Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN PENGAMBILAN SAMPLE SPUTUM,

LUMBAL PUNGSI, SITOLOGI

( Dosen Iin Aini Isnawati S.kep., Ns.,M.Kes )

Di susun oleh

Heru Ekariyanto

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG


PROBOLINGGO
2017
1.1. PENGERTIAN SPUTUM
Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan trachea
melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan expectoratorian. Orang dewasa normal
bisa memproduksi mukus (sekret kelenjar) sejumlah 100 ml dalam saluran napas
setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari
epitel yang melapisi saluran pernapasan.

Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik,


kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses
pembersihan tidak berjalan secara adekuat normal seperti tadi, sehingga mukus ini
banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus
akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi.
Dibatukkan, udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mukus
yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.

1.2. PENGAMBILAN SPUTUM

1.2.1. Tujuan
Mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan pewarnaan basil tahan asam

1.2.2. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).

1.2.3. Persiapan Alat

1. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup


2. Botol bersih dengan penutup
3. Hand scoon
4. Formulir dan etiket
5. Perlak
6. Pengalas
7. Bengkok
8. Tissue
1.2.4 Persiapan Pasien

Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun
campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan
sputum.

1.2.5. Cara Pengambilan Sputum

1. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh berkumur-kumur dengan air,


lepaskan gigi palsu jika ada
2. Pasien dipersilakan ke tempat khusus pengambilan sputum
3. Sputum diambil dari batukkan yang pertama
4. Ajarkan cara batuk efektif.
5. Cara membatukkan sputum dengan menarik napas dalam dan kuat (pernapasan
dada) kemudian batukkan sputum dari bronchus trakea mulut pot
penampung
6. Bila sudah, periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan
adalah air liur (saliva), maka pasien harus mengulang membatukkan sputum
7. Sebaiknya pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus seperti butir keju,
darah dan unsur-unsur lain
8. Bila sputum susah keluar, dapat diberikan obat glyseril gulaykolat (ekspektoran)
200 mg atau dengan minum ait teh manis saat malam sebelum pengambilan
sputum
9. Pot penampung sputum diletakkan ditempat khusus yang telah ditentukan,
dilengkapi data-datanya dan siap dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
pemeriksaan.
1.3 DEFINISI LUMBAL PUNGSI

Lumbal puncture adalah test diagnostic invasive ,dimana CSF di keluarkan


untu pemeriksaan dan mengukur tekanan spinal

Lumbal puncture (lumbal fungsi) adalah upaya pengeluaran cairan


serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini
dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinali, mengukur dan mengurangi
tekanan cairan serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada cairan
serebrospinal, untuk mendeteksi adanya bloksubarakhnoid spinal, dan untuk
memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinalterutama kasus infeksi

1.3.1 Tujuan Tindakan Lumbal Fungsi

Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik


maupun kepentingan therapi

1.3.2 Indikasi.

1. Secara umum indikasi dari lumbal pungsi adalah

Mengambil bahan pemeriksaan CSF untuk diagnostic dan persiapan


pemeriksaan pasien yang di curigai mengalami meningitis ,encepahilitis atau
tumor malignan
Untuk menghindari adanya darah dalam CSF akibat terauma atau di curigai
adanya perdarahan subarachnoid.
Untuk memasukan cairan opaq kedalam ruang subarachnoid.
Untuk mengidentifikasi adanya tekanan intrakarnial/intraspinal, untuk
memasukan obat intratekal seperti terapi antibiotic atau obat sitotoksik.

1.3.3. Alat Dan Bahan

1. Sarung tangan steril

2. Duk luban

3. Kassa steril, kapas dan plester

4. Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70


5. Troleey

6. Baju steril

7. Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.

8. Manometer spinal

9. Two way tap

10. Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.

11. Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan biokimia)

12. Plester

13. Depper

14. Jam yang ada penunjuk detiknya

15. Tempat sampah.

1.3.4 Prosedur Pelaksanaan

1. Lakukan cuci tangan steril


2. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
3. Jamin privacy pasien
4. Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah
satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas
bawah fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal
(kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.
5. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan
menemukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis
antara kedua spina iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi
dapat pula dilakukan antara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namuntidak boleh
pada bayi
6. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm
dengan larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup
dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka Tentukan
kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai
sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut
selama 1 menit.
7. Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal
pada tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan lahan menyusur
tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai
menembus durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap
anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 2,5 cm pada bayi dan
meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.
8. Lepaskan stylet perlahan lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran
cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial.
Ambil cairan untuk pemeriksaan.
9. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
10. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
11. Cuci tangan
1.4. PENGERTIAN SITOLOGI

Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel. Telah ditemukan bahwa
pada pemeriksaan sitologi, sel yang diperiksa dapat berasal dari exfoliasi sel yang
spontan sebagai hasil dari pertumbuhan yang terus-menerus sel permukaan, dimana
sel-sel yang paling atas selalu terlepas untuk diganti dengan sel yang lebih muda.
Exfoliasi sel yang terjadi spontan dapat kita temukan misalnya pada: urine, dahak,
cairan ascites dan cairan vagina. Sel-sel tersebut akan mengalami degenerasi bila
tidak segera difiksasi. Pada saat terlepas dari jaringan, sel-sel tesebut terlepas pula
dari tekanan sekelilingnya, hingga akan mengambil bentuk tertentu yang khas, yang
dapat sangat berbeda dari bentu semula sewaktu masih berada dalam jaringan.

1.4.1 Tujuan

Terutama yang diperiksa adalah detail dari morfologi untuk memeriksa


intisel, untuk melihat apakah sel tersebut sel normal, sel noeplasma jinak atau ganas.

1.4.2. Langkah-Langkah Yang Diambil Dalam Pemeriksaan Sitologi :

1) pengumpulan bahan yang representatif untuk pemeriksaan dikerjakan oleh dokter


umum atau spesialis klinis.
2) Pembuatan sediaan apus.
3) Menentukan adanya sel-sel abnormal.
4) Interpretasi yang teliti.
5) Penegasan (konfirmasi) dengan biopsi, disusul dengan pengobatan.

1.4.3. Bahan Bahan Yang Dapat Diperiksa Secara Sitologi :

1. Vaginal smear/ Pap test / Cervical smear

Untuk menentukan adanya :

Peradangan dan penyebabnya


Perubahan praganas
Perubahan keganasan
Status hormonal
2. Sputum atau dahak, untuk menentukan keganasan serta jenis peradangan.

3. Bronchial washing dan brushing :

Untuk menentukan keganasan


Untuk menentukan peradangan

4. Urine, untuk menentukan adanya :

Tumor ginjal, tumor kandung kemih


Batu, infeksi saluran kemih

5. Cairan lambung, untuk menentukan adanya :

Gastritis acuta atau kronika


Keganasan
Intestinal metaplasi dari mukosa lambung, yang selalu mendahului
perubahan keganasan.

6. Cairan tubuh lain :

Cairan pleura
Cairan pericardium
Cairan ascites
Cairan cerebro spinal
Cairan sendi

7. Apirasi jaringan tumor, untuk menetukan adanya :

Tumor
Peradangan

8. Inprint jaringan tumor untuk menentukan adanya :

Tumor
Peradangan
1.4.4. Cara Pengambilan Dan Pengiriman Bahan Pemeriksaan Sitologi :

1. Vagina smear / Pap test

Isilah permintaan formulir dengan lengkap.


Tuliskan nama penderita pada label yang ada.
Sediakan botol atau tempat lain dengan bahan fiksasi ethyl alkohol 95%.
Jangan melakukan vaginal lain sebelum mengambil smear.
Jangan memakai bahan pelicin untuk speculum.
Dengan speculum ambilah smear dengan mempergunakan Ayres
scraper
Buat pulasan yang rata pada obyek glass.
Masukkan segara obyek glass tersebut kedalam bahan fiksasi biarkan
paling sedikit selama 30 menit, kemudian keringkan diudara terbuka.
Masukkan slide pada tempat slide yang tersedia, kirimkan dengan amplop
yang tersedia bersama dengan formulir permintaan.
Untuk evaluasi status hurmonal, dikerjakan prosedur yang sama, hanya
scraping tidak di portio, melainkan pada dinding lateral vagina, dengan
syarat tidak ada infeksi serta bila ada pengobatan hormonal telah
dihentikan 2 minggu sebelumnya.

2. Sputum atau dahak :

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 3x berturut-turut dengan jarak 3 hari.


Sputum adalah hasil dari batuk yang dalam, dan berisi bahan yang berasal
dari bronchioli dan alveoli.
Penderita diminta untuk batuk yang dalam dan mengumpulkan sputumnya
dalam tempat (botol) yang telah disediakan yang berisi bahan fiksasi
alcohol 70% kirim ke laboratorium sitologi.
Bila sputum terlampau sedikit,penderita dapat diberi expectoransia selama
3 hari dan diadakan sputum koleksi selama 24 jam dengan fiksasi alcohol
70%.
Untuk tempat-tempat yang jauh, pengiriman dapat dilakukan secara kering
ialah dengan jalan membuat sediaan apusan dari sputum yang telah
terkumpul pada 3 object glass yng bersih.
Untuk membuat apusan, pilihlah bagian yang mengandung garis darah
atau bagian yang padat. Kemudian masukkan dalam alcohol 95% selama 2
jam, keringkan diudara dan dikirim ke laoboratorium Sitologi.

3. Urine

Paling sedikt 50 cc urine,fiksasi ethyl alcohol 50% aa- dikirim.


Pengiriman kering
Urine dengan alcohol 50% aa- centrifuge selama 10 menit, buat sediaan
dari endapan pada object glass yang telah diberi albumin dalam alcohol
95% selama setengah jam dan keringkan dalam udara terbua dikirim.
Bila kelainan diduga terletak dalam ureter/ginjal, harus dipakai urine
kateter dari ureter.
Untuk memperoleh bahan yang reprentatif, bila keadaan
memungkinkan,penderita dianjurkan exercise ringan sebelum
penampungan urine.

Anda mungkin juga menyukai