Anda di halaman 1dari 4

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)

A. Definisi
Benigna prostatic hyperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil dari
pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat.(Yuliana elin, 2011)
B. Etiologi
Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan keseimbangan testosterone estrogen karena produksi
testosterone menurun dan terjadi konversi testosterone menjadi esterogen pada jaringan adifosa
diperifer.karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan, efek perubahan juga terjadi
perlahan-lahan.(wim de Jong)
C. Manifestasi Klinis
- Pasien BPH dapat menunjukkan berbagai macam tanda dan gejala, gejala BPH berganti ganti
dari waktu kewaktu dan mungkin dapat semakin parah, menjadi stabil atau semakin buruk
secara spontan .
- Berbagai tanda dan gejala dapat dibagi dalam dua kategori :obstruktif (terjadi ketika factor
dinamik dan/ atau factor static mengurangi pengurangan kandung kemih)dan iritatif (hasil
dari obstruksi yang sudah berjalan lama pada kandung kemih).yuliana elin,2011)
Kategori keparahan BPH berdasarkan gejala dan tanda
keparahan penyakit Kekhasan gejala dan tanda
Ringan Asimtomatik
Kecepatan urinary puncak <10ml/s
Volume urine residual setelah pengosongan >25-50ml
Peningkatan BUN dan kreatinin serum
Sedang Semua tanda diatas ditambah obstruktif penghilangan gejala dan iritatif
penghilangan gejala (tanda dari detrusor yang tidak stabil)
Parah Semua yang diatas ditambah satu atau dua lebih kompikasi BPH
Sumber: ISO Farmakoterapi 2 Hal:146
Ket: BUN : Blood urea nitrogen
Jenis penangan pada pasien dengan tumor prostat tergantung pada berat gejala kliniknya. Berat derajad
klinik dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume
urine.seperti yang tercantum dalam bagan berikut ini ; (wim de jong)
Derajat Colok dubur Sisa volume urin
I Penonjolan prostat ,Batas atas mudah diraba <50 ml
II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai 50-100 ml
III Batas atas prostat tidak dapt diraba >100 ml
IV Batas atas prostat tidak dapat diraba Retensi urin total

Menurut R. Sjamsuhidayat dan wim de jong.2002


1. Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberi pengobatan konservatif.
2. Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan reseksi
endoskopik melalui uretra (trans urethral resection /tur)
3. Derajat tiga reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila diperkirakan prostate sudah cukup besar ,
reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan pembedahan terbuka, melalui trans vesikal
retropublik/perianal.
4. Derajad empat tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien dari retensi urine total
dengan pemasangan kateter

Pemeriksaan Penunjang :
1. Laboratorium : meliputi ureum (BUN), Kreatinin, elektrolit, tes sensitivitas, dan biakan urin.
2. Radiologis : intravena pylografi, BNO, systogram, retrograde, USG, Ct Scanning, cystoscopy,
foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk,
ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = trans rectal ultra
sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultrasonografi dapat pula menentukan
volume buli buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel , tumor dan
batu (syamsuhidayat dan wim de jong, 1997)
3. Prostatektomi retropubis : pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior
kapsula prostat.
4. Prostatektomi parineal : yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada pasien BPH adalah mengembalikan kualitas hidup pasien.terapi yang ditawarkan pada
pasien tergantung pada derajad keluhan, keadaan pasien, maupun kondisi obyektif kesehatan pasien yang
diakibatkan oleh penyakitnya.(ikatan ahli urologi indonesia)
Tabel pilihan terapi pada BPH:
Observasi Medikamentosa Terapi intervensi
Pembedahan Invasive minimal
Watchful waiting Antagonis adrenergic Prostatektomi terbuka TUMT
ainhibitor reduktase -5 Endourologi : HIFU
fitoterapi TURP Stent uretra
TUIP TUNA
TULP ILC
Elektrovaporisasi

Watchful waiting
Pada watchful waiting ini, pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai
sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya (1) jangan banyak mimum dan
mengkonsumsi kopi atau alcohol setelah makan malam, (2)kurangi konsumsi makanan atau minuman
yang menyebabkan iritasi pada buli buli (kopi atau coklat ), (3)batasi penggunaan obat obat influenza
yang mengandung fenilpropanolamin, (4) kurangi makanan pedas dan asin, dan (5) jangan menahan
kencing terlalu lama. Setiap 6 bulan, pasien diminta untuk control dengan ditanya dan diperiksa tentang
perubahan keluhan yang dirasakan, penilaian IPSS, pemeriksaan laju pancaran urine, maupun volume
residual urine. Jika keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu dipikirkan untuk
memilih terapi yang lain.
Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk : (1) mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai
komponen dinamik atau (2) mengurangi volume prostat sebagai komponen static. Jenis obat yang
digunakan adalah:
1. Antagonis adrenergic reseptor yang dapat berupa:
2. Inhibitor 5 redukstase, yaitu finasterida dan dutasteride
3. Fitofarmaka
Terapi intervensi
Terapi intervensi dibagi dalam 2 golongan, yakni teknik ablasi jaringan prostat atau pembedahan dan
teknik instrumentasi alternative. Termasuk ablasi jaringan prostat adalah : pembedahan terbuka, TURP,
TUIP, TUVP, laser prostatektomi. Sedangkan teknik instrumentasi alternative.interstitial laser
coagulation, TUNA, TUMP, dilatasi balon dan stent uretra. (AUA & ikatan ahli urologi Indonesia &
roehrborn CG)
D. Masalah yang lazim Muncul
1. Gangguan eliminasi urin b.d sumbatan saluran pengeluaran pada kandung kemih : benign
prostatic hyperplasia
2. Nyeri akut b.d agent injuri fisik (spasme kandung kemih)
3. Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan sebagai efek skunder dari prosedur pembedahan
4. Resiko pendarahan b.d trauma efek samping pembedahan
5. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal
6. Retensi urin
7. Ansietas b.d perasaan takut terhadap tindakan pembedahan
E. Discharge Planning
1. Berhenti merokok
2. Biasakan hidup bersih
3. Makan makanan yang banyak mengandung vitamin dan hindari minuaman yang beralkohal
4. Berolahraga secara rutin dan berusaha untuk mengendalikan stress
5. Menilai dan mengajarkan pasien untuk melaporkan tanda tanda hematuria dan infeksi
6. Jelaskan komplikasi yang mungkin BPH dan untuk melaporkan hal ini sekaligus
7. Anjurkan pasien untuk menghindari obat-obatan yang mengganggu berkemih seperti obat
OTC yang mengandung simpatomimetik seperti fenilpropanolamin ingin
8. Mendorong untuk selalu check up
F. Patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai