Gerak Brown
Gerak ini dapat diamati pada zat cair koloid atau gas. Di dalam suatu ruang
pergerakan partikel gas tersebut (analogi terhadap zat cair juga) bergerak bebas dan tidak
teratur, dengan kata lain partikel gas itu bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Bila partikel gas tersebut menabrak partikel gas lain atau menabrak tembok dinding
ruang, maka kecepatan serta arahvektornya ikut berubah. Penyebaran kecepatan ini dapat
dirumuskan dengan penyebaran kecepatan Maxwell yang memberikan gambaran bahwa
kecepatan partikel tergantung dari temperatur ruang dan lingkungannya. Kecepatan rata-
rata pergerakan molekul di udara adalah 500m/s atau 1800 km/h. Kecepatan ini melebihi
kecepatan gelombang suara yang besarnya 330 m/s. Energi dari partikel gas ideal juga
tergantung dari suhu udara
Partikel - partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat
acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat.
Untuk sistem koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel -
partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel - partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup
kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi
gerak zig zag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan
tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid,
maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel - partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka
gerak Brown semakin lambat.
2. Viskositas
Viskositas (kekentalan) dapat diartikan sebagai suatu gesekan di dalam cairan zat cair.
Kekentalan itulah maka diperlukan gaya untuk menggerakkan suatu permukaan untuk
melampaui suatu permukaan lainnya, jika diantaranya ada larutan baik cairan maupun gas
mempunyai kekentalan air lebih besar daripada gas, sehingga zat cair dikatakan lebih
kental daripada gas.
Tekanan osmosis dalam sel juga dapat mempengaruhi kadar air dalam sel yang
berpengaruh terhadap proses pembentangan. Dehidrasi akibat perbedaan tekanan osmosis
dalam sel akibat juga dapat mempengaruhi viskositas plasma dalam sel (Martnez et al.,
2007). Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel akibat
pengaruh viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel.
3. Koagulasi