalensi sekitar 1-3%. Prevalens hipertensi pada
anak, khususnya pada usia sekolah mengalami peningkatan. Hal ini
mungkin disebabkan meningkatnya prevalensi obesitas pada kelompok
usia tersebut. Beberapa penelitian membuktikan bahwa hipertensi pada
orang dewasa sudah dimulai sejak masa anak.2
Prevalensi dan distribusi hipertensi pada anak sulit digambarkan
karena beragamnya variasi penelitian dalam hal definisi dan teknik
pengukuran tekanan darah yang sesuai dengan standard menurut The
Second Task Force Report tahun 1987. Dewasa ini, hampir 15% anak-
anak yang berusia antara 6 dan 19 tahun termasuk overweight
dibandingkan hanya 5% pada 30 tahun yang lalu. Seperti diketahui
prevalensi hipertensi meningkat dengan meningkatnya body mass index
maka wajar apabila prevalensi hipertensi pada remaja juga meningkat pada
akhir-akhir ini. Prevalensi hipertensi esensial semakin meningkat pada
anak-anak terutama pada remaja. Hipertensi merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit jantung koroner pada orang dewasa, dan hipertensi
pada anak memberikan kontribusi terhadap terjadinya penyakit jantung
koroner sejak dini. Oleh sebab itu perhatian serta pengetahuan tentang
masalah hipertensi pada anak harus ditingkatkan agar upaya deteksi dini
hingga pencegahan komplikasi hipertensi pada anak dapat dilakukan
secara tepat. Agar hipertensi dapat dideteksi sedini mungkin sehingga
dapat ditangani secara tepat, maka pemeriksaan tekanan darah yang cermat

1
harus dilakukan secara berkala setiap tahun setelah anak berusia tiga
tahun.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi pada anak didefinisikan berdasarkan National High
Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood
Pressure in Children and Adolescents (2004) yang telah direvisi.
Hipertensi adalah rata-rata tekanan darah sistolik dan atau tekanan darah
diastolik lebih dari atau sama dengan persentil ke-95 menurut usia, jenis
kelamin dan tinggi badan pada 3 kali pengukuran atau lebih.1

2.2 Etiologi
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Meskipun demikian, beberapa
faktor dapat diperkirakan berperan menimbulkan seperti faktor
keturunan, berat badan, respons terhadap stres fisik dan psikologis,
abnormalitas transpor kation pada membran sel, hipereaktivitas
sistem saraf simpatis, resistensi insulin, dan respons terhadap
masukan garam dan kalsium. Tekanan darah yang tinggi pada masa
anak-anak merupakan faktor risiko hipertensi pada masa dewasa
muda. Hipertensi primer pada masa anak biasa ringan atau
bermakna. Evaluasi anak dengan hipertensi primer harus disertai
dengan evaluasi beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan risiko
berkembangnya suatu penyakit kardiovaskular. Obesitas, kolesterol
lipoprotein densitas tinggi yang rendah, kadar trigliserida tinggi, dan
hiperinsulinemia merupakan faktor risiko yang harus dievaluasi
untuk berkembangnya suatu penyakit kardiovaskular.4

3
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder lebih sering terjadi pada anak-anak
dibanding pada orang dewasa. Evaluasi yang lebih teliti diperlukan
pada setiap anak untuk mencari penyebab hipertensi. Anak dengan
hipertensi berat, anak dengan usia yang masih muda, serta anak
remaja dengan gejala klinis sistemik disertai hipertensi harus
dievaluasi lebih lanjut. Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada
masa anak berkaitan dengan penyakit parenkim ginjal. Kebanyakan
hipertensi akut pada anak berhubungan dengan glomerulonefritis,
Sedangkan hipertensi kronis paling sering berhubungan dengan
penyakit parenkim ginjal (70-80%), hipertensi renovaskular (10-
15%), koartasio aorta (5-10%), feokromositoma dan penyebab
endokrin lainnya (1-5%). Pada anak yang lebih kecil (< 6 tahun)
hipertensi lebih sering sebagai akibat penyakit parenkim ginjal,
obstruksi arteri renalis, atau koartasio aorta. Anak yang lebih besar
bisa mengalami hipertensi dari penyakit bawaan yang baru
menunjukkan gejala dan penyakit dapatan seperti refluks nefropati
atau glomerulonefritis kronis.4

2.3 Epidemiologi
Prevalensi dan diagnosis hipertensi pada anak dan remaja tampak
meningkat sekarang akhir-akhir ini. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan
meningkatnya prevalensi obesitas pada anak dan meningkatnya kepedulian
terhadap penyakit ini. Prevalensi hipertensi pada anak diperkirakan sebesar
1,2%. Hipertensi diketahui merupakan salah satu faktor resiko terhadap
penyakit jantung koroner pada dewasa, dan adanya hipertensi pada masa
anak mungkin berperanan dalam perkembangan dini penyakit jantung
koroner tersebut. Finder dkk menemukan prevalensi kenaikan tekanan
darah sistolik dan diastolic yang menetap pada anak usia sekolah 1,2% dan
0,37%, sedangkan Rames dkk menemukan prevalensi kenaikan tekanan
darah yang menetap antara 5 dan 18 tahun kurang dari 1%. Hipertensi

4
sekunder pada anak kejadiannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
orang dewasa, dan hampir 80% penyebabnya berasal dari ginjal, akan
tetapi bila anak sudah mencapai usia remaja, maka bentuk hipertensi yang
banyak ditemukan adalah hipertensi esensial.4

2.4 Klasifikasi5
Nilai tekanan darah yang dipakai untuk mendiagnosis hipertensi
pada dewasa ditetapkan berdasarkan analisis meningkatnya morbiditas dan
mortalitas yang berhubungan dengan tingginya tekanan darah tersebut.141
Pada anak batasan tekanan darah ditetapkan berdasarkan pola tekanan
darah anak sehat. Tekanan darah anak meningkat seiring dengan
meningkatnya umur. Nilai tekanan darah normatif ditetapkan berdasarkan
gender, tinggi badan dan umur. Tekanan darah dibawah persentil 90
berdasarkan umur, gender dan tinggi badan dinyatakan normal. Pada
publikasi yang keempat dari National High Blood Pressure Education
Program (NHBPEP) Working Group on Children and Adolescents tahun
2004 sebagai updating dari 1987 Task Force Report on High Blood
Pressure in Children and Adolescents telah diadakan sedikit perubahan
pada definisi dan klasifikasi hipertensi pada anak dan remaja.
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada anak dan dewasa
Pediatrics definition
Normal <90th percentile <120/80
Prehypertensive 90th to <95th percentile, or if BP 120-139/80-89
exceeds 120/80
even if <90th percentile up <95th
percentilea
Stage 1 95th to 99th percentile + 5 mmHg 140-159/90-99
hypertension
Stage 2 >99th percentile + 5 mmHg 160/100
hypertension
aThis occurs typically typically at 12 years old for systolic blood pressure (SBP) and

at 16 years old for diastolic blood pressure (DBF).


Kenaikan tekanan darah haruslah dikonfirmasi pada 3 kali
kesempatan yang berbeda, kecuali apabila pasien mengalami hipertensi

5
yang parah dan/atau simtomatik. Kadang-kadang pasien menunjukkan
peningkatan tekanan darah (> persentil 95) yang menetap dikamar praktek,
tetapi tekanan darah menjadi normal (< persentil 95) apabila pasien berada
dirumah atau dilingkungan sehari-hari. Keadaan demikian disebut sebagai
"white coat hypertension". Pada keadaan tersebut pemantauan dengan
ambulatory blood pressure monitor 24 jam merupakan cara terbaik untuk
menegakkan diagnosis. Signifikansi white coat hypertension pada anak
masih memerlukan penelaahan lebih mendalam, tetapi risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler lebih rendah dibandingkan true hypertension pada
dewasa.

2.5 Manifestasi Klinis


Hipertensi derajat ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan
gejala. Namun dari penelitian yang baru-baru ini dilakukan, kebanyakan
anak yang menderita hipertensi tidak sepenuhnya bebas dari gejala. Gejala
non spesifik berupa nyeri kepala, insomnia, rasa lelah, nyeri perut atau
nyeri dada dapat dikeluhkan. Pada keadaan hipertensi berat yang bersifat
mengancam jiwa atau menggangu fungsi organ vital dapat timbul gejala
yang nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi. Krisis hipertensi ini
dibagi menjadi dua kondisi yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi
emergensi. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi namun komplikasi
utama pada anak melibatkan sistem saraf pusat, mata, jantung, dan
ginjal.Anak dapat mengalami gejala berupa sakit kepala, pusing, nyeri
perut, muntah, atau gangguan penglihatan. Krisis hipertensi dapat pula
bermanifestasi sebagai keadaan hipertensi berat yang diikuti komplikasi
yang mengancam jiwa atau fungsi organ seperti ensefalopati, gagal jantung
akut, infark miokardial, edema paru, atau gagal ginjal akut. Ensefalopati
hipertensif ditandai oleh kejang fokal maupun umum diikuti penurunan
kesadaran dari somnolen sampai koma. Gejala yang tampak pada anak
dengan ensefalopati hipertensif umumnya akan segera menghilang bila
pengobatan segera diberikan dan tekanan darah diturunkan. Gejala dan

6
tanda kardiomegali, retinopati hipertensif, atau gambaran neurologis yang
berat sangat penting karena menunjukkan hipertensi yang telah
berlangsung lama.4

2.6 Patofisiologi5
Faktor yang menentukan tekanan darah adalah cardiac output dan
tahanan vaskular perifer. Kelainan kelainan yang meningkatkan cardiac
output dan tahanan vaskular perifer akan meningkatkan tekanan darah.
Cardiac output dan tahanan vaskular perifer dapat meningkat secara
sendiri-sendiri melalui berbagai mekanisme, tetapi juga dapat terjadi
interaksi diantara keduanya. Sebagai contoh, bila penyebab awalnya
mengakibatkan peningkatan cardiac-output, terjadi pula kompensasi
peningkatan tahanan vakuler perifer. Bahkan ketika penyebab
awalnya telah menghilang dan cardiac output kembali normal, tekanan
darah masih tetap tinggi karena tahanan vaskular perifer tetap
meningkat. Cardiac output ditentukan oleh stroke volume dan heart rate,
meskipun sebagian besar mekanisme terjadinya hipertensi persisten
disebabkan oleh kenaikan stroke volume dan hanya sedikit sekali karena
kenaikan heart rate. Kenaikan stroke volume biasanya disebabkan oleh
meningkatnya volume intravaskuler, baik oleh karena retensi cairan, atau
fluid shift ke dalam ruang intravaskular. Retensi garam berperan besar
meningkatkan cairan intravaskular yang berasal dari intake yang
berlebih-lebihan, peningkatan resorpsi garam dalam tubular ginjal, yang
sering dijumpai pada keadaan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron
dan hiperinsulinemia. Peningkatan tonus simpatis meningkatkan cardiac
output melalui stimulasi pelepasan renin, juga dengan jalan meningkatkan
kontraktilitas jantung dan heart rate. Perubahan tahanan vaskular perifer
dapat berasal dari kelainan fungsional maupun struktural. Peningkatan
angiotensin II, aktivitas simpatis, endothelins (prostaglandin H2; PGH2),
penurunan endothelial relaxation factors (misalnya. nitric oxide), dan
kelainan genetik dalam vascular cell receptors, kesemuanya meningkatkan

7
kontraktilitas otot polos vaskular, sehingga meningkatkan tahanan vaskular
perifer. Juga diduga bahwa asam urat yang telah diketahui meningkat pada
anak-anak dengan hipertensi, mungkin juga berperan dalam patogenesis
dalam perubahan arteriol renal seperti yang terlihat pada hipertensi esensial.

2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis harus dilengkapi sedetil mungkin untuk mencari
kemungkinan diagnostik. Banyak pasien yang mengeluh gejala-
gejala non-spesifik seperti misalnya nyeri kepala, lelah, dan ganguan
tidur. Keluhan berupa nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan,
nyeri dada lebih spesifik untuk hipertensi berat. Hematuria dan
sembab mengarah kepada glomerulonefritis akut, sedangkan
penurunan berat badan dan berkeringat menunjukkan
abnormalitas endokrin atau tumor neuroendokrin. Riwayat
pemasangan kateter arteri umbilikal mengarahkan pada penyebab
ginjal. Riwayat keluarga tentang diet, tidur, dan pemakaian obat-
obatan tertentu menunjukkan etiologi hipertensi individual.

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh ditujukan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit penyebab atau kerusakan organ
target. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah hendaknya diukur
pada keempat ekstremitas sebagai suatu skrining untuk koartasio
aorta, yang harus dicurigai apabila tekanan darah ekstremitas atas
lebih tinggi dari ekstremitas bawah. Denyut nadi ekstremitas bawah
biasanya juga lebih lemah. Pemeriksaan jantung termasuk
pemeriksaan bruit karotid atau abdominal akan melengkapi
diagnosis. Pemeriksaan kepala dan leher mencari adanya
pembesaran tiroid atau retinopati hipertensi, pemeriksaan kulit
untuk melihat adanta untuk melihat adanya striae atau

8
neurofibroma. Pemeriksaan neurologi mungkin akan menemukan
adanya tanda-tanda hipertensi akut atau kronik seperti misalnya
palsi Bell atau adanya defisit neurologis berupa hemiparesis.

c. Pemeriksaan Laboratorium dan Pencitraan


Evaluasi laboratorium termasuk pemeriksaan elektrolit
(alkalosis metabolik hipokalemia), fungsi ginjal (BUN dan
kreatinin), mencari adanya anemia karena penyakit ginjal kronik
(PGK) dan penyakit kronik lainnya. Urinalisis dilakukan untuk
mencari hematuria atau proteinuria. Rasio mikroalbumin/kreatinin
urine diperlukan untuk mencari mikroalbuminuria yang sering
ditemukan pada dewasa dengan hipertensi kronik, tapi jarang pada
anak-anak.7 Kadar Plasma renin activity (PRA) diperlukan untuk
skrining pasien-pasien dengan kelainan ginjal, renovaskular dan
kelainan mineralokortikoid. PRA juga meningkat pada pasien-pasien
dengan pheochromocytoma, sedangkan PRA yang rendah didapat
pada hipertensi yang disebabkan oleh ekspansi volume dan
hiperaldosteronisme. Pada pasien-pasien dengan hipertensi
esensial sebaiknya dilakukan pemeriksaan hiperkholesterolemia,
hiperinsulinemia, dan sindrom metabolik. Echocardiogram
sebaiknya dilakukan pada semua pasien dengan hipertensi, dan
dievaluasi adanya anomali kongenital, seperti misalnya
koarktasio atau hipertrofi ventrikel kiri (LVH), untuk mendeteksi
kerusakan organ target. Adanya LVH memerlukan tindakan medis
yang lebih agresif. Uji serial diperlukan untuk pemantauan terapi
dan progres hipertensi. USG ginjal perlu untuk mengidentifikasi
pasien dengan lesi parenkimal, misal parut ginjal, infeksi selama
masa kanak-kanak, atau anomali struktur. Pada anak-anak USG
Doppler kurang sensitif dalam mengidentifikasi stenosis arteri renal.
Meskipun MRI cukup jeli dalam mendeteksi adanya stenosis arteri
renalis, angiography masih tetap merupakan baku emas dalam

9
mendeteksi adanya stenosis arteri renalis. Pemeriksaan yang lain
termasuk DMSA, hendaknya dilakukan pada pasien dengan dugaan
parut ginjal dan infeksi saluran kemih berulang.

2.8 Penatalaksanaan2
Tujuan pengobatan hipertensi pada anak adalah mengurangi risiko
jangka pendek maupun panjang terhadap penyakit kardiovaskular dan
kerusakan organ target. Selain menurunkan tekanan darah dan meredakan
gejala klinis, juga harus diperhatikan faktor lain seperti kerusakan organ
target, faktor komorbid, obesitas, hiperlipidemia, kebiasaan merokok, dan
intoleransi glukosa. Tujuan akhir pengobatan hipertensi adalah
menurunkan tekanan darah hingga di bawah persentil ke-95 berdasarkan
usia dan tinggi badan anak. Pengobatan yang dilakukan secara tepat sejak
awal pada anak yang menderita hipertensi ringan sedang akan menurunkan
risiko terjadinya stroke dan penyakit jantung koroner dikemudian hari.
a. Terapi Non-Farmakologis
Pada tahap awal anak remaja yang menderita hipertensi
primer paling baik diobati dengan cara non-farmakologis, seperti
penurunan berat badan, diet rendah lemak dan garam, olah raga
secara teratur, menghentikan rokok dan kebiasanan minum
alkohol. Anak dan remaja yang mengalami prehipertensi atau
hipertensi tingkat 1 dianjurkan untuk mengubah gaya hidupnya.
Anak yang tidak kooperatif dan tetap tidak dapat mengubah gaya
hidupnya perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan obat anti
hipertensi. Penurunan berat badan terbukti efektif mengobati
hipertensi pada anak yang mengalami obesitas. Diet rendah garam
yang dianjurkan adalah 1,2 g/hari pada anak usia 4-8 tahun dan
1,5 g/hari pada anak yang lebih besar. Diet rendah garam yang
dikombinasikan dengan buah dan sayuran serta diet rendah lemak
serta makanan mengandung kalium dan kalsium menunjukkan
hasil yang baik untuk menurunkan tekanan darah pada anak.

10
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak yang mendapat
ASI eksklusif memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami
obesitas dan hipertensi dibandingkan dengan anak yang mendapat
susu formula. Olahraga secara teratur merupakan cara yang sangat
baik dalam upaya menurunkan berat badan dan tekanan darah
sistolik maupun diastolik. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah
olahraga kombinasi aerobik dan dinamik seperti; berenang, lari
pagi, atau bersepeda, sedangkan pasien hipertensi sekunder dan
hipertensi esensial berat harus menghindari olahraga yang bersifat
statis atau kompetitif serta latihan beban.3

b. Terapi Farmakologis
Hipertensi pada anak yang merupakan indikasi pemberian
anti hipertensi antara lain; hipertensi simtomatik, adanya
kerusakan organ target (retinopati, hipertrofi ventrikel kiri dan
proteinuria), hipertensi sekunder, diabetes melitus, hipertensi
tingkat 1 yang tidak menunjukkan respons dengan perubahan
gaya hidup, dan hipertensi tingkat 2.1-3 Perlu ditekankan bahwa
tidak ada satupun obat antihipertensi yang lebih superior
dibanding dengan jenis yang lain dalam hal efektivitasnya untuk
mengobati hipertensi pada anak.
Menurut The National High Blood Pressure Education
Program (NHBEP) working group on high blood pressure in
children and adolescents pemberian antihipertensi harus
mengikuti aturan berjenjang, dimulai dengan satu macam obat
pada dosis terendah, kemudian ditingkatkan secara bertahap
hingga mencapai efek terapetik atau munculnya efek samping
atau bila dosis maksimal telah tercapai. Obat kedua boleh
diberikan dengan menggunakan obat yang memiliki mekanisme
kerja yang berbeda.

11
Tabel 1 obat antihipertensi yang digunakan pada anak dan remaja

Pemilihan obat yang pertama sekali diberikan sangat tergantung


pada pengetahuan dan kebijakan dokter. Golongan diuretik dan -
blocker merupakan obat yang dianggap aman dan efektif untuk
anak. Golongan -adrenergik atau penghambat calcium-channel
dianjurkan pada anak yang mengalami migrain. Pada hipertensi
akibat glomerulonefritis pasca infeksi streptokokus pemberian
diuretik merupakan pilihan utama.
Langkah-langkah pendekatan pengobatan farmakologis pada anak
dengan hipertensi :

12
Golongan obat lain yang perlu dipertimbangkan untuk anak
dengan hipertensi disertai diabetes melitus atau terdapat
proteinuria adalah penghambat ACE (angiotensi converting
enzyme). Penggunaan obat penghambat ACE harus hati-hati pada
anak yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Enlapril, suatu
penghambat ACE yang baru memiliki masa kerja yang panjang
sehingga dapat diberikan dengan interval lebih panjang
dibandingkan dengan kaptopril. Obat ini lebih selektif dalam
mekanisme kerjanya dan memiliki efek samping batuk yang lebih
sedikit dibandingkan dengan golongan obat penghambat ACE.

13
Penanganan Hipertensi Emergensi
Hipertensi emergensi adalah hipertensi berat disertai komplikasi
yang mengancam jiwa seperti ensefalopati (kejang, stroke, defisit
fokal), gagal jantung akut, edema paru, aneurisma aorta, atau
gagal ginjal akut. Keadaan ini harus diatasi dalam waktu satu jam
dan sebaiknya dilakukan di ruangan perawatan intensif.
Tabel 2 Obat-obat antihipertensi untuk penanggulanagan krisis
hipertensi :

Tekanan darah diukur tiap 5 menit pada 15 menit pertama


selanjutnya setiap 15 menit pada 1 jam pertama kemudian setiap

14
30 menit sampai tekanan darah diastolik < 100 mmHg dan tiap 1
3 jam sampai tekanan darah stabil. Turunkan tekanan darah 25
30% dalam 6 jam pertama selanjutnya 25 30 % dalam 24 36
jam, selanjutnya dalam 48 72 jam. Pada anak dengan hipertensi
kronik danjurkan untuk menurunkan tekanan darah sebear 20 30
% dalam waktu 60-90 menit.3 Salah satu bentuk hipertensi
emergensi adalah hipertensi krisis yaitu tekanan darah meningkat
dengan cepat hingga mencapai sistolik > 180 mmHg atau
diastolik > 120 mmHg. Pemberian nifedipin secara oral atau
sublingual sangat membantu pada tahap awal pengobatan, sambil
mencari cara agar obat suntikan dapat segera diberikan. Nifedipin
dosis 0,1 mg/kg dinaikkan 0,1 mg/kg/x setiap 15 menit pada 1
jam selanjutnya tiap 30 menit, dengan dosis maksimal 10 mg/kali.
Tambahkan furosemid dosis 1 mg/kg/kali, 2 kali sehari secara
intravena namun bila keadaan pasien baik dapat diberikan per
oral. Bila tekanan darah belum turun, tambahkan kaptopril dosis
awal 0,3 mg/kg/kali, 2 3 kali sehari dosis maksimal 2
mg/kg/hari.
Bila tekanan darah belum turun juga, dapat dikombinasikan
dengan antihipertensi lainnya. Bila tekanan darah dapat
diturunkan dilanjutkan dengan nifedipin oral 0,25 1 mg/kg/hari,
3 4 kali sehari. Dosis kaptopril dan nifedipin kemudian
diturunkan secara bertahap. Pada anak dengan hipertensi kronis
atau yang kurang terkontrol seringkali memerlukan anti hipertensi
kombinasi untuk memantau kenaikan tekanan darah. Prinsip dasar
pemberian anti hipertensi\ kombinasi adalah menggunakan obat
dengan tempat dan mekanisme kerja yang berbeda. Pemilihan
obat juga harus sesederhana mungkin yaitu memberikan obat
dengan masa kerja panjang sehingga obat cukup diberikan satu
atau dua kali sehari. Lama pengobatan yang tepat pada anak dan
remaja dengan hipertensi tidak diketahui dengan pasti dan

15
bervariasi. Oleh karena itu bila tekanan darah terkontrol dan tidak
terdapat kerusakan organ maka obat dapat diturunkan secara
bertahap, kemudian dihentikan dengan pengawasan ketat setelah
penyebabnya diperbaiki. Pada bayi bila tekanan darah terkontrol
selama 1 bulan, dosis obat tidak meningkat, berat badan tetap naik
maka dosis diturunkan sekali seminggu dan berangsur-angsur
dihentikan. Pada anak dan remaja, bila tekanan darah terkontrol
dalam batas normal selama 6 bulan sampai 1 tahun, terapi diubah
menjadi monoterapi. Setelah terkontrol kira-kira 6 minggu, dosis
diturunkan dan berangsur-angsur dihentikan. Tekanan darah harus
dipantau secara ketat dan berkala karena banyak pasien akan
mengalami hipertensi di masa yang akan datang.

2.9 Pencegahan
Pencegahan tekanan darah tinggi dapat dilihat sebagai bagian dari
pencegahan penyakit kardiovaskular. Beberapa faktor risiko untuk
gangguan kardiovaskular telah diketahui dan mencakup obesitas,
kolesterol serum naik, masukan diet natrium tinggi, gaya hidup tidak
banyak gerak fisik, penyalahgunaann alkohol dan penggunaan tembakau.
Mulai pada masa anak dan lanjut sampai remaja, terutama penting
menghindari rokok karena berdampak pada paru-paru dan jantung.
Kenaikan kekakuan dinding arteri dan peningkatan viskositas darah akibat
merokok berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Pendekatan
populasi untuk pencegahan hipertensi essensial adalah pengurangan
masukan natrium dan penambahan aktivitas fisik.6

2.10 Komplikasi

Dengan meningkatnya prevalensi hipertensi pada anak dan


remaja, morbiditas dan mortalitas yang ditimbulkan juga semakin
meningkat. Pada pasien dewasa, hipertensi merupakan faktor risiko
terjadinya infark miokard, gagal jantung, stroke, dan PGK. WHO

16
melaporkan bahwa kontrol tekanan darah yang buruk merupakan risiko
yang dominan terjadinya kematian diseluruh dunia, 62% penyakit
serebrovaskular dan 49% penyakit jantung iskemik. Hipertensi juga
merupakan penyebab kedua terbanyak terjadinya gagal ginjal terminal
pada pasien dewasa di Amerika Serikat.

Efek jangka panjang tekanan darah tinggi pada anak dan remaja
sulit dievaluasi karena lamanya interval waktu antara ditegakkannnya
diagnosis dan timbulnya komplikasi seperti misalnya serangan jantung
atau stroke. Namun kerusakan-kerusakan pada jantung, pembuluh darah,
retina dan ginjal telah terbukti pada anak muda dengan hipertensi, yang
kadang-kadang sudah terlihat pada diagnosis awal. Anak dengan
tekanan darah tinggi mempunyai risiko menjadi hipertensi pada dewasa.
LVH merupakan organ target yang paling sering terserang, sekitar 34-
38% diantara anak-anak yang menderita hipertensi.

Mikroalbuminuria (30-300 mg albumin/g kreatinin pada


pemeriksaan urin pertama pada pagi hari) menunjukkan awal kerusakan
pada pasien dewasa, yang tidak berhubungan dengan adanya gangguan
kardiovaskuler. Anak-anak yang menyandang mikroalbuminuria
mempunyai risiko terjadinya penyakit ginjal hipertensi. Diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi marker untuk nefropati
hipertensi yang lebih sensitif dan strategi intervensi yang efektif untuk
mencegah terjadinya gagal ginjal terminal.

2.11 Prognosis
Walaupun dalam dekade terakhir ini banyak mengalami kemajuan
dalam pengobatan hipertensi sehingga kejadian krisis hipertensi makin
berkurang, mortalitas krisis hipertensi masih sangat tinggi. Mortalitas
berhubungan dengan tinggi rendahnya tekanan darah, usia, ras dan jenis
kelamin. Makin tinggi tekanan darah dan makin tua usia mortalitas makin
tinggi. Derajat retinopati dan tingkat insufisiensi ginjal lebih memiliki

17
nilai prognostik kuat daripada yang lain. Krisis hipertensi jarang
meninggalkan gejala sisa, bila penurunan tekanan darah segera
dilaksanakan dengan menggunakan obat anti hipertensi secara adekuat.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi pada anak adalah rerata tekanan darah sistolik dan atau
tekanan darah diastolic persentil 95 sesuai dengan jenis kelamin, usia,
dan tinggi badan pada 3 kali pengukuran. Prevalensinya diperkirakan
sebesar 12%. Hipertensi diketahui merupakan salah satu factor resiko
terhadap terjadinya penyakit jantung koroner pada orang dewasa dan
adanya hipertensi pada masa anak mungkin berperanan dalam
perkembangan dini penyakit jantung koroner tersebut. Pengobatan
hipertensi pada anak terdiri dari terapi non-farmakologis dan terapi
farmakologis. Terapi non- farmakologis pengurangan berat badan,
aktiviras fisik yang regular, dan modifikasi diet sedangkan terapi obat
menggunakan ACE inhibitor, -bloker, ARB, ca chanel bloker, dan
diuretika.

19
Daftar Pustaka

1. National High Blood Pressure Education Program Working Group on High


Blood Pressure in Children and Adolescents. The Fourth Report on the
Diagnosis, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure in Children
and Adolescents. Pediatrics. 2004; 114:555- 76.
2. Bobby S. Dharmawan, 2012. Tatalaksana Hipertensi pada Anak.
(http://www.google.co.id/TatalaksanaHipertensipadaAnak.pdf diakses pada
tanggal 19 Juli, 2016)
3. Syafruddin Haris, dkk. 2013. Profil Hipertensi pada Anak di RSUD Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. 15 (2). (http://www.google.co.id/.idai.or.id diakses
pada tanggal 19 Juli 2016)
4. Made Supartha, I Ketut Suarta, Ida Bagus Agung Winaya. 2009. Hipertensi
pada Anak. 59 (5). (https://www.google.co.id/hipertensipadaanak.pdf, diakses
pada tanggal 19 Juli 2016).
5. McNiece KL, Portman RJ, 2007. Hypertension: Epidemiology and evaluation.
In: Kher KK, Schnaper HW, Makker SP, eds. Clinical Pediatric
Nephrology. London: Informa Healthcare; 461-80

6. Behrman, dkk. 2000. Ilmu Penyakit Anak. Jakarta: EGC

7. Sudigdo & Bambang, 1994. Kardiologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia

20

Anda mungkin juga menyukai