PENDAHULUAN
1
harus dilakukan secara berkala setiap tahun setelah anak berusia tiga
tahun.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi pada anak didefinisikan berdasarkan National High
Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood
Pressure in Children and Adolescents (2004) yang telah direvisi.
Hipertensi adalah rata-rata tekanan darah sistolik dan atau tekanan darah
diastolik lebih dari atau sama dengan persentil ke-95 menurut usia, jenis
kelamin dan tinggi badan pada 3 kali pengukuran atau lebih.1
2.2 Etiologi
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Meskipun demikian, beberapa
faktor dapat diperkirakan berperan menimbulkan seperti faktor
keturunan, berat badan, respons terhadap stres fisik dan psikologis,
abnormalitas transpor kation pada membran sel, hipereaktivitas
sistem saraf simpatis, resistensi insulin, dan respons terhadap
masukan garam dan kalsium. Tekanan darah yang tinggi pada masa
anak-anak merupakan faktor risiko hipertensi pada masa dewasa
muda. Hipertensi primer pada masa anak biasa ringan atau
bermakna. Evaluasi anak dengan hipertensi primer harus disertai
dengan evaluasi beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan risiko
berkembangnya suatu penyakit kardiovaskular. Obesitas, kolesterol
lipoprotein densitas tinggi yang rendah, kadar trigliserida tinggi, dan
hiperinsulinemia merupakan faktor risiko yang harus dievaluasi
untuk berkembangnya suatu penyakit kardiovaskular.4
3
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder lebih sering terjadi pada anak-anak
dibanding pada orang dewasa. Evaluasi yang lebih teliti diperlukan
pada setiap anak untuk mencari penyebab hipertensi. Anak dengan
hipertensi berat, anak dengan usia yang masih muda, serta anak
remaja dengan gejala klinis sistemik disertai hipertensi harus
dievaluasi lebih lanjut. Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada
masa anak berkaitan dengan penyakit parenkim ginjal. Kebanyakan
hipertensi akut pada anak berhubungan dengan glomerulonefritis,
Sedangkan hipertensi kronis paling sering berhubungan dengan
penyakit parenkim ginjal (70-80%), hipertensi renovaskular (10-
15%), koartasio aorta (5-10%), feokromositoma dan penyebab
endokrin lainnya (1-5%). Pada anak yang lebih kecil (< 6 tahun)
hipertensi lebih sering sebagai akibat penyakit parenkim ginjal,
obstruksi arteri renalis, atau koartasio aorta. Anak yang lebih besar
bisa mengalami hipertensi dari penyakit bawaan yang baru
menunjukkan gejala dan penyakit dapatan seperti refluks nefropati
atau glomerulonefritis kronis.4
2.3 Epidemiologi
Prevalensi dan diagnosis hipertensi pada anak dan remaja tampak
meningkat sekarang akhir-akhir ini. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan
meningkatnya prevalensi obesitas pada anak dan meningkatnya kepedulian
terhadap penyakit ini. Prevalensi hipertensi pada anak diperkirakan sebesar
1,2%. Hipertensi diketahui merupakan salah satu faktor resiko terhadap
penyakit jantung koroner pada dewasa, dan adanya hipertensi pada masa
anak mungkin berperanan dalam perkembangan dini penyakit jantung
koroner tersebut. Finder dkk menemukan prevalensi kenaikan tekanan
darah sistolik dan diastolic yang menetap pada anak usia sekolah 1,2% dan
0,37%, sedangkan Rames dkk menemukan prevalensi kenaikan tekanan
darah yang menetap antara 5 dan 18 tahun kurang dari 1%. Hipertensi
4
sekunder pada anak kejadiannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
orang dewasa, dan hampir 80% penyebabnya berasal dari ginjal, akan
tetapi bila anak sudah mencapai usia remaja, maka bentuk hipertensi yang
banyak ditemukan adalah hipertensi esensial.4
2.4 Klasifikasi5
Nilai tekanan darah yang dipakai untuk mendiagnosis hipertensi
pada dewasa ditetapkan berdasarkan analisis meningkatnya morbiditas dan
mortalitas yang berhubungan dengan tingginya tekanan darah tersebut.141
Pada anak batasan tekanan darah ditetapkan berdasarkan pola tekanan
darah anak sehat. Tekanan darah anak meningkat seiring dengan
meningkatnya umur. Nilai tekanan darah normatif ditetapkan berdasarkan
gender, tinggi badan dan umur. Tekanan darah dibawah persentil 90
berdasarkan umur, gender dan tinggi badan dinyatakan normal. Pada
publikasi yang keempat dari National High Blood Pressure Education
Program (NHBPEP) Working Group on Children and Adolescents tahun
2004 sebagai updating dari 1987 Task Force Report on High Blood
Pressure in Children and Adolescents telah diadakan sedikit perubahan
pada definisi dan klasifikasi hipertensi pada anak dan remaja.
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada anak dan dewasa
Pediatrics definition
Normal <90th percentile <120/80
Prehypertensive 90th to <95th percentile, or if BP 120-139/80-89
exceeds 120/80
even if <90th percentile up <95th
percentilea
Stage 1 95th to 99th percentile + 5 mmHg 140-159/90-99
hypertension
Stage 2 >99th percentile + 5 mmHg 160/100
hypertension
aThis occurs typically typically at 12 years old for systolic blood pressure (SBP) and
5
yang parah dan/atau simtomatik. Kadang-kadang pasien menunjukkan
peningkatan tekanan darah (> persentil 95) yang menetap dikamar praktek,
tetapi tekanan darah menjadi normal (< persentil 95) apabila pasien berada
dirumah atau dilingkungan sehari-hari. Keadaan demikian disebut sebagai
"white coat hypertension". Pada keadaan tersebut pemantauan dengan
ambulatory blood pressure monitor 24 jam merupakan cara terbaik untuk
menegakkan diagnosis. Signifikansi white coat hypertension pada anak
masih memerlukan penelaahan lebih mendalam, tetapi risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler lebih rendah dibandingkan true hypertension pada
dewasa.
6
tanda kardiomegali, retinopati hipertensif, atau gambaran neurologis yang
berat sangat penting karena menunjukkan hipertensi yang telah
berlangsung lama.4
2.6 Patofisiologi5
Faktor yang menentukan tekanan darah adalah cardiac output dan
tahanan vaskular perifer. Kelainan kelainan yang meningkatkan cardiac
output dan tahanan vaskular perifer akan meningkatkan tekanan darah.
Cardiac output dan tahanan vaskular perifer dapat meningkat secara
sendiri-sendiri melalui berbagai mekanisme, tetapi juga dapat terjadi
interaksi diantara keduanya. Sebagai contoh, bila penyebab awalnya
mengakibatkan peningkatan cardiac-output, terjadi pula kompensasi
peningkatan tahanan vakuler perifer. Bahkan ketika penyebab
awalnya telah menghilang dan cardiac output kembali normal, tekanan
darah masih tetap tinggi karena tahanan vaskular perifer tetap
meningkat. Cardiac output ditentukan oleh stroke volume dan heart rate,
meskipun sebagian besar mekanisme terjadinya hipertensi persisten
disebabkan oleh kenaikan stroke volume dan hanya sedikit sekali karena
kenaikan heart rate. Kenaikan stroke volume biasanya disebabkan oleh
meningkatnya volume intravaskuler, baik oleh karena retensi cairan, atau
fluid shift ke dalam ruang intravaskular. Retensi garam berperan besar
meningkatkan cairan intravaskular yang berasal dari intake yang
berlebih-lebihan, peningkatan resorpsi garam dalam tubular ginjal, yang
sering dijumpai pada keadaan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron
dan hiperinsulinemia. Peningkatan tonus simpatis meningkatkan cardiac
output melalui stimulasi pelepasan renin, juga dengan jalan meningkatkan
kontraktilitas jantung dan heart rate. Perubahan tahanan vaskular perifer
dapat berasal dari kelainan fungsional maupun struktural. Peningkatan
angiotensin II, aktivitas simpatis, endothelins (prostaglandin H2; PGH2),
penurunan endothelial relaxation factors (misalnya. nitric oxide), dan
kelainan genetik dalam vascular cell receptors, kesemuanya meningkatkan
7
kontraktilitas otot polos vaskular, sehingga meningkatkan tahanan vaskular
perifer. Juga diduga bahwa asam urat yang telah diketahui meningkat pada
anak-anak dengan hipertensi, mungkin juga berperan dalam patogenesis
dalam perubahan arteriol renal seperti yang terlihat pada hipertensi esensial.
2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis harus dilengkapi sedetil mungkin untuk mencari
kemungkinan diagnostik. Banyak pasien yang mengeluh gejala-
gejala non-spesifik seperti misalnya nyeri kepala, lelah, dan ganguan
tidur. Keluhan berupa nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan,
nyeri dada lebih spesifik untuk hipertensi berat. Hematuria dan
sembab mengarah kepada glomerulonefritis akut, sedangkan
penurunan berat badan dan berkeringat menunjukkan
abnormalitas endokrin atau tumor neuroendokrin. Riwayat
pemasangan kateter arteri umbilikal mengarahkan pada penyebab
ginjal. Riwayat keluarga tentang diet, tidur, dan pemakaian obat-
obatan tertentu menunjukkan etiologi hipertensi individual.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh ditujukan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit penyebab atau kerusakan organ
target. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah hendaknya diukur
pada keempat ekstremitas sebagai suatu skrining untuk koartasio
aorta, yang harus dicurigai apabila tekanan darah ekstremitas atas
lebih tinggi dari ekstremitas bawah. Denyut nadi ekstremitas bawah
biasanya juga lebih lemah. Pemeriksaan jantung termasuk
pemeriksaan bruit karotid atau abdominal akan melengkapi
diagnosis. Pemeriksaan kepala dan leher mencari adanya
pembesaran tiroid atau retinopati hipertensi, pemeriksaan kulit
untuk melihat adanta untuk melihat adanya striae atau
8
neurofibroma. Pemeriksaan neurologi mungkin akan menemukan
adanya tanda-tanda hipertensi akut atau kronik seperti misalnya
palsi Bell atau adanya defisit neurologis berupa hemiparesis.
9
mendeteksi adanya stenosis arteri renalis. Pemeriksaan yang lain
termasuk DMSA, hendaknya dilakukan pada pasien dengan dugaan
parut ginjal dan infeksi saluran kemih berulang.
2.8 Penatalaksanaan2
Tujuan pengobatan hipertensi pada anak adalah mengurangi risiko
jangka pendek maupun panjang terhadap penyakit kardiovaskular dan
kerusakan organ target. Selain menurunkan tekanan darah dan meredakan
gejala klinis, juga harus diperhatikan faktor lain seperti kerusakan organ
target, faktor komorbid, obesitas, hiperlipidemia, kebiasaan merokok, dan
intoleransi glukosa. Tujuan akhir pengobatan hipertensi adalah
menurunkan tekanan darah hingga di bawah persentil ke-95 berdasarkan
usia dan tinggi badan anak. Pengobatan yang dilakukan secara tepat sejak
awal pada anak yang menderita hipertensi ringan sedang akan menurunkan
risiko terjadinya stroke dan penyakit jantung koroner dikemudian hari.
a. Terapi Non-Farmakologis
Pada tahap awal anak remaja yang menderita hipertensi
primer paling baik diobati dengan cara non-farmakologis, seperti
penurunan berat badan, diet rendah lemak dan garam, olah raga
secara teratur, menghentikan rokok dan kebiasanan minum
alkohol. Anak dan remaja yang mengalami prehipertensi atau
hipertensi tingkat 1 dianjurkan untuk mengubah gaya hidupnya.
Anak yang tidak kooperatif dan tetap tidak dapat mengubah gaya
hidupnya perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan obat anti
hipertensi. Penurunan berat badan terbukti efektif mengobati
hipertensi pada anak yang mengalami obesitas. Diet rendah garam
yang dianjurkan adalah 1,2 g/hari pada anak usia 4-8 tahun dan
1,5 g/hari pada anak yang lebih besar. Diet rendah garam yang
dikombinasikan dengan buah dan sayuran serta diet rendah lemak
serta makanan mengandung kalium dan kalsium menunjukkan
hasil yang baik untuk menurunkan tekanan darah pada anak.
10
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak yang mendapat
ASI eksklusif memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami
obesitas dan hipertensi dibandingkan dengan anak yang mendapat
susu formula. Olahraga secara teratur merupakan cara yang sangat
baik dalam upaya menurunkan berat badan dan tekanan darah
sistolik maupun diastolik. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah
olahraga kombinasi aerobik dan dinamik seperti; berenang, lari
pagi, atau bersepeda, sedangkan pasien hipertensi sekunder dan
hipertensi esensial berat harus menghindari olahraga yang bersifat
statis atau kompetitif serta latihan beban.3
b. Terapi Farmakologis
Hipertensi pada anak yang merupakan indikasi pemberian
anti hipertensi antara lain; hipertensi simtomatik, adanya
kerusakan organ target (retinopati, hipertrofi ventrikel kiri dan
proteinuria), hipertensi sekunder, diabetes melitus, hipertensi
tingkat 1 yang tidak menunjukkan respons dengan perubahan
gaya hidup, dan hipertensi tingkat 2.1-3 Perlu ditekankan bahwa
tidak ada satupun obat antihipertensi yang lebih superior
dibanding dengan jenis yang lain dalam hal efektivitasnya untuk
mengobati hipertensi pada anak.
Menurut The National High Blood Pressure Education
Program (NHBEP) working group on high blood pressure in
children and adolescents pemberian antihipertensi harus
mengikuti aturan berjenjang, dimulai dengan satu macam obat
pada dosis terendah, kemudian ditingkatkan secara bertahap
hingga mencapai efek terapetik atau munculnya efek samping
atau bila dosis maksimal telah tercapai. Obat kedua boleh
diberikan dengan menggunakan obat yang memiliki mekanisme
kerja yang berbeda.
11
Tabel 1 obat antihipertensi yang digunakan pada anak dan remaja
12
Golongan obat lain yang perlu dipertimbangkan untuk anak
dengan hipertensi disertai diabetes melitus atau terdapat
proteinuria adalah penghambat ACE (angiotensi converting
enzyme). Penggunaan obat penghambat ACE harus hati-hati pada
anak yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Enlapril, suatu
penghambat ACE yang baru memiliki masa kerja yang panjang
sehingga dapat diberikan dengan interval lebih panjang
dibandingkan dengan kaptopril. Obat ini lebih selektif dalam
mekanisme kerjanya dan memiliki efek samping batuk yang lebih
sedikit dibandingkan dengan golongan obat penghambat ACE.
13
Penanganan Hipertensi Emergensi
Hipertensi emergensi adalah hipertensi berat disertai komplikasi
yang mengancam jiwa seperti ensefalopati (kejang, stroke, defisit
fokal), gagal jantung akut, edema paru, aneurisma aorta, atau
gagal ginjal akut. Keadaan ini harus diatasi dalam waktu satu jam
dan sebaiknya dilakukan di ruangan perawatan intensif.
Tabel 2 Obat-obat antihipertensi untuk penanggulanagan krisis
hipertensi :
14
30 menit sampai tekanan darah diastolik < 100 mmHg dan tiap 1
3 jam sampai tekanan darah stabil. Turunkan tekanan darah 25
30% dalam 6 jam pertama selanjutnya 25 30 % dalam 24 36
jam, selanjutnya dalam 48 72 jam. Pada anak dengan hipertensi
kronik danjurkan untuk menurunkan tekanan darah sebear 20 30
% dalam waktu 60-90 menit.3 Salah satu bentuk hipertensi
emergensi adalah hipertensi krisis yaitu tekanan darah meningkat
dengan cepat hingga mencapai sistolik > 180 mmHg atau
diastolik > 120 mmHg. Pemberian nifedipin secara oral atau
sublingual sangat membantu pada tahap awal pengobatan, sambil
mencari cara agar obat suntikan dapat segera diberikan. Nifedipin
dosis 0,1 mg/kg dinaikkan 0,1 mg/kg/x setiap 15 menit pada 1
jam selanjutnya tiap 30 menit, dengan dosis maksimal 10 mg/kali.
Tambahkan furosemid dosis 1 mg/kg/kali, 2 kali sehari secara
intravena namun bila keadaan pasien baik dapat diberikan per
oral. Bila tekanan darah belum turun, tambahkan kaptopril dosis
awal 0,3 mg/kg/kali, 2 3 kali sehari dosis maksimal 2
mg/kg/hari.
Bila tekanan darah belum turun juga, dapat dikombinasikan
dengan antihipertensi lainnya. Bila tekanan darah dapat
diturunkan dilanjutkan dengan nifedipin oral 0,25 1 mg/kg/hari,
3 4 kali sehari. Dosis kaptopril dan nifedipin kemudian
diturunkan secara bertahap. Pada anak dengan hipertensi kronis
atau yang kurang terkontrol seringkali memerlukan anti hipertensi
kombinasi untuk memantau kenaikan tekanan darah. Prinsip dasar
pemberian anti hipertensi\ kombinasi adalah menggunakan obat
dengan tempat dan mekanisme kerja yang berbeda. Pemilihan
obat juga harus sesederhana mungkin yaitu memberikan obat
dengan masa kerja panjang sehingga obat cukup diberikan satu
atau dua kali sehari. Lama pengobatan yang tepat pada anak dan
remaja dengan hipertensi tidak diketahui dengan pasti dan
15
bervariasi. Oleh karena itu bila tekanan darah terkontrol dan tidak
terdapat kerusakan organ maka obat dapat diturunkan secara
bertahap, kemudian dihentikan dengan pengawasan ketat setelah
penyebabnya diperbaiki. Pada bayi bila tekanan darah terkontrol
selama 1 bulan, dosis obat tidak meningkat, berat badan tetap naik
maka dosis diturunkan sekali seminggu dan berangsur-angsur
dihentikan. Pada anak dan remaja, bila tekanan darah terkontrol
dalam batas normal selama 6 bulan sampai 1 tahun, terapi diubah
menjadi monoterapi. Setelah terkontrol kira-kira 6 minggu, dosis
diturunkan dan berangsur-angsur dihentikan. Tekanan darah harus
dipantau secara ketat dan berkala karena banyak pasien akan
mengalami hipertensi di masa yang akan datang.
2.9 Pencegahan
Pencegahan tekanan darah tinggi dapat dilihat sebagai bagian dari
pencegahan penyakit kardiovaskular. Beberapa faktor risiko untuk
gangguan kardiovaskular telah diketahui dan mencakup obesitas,
kolesterol serum naik, masukan diet natrium tinggi, gaya hidup tidak
banyak gerak fisik, penyalahgunaann alkohol dan penggunaan tembakau.
Mulai pada masa anak dan lanjut sampai remaja, terutama penting
menghindari rokok karena berdampak pada paru-paru dan jantung.
Kenaikan kekakuan dinding arteri dan peningkatan viskositas darah akibat
merokok berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Pendekatan
populasi untuk pencegahan hipertensi essensial adalah pengurangan
masukan natrium dan penambahan aktivitas fisik.6
2.10 Komplikasi
16
melaporkan bahwa kontrol tekanan darah yang buruk merupakan risiko
yang dominan terjadinya kematian diseluruh dunia, 62% penyakit
serebrovaskular dan 49% penyakit jantung iskemik. Hipertensi juga
merupakan penyebab kedua terbanyak terjadinya gagal ginjal terminal
pada pasien dewasa di Amerika Serikat.
Efek jangka panjang tekanan darah tinggi pada anak dan remaja
sulit dievaluasi karena lamanya interval waktu antara ditegakkannnya
diagnosis dan timbulnya komplikasi seperti misalnya serangan jantung
atau stroke. Namun kerusakan-kerusakan pada jantung, pembuluh darah,
retina dan ginjal telah terbukti pada anak muda dengan hipertensi, yang
kadang-kadang sudah terlihat pada diagnosis awal. Anak dengan
tekanan darah tinggi mempunyai risiko menjadi hipertensi pada dewasa.
LVH merupakan organ target yang paling sering terserang, sekitar 34-
38% diantara anak-anak yang menderita hipertensi.
2.11 Prognosis
Walaupun dalam dekade terakhir ini banyak mengalami kemajuan
dalam pengobatan hipertensi sehingga kejadian krisis hipertensi makin
berkurang, mortalitas krisis hipertensi masih sangat tinggi. Mortalitas
berhubungan dengan tinggi rendahnya tekanan darah, usia, ras dan jenis
kelamin. Makin tinggi tekanan darah dan makin tua usia mortalitas makin
tinggi. Derajat retinopati dan tingkat insufisiensi ginjal lebih memiliki
17
nilai prognostik kuat daripada yang lain. Krisis hipertensi jarang
meninggalkan gejala sisa, bila penurunan tekanan darah segera
dilaksanakan dengan menggunakan obat anti hipertensi secara adekuat.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi pada anak adalah rerata tekanan darah sistolik dan atau
tekanan darah diastolic persentil 95 sesuai dengan jenis kelamin, usia,
dan tinggi badan pada 3 kali pengukuran. Prevalensinya diperkirakan
sebesar 12%. Hipertensi diketahui merupakan salah satu factor resiko
terhadap terjadinya penyakit jantung koroner pada orang dewasa dan
adanya hipertensi pada masa anak mungkin berperanan dalam
perkembangan dini penyakit jantung koroner tersebut. Pengobatan
hipertensi pada anak terdiri dari terapi non-farmakologis dan terapi
farmakologis. Terapi non- farmakologis pengurangan berat badan,
aktiviras fisik yang regular, dan modifikasi diet sedangkan terapi obat
menggunakan ACE inhibitor, -bloker, ARB, ca chanel bloker, dan
diuretika.
19
Daftar Pustaka
7. Sudigdo & Bambang, 1994. Kardiologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia
20