Anda di halaman 1dari 10

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puasa termasuk dalam rukun Islam, puasa dibagi menjadi puasa
wajib dan puasa sunat. Puasa wajib terdiri dari, puasa Ramadhan dan
puasa Nazar, sedangkan puasa sunat banyak macamnya, diantaranya:
puasa sunat selang-seling, puasa sunat tiga hari setiap bulan, puasa sunat
hari senin dan hari kamis, puasa sunat enam hari di bulan Syawwal, puasa
sunat hari Arafah, puasa sunat Asyura, puasa sunat Syaban, dan puasa
sunat sepuluh hari di bulan Dzulhijjah.
Ketika pernyataan diatas terkait latihan puasa sunat akan
membentuk karakter kejujuran, amanah, tangung jawab, kesabaran,
bijaksanaan, rasa simpati, dan disiplin yang membawa kepada kebaikan
agama dan mendapatkan pelajaran.
Akhir-akhir ini banyak peristiwa ke-kerasan yang dilatar belakangi
oleh tidak terkendalinya kemarahan manusia. Islam tidak menganjurkan
perilaku marah. Dalam Islam sendiri seorang muslim sangat dianjurkan
untuk mampu mengen-dalikan atau meregulasi kemarahannya. Sebuah
riwayat dijelaskan bahwa Abu Barkah menulis surat untuk puteranya
Abdullah, seorang hakim di Sajatsan. Isi surat tersebut sebagai berikut
yang Artinya:
Janganlah kamu menentukan hu-kum kepada dua pihak yang berselisih
da-lam keadaan marah karena aku mende-ngar Rasulullah SAW berkata,
janganlah seseorang diantara kalian menentukan suatu hukum pada
kedua pihak yang sedang berselisih dalam keadaan marah.

Marah merupakan salah satu emosi primer yang dimiliki manusia.


Kita tidak dapat mengendalikan berbagai kondisi emosional yang timbul
akibat hormon dari dalam tubuh kita Hal ini membuat kita harus
senantiasa melakukan berbagai latihan agar bisa mengendalikan kemarah-
an tersebut. Rosita, 2009 menyatakan bahwa latihan yang dapat kita
lakukan salah satunya yaitu dengan berpuasa. Pada hakikatnya puasa
adalah pengendalian diri (self control), dan saat seseorang dapat
mengendalikan diri dan menguasai diri terhadap dorongan yang datang
dari luar maupun dari dalam dirinya adalah orang yang sehat jiwanya.
Hidayah, 2014 menyatakan adanya perbedaan tekanan darah antara
santri yang terbiasa berpuasa Senin Kamis dengan santri yang tidak
terbiasa berpuasa Senin Kamis. Puasa, baik itu puasa sunnah maupun
puasa wajib dalam Islam merupakan bentuk latihan spiritual (rhiyadah)
untuk mendekatkan diri kepada Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian puasa
2. Manfaat puasa
3. Pengertian marah
4. Tingkat Regulasi Kemarahan
5. Pandangan islam mengenai puasa dan tingkat kemarahan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian puasa
2. Untuk mengetahui manfaat puasa
3. Untuk mengetahui pengertian marah dan jenis-jenis marah
4. Untuk mengetahui tingkat regulasi kemarahan
5. Untuk mengetahui pandangan islam mengenai puasa dengan tingkat
regulasi kemarahan
D. Manfaat
Dapat melatih diri untuk mengendalikan emosi, dan tingkat regulasi
kemarah serta sebagai bentuk beribadah kepada Allah SWT.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian puasa
Puasa (shaum) berarti menahan diri (abstaining). Dalam Islam shaum
berarti menahan diri untuk tidak makan, minum, dan hubungan seksual
sejak waktu subuh hingga magrib. Hal ini disebut dengan puasa lahiriyah.
Puasa lahiriyah seperti itu harus dibarengi dengan puasa bathiniyah, yaitu
menahan diri dari segala macam hawa nafsu, pikiran yang negatif, serta
perbuatan dan perkataan yang tidak baik. Puasa adalah ibadah yang
menuntut pelakunya untuk mengendalikan diri termasuk amarah.
B. Manfaat Puasa
1. Aspek Kesehatan
Kesehatan merupakan nikmat yang tidak dapat dinilai dengan harta
benda. Untuk menjaga kesehatan, tubuh perlu diberikan kesempatan
untuk istirahat. Puasa dapat mencegah penyakit yang timbul karena
pola makan yang berlebihan. Kelebihan gizi atau over nutrisi
mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit
degeneratif seperti kolesterol dan trigliserida tinggi, jantung koroner,
kencing manis (diabetes mellitus), dan lain-lain. puasa juga dapat
berfungsi untuk mebersihkan pencernaan-pencernaan, memperbaiki
kinerja pencernaan, membersihkan perut dari sisa-sisa dan endapan
makanan, mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak diperut. Dan
juga puasa dapat membantu mengendalikan stres, terapi beberapa
penyakit seperti hipertensi, kanker kardiovaskuler, ginjal dan depresi
akan lebih cepat dan efektif bila diikuti dengan berpuasa.
2. Aspek Itikaf
Itikaf adalah berdiam diri di masjid untuk memfokuskan diri dalam
beribadah kepada Allah. Meditas merupakan satu perjalan spiritual
(agama) yang memerlukan aspek kesabaran, dan kekhusukan. Ibadah
puasa baik puasa wajib maupun puasa sunat, memiliki aspek-aspek
pengendalian diri. Hal ini dikarenakan puasa dapat melatih manusia
untuk mengontrol diri seseorang.
C. Pengertian marah
Marah adalah suatu reaksi emo-sional yang terlatih atau terbiasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Ketika marah muncul ini merupakan salah satu
cerminan kondisi psikologis dan fisiologis internal. Apabila seseorang
sering marah-marah maka mungkin saja ada sekresi berlebih dari salah
satu hormon di dalam tubuhnya atau ada salah satu fungsi psikologis yang
terganggu. Marah juga sangat membantu dalam sistem pertahanan diri.
Marah se-ringkali menunjukkan posisi dan dominasi sosial individu serta
kondisi hubungan antara manusia dengan lingkungannya, terutama
lingkungan sosial.
D. Tingkat Regulasi Kemarahan
Kata regulasi dalam bahasa Inggris disebut regulation, yang artinya
peraturan. Bahasa Indonesia me-ngartikan regulasi memiliki makna ke-
mampuan menyesuaikan hidup. Jadi regulasi kemarahan yaitu sebuah
kemampuan untuk mengatur emosi marah. Ragam emosi yang kasar itu
dapat disingkirkan atau sekurang-kurang-nya dapat dikendalikan sehingga
tidak menimbulkan berbagai akibat atau bahaya yang fatal, yang akan
disesali sepanjang hidup.
E. Pandangan islam mengenai puasa dengan tingkat regulasi kemarahan
Islam tidak menganjurkan perilaku marah dengan demikian dianjurkan
untuk kita dalam mengendalikan emosi atau marah dengan berpuasa salah
satunya. Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan
lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat
(yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika
marah
Dalam hadist di jelaskan bahwa kemarahan dapat dikendalikan dengan
cara melatih diri dengan berpuasa. Dalam surah di

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al-Baqarah
[2] :183)
BAB III ANALISIS JURNAL

A. Judul Jurnal : Hubungan Puasa dengan Tingkat Regulasi


Kemarahan
B. Penulis : Very Julianto dan Pipih Muhopilah
C. Kata Kunci : puasa, karbohidrat, tingkat regulasi kemarahan.
D. Latar Belakang :
Dalam Islam seorang muslim sangat dianjurkan untuk mampu
mengendalikan atau meregulasi kemarahannya. Kata regulasi dalam
bahasa Inggris disebut regulation, yang artinya peraturan. Bahasa
Indonesia mengartikan regulasi memiliki makna kemampuan
menyesuaikan hidup.
Marah adalah suatu reaksi emosional yang terlatih atau terbiasa
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi regulasi kemarahan yaitu sebuah
kemampuan untuk mengatur emosi marah. Pada saat marah berbagai
makanan yang kita makan terutama karbohidrat mengeluarkan energi.
Karbohidrat menyediakan glukosa yang kemudian diubah menjadi energi.
Energi ini disalurkan ke otak serta sistem saraf. Glukosa ini disimpan
dalam bentuk glikogen di dalam hati dan baru dikeluarkan jika tubuh
membutuhkannya dengan cara mengubah kembali glikogen menjadi
glukosa dan menyalurkannya ke anggota tubuh yang membutuhkan.
Tubuh hanya dapat menyimpan glikogen dalam jumlah terbatas, yakni
untuk keperluan energi beberapa jam. Tubuh mempertahankan konsentrasi
gula darah agar dapat berfungsi optimal. Pada saat puasa gula darah
dikatakan normal apabila berkisar 70-120 mg/100 ml. Apabila gula darah
berlebih (di atas 170 mg/100 ml) maka tubuh akan mengeluarkan hormon
insulin yang diproduksi oleh sel-sel beta pulau Langerhans.
Pada saat puasa karbohidrat yang masuk akan menjadi terbatas
yang menimbulkan hormon-hormon. Kita tidak dapat mengendalikan
berbagai kondisi emosional yang timbul akibat hormon dari dalam tubuh
kita. Pada hakikatnya puasa adalah pengendalian diri (self control), dan
saat seseorang dapat mengendalikan diri dan menguasai diri terhadap
dorongan yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya adalah orang
yang sehat jiwanya.
E. Tujuan : untuk mengetahui hubungan puasa dengan tingkat regulasi
kemarahan.
F. Motode : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, pengumpulan
data menggunakan kuesioner, dan metode analisis
menggunakan uji korelasi pearson
G. Hasil : Berdasarkan telaah pustaka dan latar belakang teoritik, dalam
penelitian ini terdapat ada hubungan antara keteraturan menjalankan puasa
pada tingkat regulasi kemarahan dengan hipotesis 0,05 diperoleh tingkat
signifikansi 0,000 (0,05), berarti H0 ditolak dan H1 diterima dan
korelasi yang didapat antara kedua variabel signifikan, hipotesis telah
terbukti kebenarannya, tingkat korelasinya yaitu 0,543 (54%) dengan
reliabilitas 0,7714. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan
positif antara rutinitas puasa dengan tingkat regulasi kemarahan.
H. Kesimpulan : berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
puasa mempunyai hubungan positif terhadap tingkat regulasi kemarahan.
Dalam hu-bungan itu menunjukkan orang yang semakin sering melakukan
puasa maka tingkat regulasi kemarahannya semakin tinggi dan orang yang
semakin jarang berpuasa maka tingkat regulasi kemarahannya semakin
rendah. Kita harus senatiasa berupaya untuk berpuasa sesering mungkin,
karena selain puasa itu ha-kikatnya sebagai ibadah kepada Allah, puasa
juga dapat dijadikan ajang untuk melatih diri untuk mengendalikan
regulasi kemarahan.
BAB IV REKOMENDASI
Ibadah puasa baik puasa wajib maupun puasa sunat, memiliki aspek-aspek
pengendalian diri. Hal ini dikarenakan puasa dapat melatih manusia untuk
mengontrol diri seseorang. Adapun aspek-aspek pengendalian diri dari ibadah
puasa adalah mengendalikan diri dari amarah dan nafsu, melatih kesabaran,
meningkatkan kecerdasan emosional membentuk kematangan diri. Pada dasarnya,
hakikat puasa adalah untuk mengendalikan nafsu, atau penguasaan atas kemauan
hati. Seperti yang ada dalam surah yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa (QS. Al
Baqarah:183)

Dalam mengatur regulasi kemarahan pada seseorang maka dianjurkan untuk


berpuasa sunah senin kamis sehingga dapat terkontrol dengan baik tingkat emosi
yang ada dalam tubuh akibat hormon-hormon yang berperan dalam tubuh
sehingga mengakibatkan diri tidak terkendali.
Daftar Pustaka
Purwanto, Y. & Rachmat, M. 2009.Psikologi Marah: Bandung. Refika Aditama.

Hude, D. 2006. Emosi. Jakarta: Erlangga

Julianto, V dan Muhopilah, P. 2015. Hubungan Puasa Dan Tingkat Regulasi


Kemarahan. Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No.
1, Hal: 32 40

Syaifullah, 2017. Konsep Pembentukan Karakter Siddiq Dan Amanah Pada Anak
Melalui Pembiasaan Puasa Sunat. Jurnal Mudarrisuna Vol. 7, No 1,
Hal: 78-95
KEBIDANAN DALAM ISLAM

Tugas III
Manfaat Puasa Sunah Terhadap Kesehatan

Dosen pengampu: Nurul Mahmudah, S.ST.,M.Keb

Disusun Oleh

ROMI SUSELA
1710104245

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai