Anda di halaman 1dari 42

ANESTESI UMUM PADA

TONSILEKTOMI

Nama : siti zalika

Dosen pembimbing :
dr. Adi chandra ,Sp.An
PENDAHULUAN

Anestesi umum adalah tindakan anestesi


yang dilakukan dengan cara
menghilangkan nyeri secara sentral, disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih
kembali atau reversible.
Persiapan Pra Anestesi

Pasien yang akan menjalani anestesi dan


pembedahan (elektif/darurat) harus
dipersiapkan dengan baik. Kunjungan pra
anestesi pada bedah elektif dilakukan 1-2
hari sebelumnya, dan pada bedah
darurat sesingkat mungkin.
Adapun tujuan kunjungan pra
anestesi adalah:
Mempersiapkan mental dan fisik secara
optimal.

Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obat


anestesi yang sesuai dengan fisik dan kehendak
pasien.

Menentukan status fisik dengan klasifikasi ASA


(American Society Anesthesiology):
ASA (American Society Anesthesiology):

ASA I : Pasien normal sehat,


kelainan bedah terlokalisir, tanpa
kelainan faali, biokimiawi, dan psikiatris.
Angka mortalitas 2%.
ASA II : Pasien dengan
gangguan sistemik ringan sampai dengan
sedang sebagai akibat kelainan bedah
atau proses patofisiologis. Angka
mortalitas 16%.
ASA III : Pasien dengan gangguan sistemik
berat sehingga aktivitas harian terbatas. Angka
mortalitas 38%.
ASA IV : Pasien dengan gangguan
sistemik berat yang mengancam jiwa, tidak selalu
sembuh dengan operasi. Misal : insufisiensi fungsi
organ, angina menetap. Angka mortalitas 68%.
ASA V : Pasien dengan kemungkinan
hidup kecil. Tindakan operasi hampir tak ada
harapan. Tidak diharapkan hidup dalam 24 jam
tanpa operasi / dengan operasi. Angka mortalitas
98%.
ASA VI : Pasien mati otak yang organ
tubuhnya akan diambil (didonorkan)6
Untuk operasi cito, ASA ditambah huruf E
(Emergency) terdiri dari kegawatan otak,
jantung, paru, ibu dan anak.
Pemeriksaan praoperasi
anestesi
Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan mallampati sangat penting
untuk menentukan kesulitan atau tidaknya
dalam melakukan intubasi. Penilaiannya
yaitu:
Mallampati I : palatum molle, uvula, dinding
posterior oropharynk, tonsilla
palatina dan tonsilla
pharingeal
Mallampati II : palatum molle, sebagian uvula,
dinding
posterior uvula
Mallampati III : palatum molle, dasar uvula
Mallampati IV : palatum durum saja
Premedikasi Anestesi

memberikan rasa nyaman

menghilangkan rasa khawatir

membuat amnesia

memberikan analgesia

mencegah muntah
memperlancar induksi

mengurangi jumlah obat-obat


anesthesia

menekan reflek-reflek yang


tidak diinginkan

mengurangi sekresi kelenjar


saluran nafas
Induksi

Induksi merupakan saat dimasukkannya zat


anestesi sampai tercapainya stadium
pembedahan yang selanjutnya diteruskan
dengan tahap pemeliharaan anestesi
untuk mempertahankan atau
memperdalam stadium anestesi setelah
induksi
propofol
Propofol menyebabkan turunnya tekanan
darah cukup berarti selama induksi anestesi
karena menurunnya resitensi arteri perifer
dan venodilatasi.

Propofol menurunkan tekanan arteri


sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini
disebabkan karena vasodilatasi perifer
daripada penurunan curah jantung.
Setelah pemberian propofol secara
intravena, waktu paruh distribusinya adalah
2-8 menit, dan waktu paruh redistribusinya
kira-kira 30-60 menit
Pemulihan

Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan


perawatan pasca operasi dan anestesi
yang biasanya dilakukan di ruang pulih
sadar atau recovery room yaitu ruangan
untuk observasi pasien pasca atau anestesi.
Untuk memindahkan pasien dari ruang
pulih sadar ke ruang perawatan perlu
dilakukan skoring tentang kondisi pasien
setelah anestesi dan pembedahan.
Beberapa cara skoring yang biasa dipakai
untuk anestesi umum yaitu cara Aldrete
dan Steward, dimana cara Steward
Aldrete Scoring System
No. Kriteria Skor

1 Aktivitas motorik Mampu menggerakkan ke-4 ekstremitas atas perintah atau secara 2
sadar.
Mampu menggerakkan 2 ekstremitas atas perintah atau secara
sadar. 1
Tidak mampu menggerakkan ekstremitas atas perintah atau secara
sadar.

2 Respirasi Nafas adekuat dan dapat batuk 2


Nafas kurang adekuat/distress/hipoventilasi
1
Apneu/tidak bernafas

3 Sirkulasi Tekanan darah berbeda 20% dari semula 2


Tekanan darah berbeda 20-50% dari semula
1
Tekanan darah berbeda >50% dari semula
0

4 Kesadaran Sadar penuh 2


Bangun jika dipanggil
1
Tidak ada respon atau belum sadar
0

5 Warna kulit Kemerahan atau seperti semula 2


Pucat
1
Sianosis
Pemeriksaan Thoraks = normal
Pemeriksaan Abdomen =normal
Pemeriksaan ekstremitas =normal
pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan 28 November 2016 Nilai normal

Hematologi

Hemoglobin 12,4 11,5-15,5 g/dL

Hematokrit 36 35-45%

CT 8 <15 menit

BT 2 1-6 menit

GDS 98 200 mg/dL


Diagnosis
Tonsilitis Kronis

Diagnosis Anestesi .
Status fisik ASA II

Penatalaksanaan
Pro-tonsilektomi
IVFD RL gtt XX
BAB IV
PEMBAHASAN
A= Clear,mallampati II
B=Spontan, RR: 16x/m, rh(-), wh(-)
C=N : 96x/m
D=GCS 15, T: 36,5. ASA II

Dari hasil kunjungan pra anestesi baik dari


anamnesis, pemeriksaan fisik akan dibahas
masalah yang timbul, baik dari segi medis,
dan anestesi.
Permasalahan Dari Segi Medik

Pada pasien ini suhu tubuh tidak


mengalami peningkatan dan angka
leukosit meningkat.
Permasalahan Dari Segi Anestesi
Pemeriksaan pra anestesi

-Pada penderita ini telah dilakukan persiapan


yang cukup, antara lain :

-Puasa lebih dari 6 jam (pasien sudah puasa


selama 6 jam)

-Pemeriksaan laboratorium darah


Permasalahan yang ada adalah :
Bagaimana memperbaiki keadaan
umum penderita sebelum dilakukan
anestesi dan operasi.

Macam dan dosis obat anestesi yang


bagaimana yang sesuai dengan
keadaan umum penderita.
Dalammempersiapkan operasi pada
penderita perlu dilakukan :

Pemasangan infus untuk terapi cairan


sejak pasien masuk RS. Pada pasien ini
diberikan cairan Ringer Laktat 20 tetes per
menit
Terdapat tiga jenis cairan berdasarkan tujuan terapi, yaitu:
Cairan rumatan (maintenance)
Bersifat hipotonis: konsentrasi partikel terlarut < konsentrasi cairan
intraseluler (CIS); menyebabkan air berdifusi ke dalam sel. Tonisitas
<270 mOsm/kg. Misal: Dekstrosa 5 %, Dekstrosa 5 % dalam Salin 0,25 %

Cairan pengganti (resusitasi, substitusi)


Bersifat isotonis: konsentrasi partikel terlarut = CIS; no net water
movement melalui membran sel semipermeabelTonisitas 275 295
mOsm/kg. Misal : NaCl 0,9 %, LactateRingers, koloid

Cairan khusus
Bersifat hipertonis: konsentrasi partikel terlarut > CIS; menyebabkan air
keluar dari sel, menuju daerah dengan konsentrasi lebih tinggi Tonisitas
> 295 mOsm/kg. Misal: NaCl 3 %, Mannitol, Sodium- bikarbonat,
Natrium laktat hipertonik
Jenis anestesi yang dipilih adalah general
anestesi karena pada kasus ini diperlukan
hilangnya kesadaran, rasa sakit, amnesia
dan mencegah resiko aspirasi dengan
menggunakan premedikasi sulfas atropin
dan fentanyl. Teknik anestesinya dengan
menggunakan ETT.
Intra Operasi
Premedikasi
a. Sebagai antiemetic pada pasien
diberikan ondansentron 8 mg iv

b. Untuk mengurangi rasa sakit pra bedah


dan pasca bedah maka diberikan fentanyl
I.V.
Induksi
Digunakan Propofol 100 mg I.V.(dosis induksi
2-2,5mg/kgBB) karena memiliki efek induksi
yang cepat, dengan distribusi dan eliminasi
yang cepat. Selain itu juga propofol dapat
menghambat transmisi neuron yang hancur
oleh GABA. Obat anestesi ini mempunyai
efek kerjanya yang cepat dan dapat
dicapai dalam waktu 30 detik.
Premedikasi adalah pemberian obat 1 2
jam sebelum induksi anestesia dengan
tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan
dan bangun dari anestesia diantaranya
sebagai berikut.
meredakan kecemasan dan ketakutan

memperlancarkan induksi anestesia

mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

minimalkan jumlah obat anestetik

mengurangi mual muntah pasca bedah

menciptakan amnesia

mengurangi cairan lambung; dan

mengurangi refleks yang membahayakan


Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian
induksi berupa Fentanyl 1-2 g/kgBB secara
intravena dengan tujuan sebagai preemptif
analgesia, yaitu pemberian analgesi sebelum
adanya respon nyeri, kemudian dilanjutkan
pemberian Propofol 2-3 mg/kgBB/hari dengan
tujuan sedasi yang mendalam selama
berlangsung operasi pembedahan. Setelah
Propofol diberikan maka dapat dinilai bahwa
respon pada pasien berupa refleks bulu mata (-
).
Post operasi
Pasienmasuk ke ruang pemulihan pada
pukul 08.30 WIB. Dilakukan penilaian
terhadap tingkat kesadaran, pada pasien
kesadarannya adalah compos mentis.
Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
ditemukan tekanan darah 130/90 mmHg,
nadi 82 x/menit, respirasi 22 x/menit
Sebelum dipindahkan ke ruang perawatan
dilakukan penilaian pulih sadar menurut Aldrete
Score di ruang pemulihan dan ditemukan

tingkat kesadaran dengan nilai 2, pernafasan


dengan nilai 2,
tekanan darah dengan nilai 2,
aktivitas dengan nilai 2,
warna kulit dengan nilai 2.

Dan total nilai keseluruhan 10.


Yang menandakan pasien diperbolehkan
pindah ke ruang perawatan.
Pada pasien diberikan instruksi pasca
bedah, yaitu :
Pengelolaan 100 mg intravena
Apabila mual/muntah : injeksi Ondansentron
8mg via intravena
Cairan infus RL 20 tetes per menit
Dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital
setiap 15 menit selama 2 jam pertama, lalu
setiap jam selama 24 jam hingga
hemodinamik stabil
Terapi lain sesuai dengan terapi bedah
Bed rest
Pada pasien ini, urutan tindakan anestesi
mulai preoperative, intra operatif dan post
operatif secara garis besar tidak jauh
berdasarkan literatur
BAB V
KESIMPULAN
Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan
penting pada setiap operasi yang melibatkan
anestesi. Pemeriksaan yang teliti
memungkinkan kita mengetahui kondisi pasien
dan memperkirakan masalah yang mungkin
timbul sehingga dapat mengantisipasinya.
Pada laporan kasus ini disajikan kasus
penatalaksanaan anestesi umum pada operasi
tumor nasal pada penderita laki-laki, usia 60
tahun, status fisik ASA II, dengan diagnosis
Tumor nasal yang dilakukan anestesi umum
Untuk mencapai hasil maksimal dari anestesi
seharusnya permasalahan yang ada
diantisipasi terlebih dahulu sehingga
kemungkinan timbulnya komplikasi anestesi
dapat ditekan seminimal mungkin.

Dalam kasus ini selama operasi berlangsung


tidak ada hambatan yang berarti baik dari segi
anestesi maupun dari tindakan operasinya.
Selama di ruang pemulihan juga tidak terjadi
hal yang memerlukan penanganan serius.
Secara umum pelaksanaan operasi dan
penanganan anestesi berlangsung dengan
baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai