Striktura Uretra Batasan
Striktura Uretra Batasan
Batasan
Striktur urethra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya dengan
berbagai kedalaman, densitas dan panjang fibrosis tergantung pada etiologi, luas operasi
endoskopik yang dilakukan dan intrumentasi. Penyempitan lumen karena fibrosis pada
dinding uretra pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus spongiosum karena
hilangnya lapisan epitel uretra (urothelium).
Striktura uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra, dan kelainan
bawaan. Infeksi seperti uretritis gonokokus, saat ini mungkin sudah jarang ditemukan,
sering infeksi disebabkan karena pemakaian kateter uretra dalam jangka lama. Trauma
yang menyebabkan striktura uretra adalah trauma tumpul pada selangkangan (straddle
injury) yang akan menimbulkan striktur uretra pars bulbosa, fraktur tulang pelvis yang
akan merusak uretra pars membranasea hingga dapat menimbulkan striktur uretra parsial
atau komplit, dan penggunaan intrumentasi atau tindakan transuretra yang kurang hati-
hati.
Terapi / Tindakan
1. Dilatasi
Dilatasi striktura uretra atau businasi dengan busi logam jarang menjadi terapi kuratif,
tetapi dapat dilakukan sebagai tindakan sementara untuk memperlebar diameter
uretra. Uretra harus diberi lubrikasi sebelum instrument dilatasi dimasukan, gunakan
terlebih dahulu instrument dilatasi ukuran kecil dan dimasukkan secara hati-hati
hingga masuk ke dalam buli-buli. Tindakan ini dapat menimbulkan salah jalan (false
route) bila melakukannay secara kasar dan tidak hati-hati.
2. Uretrotomi interna dengan panduan alat endoskopi
Uretrotomi yaitu memotong jaringan sikatriks uretra dengan menggunakan pisau Otis
atau pisau Sachse. Otis dikerjakan jika belum terjadi striktura total, sedangkan pada
striktura yang lebih berat, pemotongan striktura memakai pisau sachse.
3. Bedah Terbuka
Jika uretrotomi gagal maka pengangkatan jaringan sikatriks dapat dilakukan melalui
operasi terbuka. Striktura uretra anterior yang pendek ( 2 cm ) dapat dilakukan
eksisi secara komplit dan dilanjutkan anastomosis secara primer. Jika striktura uretra
lebih dari 2 cm maka dapat dilakukan uretroplasti menggunakan patch graft.
Untuk striktura uretra yang lebih panjang dapat menggunakan fasciocutaneous flap.
Referensi :
o Campbells Urology edisi 9
o Smith General Urology edisi 16
o Comprehensive Urology
Modul : STRIKTURA URETRA
Tujuan Umum
Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu menguraikan latar belakang,
melakukan diagnosis, melakukan penatalaksanaan dan menangani komplikasi striktura
uretra.
Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : (K4)
Proses Pembelajaran
Persiapan Sesi
Peralatan audiovisual
Materi presentasi : Power Point Striktura Uretra
Kasus : 1. Penderita striktura uretra dengan obstruksi parsial
2. Penderita striktura uretra dengan obstruksi total
Alat Bantu Latih : Model anatomi gambar, anatomi dari buku teks
Referensi :
Campbells Urology edisi 9
Smith General Urology edisi 16
Comprehensive Urology
Kompetensi
Menegenali dan menatalaksana striktura uretra. Kompetensi yang diharapkan adalah K3,
P4, A4 dengan tingkat kinerja skill competency.
Keterampilan
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil :
Gambaran Umum
Striktur uretra yang bukan disebabkan oleh kelainan kongenital lebih sering
terjadi pada pria dibandingkan pada wanita. Sebagian besar disebabkan oleh trauma.
Walaupun infeksi gonokokus telah jarang menjadi penyebab terjadinya striktur, namun
infeksi masih menjadi penyebab utama terjadinya striktur uretra (seperti infeksi dari
pemakaian kateter dalam waktu yang lama).
Striktur uretra adalah penyempitan lubang uretra yang disebabkan oleh
penumpukan kolagen dan fibroblast. Biasanya fibrosis memanjang melingkupi korpus
spongiosum, dan mengakibatkan spongiofibrosis. Penyempitan yang terjadi
mengakibatkan restriksi flow urin, dan dilatasi uretra proksimal dan duktus prostatika.
Prostatitis adalah komplikasi yang seringterjadi pada striktur uretra. Otot buli menjadi
hipertrofik, dan juga didapatkan resdual urin. Obstruksi berat dalam jangka waktu yang
lama dapat mengakibatkan dekompensasi ureterovesical junction, refluks, hidronefrosis,
dan gagal ginjal. Stasis dari urin dapat pulang meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
Fistel uretra, abses periuretra, sering dijumpai pada striktur berat dan kronik.
Contoh Kasus
Penderita pria 34 tahun dengan gangguan tidak dapat BAK selama 1 hari. Tidak
didapatkan kencing batu, namun seringkali penderita merasa nyeri ketika BAK.
Sebelumnya penderita pernah BAK bercabang. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan
kelainan, kecuali ditemukan buli kesan penuh, 3 jari diatas simpisis. Pemeriksaan
radiologis didapatkan foto polos abdomen menunjukkan gambaran ground glass
appearance tanpa adanya batu radio opak, sementara hasil uretrogram didapatkan striktur
pasrsial pada uretra posterior.
Diskusi :
Kaitan faktor predisposisi dengan striktura uretra pada kasus di atas?
Apakah penderita di atas mempunyai kemungkinan striktura uretra?
Bagaimana cara mendiagnosis striktura uretra pada penderita di atas?
Bagaimana menatalaksana kasus ini?
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : (K4)
Proses Pembelajaran
Menguatkan proses pembelajaran
Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dala proses pembelajaran
serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan
partisipasi penuh dari peserta didik.
Diskusi :
Manakah data penyokong diagnosis saat itu?
Data mana yang membuat pemeriksa perlu membuat diagnosis banding?
Apakah tindakan terbaik yang dapat dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut?
Rangkuman Diskusi :
Data penyokong diagnosis adalah .................................................................
Gejala dan tanda yang menyebabkan perlunya dibuat diagnosis banding
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Tindakan terpilih untuk mengatasi keadaan ini adalah .................................
........................................................................................................................
Pada Modul ini peserta didik diharapkan menguasai pengetahuan tentang patofisiologi,
gejala dan tanda, serta penatalaksanaan diagnosis dan terapi menyeluruh penderita
striktura uretra. Modul striktura uretra ini mempunyai link ke 3 Modul Keterampilan
(uroflowmetri, uretrografi / bipolar voiding cystourethrogram, Uretrotomi Interna dan
Bedah Rekonstruksi)
Penilaian Kompetensi
1. Hasil observasi selama proses alih pengetahuan dan keterampilan
2. Hasil kuesioner
3. Hasil penilaian peragaan keterampilan
Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif
Patofisiologi
1. Proses radang akibat taruma atau infeksi pada uretra akan menyebabkan
terbentuknya jaringan sikatrik pada uretra. (B/S)
2. Jaringan sikatrik pada lumen uretra menimbulkan hambatan aliran urine hingga
retensi urine. (B/S)
3. Aliran urine yang terhambat mencari jalan keluar di tempat lain dan akhirnya
mengumpul di rongga periuretra dan jika terinfeksi, pecah membentuk fistula
uretrokutan. (B/S)
Patofisiologi
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR DILATASI / BUSISNASI
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan).
2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk
kondisi di luar normal.
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat
efisien.
T/D Langkah tidak diamati (penilai mengganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
KEGIATAN KASUS
I. MENGENALI ...........................................................................
...............................................................................................
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR URETROTOMI INTERNA
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan).
2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk
kondisi di luar normal.
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat
efisien.
T/D : Langkah tidak diamati (penilai mengganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan).
KEGIATAN KASUS
I. MENGENALI ...........................................................................
...............................................................................................
PESERTA : TANGGAL:
KEGIATAN NILAI
URETROTOMI INTERNA
Persiapan
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29
30.
31.
32.
33.
34.
Komentar / Ringkasan :
Rekomendasi :