Anda di halaman 1dari 27

BAB 3

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. RUMAH SAKIT
1. Gambaran Umum Rumah Sakit dan Ruang Praktek
a. Sejarah Singkat
RSUD Waluyo Jati Kraksaan adalah rumah sakit kelas C milik
pemerintah kabupaten probolinggo yang terletak di kraksaan,
probolinggo. Sebelum RSUD Waluyo Jati berdiri, pada tahun 1979
pemerintah daerah Tk.II kabupaten Probolinggo memiliki sarana
kesehatan umum yang melayani perawatan rawat inap yang berlokasi
dijalan alun-alun no.1 kraksaan. Sehubungan dengan areal tanah yang
sempit dan bangunan yang tidak memadai lagi, maka perlu
dikembangkan untuk menjadi suatu rumah sakit yang layak dalam
memberikan pelayanan yang memadai kepada masyarakat. Atas
pertimbangan tersebut pemerintah daerah kabupaten Probolinggo
bertekat membangun rumah sakit baru yang lebih memadai.
Rumah sakit umum baru dengan nama RSUD Waluyo Jati
Kraksaan diresmikan oleh gubernur daerah tingkat I Jawa Timur pada
tanggal 06 januari 1982 dan berlokasi di Jl. dr.Soetomo No.1, Desa
Kandang Jati Kulon Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo,
dengan luas areal tanah 35.000 m2.
Seiring dengan perkembangan jaman pada tahun 2002 berdasarkan
peraturan daerah Kabupaten Probolinggo Nomor: 10 tahun 2002,
RSUD Waluyo Jati telah berstatus swadana dengan berbentuk Badan
Pelayanan Kesehatan Masyarakat (BPKM). Selanjtnya berdasarkan
Keputusan Bupati Probolinggo Nomor: 445/1001/426.12/2010 tanggal
31 Desember 2010, RSUD Waluyo Jati Kraksaan menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
RSUD Waluyo Jati Kraksaan dari tahun ke tahun telah mengalami
banyak perkembangan dan kemajuan baik dari segi pelayanan, sarana
prasarana maupun fisik bangunan rumah sakit, hal tersebut tidak
terlepas dari peran direktur yang menjabat di RSUD Waluyo Jati
Kraksaan. Berikut direktur yang pernah menjabat di RSUD Waluyo
Jati Kraksaan :
1. dr. Muhidin Razak
2. dr. R.I.Wirjono
3. dr. Mohammad Zain
4. dr. Hariyadi Santoso, MM
5. dr. Shodiq Tjahjono, MMKes
6. dr. Anang Budi Joelianto, MMKes
7. Slamet Riyadi, SH, M.Si
8. dr. Endang Astuti, MM
Dengan semakin berkembangnya RSUD Waluyo Jtai Kraksaan,
diharapkan dapat semakin memberikan pelayanan yang terbaik untuk
masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Probolinggo.
b. Motto
“Professional-Ramah-Ikhlas-yes”
c. Visi
“Terwujudnya pelayanan kesehatan di RSUD Waluyo Jati Kraksaan
yang profesional, bermutu, adil, modern, ramah lingkungan dan
diminati.”
d. Misi
“Memberi pelayanan kesehatan yang bermutu didukung sumber daya
yang optimal dan profesional.”
e. Tujuan
RSUD Waluyo Jati Kraksaan bertujuan :
1. Meningkatkan pelayanan yang bermutu di rumah sakit.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM rumah sakit.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit.
4. Meningkatkancash flow keuangan rumah sakit.

B. RUANG MAWAR
Gambaran Umum Mawar
Ruang Mawar merupakan ruang khusus yang menangani pasien
dengan penyakit dalam pada wanita. Ruang Mawar dipimpin oleh
seorang kepala ruang dengan pendidikan terakhir S1 Keperawatan.
Ruang Mawar dibagi menjadi 2 ruang yaitu Ruang Mawar dengan
penyakit dalam dan Ruang paru . Ruang Mawar dengan penyakit
dalam memiliki 9 ruangan dengan 36 bed , dan diruang paru memiliki
2 ruangan dengan 6 bed.
Ruang Mawar menangani pasien dengan penyakit paru, penyakit
dalam, saraf, THT.

C. Pengumpulan Data
1. Data Umum
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 14 agustus 2017 yang
meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana, sumber keuangan, dan
pemasaran. Data yang didapat dianalisis menggunakan Analisis
SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian
dipilih satu sebagai prioritas masalah.
a. Tenaga dan Pasien (M1 – Man)
Setelah di lakukan pengkajian pada tanggal 14 – 16 agustus
2017 keterangan perawat mencangkup jumlah tenaga keperawatan
dan non keperawatan, keunggulan dari ruang Mawar salah satunya
adalah telah menerapkan management asuhan keperawatan
rofessional (MAKP) Tim dalam pelaksanaan proses keperawatan.
Ruang Mawar memiliki tenaga perawat 17 perawat dan 3 non
keperawatan.

b. Jumlah Tenaga Di Ruang Mawar RSUD Waluyo Jati


raksaan
1) Keperawatan
Tabel 3.1 Tenaga Keperawatan di Ruang Mawar
No Kualitatif Jumlah Jenis
1. D3 Keperawatan 12 Non PNS : 11
PNS : 1
2. S1 Keperawatan 5 PNS : 5
2) Mahasiswa
Tabel 3.2 Tenaga Mahasiswa Keperawatan di Ruang Mawar
Rumah Sakit RSUD Waluyo Jati Kraksaan
No Kualifikasi Jumlah Masa kerja Jenis
1. S1 STIKES 10 14 Agustus – Praktik
Hafshawaty zainul 09
Hasan- Genggong September
Probolinggo profesi 2017
stase management
Dari tabel diatas terdapat 10 mahasiswa yang melakukan
praktek klinik selama 4 minggu diharapkan adanya kerjasama
yang baik antara mahasiswa dengan perawat Ruang Mawar.
3) Tenaga Non Medis
Tabel 3.3 Tenaga Non Medis di Ruang Mawar RSUD Waluyo
Jati Kraksaan.
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1. Clining servise 2 Laki – laki
2. Administrasi 1 Laki-laki
Analisis ketenagaan perawat mencakup jumlah tenaga
keperawatan dan dan non keperawatan, keunggulan dari ruang
Mawar salah satunya menerapkan MAKP (metode asuhan
keperawatan profesional). Ruang Mawar memiliki tenaga
keperawatan sebanyak 17 orang dan 1 sebagai Kepala
Ruangan, 1 sebagai wakil Kepala Ruangan dimana S1
Keperawatan 4 dan D3 sebanyak 13 orang dan Ruang Mawar
memiliki tenaga non medis clining service sebanyak 2 orang
dan administrasi sebanyak 1 orang.
4) Tenaga Medis
Tabel 3.4 Tenaga Medis di Ruang Mawar RSUD Waluyo Jati
Kraksaan
No. Kualifikasi Jumlah
1 Dokter Spesialis Jantung 1 orang
2 Dokter Spesialis Syaraf 1 orang
3 Dokter Spesialis Paru 1 orang
4 Dokter Spesialis penyakit Dalam 3 orang
5 Dokter Spesialis THT 1 orang
5) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga
Perawat
Kebutuhan tenaga perawat di Ruang Mawar dari hasil
pengkajian adalah sebagai berikut :
a) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan
Tenaga keperwatan dengan metode Douglas di Ruang
Mawar hari senin tgl 14 Agustus 2017
Tabel 3.5 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan
Tenaga keperawatan di Ruang Mawar hari senin 14 Agustus
2017
Klasifikasi pasien Jumlah
Pagi Sore Malam
pasien

Minimal care 5 5 x 0,17= 5 x 0,14 5 x 0,07


0,85 = 0,7 = 0,35
Parsial care 14 14 x 0,27 = 14 x 0,15 14 x 0,10
3,78 = 2,1 = 1,4
Total care 4 4 x 0,36 = 4 x 0,30 4 x 0,2 =
1,44 = 1,2 0,8
Jumlah 23 6,07 4 2,55
Jumlah perawat yang jaga 6 4 3
pada setiap shift

Total tenaga perawat :


Pagi : 6
Sore : 3
Malam: 3 +
Total : 12 orang
86x12 = 1032 = 3,69 = 4 orang
279 279
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di Ruang Mawar
perhari adalah :
12 orang perawat pelaksana + 4 orang lepas dinas + (1 kepala
Ruang, 1 waka karu, dan 5 katim)= 23 orang
Kenyataan tenaga di Ruang Mawar perhari adalah :
9 perawat pelaksana + 1 orang leps dinas + (1 Kepala ruang , 1
waka karu dan 5 Katim) = 17 orang
Jadi kebutuhan tenaga perawat di Ruang Mawar pada hari
senin 14 agustus 2017 yang ideal berdasarkan metode Douglas
sebanyak 23 orang.
b) Penghitungan Gilles
Rata – rata perhari = 23 pasien
Mandiri 5 pasien, total 4 pasien, parsial 14 pasien.
1. Keperawatan langsung
Keperawatan Mandiri 5 pasien 5 x 2 = 10 jam
Keperawatan Total 4 pasien 4 x 2 = 8 jam
Keperawatan Parsial 14 pasien 14 x 2 = 28jam
Jumlah 46 jam
2. Keperawatan tidak langsung : 23 orang pasien x
1jam = 23 jam
3. Penyuluhan kesehatan = 23 orang pasien x 0,25 jam
= 5,75 jam
Total jam secara keseluruhan adalah 74,75 jam
4. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang
dibutuhkan per pasien per hari adalah 74,75 jam / 23
pasien = 3,25 = 3 jam.
5. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan
pada ruangan tersebut adalah langsung dengan
menggunakan rumus Gilies di atas , sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut :
3 x 23 x 265 = 18.285 = 8 orang
(365 - 76) x 7jam = 2.203
20 % x 8 = 2 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan
8 + 2 = 10 orang / hari.
6. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang
dibutuhkan per sift,
a) 1) sift pagi 47 % = 4,7 orang = 5 orang
b) 2) sift sore 36% = 3,6 orang = 4 orang
c) 3) sift malam 17 % = 1,7 orang = 2 orang
Dan berdasarkan, metode Gilles sebanyak 10 orang
dan jumlah tenaga yang terpenuhi sebanyak 11 orang
sehingga tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarklan
Gilles.
6) Rekapitulasi Kebutuhan Tenaga Perawat Mawar
Tabel 3.6 Rekapitulasi Kebutuhan Tenaga Perawat Mawar
Tgl Kebutuhan tenaga Tenaga riil di Mawar Ket.
perawat
L Tot L Total
P S M D al P S M D
14 12 4 3 4 23 8 3 3 3 17 Kurang
15 12 4 3 4 23 8 3 3 3 17 Kurang
Berdasarkan hasil rekapitulasi kebutuhan perawat di ruang
mawar diatas dapat di simpulkan bahwa jumlah tenaga perawat
yang di butuhkan di ruang mawar adalah 23 orang sedangkan
jumlah yang ada 17 orang. jadi jumlah perawat masih belum
sebanding dengan jumlah pasien. Sedangkan terdapat adanya
tuntutan tinggi untuk pelayanan yang lebih profesioanal, makin
tingginya kesadaran masyarakat akan hukum dan makin
tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
7) BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian, didapat gambaran kapasitas
tempat tidur ( Bed Of Rate ) ruang Mawar RSUD Waluyo Jati
Kraksan dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.7 Bed Of Rate Tanggal 14 Agustus 2017
No Shift Jumlah Bed BOR
Bed Terpakai
1 Pagi 23 42/23X100=100%
2 Sore 23 42/23X100=100%
42
3 Malam 23 42/23X100=100%

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah BOR pasien tanggal


14 Agustus 2017 di ruang Mawar didapatkan Jumlah rata rata
bed yang terpakai total bed 23 (60%).

Tabel 3.11 Bed Of Rute tanggal 15 Agustus 2017


No Shif Jumlah Bed BOR
Bed Terpakai
1 Pagi 24 42/24X100=100%
2 Sore 24 42/24X100=100%
42
3 Malam 24 42/24X100=100%
Berdasarkan hasil pengkajian jumlah Bor pasien tanggal 15
Agustus 2017 di ruang Mawar di dapatkan Jumlah rata – rata
bed yang terpakai sebesar 24 (58%).

c. Sarana dan Prasarana (M2 – Meterial)


1. Penataan Gudang/lokasi dan denah ruangan Mawar
Pengkajian data awal di lakukan pada tanggal 14 agustus 2017.
Adapun data yang di dapat adalah sebagai berikut:
a. Lokasi dan denah ruangan
Lokasi ruang Mawar RSUD Waluyo Jati Adalah dengan
batas – batas sebagai berikut:
1) Sebelah timur berbatasan dengan ruang Bougenvil
2) Sebelah barat berbatasan dengan ruang Gizi
3) Sebelah Utara berbatasan dengan ruang Asoka
4) Sebelah selatan berbatasan dengan jalan belakang
Rumah Sakit.
2. Denah Ruang Mawar
Terlampir...............

3. Fasilitas
a. Fasilitas Untuk Pasien
Tabel. Daftar fasilitas untuk pasien ruang Mawar RSUD
Waluyo Jati:
No Nama barang jumlah Kondisi Ideal Usulan
1. Tempat Tidur 42 Baik 1:1 -
2. Lemari 42 Baik 1:1 -
3. Wastafel 13 12 Baik 1/ruangan Perlu
1 Rusak Di
tambai
4. Kipas Angin 25 Baik 2/ruangan -
5. Kursi roda 2 Baik 3-4 -
10. Kamar mandi 13 Cukup 1/ruangan -
dan wc baik Kecuali
kelas 3
2/ruangan
11. Timbangan 2 Baik 1-2 -

b. fasilitas untuk petugas kesehatan


1) Ruang kepala ruangan berada di sebelah Nurse
station
2) Kamar mandi perawat/WC ada 2
3) Nursing station berada di depan administrsi
4) Ruang perawat berada di pojok utara
Alat kesehatan yang ada di ruang Mawar
No Nama Jumlah Kondisi Ideal Usulan
Barang
Ambubag -
1 Baik 1/ruangan
1 Dewasa
Bak Instrumen 2- Perlu di
2 Baik
2 Sedang 3/ruangan tambai
3 Bengkok 1 Baik 1/ruangan -
Cucing / -
1 Baik 1/ruangan
4 Gallipots
5 ECG 1 Baik 1/ruangan -
Gunting -
1 1 Baik 1/ruangan
6 Verband
7 Klem 1 Baik 2/ruangan -
8 Korentang 1 Baik 1/ruangan -
-
4/ruangan
Manometer 42 2 rusak
9 O2
10 Nebulizer 1 Baik 1/ruangan -
Pinset -
1 Baik 2/ruangan
11 Anatomi
12 Reflek Hamer 1 Baik
Perlu di
Standar Infus 16 Baik 1:1
13 tambai
14 Stetoskop 2 Baik 2/ruangan
15 Tabung 5 Baik 1/ruangan -
Oksigen
4 Baik 1 -
Tensimeter 5 2/ruangan
16 Rusak
Thermometer -
1 Baik 2/ruangan
17 digital
Thorax -
1 Baik 1/ruangan
18 Suction
Timbangan -
2 Baik 1/ruangan
19 BB
20 Tongue Spatel 3 Baik 1/ruangan -
Tromol Kecil / -
1 Baik 1/ruangan
21 Kom Tertutup
22 Infus Pump 1 Baik 1/ruangan -
Perlu di
Syringe Pump 4 Baik 2/ruangan
23 tambai
24 Sterilisator 1 Baik 1/ruangan -
25 Pinset Cirrurgi 1 Rusak 2/ruangan -
Gunting -
Angkat 1 Baik 1/ruangan
26 Jahitan
Gunting -
1 Baik 1/ruangan
27 Lancip
Dressing -
2 Baik 1/ruangan
28 Trolly

4. Consumble (obat – obatan dan habis pakai)


5. Administrasi penunjang – RM
a. Buku injeksi
b. Buku observasi
c. Lembar dokumentasi
d. Buku observasi suhu dan nadi
e. Buku timbang terima
f. SOP
g. Buku Visite

d. Metode asuhaan keperawatan (M3-Metode)


1. Penerapan pemberian model praktek keperawatan
profesional (MAKP) dari hasil observasi dan pengkajian
tanggal 14-16 agustus 2017 kepada perawat ruang Mawar,
model asuhan keperawatan professional (MAKP) di ruang
Mawar, menggunakan MAKP Tim dengan kepala ruangan
adalah seorang S1 keperawatan yang berpengalaman, dan
perawat pelaksana adalah S1 keperawatan dan DIII
keperawatan.
Di terapkan dengan adanya 5 perawat katim, dengan 11
perawat pelaksana. Pada sift pagi yang berdinas adalah kepala
ruangan, katim pagi dan 2 perawat pelaksana, sedangkan pada
sift sore dan malam yang berdinas adalah katim dan perawat
pelaksana. Walaupun demikian komunikasi yang adekuat antar
perawat dan tim kesehatan membuat MAKP tim terdapat
pembagian tugas yang jelas antara ketua tim dan perawat
pelaksana, dari 17 perawat ruang Mawar sebagian belum ada
yang mengikuti pelatihan MAKP.
2. Timbang terima
Dari hasil observasi dan pengkajian tanggal 14-16 Agustus
2017 setiap timbang terima di hadiri oleh wakil kepala
ruangan, katim dan perawat pelaksana yang bertugas kecuali
untuk shift sore dan malam tanpa wakil kepala ruangan. Setiap
timbang terima di lakukan di ruangan nurse station. Prinsip
timbang terima di ruang Mawar pada dasarnya sudah sesuai
dengan prosedur timbang terima, yaitu semua pasien yang
rawat di timbang terima dan validasi ke pasien sudah di
lakukan. Timbang terima di mulai dengan pembukaan oleh
wakil kepala ruangan oleh perawat yang bertugas kemudian di
pimpin berdoa oleh salah satu perawat pelaksana, serta
memberikan pasiennya kepada perawat pelaksana. Biasanya
pembacaan laporan timbang terima di lakukan oleh katim, isi
pelapor timbang terima sudah lengkap.
Kegiatan timbang terima merupakan kegiatan rutin yang di
lakukan setiap rumah sakit khususnya di ruang Mawar, setelah
di lakukan pelaporan timbang terima, di lakukan validasi
pasien secara bersama-sama. Aspek umum yang meliputi M1-
M5 tidak di sampaikan saat timbang terima.
Dalam proses pelaksaan manajemen di ruang Mawar harus
lebih di tingakatkan karena banyaknya tuntutan yang lebih
tinggi dari berbagai kalangan masyarakat agar perawat RSUD
Waluyo Jati Kraksaan bisa melaksanakan asuhan keperawatan
yang professional khususnya di ruang Mawar.
3. Ronde keperawatan
Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan pada tanggal 14-
16 agustus 2017. Sebenarnya bidang dari keperawatan
mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan sedangkan
SDM yang ada memiliki pengalaman dalam bidang penyakit
dalam. Dan dari masing-masing perawat yang ada di ruang
Mawar juga memiliki kemampuan untuk melaksanakan ronde
keperawatan. Dalam ruangan Mawar masih belum ada
pelasanaaan ronde keperawatan yang masih belum seimbang
dengan jumlah ketergantungan pasien. Sampai sekarang ruang
Mawar masih belum di bentuk tim ronde kepetawatan dan
menerapkan ronde keperawatan.
Hal yang bisa di lakukan karu, katim, dan perawat pelaksana
adalah adanya pelatihan pelaksana yang terjadi di ruang
Mawar. Bahkan kepala ruangan dan perawat ruangan bisa
melaksanakan ronde keperawatan dengan baik dan benar.
Di rungan Mawar juga haru di perhatikan adanya tuntutan
yang lebih tinggi dari masyarak untuk mendapatkan pelayanan
professional dan adanya persaingan antar ruang yang semakin
kuat dalam pemberian pelayanan keperawatan yang
professional. Jika ada pasien dengan masalah keperawatan
yang belum teratasi meskipun sudah di lakukan tindakan
keperwatan, perawatan hanya mengkomunikasikan kepada
dokter baik ketika visite. Adapun criteria karakteristik ronde
keperwatan yang sesuai teori adalah:
a. Pasien di libatkan secara langsung
b. Pasien merupakan focus kegiatan
c. Ketua Tim, PP, dan konselor melakukan
dikusi bersama
d. Konselor memfasilitasi kreatifitas
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan
ketua tim, pp dalam meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah.
4. Supervisi keperawatan
Berdasarkan pengkajian dan observasi yang di lakukan pada
tanggal 14-16 Agustus 2017 di ruang Mawar tidak pernah
melaukakn supervise. Namun di ruang Mawar melakukan
evaluasi setiap bulan satu kali yang hanya melibatkan kepala
ruangan tanpa di dampingi oleh bagian komite keperawatan
atau pihak terkait. Evaluasi yang dilakukan diruang Mawar
untuk mengevaluasi kinerja perawat, membahas permasalahan
serta kekurangan diruang Mawar. Namun sebagian besar
perawat sudah memahami tentang supervisi keperawatan,
kepala ruangan mendukung adanya supervisi. Namun masih
belum ada jadwal tentang supervise dan format yang sudah
baku untuk melaksanakan supervise keperawatan dan belum
adanya formulir penilaian sehingga untuk menghasilkan
supervise yang terstruktur tercapai.
Hal yang bisa dilakukan diruang Mawar adalah adanya
pelatihan tentang supervise untuk lebih bisa meningkatkan
kinerja perawat dalam melaksanakan supervise keperawatan,
dan hasil supervise tersebut dapat dilakukan sebagai pedoman
untuk daftar penilaian presentasi pegawai (DP3). Dan dari
hasil diatas maka yang perlu diperhatikan adalah tuntutan
pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang
professional dan bermutu.
5. Discharge Planning (DP)
Berdasarkan observasi dan pengkajian yang dilakukan pada
tanggal 14-16 Agustus 2017 Discharge Planning sudah
dilakukan pada semua pasien yang baru masuk ke ruang
mawar dengan lisan oleh perawat ataupun dokter dengan
adanya sarana dan prasarana Discharge Planning diruang
Mawar, di dokumentasi pada buku laporan Discharge
Planning, adanya kartu control berobat dari loket, dan adanya
perawat ruangan yang diberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien dan keluarga saat akan pulang. Untuk pelaksanaan
persiapan pulang masih belum menyediakan brosur atau leaflet
untuk pasien saat melakukan Discharge Planning.
Memberikan pendidikan kesehatan yang belum
terdokumentasi. Proses pelakasanaan Discharge Planning di
lakukan di nurse station atau di bed pasien dengan cara
memanggil keluarga dan pasien. Kartu Discharge Planning
diruang Mawar sudah ada. Namun masih ada beberapa
kekurangan. Standar Discharge Planning adalah berisi:
identitas pasien, tanggal control, aturan diet, obat, perawatan
luka dirumah, aktivitas dan istirahat, perawatan umum, dan
hasil pemeriksaan yang dibawa pulang.
6. Pengelolaan sentralisasi obat
Berdasarkan hasil observasi dan pengkajian yang di
lakukan pada tanggal 14-16 Agustus sentralisasi obat di ruang
Mawar belum di sediakan sarana dan prasarana untuk
pengelolaan sentralisasi obat, adanya buku injeksi dan obat
oral yang di lakukan modiviksi, untuk pasien BPJS dan umum.
Untuk obat injeksi telah di lakukan sentralisasi dengan
program yang di sebut unit dose dispersing (UUD) namun
untuk obat pil masih mernggunakan one day dose (ODD).
Sedangkan pasien biaya sendiri (UMUM) sentralisasi obat di
laksanakan berdasarkan persetujuan pasien, bila pasien tidak
setuju maka akan di berikan obat yang lebih menjangkau
namun dengan dosis yang di tinggikan. Sentralisasi obat di
lakukan oleh farmasi klinis. Perawat sudah melakukan cross
terdapat obat-obatan pasien pada saat itu masih tersedia atau
tidak.
Sedangkan di ruang masalah masih ada bagian obat yang
harus di pesan terlebih dahulu saat ada kekurangan stok obat di
ruangan. Terdapat format pencatatan jenis obat dan jadwal
pemberiannya ke pasien dserta nama perawat yang bertgas
memberikan obat sehingga obat apa saja yang sesudah di
berikan dapat terdokumentasikan. Jumlah obat oral dan injeksi
yang di serahkan adalah dosis obat untuk 2 atau 3 kali
pemberian dalam waktu 24 jam berdasarkan kebutuhan pasien.
7. Dokumetasi Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi yang dilkukan terdapat sarana
dan prasarana dokumentasi keperawatan (administrasi
penunjang) pada medical record (status) di dapatkan
pendokumentasian yang berlaku di ruang Mawar adalah sistem
sources oriented record (SOR) yaitu susatu sistem
pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber
tenaga kesehahtan, misalnya dari dokter, perawatan ahli gizi
dan lainnya dengan menggungakan billing. Berdasarkan hasil
observasi terhadap seluruh status pasien yang ada, di dapatkan:
a. sistem pendokumentasian asuhan keperawatan
terdiri dari pengkajian, diagnsa, intervensi, implementaysi,
dan evaluasi yang pelaksanaannya tidak sesuai standart
pendokumentasian yang telah di tetapkan di billing.
b. Pendokumentasian dilakukan satu kali pada setiap
sift dan pendokumentasian mencakup asuhan keperawatan
mulai dari keluhan utama, data subjektif dan data objektif,
tindakan keperawatan dan evaluasi namun dalam
pelaksanaannya, dokumentasi pada implementasi hanya
berisi jawaban intruksi dokter.
c. Billing disusun sesuai urutan berdasarkan nnomer
regisitrasi dan identitas pasien sudah di cantumkan, jam
pendokumentasian sudah ada dan keluhan pasien di
sebutkan.
d. Beberapa pendokumentasian yang dilaksanakan
berdasarkan syarat LARB (langsung, aktual, relevan dan
baru).
Selama ini pendokumentasian asuhan keperawatan sudah
dilaksanakan pada lember rekam medik dan format asuhan
keperawatan. Catatan tindakan keperawatan pada rekam
medik terkait advicd dari dokter, sedangkan pada format
pencatatan askep meliputi diagnosa dan intervensi serta
evaluasi keperawatan. Lembar observabsi pasien belum
tertempel pada bed pasien masing-masing pada ruang.
Adanya kesadaran perawat tentang adanya tanggung
jawab dan tanggung gugat, belum adanya foormat asuhan
keperawatan pasien, SAK, dan juga SOP belum maksimal
dalam penggunaannya, serta yang paling adalah tidak
maksimalnya pengawasan terhadap sistematika
pendokumentasian belum dilaksanakan secara optimal.
Adanya kerja sama antar tim juga sangat penting dalam
pendokumentasian keperawatan, seluruh tenaga
keperawatan juga berpeluang untuk bisa meningkatkan
pendidikan ataupun sumber daya manusia.
Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya
kesadaran pasien dan keluarga dengan tanggung jawab dan
tanggung gugat, akreditasi rumah sakit tentang sistem
dokumentasi, dan yang paling penting adalah adanya
kerusakan server pada sistem billing ini baik sistem
hardare ataupun softwarenya akibat virus, arus pendek dan
human eror.
8. Penerimaan pasien baru
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, proses
penerimaan pasien baru yang datang diruangan ini, sudah
dilakukan kegiatan PBB (penerima pasien baru) alur dari
pelaksaan pasien baru disini pasien masuk dari IGD dan poli,
dari segi pengorganisasian (pelaksana) sudah sesuai sarana
prasarana yang dibutuhkan dalam PPB menurut teori baru
yaitu:
1. Lembar pasien masuk RS sudah cukup bagus karena
dapat dengan mudah untuk cara pengisian dan juga sangat
mudah di dapatkan.
2. Lembar dokumentasi pengajian asuhan keperawatan
3. Nursing kit
4. Lembar inform konsen
5. Lembar tingkat kepuasan pasien
6. Kartu penunggu pasien
Jika melihat sarana prasarana yang dibutuhkan seperti
diatas, diruang mawar sudah terdapat tingkat kepuasaan, kartu
penunggu pasien sudah aktif. Adapun teknik pelaksanaan PPB
diruang mawar adalah bila ada pasien datang, perawat akan
menyiapkan tempat tidur pasien, lembar pasien masuk RS,
memperkenalkan diri, melakukan anamnesa pasien,
memperknalkan aturan rumah sakit, dan memberikan petunjuk
keadaan ruang perawatan diruang Mawar, akan tetapi tidak
semua perawat melakukan perkenalkan diri, aturan, anamnesa
dan petunjuk keadaan ruang. Pasien yang babru datang
diorientasi secara lisan berdasakan format penerimaan baru
yang berisi identitas pasien, dokter yang bertanggung jawab,
dan perawat yang bertanggung jawab.
Perawat juga melakukan pengkajian kepada pasien sesuai
dengan format dan mengukur tanda-tanda vital, adanya rekam
medis yang didalamnya berisi status pasien dan data penunjang
seperti hasil lab, foto, dll. Terkadang perawat tidak
menjelaskan tata terbit dari rumah sakit, dab layanan gizi yang
diruangan.

e. Pembiayaan (M4-Money)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada kepala
ruangan Mawar bahwa sistem administrasi terpusat di loket.
Pengelolaan keuangan dan dana ruangan di atur oleh rumah sakit
dan ada pengelolaan dana secara mandiri (uang kas) ruang Mawar,
yang biasa dilakukan sebulan sekali dengan cara iuran dari masing-
masing tenaga perawat diruang Mawar.

f. Pemasaran (M5-MUTU)
1. Pasien Savety
Sasaran 1 : Ketepatan Identifikasi
Elemen penilaian sasaran 1 :
 Pasien diidentifikasi menggunakan dua identifikasi
pasien,tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi
pasien.
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah.
 Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan / prosedur.
Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Efektif
Elemen penilaian sasaran II :
 Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau
hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima
perintah.
 Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau
hasil pemeriksaan dibicarakan secara lengkap oleh penerima
perintah.
 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi
perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
 Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksaan verifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara
konsisten.
Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu
Diwaspadai (High Alert)
Elemen penilaian sasaran III :
 Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat
proses identifikasi,menetapkan lokasi, pemberian label dan
penyimpanan elektrolit kosentrat
 Implementasi kebijakan dan prosedur.
 Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil
untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area
tersebut sesuai kebijakan.
Sasaran IV: Kepastian Tepat – Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-
Pasien Operasi.
Elemen penilaian sasaran IV :
 Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan
dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan
pasien didalam proses penandaan.
 Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain
untuk memverifikasi saat pre operasi tepat-lokasi,tepat
prosedur,dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia,tepat dan fungsional.
 Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat
prosedur sebelumnya insisi / time out tepat sebelum
dimulainya suatu prosedur tindakan pembedahan.
 Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
suatu proses dikembangkan untuk memastikan tepat-lokasi,
tepat-prosedur, dan tepat-pasien,termasuk prosedur medis dan
dental yang dilaksanakan diluar kamar operasi.
Sasaran V: Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan
Elemen penilaian sasaran V :
 Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara
umum (WHO guidelines on Patient Safety).
 Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang
efektif.
 Kebijakan dan atau prosedur di kembangkan untuk
mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan resiko dari
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Sasaran VI: Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
Elemen penilaian sasaran VI :
 Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien
terhadap resiko jatuh dan melakukan asesmen ulang bila pasien
diindikasikan terjadi perubahn kondisi atau pengobatan dan
lain-lain.
 Langkah – langkah diterapkan untuk mengurangi resiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap beresiko
jatuh.
 Langkah-langkah dimonitor hasilnya,baik
keberhasilan,pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari
kejadian yang tidak diharapkan.
 Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan berkelanjutan resiko pasien cedera
akibat jatuh di rumah sakit.
2. Kepuasaan savety
3. Kenyaman
4. Kecemasan
5. Perawatan
6. Mengetahui perilaku kekerasan.
D. Analisis SWOT
Identifikasi Situasi Ruangan Berdasarkan Pendekatan Analisis SWOT

Internal

T W

Eksternal

O
Internal Faktor (IFAS) Internal Faktor Eksternal Faktor Eksternal Faktor
STRENGHT (IFAS) (EFAS) (EFAS)
WEAKNESS OPPORTUNITY THREATENED

1) Sudah diterapkan 1) Kurangnya 1) Kesempata 1) Adanya


model MAKP Tim. kesesuaian n menjadi tuntutan dari
Jenis ketenagaan S 1 pelaksanaan ruangan teladan masyarakat
Kep : 4 orang, D3 prosedur injeksi bagi ruangan dalam
kep : 13 orang, TU : IV berdasarkan rawat inap yang peningkatan
1 orang, Cleaning SOP (17%) lain dengan mutu
2) Kurangnya
Service: 2 orang. kepala ruangan pelayanan
kesesuaian
Masa kerja >10 dan perawat kesehatan
pelaksanaan 2) Kondisi
tahun sebanyak 4 ruangan yang
prosedur rawat ruangan yang
orang, 5-10 tahun sudah
luka ramai karena
sebanyak 13 orang profesional
berdasarkan 2) Adanya merupakan
sedangkan <5 tahun
sebanyak 3 orang. SOP (29%) kesempatan ruangan kelas
2) Semua perawat 3) Kurangnya
menjadi III
sudah pernah kedisiplinan 3) Meningkat
ruangan yang
mengikuti pelatihan waktu pada saat nya beban
diminati oleh
PPI timbang terima kerja bagi
masyarakat
3) Menerapkan 4) Sebagian
perawat
karena memiliki
MAKP pada perawat belum
karena
fasilitas yang
discharge planning mengikuti
kapasitas
4) CI ruangan sudah memadai serta
pelatihan
pasien yang
sarjana keperawatan ruangan yang
MAKP
banyak
luas
3) Adanya
program
akreditasi RS
dari pemerintah
dimana MAKP
merupakan
salah satu
penilaian

Dari faktor internal ada 2 yang mempengaruhi proses management di


rumah sakit RSUD Waluyo Jati Kraksaan terutama di Ruang Mawar yaitu yang
pertama adanya kekuatan, Nah kekuatan yang ada di dalam ruang Mawar
meliputi: Sudah diterapkan model MAKP Tim. Jenis ketenagaan S 1 Kep : 4
orang, D3 kep : 13 orang, TU : 1 orang, Cleaning Service: 2 orang. Masa kerja
>10 tahun sebanyak 4 orang, 5-10 tahun sebanyak 13 orang sedangkan <5 tahun
sebanyak 3 orang, Semua perawat sudah pernah mengikuti pelatihan PPI,
Menerapkan MAKP pada discharge planning, CI ruangan sudah sarjana
keperawatan. Dari ke empat kekuatan tersebut akan mulai mampu meningkatkan
kualitas pelayanan yang ada di rumah sakit.
Yang ke dua adanya kelemahan yang terjadi dari dalam rumah sakit itu
sendiri diantaranya Kurangnya kesesuaian pelaksanaan prosedur injeksi IV
berdasarkan SOP, kurangnya kesesuaian pelaksanaan prosedur rawat luka
berdasarkan SOP, kurangnya kedisiplinan waktu pada saat timbang terima,
sebagian perawat belum mengikuti pelatihan MAKP.
Itulah kekuatan dan kelemahan yang yang di sebabkan dari dalam ruang
Mawar itu sendiri, sehingga dari kekuatan dan kelemahan itulah yang akan
memberikan dampak positif dan negatif bagi ruang Mawar. Sehingga ruang
Mawar harus terus mampu meningkatkan dan memberikan kekuatan yang lebih
dan meminimalkan kelemahan yang ada sehingga mampu mewujudkan dan
meningkatkan kinerja perawat yang lebih baik lagi.
Selain 2 faktor internal yang di jelaskan di atas ada dua faktor lagi yang
mempengaruhi keadaan ruang Mawar yaitu faktor eksternal. Nah faktor ekternal
itu meliputi: Opportunity & Threatened (Peluang & Ancaman) dari kedua faktor
ini mempunyai dampak yang positif dan negatif bagi ruang Mawar. Opportunity
(Peluang) yang ada di ruang Mawar RSUD Waluyo Jati meliputi: Kesempatan
menjadi ruangan teladan bagi ruangan rawat inap yang lain dengan kepala
ruangan dan perawat ruangan yang sudah professional, adanya kesempatan
menjadi ruangan yang diminati oleh masyarakat karena memiliki fasilitas yang
memadai serta ruangan yang luas, adanya program akreditasi RS dari pemerintah
dimana MAKP merupakan salah satu penilaian
Sedangkan Threatened (Ancaman) dari luar untuk rumah sakit Waluyo
Jati meliputi: Adanya tuntutan dari masyarakat dalam peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, kondisi ruangan yang ramai karena merupakan ruangan
kelas III, meningkatnya beban kerja bagi perawat karena kapasitas pasien yang
banyak.
Dari ke empat analisis SWOT dapat di simpulkan bahwa kondisi Rumah
Sakit Waluyo Jati Kraksaan khususnya di Ruang Mawar berada di posisi dengan
peluang terbanyak daripada ancaman sehingga rumah sakit harus lebih mampu
meningkatkan dan memanfaatkan peluang yang ada untuk dapat meminimalkan
terjadinya beberapa ancaman yang ada.

E. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan SWOT maka
kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kesesuaian pelaksanaan prosedur injeksi IV berdasarkan SOP
2. Kurangnya kesesuaian pelaksanaan prosedur rawat luka berdasarkan SOP
F. Plan Of Action / Rencana Tindakan
No Program Data Tujuan Kegiatan Indikator Wakt Penang
keberhasilan u gung
jawab
1 M3-Metode  Sebagia  Meningka  Melakukan  Terjalin Ming Mahasis
n tkan mutu prosedur kerjasama gu wa
3. Kurangnya perawat asuhan injeksi IV yang baik I-V Stikes
Hafsha
kesesuaian tidak keperawat berdasarkan antara
waty
menggu an sesuai SOP perawat Zainul
pelaksanaan  Melakukan
nakan dengan ruangan Hasan
prosedur pengalas standart prosedur dan Genggo
injeksi IV saat operasion rawat luka meningka ng
injeksi al berdasarkan tnya Probolin
berdasarkan SOP ggo
dan prosedur kepuasan
SOP (17%) rawat (SOP)  Meningkatka pasien
luka n terhadap
dan
 Sebagia pengetahuan pelayanan
Kurangnya dan
n keperawat
kesesuaian perawat pengalaman an di
pelaksanaan tidak perawat ruang
member dengan Mawar
prosedur praktik
sihkan  Meningka
rawat luka area MAKP tnya mutu
berdasarkan penusuk asuhan
an keperawat
SOP (28%)
dengan an sesuai
alkohol standart
swab operasion
 Sebagia al
n prosedur
perawat dalam
pernah setiap
tidak tindakan
memaka yang
i baki dilakukan
obat oleh
 Sebagia perawat
n
perawat
tidak
menggu
nakan
handsco
on saat
injeksi

 Sebagia
n alat
tidak
tersedia
seperti
pinset
sirugis,
handsco
on steril

Anda mungkin juga menyukai