Anda di halaman 1dari 21

HALAMAN

PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH MAKAN SEAFOOD UNTUK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS BAWANG MERAH (Allium cepa L)

Pembimbing :

Dra. Yati Utami Purwaningsih, M.Pd

Disusun oleh :

Yuliana Purnamasari (15/ XII IPA 1)

SMA NEGERI 1 JETIS

BANTUL YOGYAKARTA

2012/2013

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,

taufik dan hidayah-Nya sehingga laporan praktikum biologi ini dapat terselesaikan.

Laporan praktikum biologi ini berjudul Pemanfaatan Limbah Rumah Makan

Seafood Untuk Meningkatkan Hasil Panen Bawang Merah (Allium Cepa L).

Penulisan dan penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak H. Wiyono, M.Pd selaku Kepala SMA N 1 Jetis yang telah memberikan

izin untuk melakukan praktikum.

2. Dra. Yati Utami Purwaningsih, M.Pd selaku guru pembimbing yang telah

membimbing dalam melakukan praktikum.

3. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum kimia ini.

Akhir kata, semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini belum sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan

praktikum ini.

Jetis, Agustus 2012

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
A. Kajian Teori ............................................................................................................. 6
B. Hipotesis ................................................................................................................ 10
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 11
A. Variabel dan Definisi Operasional Variabel .......................................................... 11
B. Sasaran Penelitian .................................................................................................. 12
C. Instrumen Penelitian .............................................................................................. 12
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 15
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 19
B. Saran ...................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20
LAMPIRAN..21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang merah (Allium cepa L) merupakan salah satu komoditas yang besar di

Indonesia yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai

ekonomisnya maupun kandungan gizinya yang tinggi. Meskipun bukan merupakan

kebutuhan pokok namun tidak dapat dihindari oleh konsumen bahwa keberadaaannya

sebagai bumbu pelengkap sangat diperlulan. Bawang merah di Indonesia telah lama

dibudidayakan oleh petani secara komersil, dimana sebagian besar hasil produksinya

ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar.

Usaha peningkatan produksi pertanian hortikultura tidak lepas dari peranan pupuk

sebagai bahan penyubur. Hal yang mungkin belum tercapai dengan baik adalah

meningkatkan efisiensi penggunaannya. Pengunaan ini perlu ditingkatkan karena salah

satu faktor yang membatasi produksi tanaman adalah unsur hara. Pupuk dapat digunakan

untuk mencapai keseimbangan hara bagi pertumbuhan tanaman, sehingga dapat mencapai

produksi yang optimal.

Maka dari itu, peneliti mencoba untuk meningkatkan produktivitas dengan

penggunaan pupuk alami dengan memanfaatkan limbah rumah makan seafood salah

satunya cangkang kepiting. Dengan kandungan K, Ca, Mg, Fe, Zn, Cu, P, dan chitosan

dalam kepiting yang dibutuhkan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan akan meningkatkan prouktivitas bawang merah.

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk cangkang kepiting terhadap

pertumbuhan bawang merah?

2. Bagaimana pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk cangkang kepiting terhadap

produksi bawang merah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk cangkang kepiting

terhadap pertumbuhan bawang merah.

2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk cangkang kepiting

terhadap produksi bawang merah.

D. Manfaat Penelitian

1. Salah satu cara pemanfaatan limbah rumah makan seafood (cangkang kepiting).

2. Sebagai sumber informasi bagi petani holtikultura dalam meningkatkan hasil panen

bawang merah.

3. Sebagai sumber informasi dalam pengembangan teknologi pertanian.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pertumbuhan Pada Tumbuhan

Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme.

Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif/ terukur. Terdapat 2 macam pertumbuhan, yaitu:

1. Pertumbuhan Primer

Terjadi sebagai hasil pembelahan sel-sel jaringan meristem primer. Berlangsung

pada embrio, bagian ujung-ujung dari tumbuhan seperti akar dan batang.

2. Pertumbuhan Sekunder

Merupakan aktivitas sel-sel meristem sekunder yaitu kambium dan kambium

gabus. Pertumbuhan ini dijumpai pada tumbuhan dikotil, gymnospermae dan

menyebabkan membesarnya ukuran (diameter) tumubuhan.

2. Nutrisi

Tumbuhan memerlukan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Nutrisi dibedakan

menjadi 2 yaitu, nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah banyak (makronutien) dan dalam

jumlah sedikit (mikronutrien).

Unsur makro Fungsi

Karbon (C), Oksigen


Bahan dasar untuk fotosintesis
(O), Hidrogen (H)

6
Nitrogen (N) Komponen protein, asam nukleat, koenzim, dan klorofil.

Sulfur (S) Komponen proten dan koenzim.

Mengaktifkan enzim, mengatur keseimbangan kelarutan air,

Kalium (K) dan mempengaruhi osmosis..

Kalsium (Ca) Mengatur beberapa fungsi sel dan menguatkan dinding sel.

Fosfor (P) Komponen asam nukleat.

Magnesium (Mg) Komponen klorofil dan mengakifkan beberapa enzim.

Unsur mikro Fungsi

Klor (Cl) Mengatur pertumbuhan akar dan batang, serta mengatur

fotolisis.

Besi (Fe) Mengatur sintesis protein dan transpor electron.

Boron (B) Mengatur perkecambahan,pembungaan, pembuahan,

pembelahan sel, dan metabolisme.

Mangan (Mn) Sintesis klorofil dan pengaktifan koenzim.

Seng (Zn) Mengatur pembentukan auksin, kloroplas, dan amilum, serta

komponen enzim.

Tembaga (Cu) Komponen beberapa enzim.

Molibdenum (Mo) Bagian dari enzim yang digunakan dalam metabolisme

nitrogen.

7
3. Bawang merah (Allium cepa L)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae (suku bawang-bawangan)

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa var. aggregatum L.

Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain itu,

bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah juga mengandung

zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin, senyawa allin dan allisin

yang bersifat bakterisida.

Sebagai tambahan nutrisi untuk pertumbuhan bawang merah memerlukan

pemupukan. Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat.

Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil,

tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat.

Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

Pemupukan dilakukan 2 kali ( dosis per 1000 m2 ) :

- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl

- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl

Jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis 20 kg/ 1000 m2 diberikan

pada umur 2 minggu.

8
4. Pengomposan

Pengomposan merupakan penguraian dan pemantapan bahan-bahan organik

secara biologis dalam temperatur thermophilic (suhu tinggi) dengan hasil akhir berupa

bahan yang cukup bagus untuk diaplikaikan ke tanah. Teknologi pengomposan sampah

sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan

tambahan. Bahan tambahna yang biasa digunakan activator kompos seperti Green

Phoskko Organic Decomposer dan Superfarm (Effective Microorganism) atau

menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost).

5. Cangkang Kepiting

Phylum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Superordo : Eucaridae

Ordo : Decapoda

Familia : Portunidae

Genus : Scylla

Spesies :Scylla sp. S. serrata, S.tranquebarica,

S. paramamosain,S.Olivacea.

Tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras, tersusun

dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Cangkang kepiting tersebut

mengandung kadar abu sebesar 70,493%(b/b) kadar air 8,725% (b/b), nitrogen 7, 69 %,

9
logam magnesium sebesar 1,136 mg/g, besi 27,36 mg/g, kalsium 0,260 mg/g, seng 0,669

mg/g, tembaga 0,004 mg/g, natrium 17,672 mg/g, dan silika oksida 0,018 mg/g.

B. Hipotesis

Tanaman bawang merah yang diberi perlakuan dengan pemberian dosis pupuk sebanyak

3 sendok akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dan hasil produksi bawang

merah yang lebih banyak dari pada perlakuan yang lain.

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel kontrol :

Jenis umbi bibit bawang, air, volume air, intensitas cahaya, media tanam.

Operasional variable :

Perlakuan dibuat sama pada setiap percobaan.

Variabel bebas :

Massa pupuk cangkang kepiting yang digunakan untuk memupuk.

Operasional variabel :

Massa pupuk ditakar dengan sendok makan untuk tiap tempat pemupukan.

Variabel terikat :

Kecepatan pertumbuhan dan massa umbi bawang merah.

Operasional variabel :

Kecepatan pertumbuhan daun bawang merah dalam hari dengan interval pengamatan tiap

1 hari.

B. Rancangan Penelitian

Kelompok A : Perlakuan tidak dipupuk dengan pupuk cangkang kepiting.

Kelompok B :Perlakuan dipupuk dengan pupuk cangkang kepiting 1 sendok makan

Kelompok C : Perlakuan dipupuk dengan pupuk cangkang kepiting 2 sendok makan

11
Keterangan:

Tiap kelompok terdiri dari 3 pot dan 6 umbi bawang merah, dan masing-masing pot

ditanami 2 umbi bawang merah.

C. Sasaran Penelitian

Populasi :

Semua jenis bawang

Sampel:

Bawang merah (Allium cepa L) sebanyak 18 umbi bibit

D. Instrumen Penelitian

Alat dan Bahan:

18 umbi bibit bawang merah

500 gr abu sekam padi

200 gr cangkang kepiting kering yang telah ditumbuk

100 ml air

1 sendok makan gula pasir

Sendok

Tanah secukupnya

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Pengomposan :

Menyiapkan alat dan bahan

Melarutkan gula dalam 100 ml air

12
Mencampurkan abu sekam padi dengan tepung cangkang kepiting, larutan

gula, dan EM4

Memasukannya kedalam tong/ wadah, dan ditutup

Mendiamkannya hingga 10 hari

2. Penanaman :

Menyiapkan alat dan bahan untuk menanam

Memberi nama masing-masing pot yaitu, A1, A2, A3 ; B1, B2, B3 ; C1, C2,

C3 ; D1, D2, D3

Mengisi pot-pot tersebut dengan tanah. Tinggi tanah sama rata.

Menanam 2 bibit umbi bawang merah dalam setiap pot

Menyiram bibit dengan air

3. Pemupukan :

(Tidak diberi perlakuan)

A1 A2 A3

(1 sdm pupuk cangkang kepiting)

B1 B2 B3

(2 sdm pupuk cangkang kepiting)

C1 C2 C3

13
Pemupukan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Kemudian dilakukan pemupukan

ulang kembali 15 hari setelah pemupukan pertama sesuai dengan dosis yang ditentukan

pada setiap perlakuan.

14
BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

15
Pengukuran Tinggi Tanaman
( Cm)
30

25

20

15 Rata-rata A
Rata-rata B
10 Rata-rata C

Penambahan pupuk cangkang kepiting tidak mempengaruhi kecepatan pertumbuhan

daun bawang merah. Kecepatan pertumbuhan daun dan tinggi tanaman rata-rata tampak

sama dengan tanaman bawang merah pada variabel kontrol. Namun perbedaan dapat

dilihat dari data yang diperoleh dari hasil penelitian selama 60 hari sebagai berikut :

1. Perlakuan A (variabel kontrol)

Perlakuan ini ditujukan sebagai pembanding (kontrol) dari penelitian. Perlakuan hanya

diberi tanah dan disiram setiap hari tanpa penambahan apapun. Pertumbuhan Allium cepa

pada perlakuan ini menunjukan laju pertumbuhan pada umumnya. Daun yang tumbuh

terlihat lebih kecil dan tipis, umbi yang dihasilkan kecil dan keriput. Ini disebabkan

karena kurangnya nutrisi saat proses pertumbuhan. Tanaman hanya mendapatkan nutrisi

16
dari tanah yang tersedia, sehingga ketika nutrisi dalam tanah sudah terserap habis maka

tidak ada lagi unsur hara yang dapat di rombak tanaman sebagai bahan energi untuk

pertumbuhan maupun sebagai cadangan makanan dalam bentuk umbi.

2. Perlakuan B (1 sdm pupuk cangkang kepiting)

Perlakuan ini menunjukan hasil yang lebih baik dari variabel kontrol. Adanya tambahan

nurtrisi dalam bentuk pupuk membuat tanaman menghasilkan daun yang lebih hijau dan

tebal. Pada laju pertumbuhan tinggi tanaman tidak menunjukan data yang signifikan.

Perbedaan tinggi tanaman perlakuan B dan perlakuan A tidak terlihat dengan jelas pada

setiap kali pengukuran. Hal yang lebih terlihat adalah pada bagian daun yang lebih hijau

karena adanya unsur Mg, Fe, dan Zn. Daun lerlihat lebih tebal karena kandungan Ca, dan

pertumbuhan umbi lebih cepat dengan hasil umbi yang lebih besar karena kandungan K

dan P dalam pupuk cangkang kepiting. Selain itu kandungan chitosan yang berfungsi

sebagai anti jamur dan pengganti sel-sel yang rusak terbukti pada penelitian tanaman

Allium cepa yang ditanam tidak menunjukan adanya jamur dan kerusakan pada organ

tanaman. Namun dilihat dari hasil produksi umbi bawang merah yang dihasilkan tampak

belum maksimal. Dari sini dapat diketahui bahwa nutrisi yang diberikan ternyata masih

kurang untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan dan produktivitas bawang merah

tersebut.

3. Perlakuan C (2 sdm pupuk cangkang kepiting)

Pada hasil penelitian, Perlakuan C merupakan perlakuan yang menunjukkan hasil yang

maksimal diantara semua perlakuan dalam penelitian. Terbukti adanya indikasi warna

daun yang lebih hijau mencolok dan lebih tebal daripada daun pada perlakuan variabel

17
kontrol. Warna hijau daun yang lebih mencolok disebabkan penambahan Mg, Fe, dan Zn

pada tanaman yang dibutuhkan sebagai unsur penyusun kloroplas sebagai penghasil

pigmen hijau daun. Daun lebih tebal karean adanya Ca yang membantu memperkuat

dinding sel pada tanaman. Dilihat dari hasil panen, umbi bawang merah yang dihasilkan

lebih maksimal dari perlakuan B. Pertumbuhan umbi lebih cepat menyebabkan ukuran

umbi dua kali lipat lebih besar dari perlakuan B. Penyebabnya adalah adanya kandungan

K dan P dalam pupuk cangkang kepiting. kandungan chitosan yang berfungsi sebagai anti

jamur dan pengganti sel-sel yang rusak terbukti pada penelitian tanaman Allium cepa

yang ditanam tidak menunjukan adanya jamur dan kerusakan pada organ tanaman.

18
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kandungan cangkang kepiting adalah K, Ca, Mg, Fe, Zn, Cu, P, dan chitosan.

2. Pupuk cangkang kepiting tidak mempengaruhi tinggi tanaman, tetapi

mempertebal dinding sel pada daun.

3. Pupuk cangkang kepiting meningkatkan produksi bawang merah.

4. Dosis yang paling optimal digunakan adalah sebanyak 2 sdm.

B. Saran

1. Melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur.

2. Lebih teliti dalam melakukan penelitian, terutama saat melakukan pengukuran.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Cara Mudah Membuat Kompos dengan EM 4


http://www.mrwindu.com/2011/04/cara-mudah-membuat-kompos-dengan-em-4.html
Diambil pada tanggal 03 September 2012

Anonim. 2011. Petani rumahan (2) : menanam bawang merah


http://petanirumahan.wordpress.com/2011/11/09/petani-rumahan-2-
menanam-bawang-merah/.
Diambil pada tanggal 03 September 2012

Anonim. 2011. Teknik pembuatan pupuk bokashi padat & cair


http://www.endonesiajaya.com/teknik-pembuatan-pupuk-
bokashi.html
Diambil pada tanggal 03 September 2012

Aryulina, Dyah. 2007. Biologi III. Jakarta:Esis

Campbell, jwrence G. Mitchell Neil A. 2004. Biologi edisi 5 jilid 1. Jakarta :


Erlangga.

Kurniawan, Sukari. 2009. Cara Membuat Kompos Padat.


http://peluangusahauntukanda.blogspot.com/2009/06/cara-membuat-kompos-
padat.html
Diambil pada tanggal 03 September 2012

Prabowo, Yudi. 2007. Budidaya Bawang Merah


http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-bawang-merah.html
Diambil pada tanggal 04 September 2012

Purba, Hardy John. Nutrisi Tanaman.


http://www.scribd.com/doc/57397217/Nutrisi-Tanaman-Materi
Diambil pada tanggal 04 September 2012

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai