Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

Fundamental Of Pathopysiology Endocrine System

OLEH :
Innani wildania (125070218113028)
Soraya dwi kusmiani (125070218113032)
Diah Puspita A (125070218113052)
Haris fadjar setiawan (125070218113056)
Muftiya dwi cahyani (125070218113020)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2014

1|Page
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi


Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat
serta Salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas semester pendek mata kuliah fundamental of
pathopysiologi endocrine system yang di bimbing oleh Ns. Rinik Eko Kapti. M.Kep .Makalah ini
disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat pembahasan konsep dasar sistem endovrine. Walaupun makalah ini
mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Penyusun
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing semester pendek mata kuliah
fundamental of pathopysiologi endocrine system yang di bimbing Ns. Rinik Eko Kapti. M.Kep
yang telah membimbing kami sampai dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.Walaupun makalah
ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima
kasih.

Kediri, 16 november 2014

Penyusun

2|Page
DAFTAR ISI

Halaman Sampul........................................................................................................................................1

Kata Pengantar........................................................................................................................................... 2

Daftar Isi ..................................................................................................................................................... 3

A. BAB I Pendahuluan .................................................................................................................. 4


1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................... 4
B. BAB IIPembahasan ................................................................................................................... 6
2.1 Definisi hipotiroid..................................................................................................................... 6
2.2 Epidemiologi hipotiroid............................................................................................................ 6
2.3 Etiologi dan faktor resiko hipotiroid ........................................................................................ 6
2.4 Manifestasi Klinis hipotiroid .................................................................................................... 7
2.5 Komplikasi hipotiroid...............................................................................................................8
2.6 Patofisiologi hipotiroid............................................................................................................. 10
2.7 Pemeriksaan hipotiroid ............................................................................................................ 11
2.8 Penatalaksanaan hipotiroid ..................................................................................................... 13
C. BAB III Penutup........................................................................................................................ 16
1.1 Kesimpulan............................................................................................................................... 16
D. Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 17

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada
leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus lateral yang
di hubungkan oleh sebuah istimus. Kelenjar tiroid menghasilkan 2 kelenjar tiroid yaitu
tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah
mengendalikkan aktiitas metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu
umum dengan mempercepat laju metabolisme.
Hipotiroidisme adalah sekresi hormon tiroid yang tidak adekuat selama perkembangan
janin dan neonatus akan menghambat pertumbuhan fisik dan mental (kretinisme) karena
penekanan aktivitas metabolik tubuh secara umum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari hipotiroid?
2 Bagaimana epidemiologi dari hipotiroid?
3 Apasaja etiologi dari hipotiroid ?
4 Apa saja faktor resiko dari hipotiroid?
5 Apa saja manifestasi klinis yang muncul pada hipotiroid?
6 Bagaimana patofisiologi dari penyakit hipotiroid?
7 Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk penyakit hipotiroid?
8 Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit hipotiroid?

1.3 Tujuan
2. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai penyakit hipotiroid

4|Page
3. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Definisi, Epidemiologi, Etiologi,
Faktor Resiko, Komplikasi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Diagnostik, dan
Penatalaksanaan hipotiroid.

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Hipotiroideisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadi hipofungsi tiroid yang
berjalan. lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat
kadar hormon tiroid berada di bawah nilai optimal
Hipotiroidisme adalah sekresi hormon tiroid yang tidak adekuat selama perkembangan
janin dan neonatus akan menghambat pertumbuhan fisik dan mental (kretinisme) karena
penekanan aktivitas metabolik tubuh secara umum.

2.2 Epidemiologi
Menurut survey yang dilakukan The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES 1999-2002) dari 4.392 individu populasi AS dilaporkan mengalami hipotiroidisme
(tingkat TSH> 4,5 mIU / L) sekitar 3,7% dari populasi. Hypothyroidism adalah lebih umum
pada wanita dengan tubuh kecil ukuran saat lahir dan indeks massa tubuh rendah selama
masa kanak-kanak . Kekurangan Yodium sebagai penyebab hipotiroidisme lebih umum terjadi
di dunia internasional. Prevalensi dilaporkan sebagai 2-5% tergantung pada studi, meningkat
menjadi 15% pada usia 75 tahun.

2.3 Etiologi dan faktor resiko


1. Faktor resiko dan Etiologi
a. Tiroiditis limfositik kronis (tiroiditis hashimoto)
b. Atrofi kelenjar tiroid yang menyertai proses penuaan
c. Terapi untuk hipertiroidisme (iodium radioaktif, tiroidektomi)
d. Obat-obatan (litium, senyawa iodium, obat-obat antitiroid)
e. Radiasi pada kepala dan leher untuk penanganan kanker
f. Penyakit infiltrative pada tiroid (amiloidosis, skierodema)
g. Defisiensi dan kelebihan iodium

6|Page
2.4 Manifestasi Klinis
a. Gejala dini
- Tidak spesifik
- Kelelahan ekstrim menyulitkan penderita melakukan aktivitas
- Adanya kerontokan rambut
- Kuku rapuh
- Kulit kering
- Keluhan rasa baal dan parestesia pada jari-jari tangan
- Kadang suara menjadi kasar, parau
- Menorhagia atau amenore
- Kehilangan libido
b. Hipotiroidisme berat
- Suhu tubuh dan frekuensi nadi subnormal
- Kenaikan berat badan tanpa peningkatan asupan makanan
- Kakeksia
- Kulit menjadi tebal akibat penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan subkutan
- Rambut menipis dan rontok
- Wajah tampak tanpa ekspresi dan mirip topeng
- Sering mengeluhkan rasa dingin meskipun dalam lingkungan yang hangat
- Mudah tersinggung dan mengeluh merasa lemah
- Proses mental menjadi tumpul, tampak apatis
- Bicara menjadi lambat, lidah membesar
- Ukuran tangan serta kaki bertambah
- Sering mengeluh konstipasi
- Dapat terjadi ketulian
- Hipotiroidisme berat akan disertai dengan kenaikan kadar kolesterol serum,
aterosklerosis, penyakit jantung koroner dan fungsi ventrikel kiri yang jelek
c. Hipotiroidisme lanjut
- Demensia disertai perubahan kogniti dan kepribadian yang khas
- Apnea saat tidur
- Efusi pleura
- Efusi pericardial
- Kelemahan otot pernapasan
- Hipotermia
- Mengalami kepekaan abnormal terhadap preparat sedative, opioid serta anestesi
d. Koma miksedema
- Stadium paling ekstrim dan berat, dimana pasien mengalami hipotermia dan tidak
sadarkan diri
- Terjadi sesudah peningkatan letargi yang berlanjut menjadi stupor dan kemudian koma

7|Page
- Dorongan respiratorik pasien akan terdepresi sehingga timbul hipoventilasi alveolar,
retensi CO2 progresif, keadaan narcosis dan koma. Semua gejala disertai kolaps
kardiovaskuler.

2.5 Komplikasi
Komplikasi hipotiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tiroid (thyroid
storm) yang merupakan komplikasi serius, dengan angka kematian 20-60 %. Hal ini dapat
berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan
kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Krisisi tiroid merupakan kejadian yang jarang, tidak biasa dan berat dari hipertiroid.
Krisis tiroid mengacu pada kejadian mendadak yang mengancam jiwa akibat peningkatan dari
hormon tiroid sehingga terjadi kemunduran fungsi organ dan apabila tidak segera diobati dapat
menyebabkan kematian.
Komplikasi yang serius dari hipotiroidisme adalah koma miksedema dan kematian, efusi
pericardial dan pleura, megakolon dengan paralitik ileus dan kejang. Koma miksedema adalah
situasi yang mengancam nyawa yang di tandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala
hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi dan
penurunan kesadaran hingga koma.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat kekurangan hormon tiroid adalah:
1. Gondok
Hal ini di sebabkan karena stimulasi terus menerus agar tiroid mengeluarkan hormon
sehingga dapat menyebabkan kelenjar membesar. Sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan
hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT
yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
2. Perubahan mental dan kepribadian
Pada mulanya pasien akan mudah tersinggung, kemudian akan mengalami perubahan
mental dan pasien menjadi apatis. Pada hipotiroidisme tingkat lanjut pasien dapat
mengalami demensia yang disertai dengan perubahan kognitif dan kepribadian.
3. Gangguan jantung.
Hipotiroidisme berat dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kolesterol
serum, aterosklerosis, penyakit jantung koroner dan fungsi ventrikel kiri yang menurun
(jalek). Iskemia atau infark miokard dapat terjadi sebagai respon terhadap terapi pada

8|Page
penderita hipotiroidisme yang berat dan sudah berlangsung lama atau pada penderita koma
miksedema (Smletzer & Bare, 2002)
4. Koma miksedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi
(perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi,
hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.
5. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala dengan
segera (Corwin Elizabeth J, 2009).
6. Komplikasi obstetrik
Wanita hamil yang mengalami hipotiroid beresiko mengalami komplikasi seperti abortus,
lahir mati, anemia, hipertensi dalam kehamilan, solusio plasenta, perdarahan post partum,
dan hipertensi dalam kehamilan.
7. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (kretinisme).
Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita akan
mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu lahir tidak ditemukan
kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa timbul gejala lidah tebal dan jarak antara ke
dua mata lebih besar dari biasanya. Pada waktu ini kulit kasar dan warnanya agak
kekuningan. Kepala anak besar, mukanya bulat dan raut mukanya (ekspresi) seperti orang
bodoh sedangkan hidungnya besar dan pesek, bibirnya tebal, mulutnya selalu terbuka dan
juga lidah yang tebal dikeluarkan. Pertumbuhan tulang juga terlambat. Sedangkan keadaan
psikis berbeda-beda biasanya antara agak cerdik dan sama sekali imbesil (Behrman
dkk,2000)
8. Infertilitas
Hipotiroidisme mengakibatkan gangguan konversi metabolisme perifer dari
prekursor estrogen menjadi estrogen, berakibat perubahan sekresi FS H dan LH dan siklus
anovulatoar dan infertilitas. Hal ini dihubungkan dengan menoragia berat.
9. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH
atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut
akan merangsan proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

9|Page
2.6 Patofisiologi

Hipotalamus gagal
membuat TRH

Kerusakan kelenjar
Gangguan tiroid(operasi, radiasi,
rangsanganhipofisis tiroiditisauroimun,
anterior karsinoma

Konsumsi obat
Tidak terjadi sinteasis
OAT/tionamid
kelenjar TSH
berlebihan

Gangguan sintesis hormon


tiroid

HIPOTIROID Penurunan fungsi


Produksi ATP dan gastrointestinal
ADP menurun

Gangguan
Energy tubuh metabolisme Peristaltik usus menurun
berkurang

Produksi kalor
Merasa menurun Absorbsi cairan diusus
lemah,capek,letih meningkat

Penurunan suhu
fatigue
tubuh konstipasi

Kulit terasa dingin


Tidak bisa beraktivitas
secara normal

Intoleransi Hipotermia 10 | P a g e
aktivitas
2.7 Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan kadar TSH
Pemeriksaan kadar tirotropin (TSH) merupakan uji diagnostik lini pertama untuk
hipotiroid. Kenaikan kadar TSH memastikan seseorang menderita hipotiroid primer. Kadar
TSH normal adalah 0,4 mU/L sampai 4,0 mU/L yang terdistribusi secara logaritmik, sehingga
konsentrasi rata-rata berada di batas bawah dari kisaran normal. Akibatnya, kadar TSH pada
batas atas normal (> 3,0 mU/L) kemungkinan menunjukkan disfungsi tiroid yang masih
ringan, yang berisiko berkembang menjadi hipotiroid, terutama jika ditemukan adanya
autoantibodi tiroid (Roberts, 2004).
Pemeriksaan tirotropin (TSH) mempunyai keterbatasan dalam mendiagnosis
hipotirois sentral. Pada penderita hipotiroid sentral, kadar TSH dapat rendah oleh karena
penurunan produksi TSH, atau normal atau sedikit meningkat sebagai hasil sintesis TSH
dengan aktivitas biologis yang rendah. Hipotiroid sentral dapat dicurigai pada beberapa
kondisi,
(1) jika didapatkan gambaran klinis hipotiroid tanpa kenaikan kadar tirotropin,
(2) gambaran klinis defisiensi hormon hipofisis anterior lain,
(3) adanya massa pada regio sellar atau
(4) pada pasien dengan hipopituitarisme (mis : sarkoidosis, radioterapi atau perlukaan
kranial, kanker dengan metastasis hipofisis).
Pada kondisi-kondisi tersebut, pemeriksaan kadar tirotropin dilakukan bersama sama
dengan pemeriksaan kadar tiroksin bebas. Kadar tiroksin bebas yang rendah memastikan
diagnosis hipotiroid sentral. Ditemukan kadar tiroksin bebas yang rendah ini, tanpa
memperhitungkan berapa kadar TSH, harus diikuti dengan pemeriksaan lanjutan, seperti
pemeriksaan pencitraan hipofisis, tes stimulasi TRH dan tes fungsi hipofisis yang lain. Pada
kecurigaan klinis hipotiroid, kadar tiroksin bebas yang berada pada batas bawah nilai normal
pun harus dicurigai sebagai hipotiroid sentral tahap awal, yang perlu dievaluasi lebih lanjut
dengan pemeriksaan yang lain. Sebaliknya ada kondisi lain di mana peningkatan TSH tidak
berhubungan dengan hipotiroid misalnya pada insufisiensi adrenal, gagal ginjal atau paparan
suhu yang sangat dingin. Obat-obat yang digunakan pada kondisi darurat seperti
glukokortikoid, dopamin, dobutamin dapat menekan kadar TSH sehingga menutupi gejala
hipotiroid. Sebaliknya, pasien yang baru saja pulih dari kondisi sakit parah akan menunjukkan
kenaikan sementara kadar TSH, sehingga pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien yang sakit

11 | P a g e
parah dapat memberikan hasil yang membingungkan. Penggunaan obat-obat anti kejang
seperti fenitoin dan karbamazepin dapat memberikan hasil pemeriksaan TSH dan tiroksin
bebas yang rendah yang mungkin dikira sebagai hipotiroid sentral (Roberts & Ladenson,
2004)

2. Pemeriksaan fungsi tiroid T4 dan TSH dilakukan untuk memastikan diagnosis, apabila
ditemukan kadar T4 rendah disertai TSH meningkat maka diagnosis sudah dapat
ditegakkan.
3. Pemeriksaan darah perifer lengkap, air kemih, tinja, kolesterol serum (biasanya
meningkat pada anak > 2 tahun).
4. Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan
refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut
tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya
membengkak serta fungsi mentalnya berkurang.
5. Apabila ibu dicurigai menderita hipotiroid maka bayi perlu diperiksa antibodi antitiroid.
Kadar TBG diperiksa bila ada dugaan defisiensi TBG yaitu bila dengan pengobatan
hormon tiroid tidak ada respon.
6. Radiologis :USG atau CT scan tiroid.
7. Tiroid scintigrafi, membantu memperjelas penyebab yang mendasari bayi dengan
hipotiroidisme kongenital. Pasien meminum radioaktif yodium atau technetium dan
ditunggu hingga substansi tersebut ada pada kelenjar tiroid. Jika tiroid berfungsi maka
akan terlihat level penyerapan yang sama pada seluruh kelenjar tiroid. Bila ada aktivitas
berlebih akan terlihat daerah berwarana putih. Sedangkan area yang kurang aktif akan
terlihat lebih gelap.
8. Umur tulang (bone age), adanya retardasi perkembangan tulang misalnya disgenesis
epifise atau deformitas veterbra.
X-foto tengkorak, menunjukkan adanya fontanella besar dan sutura yang melebar,
tulang antar sutura (wormian) biasanya ada, terlihatnya sella tursika yang membesar
dan bulat, dan mungkin terlihat adanya erosi dan penipisan

12 | P a g e
2.8 Penatalaksanaan
- PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan primer penatalaksaan hipotioidisme adalah memulihkan metabolisme pasien


kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang hilang.
Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothroid) merupakan preparat terpilih untuk
pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.

Yang perlu diperhatikan adalah :

a. Dosis awal
b. Cara menaikan dosis tiroksin
Tujuan pengobatannya :

a. Meringankan keluhan dan gejala


b. Menormalkan metabolisme
c. Menormalkan TSH
d. Membuat T3 dan T4 normal
e. Menghindari komplikasi dan resiko

Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksakanan subsitusi:

a. Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosisi awal dan makin landai
meningkatan dosis.
b. Geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati.
Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak
bersama bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit
sindrom malabsorsi, short bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium
hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll)

Penatalaksanaan medis umum lainnya :

a. Farmakoligi:
- Penggantian hormon tiroid seperti natrium levotiroksin(synthoroid), natrium
liotironin (cytomel).
b. Diet rendah kalori

- PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Modivikasi aktivitas
Penderita hipotiroid akan mengalami kekurangan tenaga dan letargi sedang hingga
berat. Peran perawat penting adalah membantu perawatan dan kebersihan diri

13 | P a g e
pasien utnuk melakukan aktivitas yang masih berada dalam batas-batas toleransi
yang ditetapkan untuk mencegah komplikasi mobilisasi
2. Pemantauan yang berkelanjutan
Pemantauan tanda-tanda vital dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat
selama proses penegakan diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi:
a. Kemunduran status fisik serta mental
b. Tanda-tanda serta gejala yang menunjukkan peningkatan laju metabolic akibat
terapi melampaui kemampuan reaksi system kardiovaskuler dan pernapassan
c. Keterbatasan atau komplikasi miksedemia yang berkelanjutan
Obat-obatan harus diberikan dengan sangat hati-hati kepada pasien
hipotiroidisme mengingat adanya perubahan metabolism serta eksesi obat,
penurunan laju metabolic serta status pernapasan

3. Pengaturan suhu
Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita intoleransi yang ekstrim
terhadap hawa dingin meskipun ia berada dalam ruangan bersuhu nyaman atau
panas. Ekstra pakaian selimut dapat diberikan, dan pasien harus dilindungi terhadap
hembusan angin. Jika pasien ingin menggunakan bantal penas atau selimut listrik
untuk mengirangi gangguan rasa nyaman dan gejala mengggil tersebut, perawat
harus dapat menjelaskan bahwa penggunaan alat ini harus dihindari karena beresiko
menyebabkan vasodilatasi perifer, kehilangan panas tubuh yang lebih lajut dan
kolaps vaskuler. Di samping itu, pasien tanpa sadar depat terbakar ketika
menggunakan alat-alat tersebut akibat respon pasien yang lambat dan status mental
yang menurun
4. Dukungan emosional
Penderita hipotiroidisme dapat mengalami reaksi emosional akibat perubahan
penampilan serta citra tubuhnya dan terhadap keterlambatan diagnosis. Gejala ini
dapat menimbulkan respon negative dari angota keluarga serta sahaba, dan pasien
mungkin dianggap sebagai individu dengan mental yang labil, tidak kooperatif atau
tidak mau berpartisipasi dalam aktivitas perawatan-mandiri. Pasien dan keluarga
harus diberi tahu semua gejala tersebut dan gejala tersebut merupakan kelainan dari
yang dialami. Pasien dan keluarga mungkin memerluakn bantuan dan konseling
untuk mengatasi masalah dab reaksi emosional yang muncul
5. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
Pasien diberitahukan unruk terus minum obat seperti yang di resepkan dokter.
Instruksi tentang diet diberikan utnuk meningkatkan penurunan berat badan begitu
penggunaan obat dimulai. Keluarga juga harus diberi tahu dan dijelaskan tentang
tujuan terai, program pengobatan serta efek samping yang harus dilaporkan kepada
dokter. Biasanya pada wanita lanjut usia memerlukan tindakan penuluhan dna
perawatan kesehatan sebelum meninggalkan rumah sakit.

14 | P a g e
15 | P a g e
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Hipertiroideisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadi
hipofungsi tiroid yang berjalanroid. lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid berada di bawah nilai
optimal.manifestasi hipotiroidisme Gejala dini, Hipotiroidisme berat, Hipotiroidisme
lanjut,dan Koma miksedema penatalaksanaan keperawatannya meliputi Modivikasi
aktivitas Pemantauan yang berkelanjutan Pengaturan suhu Dukungan emosional
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah

16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
- Aru W. Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid 1 Edisi IV. Jakarta: FKUI.
- Dirksen, lewis and Heitkemper Butcher 2014. Medical Surgical Nursing: assessment and
Management of clinical Problems Ninth Edition. Elsevier Mosby
- Smeltzer, Suzanne C,dkk. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
1997. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
- Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC
- Faizi, Muhammad, Netty EP. 2012. Hipotiroid. Surabaya: Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
- Fisher DA. Disorders of the Thyroid in the Newborn and Infant. In : Sperling MA, ed.
Pediatric Endocrinology.Philadelphia : Saunders, 2002 : 161-82.
- Francis S. Greenspan; John D. Baxter. 1998. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Edisi 4.
Jakarta: EGC

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai