Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TENTANG

APENDIK AKUT

DI SUSUN OLEH :
HERU EKARIYANTO
MIRZAHAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN


GENGGONG
PROBOLINGGO
2016
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikm Wr.Wb


Dengan memanjatkan puji dan sukur kehadirat allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Apendik akut
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa
yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan
saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami selaku penulis
mengucapkan mohon maaf, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua Amin.
wassalam mualaikum Wr Wb.
KATA PENGANTARError: Reference source not found

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

1.2. Tujuan Penulisan Makalah

BAB 2 KONSEP DASAR MEDIS

2.1. Definisi

2.2. Jenis-jenis hepatitis

2.3. Etiologi

2.4. Patofisiologi

2.5. Manifestai klinis

2.6. Penatalaksanaan Medis

2.6. Tanda gejala

2.7. pencegahan

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

3.2. Diagnosa

3.3. Intervensi
BAB 4 PENUTUP
4.1 Saran
4.2 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum ( Usus Buntu) dan

lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks

mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks

terletak pada iliaca kanan di belakang caecum ( Henderson ; 1992).

Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan

mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat

mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna,

kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus

untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi

morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren

(FKUA ; 1989 )

Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan

dengan cara operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks

dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu

tindakan pembedahan membuang appendiks ( Puruhito ; 1993).

Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan

tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas,

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan


potensial terjadinya infeksi (Ingnatavicus; 1991).

Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan

menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan

terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya :

promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan

dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.

Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara

aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan

kaloborasi dengan profesi lain secara mandiri. Upaya rehabilitatif

yaitu memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita

dan keluarganya mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan

yang bernilai gizi tinggi kalori dan tinggi protein guna mempercepat

proses penyembuhan penyakitnya serta perawatan dirumah

setelah penderita pulang.

1.3.1. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien post

appendiktomy.

b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa

keperawatan pada klien post appendiktomy.

c. Dapat membuat perencanaan pada klien post appendiktomy.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post

appendiktomy.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien

post appendiktomy.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat anara lain :

Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang

merupakan penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982).

Appendisitis adalah peradangan dari suatu appendiks.

Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan

yang mendadak pada suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).

2.2. Patofisiologi

Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan

yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid

merupakan penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen

appendiks. Adanya benda asing seperti cacing, stiktura karena

fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain misalnya

keganasan (karsinoma karsinoid).

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi

mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin


banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang

tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan

appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu

dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi

nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri

belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai

peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit

dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif

akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan

ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks

yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila

omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang

meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini

disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak anak karena

omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang

, dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih

kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan

pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis

infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul

dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).


2.3. Dampak Masalah

2.3.1. Individu dalam hal ini terjadi gangguan dari berbagai pola fungsi

kesehatan antara lain

a. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi

akibat pembatasan pemasukan makanan atau minuman

sampai peristaltik usus kembali normal.

b. Pola aktifitas dan latihan

Aktifitas klien biasanya terjadi pembatasan aktifitas akibat rasa

nyeri pada luka operasi sehinnga keperluan klien harus dibantu.

c. Pola tidur dan istirahat.

Klien akan mengalami gangguan kenyamanan dan pola tidur

karena rasa sakit (nyeri) akibat tindakan pembedahan.

d. Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi

kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK

ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola

eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya

sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi

penurunan fungsi.

e. Pola Persepsi dan konsep diri

Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan

gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami


kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita

mengalami emosi yang tidak stabil.

f. Pola Reproduksi seksual

Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah

pembedahan selama beberapa waktu.

g. Pola terhadap keluarga

Perawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak harus

ditanggung oleh keluarganya juga perasaan cemas keluarga

terhadap keadaan klien.

2.5 Asuhan Keperawatan

Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat

menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan melalui

beberapa tahap yaitu :

2.5.1 Pengkajian

a. Pengumpulan data

1. Anamnesa

a. Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal

atau jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa,

nama orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan,

pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.

b. Riwayat penyakit sekarang


Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan

utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.

c. Riwayat penyakit dahulu

Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien

seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah

klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang

pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan

imunisasi apa yang pernah diderita.

d. Riwayat penyakit keluarga

Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit

diabetes mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau

penyakit kronis lainnya uapaya yang dilakukan dan

bagaimana genogramnya .

e. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-

obatan, alkohol dan kebiasaan olah raga (lama

frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga

kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya

penyembuhan luka.

2. Pola Tidur dan Istirahat

Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang

sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan


pola tidur klien.

3. Pola aktifitas

Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas

bergerak karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas

biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu

lamanya setelah pembedahan.

4. Pola hubungan dan peran

Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita

tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya

dan dalam masyarakat.

penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

5. Pola sensorik dan kognitif

Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan,

pearaan serta pendengaran, kemampuan berfikir,

mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua,

waktu dan tempat.

6. Pola penanggulangan stress

Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi

masalah.

7. Pola tata nilai dan kepercayaan

Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan

bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan

selama sakit.
2.5.2 Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Fisik

1. Status Kesehatan umum

Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah


menahan sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.

2. Integumen

Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka


pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah .
3. Kepala dan Leher

Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada

warna pucat.

4. Torax dan Paru

Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan

nafas, gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas

frekwensi pernafasan biasanya normal (16 20 kali

permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor.

5. Abdomen

Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya

pristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen,

tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau

retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi

urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau

hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir

lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.


6. Ekstremitas

Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya

nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau

kekakuan.

b. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium.

a. Darah. Ditemukan leukosit 10.000 18.0000 mn.

b. Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan

eritrosit .

2. Pemeriksaan Radiologi.

BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.

c. Analisa data.

Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut

dikelompokkan menjadi data subyektif dan data obyektif lalu

dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang

timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa

keperawatan (lismidar, 1990).

d. Diagnosa Keperawatan.

Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data

yang diperoleh dari pengkajian data. Diagnosa keperawatan

yang mungkin muncul pada penderita post appendiktomy :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan


insisi pembedahan ( Ingnatavicius; 1991).

2. Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada

luka operasi ( Doenges; 1989 ).

3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya

informasi dari team kesehatan akan penyembuhan

penyakit ( Ingnatavicius; 1991 ).

2.5.3 Perencanaan

Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana

perawatan sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi

pembedahan.

Tujuan :

Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.

Kriteria Hasil :

Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan

mobilisasi, klien dapat istirahat dengan cukup.

Skala nyeri sedang

Rencana Tindakan :

a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.

b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.

c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.

d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.


Rasional :

a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga

dapat diajak bekerja sama.

b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian

klien agar dapat mengurangi rasa nyeri.

c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih

menyenangkan sehingga mengurangi rasa nyeri.

d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari

sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi.

e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada

luka operasi.

Tujuan :

Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan

kering.

Rencana tindakan :

a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya

perawatan luka dan tanda - tanda atau gejala infeksi.

b. Rawat luka secara teratur dan aseptik.

c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.


d. Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.

e. Observasi tanda tanda vital.

f. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.

Rasional :

a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan

segera melapor bila ada tanda tanda infeksi.

b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat

menghindari sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi.

c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang

baik untuk pertumbuhan kuman.

d. Mengetahui sedini mungkin tanda tanda infeksi pada

luka operasi.

e. Mengetahui sedini mungkin tanda tanda infeksi

secepatnya mengatasi .

3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari

Antibiotik menghambat proses infeksi dalam tubuh.

Tujuan :

Rasa cemas berkurang.

Kriteria hasil :

Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien

dapat tidur dengan tenang dan berkomunikasi dengan teman

sekamarnya.

Rencana Tindakan :
a. Jelaskan keadaan proses penyebab dan

penyakitnya

b. Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya

(Penyembuhan penyakit).

c. Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.

Rasional :

a. Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti

sehingga klien menerima dan beradaptasi dengan baik.

b. Pengertian dan pemahamannya yang benar

membantu klien berfikir secara konstruktif.

c. Dengan penjelasan benar akan menambah

keyakinan atau kepercayaan diri klien. (FK UI; 1990)

2.5.4 Pelaksanaan

Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang

telah diberikan pada klien.

2.5.5 Evaluasi

Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah : Untuk menilai apakah tujuan dalam

keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang.

Untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak

tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.


DAFTAR PUSTAKA

Baratajaya, Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990

Dona P. Ignatavicus, Medical surgical Nursing A Nursing Aproach , edisi I;


1991.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Digestive Surgency,


Surabaya.

Lismidar, Proses keperawatan FKUI; 1990.

Marlyn E. Doenges, Nursing care Plans, F. A. Davis Company,


Philadelphia; 1989.

M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia


media, 1989.

Purnama Junaidi, Atiek S. Soemasto, Husna Amels,Kapita selecta


kedokteran edisi II Media Aeskulis, FKUI ; 1982.

Puruhito Dr, Soetanto Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik
Operasi OPTEK UNAIR Press; 1993.

Soeparman Sarwono, Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit


FKUI; 1990.

Win Dejong, R, Syamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC; 1997.

Anda mungkin juga menyukai