PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 dalam Bab I Pasal 1 disebutkan
yang dimaksud dengan kesehatan adalah: keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Agar setiap
individu dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis maka harus terbebas dari
berbagai penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan dari berbagai pekerjaan (Entjang,
1993).
kesehatan atau penyakit yang disebabkan oleh pekerjaannya dan penyakit tersebut disebt
sebagai penyakit sebagai penyakit akibat kerja. Menurut Anies (2005) yang dimaksud
dengan penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja yang berupa pajanan berbahaya seperti: infeksi
Salah satu parasit yang menyebabkan gangguan kesehatan akibat pekerjaan pada
sektor pertanian dan pertambangan adalah Nematoda Usus yang penularannya kepada
manusia memerlukan media tanah, kemudian masuk kedalam tubuh melalui saluran
pencernaan dan pori-pori kaki sehingga menimbulkan infeksi yang disebut kecacingan. Di
Universitas Sumatera
Utara
Indonesia kecacingan merupakan penyakit yang banyak terdapat di masyarakat luas.
Hampir sebagian besar masyarakat pernah menderita kecacingan. Penyakit ini dapat
menyerang siapa saja dan hampir semua penderita tidak menyadari bahwa sedang mengidap
kecacingan.
dan perorangan yang sering dijumpai baik di kota maupun di desa di Indonesia. Kecacingan
Indonesia diperkirakan masih ditemukan sebanyak 300 juta kasus penyakit cacingan, seperti
cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing
Penyakit cacingan ini terjadi karena kebersihan personal dan masyarakat yang
masih sangat kurang seperti kurangnya kesadaran pemakaian jamban keluarga dan
sekitar halaman rumah, di bawah pohon, tempat mencuci dan tempat pembuangan sampah
serta pemakaian tinja sebagai pupuk. Hal ini akan memudahkan telur Nematoda Usus yang
Penyakit cacingan dapat ditularkan melalui tangan dan kuku yang kotor serta
menginjak tanpa menggunakan alas kaki shingga akan memudahkan terinfeksi oleh telur
Nematoda Usus dengan menelan telur yang infektif (matang) atau larva menembus pori-
Universitas Sumatera
Utara
pori kaki. Proses telur akan menjadi bentuk infektif terjadi pada tanah liat yang mempunyai
umumnya didapatkan angka prevalensi kcacingan tinggi dan bervariasi. Prevalensi Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang di DKI Jakarta adalah: 4 - 9%, 30 -
- 67%, Yogyakarta adalah : 12 - 85%, 37 - 95%, dan 25 - 77%, Jawa Timur adalah:
16 - 74%, 1 - 14%, dan 2 - 45%, Bali adalah: 40 - 95%, 25 - 95% dan 20 - 70%,
Sumatera Utara adalah: 46 - 75%, 65% dan 20%, Sumatera Barat adalah: 2 - 71%, 6
- 10% dan 20 - 36%, Sumatera Selatan adalah: 51 - 78%, 37% dan 23%, Kalimantan
Selatan adalah: 79 - 80%, 78% dan 82%, Sulawesi Utara adalah: 30 - 72%, 12%
dan 13% (Tjitra, 2005). Survei di Daerah Nanggroe Aceh Darussalam (Tahun 2000)
Menurut Harian Tempo (November, 2005), sebanyak 100 persen pengrajin gerabah
di Pulau Lombok Nusa Tenggara barat (NTB) mengidap cacingan, penyebabnya karena
setiap hari bersentuhan dengan tanah dan pola hidup yang jauh dari standar sehat.
ditemukan prevalensi kecacingan tinggi yaitu 87,3% pada pekerja waduk irigasi dan 24 -
Universitas Sumatera
Utara
Desa Doy adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Ule Kareng Kota
Banda Aceh dengan jumlah penduduk sebanyak 435 kepala keluarga (KK) dan jumlah
penduduk dewasa sebanyak 2606 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1272 orang dan perempuan
1334 orang. Mata pencaharian penduduk di desa ini beragam dan yang paling dominan
adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil, karyawan swasta, wiraswasta dan hanya 30 orang
yang berprofesi sebagi petani. Setelah dilakukan pemeriksaan awal pada penduduk yang
berprofesi sebagai petani maka diperoleh prevalensi Nematoda Usus sebanyak 16,6%.
Desa Doy juga merupakan salah satu daerah industri informal di Kota Banda Aceh.
Salah satunya adalah industri rumah tangga pencetak batu bata. Jumlah produksi batu bata
bisa mencapai 30 juta buah perbulan dan tenaga kerjanya berasal dari sekitar industri yang
terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Pada survei awal terlihat merea bekerja
dengan menggunakan bahan baku dari tanah liat dan pasir yang dikumpulkan di sekitar
industri. Para pekerja bekerja secara manual tanpa menggunakan alat pelindung diri, makan
dan minum di tempat kerja, makan makanan yang telah dihinggapi lalat di tempat kerja,
kondisi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti terdapatnya tinja yang
berserakan di permukaan tanah sekitar tempat kerja dan terdapatnya jamban yang belum
memenuhi syarat kesehatan, sehingga memudahkan terinfeksi telur Nematoda Usus yang
Universitas Sumatera
Utara
1.2 Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja pada saat survei awal, mereka juga
sering merasakan mual, pusing, batuk dan nyeri perut. Dari kondisi tersebut
beberapa di antaranya merupakan gejala cacingan.Perumusan Masalah
melihat apakah pekerja pabrik batu bata di Desa Doy Kecamatan Ule Kareng Banda
Untuk mengetahui prevalensi infeksi Nematoda Usus pada pekerja batu bata
pekerja.
1.4 Hipotesa
APD dan kondisi sanitasi lingkungan kerja dengan infeksi Nematoda Usus
pada pekerja pabrik batu bata di Desa Doy, Kecamatan Ule Kareng, Banda
Aceh.
dan kondisi sanitasi lingkungan kerja dengan infeksi Nematoda Usus pada
pekerja pabrik batu bata di Desa Doy, Kecamatan Ule Kareng, Banda Aceh.
a. Memberikan informasi bagi pekerja batu bata agar lebih memperhatikan perilaku
b. Memberi masukan kepada pemilik usaha batu bata tentang pencegahan infeksi
Nematoda Usus.