Anda di halaman 1dari 8

Penyakit infeksi oleh Bakteri dan Virus

Lisaa M Nanulaitta (102013256)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510, No. Telp (021) 5694-2061
Email: lissa.marischa@gmail.com

Penyakit Penyebab Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan


penunjang
Malaria plasmodium sp Pucak demam 2- -Splenomegaly Pemeriksaan darh
yang terdiri dari 6jam, menggigil Limpa mengalami tepi, pembuatan
4: plasmodium 15-1jam, kongesti,menghitam, preparat darah tebal
falciparum, berkeringat 2- dan mennjadi keras dan tipis dilakukan
karena timbunan untuk melihat
plasmodium 4jam
pigmen eritrosit keberadaan parasite
vivax, parasite dan jaringan dalam darah tepi,
palsmodium ikat yg bertambah. seperti trofozoid
ovale, -anemia . yang berbentuk
plasmodium Derajat anemia cincin
malariae dilihat dari spesies
penyebab, yang
paling berat adalah
karena p. falsiparum
-ikterus.
Disebabkan karena
hemolisis dan
gangguan hepar
Demam Nyamuk aedes Demam, nyeri Gejala pendarahan -Darah: pada DBD
berdarah dengue aegepty dan otot, dan sendi, pada hari ke 3 5 dijumpai
aedes yang biasanya berupa petikae, trombositopenia
albopictus. purpura, ekimosis, dan
memeburuk
melena, epistaksis. hemokonsentrasi.
setelah 2hari -air seni, susmsum
pertama tulang, uji
serologi,

Demam tifoid Salmonella Demam, nyeri Pada pemeriksaan Biakan darah: jika
tiphy kepala, pusing, fisik ditemukan positif memastikan
nyeri otot, mual hanya ditemukan demam tifoid,
muntah, batuk. peningkatan suhu Pemeriksaan
badan widal: 1.
Peningkatan titer
widal empat kali
lipat selama 2-3
mingggu
memasikan
diagnosis demam
tifoid.
2. reaksi widal
dengan titer
antibody O 1: 320
atau titer antibody
H 1: 640
menyokong
diagnosis demam
tifoid pada pasien
Demam disebabkan oleh demam, sakit Gejala diare, Sampel darah milik
chikungunya Alvavirus yang persendian, nyeri perdarahan saluran pengidap sebaiknya
otot, sakit kepala, cerna, refleks diambil pada
ditularkan oleh minggu pertama
kejang dan abnormal, syok
beberapa jenis setelah gejala mulai
penurnan dan koma tidak
nyamuk yaitu terasa. Sampel ini
kesadaran. ditemukan pada
Aedes kemudian diuji
chikungunya. dengan tes serologi
Aegypti, Aedes dan virologi (RT-
albopictus, PCR) di
Culex fatigans laboratorium. Tes
dan Mansonia ELISA (enzyme-
linked
sp. immunosorbent
assays) akan
mengonfirmasi
keberadaan antibodi
yang
mengindikasikan
infeksi chikungunya.
Pada minggu ketiga
hingga kelima
setelah gejala mulai
terasa, antibodi jenis
IgM akan berada
dalam kadar
tertinggi dan akan
tetap sama hingga
dua bulan
selanjutnya

leptospirosis Leptospira Demam yang Ditemukan Pada laboratorium


interogans muncul secara demam, arah normal:
mendadak. bradikardia, nyeri Leukositosis,
Sakit kepala tekan otot, ruam normal, atau seikit
(frontal, occipital, pada menurun disertai
dan temporal). kulit,hepatomegali, gambaran
Nyeri otot. dll. neutrofilia dan
Mata LED meninggi.
merah/Fotofobia. Pada urin dijumpai
Mual dan muntah proteinuria,
leukosituria, dan
sedimen sel toraks
Terdapat
hepatomegaly
maka transaminase
dan bilirubin
meningkat.

Malaria

Definisi penyakit malaria menurut World Health Orgnization (WHO) adalah penyakit
yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh
manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles SPP) betina. Definisi lainnya adalah
suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh agen tertentu yang infektif dengan perantara
suatu vektor dan dapat disebarkan dari satu sumber infeksi kepda host.
Jadi, Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi dan menular yang disebabkan oleh
protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui
gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropik,
misalnya di Amerika, Asia dan Afrika. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau obat yang
efektif bisa menyembuhkan malaria secara total. Penyaki Malaria sangat berbahaya karena dapat
menyerang mulai dari hewan melata, pengerat, primata hingga burung dan manusia.
Di dunia penyakit malaria telah di masukan ke dalam golongan penyakit yang sifatnya
kritis dan perlu penanganan yang serius.tetapi untuk di daerah INDONESIA sendiri..,daerah
yang paling parah akan indikasi dan penularan penyakitnya ialah PAPUA.
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit Malaria antara lain:
Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demam
muncul setiap hari ketiga.
Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap
hari keempat.
Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, penderita mengalami demam tidak
teratur dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan
kematian yang mendadak.
Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak,
mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.

Cara Penularan Malaria


Malaria menular dengan pembawa nyamukAnopheles. Nyamuk betina menggigit pasien
yang menderita malaria. Darah yang diisapnya mengandung virus dan melalui beberapa taraf
perkembangan di dalam tubuh nyamuk hingga akhirnya memasuki kelenjar air liur nyamuk.
Virus bersemayam menunggu kesempatan untuk memasuki aliran darah pada pasien berikut
yang digigit nyamuk pembawa virus yang menularkan sporozoit dari jaringan ludahnya ketika
menggigit ke jaringan darah dan hati. Parasit ini langsung membentuk stadium awal di sel hati,
kemudian ke jaringan darah dan kemudian melanjutkan siklus hidup dalam tubuh nyamuk
dimana sporozoit selanjutnya akan kembali berpindah ke kelenjar liur nyamuk untuk ditularkan
kembali ke manusia. Pada manusia parasit berdiam di hati untuk berubah menjadi merozoites.
Kemudian masuk ke aliran darah, menginfeksi sel darah merah serta berkembang biak.
Masa inkubasi umumnya berlangsung 10-14 hari, kemudian timbul gejala. Namun, bisa
terjadi gejala muncul setahun kemudian.Sel darah yang terinfeksi akan berlekatan dengan
molekul-molekul pada sel endotel di jaringan tubuh manusia dan bila terjadi dalam jumlah
banyak akan terjadi sekuestrasi yakni terhambatnya aliran darah yang membawa oksigen ke
jaringan dan organ tubuh manusia. Kira-kira sepuluh hari pasca gigitan nyamuk, virus malaria
masuk ke dalam aliran darah. Virus kemudian tumbuh dan mengganti semua hemoglobin di
dalam sel darah merah. Meskipun hanya satu virus yang menyerang setiap satu sel, tiap virus
terus berkembang biak. Ketika sel darah pecah, kembali virus dilepaskan untuk memulai
serangan terhadap sel-sel merah yang lain. Siklus itu berlangsung setiap 2 -3 hari.Diagnosis
malaria dipastikan lewat pemeriksaan darah untuk melihat parasit di bawah mikroskop. Hal ini
memerlukan keterampilan petugas laboratorium untuk mendeteksi. Selain itu kini ada
pemeriksaan serologi cepat dengan kromatografi, namun lebih mahal.

Demam berdarah dengue

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam
yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Gejala klinis demam berdarah menunjukkan
demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kecil
kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.
Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa demam disertai ruam-ruam makulopapular.
Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam ringan atau demam
tinggi (>39 derajat C) yang tiba-tiba dan berlangsung selama 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat,
nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah dan ruam-ruam. Bintik-bintik
perdarahan di kulit sering terjadi, kadang kadang disertai bintik-bintik perdarahan di farings dan
konjungtiva.
Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk
kanan dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40-410C dan terjadi kejang
demam pada bayi. Perlu diperhatikan bahwa terjangkitnya Demam Berdarah Dengue tidak selalu
ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah pada kulit. Mendiagnosis secara dini dapat
mengurangi resiko kematian daripada menunggu akut.
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala
prodormal yang tidak khas seperti: nyeri kepala, nyeri tukang belakang, dan persaaan lelah.
Demam berdarah dengue (DBD). Berdasarkan criteria WHO tahun 1997 diagnosis
ditegakkan bila terdapat minimal 2 hal di bawah ini:
Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
Terdapat minimal 1 dari manisvestasi pendarahan berikut:
- Uji bending positif
- Petekie, ekimosis, purpura.
- Perdarahan mukosa ( tersering epitaksis, atau pendarahan gusi), pendarahan dari tempat
lain
- Hematemesis atau melena
Trombositoprenia (jumlah trombosit < 100.000/L)
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut:
- Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
- Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan niali
hematokrit sebelumnya.
- Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
Dari keterangan di atas terlihat bahwa, perbedaan utama antara DD dan DBD adalah pada
DBD ditemukan adanya kebocoran plasma. Selain itu perbedaan yang paling utama adalah pada
demam dengue tidak ditemukan manifestasi perdarahan pada pasien. Pada kulit pasien dengan
demam dengue hanya tampak ruam kemerahan saja sementara pada pasien demam berdarah
dengue akan tampak bintik bintik perdarahan. Selain perdarahan pada kulit, penderita demam
berdarah dengue juga dapat mengalami perdarahan dari gusi, hidung, usus dan lain lain
Derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut:
1. Derajat I (ringan), terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain yang
tidak spesifik, dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji turniket yang positif atau
mudah memar.
2. Derajat II (sedang), gejala yang ada pada tingkat I ditambah pula dengan perdarahan kulit dan
manifestasi perdarahan lain dengan ditandai oleh denyut nadi yang cepat dan lemah,
hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan penderita gelisah.
3. Derajat III, ditemukan tanda-tanda renjatandan pendarahan spontan Pendarahan bisa terjadi di
kulit atau tempat lain.
4. Derajat IV, syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diperiksa,
hal ini biasaq disebut dengue shock syndrome atau biasa disingkat DSS. Fase kritis pada
penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. Setelah demam selama 2 - 7 hari, penurunan
suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi darah. Penderita berkeringat,
gelisah, tangan dan kakinya dingin, dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi.
Diagnosis klinis perlu disokong pemeriksaan serologi. Serologi dan reaksi berantai
polymerase tersedia untuk memastikan diagnose demam berdarah jika terindikasi secara
klinis.
Demam Tifoid

Pada demam tifoid terdapat gejala yang mirip dengan demam berdarah yaitu adanya
gejala demam, nyeri otot, mual, muntah, dan batuk. Selain itu juga dapat ditemukan
hepatomegali dan gangguan kesadaran berupa berupa somnolen hingga koma. Namun ciri khas
dari demam tifoid ialah ditemukan lidah tifoid yaitu lidah yang kotor di tengah, tepi dan ujung
merah. Selain itu pada demam tifoid tidak ditemukan adanya bercak-bercak merah seperti pada
demam berdarah. Pada demam tifoid tidak dapat ditemukan gejala panas yang naik turun yang
sangat khas pada demam berdarah. Untuk lebih spesifiknya pada demam tifoid ditemukan
biakan tinja positif Salmonella typhi. Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari. Gejala
gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik
hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan pada suhu badan meningkat. Sifat demam
adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu
kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relative, lidah yang
berselaput, hematomegali, splenomegaly, koma, delirium atau psikosis. Roseolae jarang
ditemukan pada orang Indonesia.

Demam Chikungunya
Chikungunya adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini terdapat di daerah tropis, khususnya di perkotaan wilayah Asia, India, dan Afrika
Timur. Masa inkubasi diantara 2-4 hari dan bersifat self-limiting dengan gejala akut (demam
onset mendadak (>40C,104F), sakit kepala, nyeri sendi (sendi-sendi dari ekstrimitas menjadi
bengkak dan nyeri bila diraba, mual, muntah,, nyeri abdomen, sakit tenggorokan, limfadenopati,
malaise, kadang timbul ruam, perdarahan juga jarang terjadi) berlangsung 3-10 hari. Gejala
diare, perdarahan saluran cerna, refleks abnormal, syok dan koma tidak ditemukan pada
chikungunya. Sisa arthralgia suatu problem untuk beberapa minggu hingga beberapa bulan
setelah fase akut. Kejang demam bisa terjadi pada anak. Belum ada terapi spesifik yang tersedia,
pengobatan bersifat suportif untuk demam dan nyeri (analgesik dan antikonvulsan).

Leptospirosis
Leptospirosis tersebar di seluruh dunia, disemua benua kecuali benua Antartika, namun
terbanyak didapatai di daerah tropis. Leptospira bisa terdapat pada binatang piaraan seperti
anjing, babi, lembu, kuda, kucing, marmut atau binatang binatang pengerat lainnya seperti
tupai, musang, kelelawar dan lain sebagainya. Di dalam tubuh binatang tersebut, leptospira hidup
di dalam ginjal/ air kemihnya. Tikus merupakan vektor yang utama dari L. icterohaemorrhagica
penyebab leptospirosis pada manusia. Dalam tubuh tikus, leptospira akan menetap dan
membentuk koloni serta berkembang biak di dalam epitel tubulus ginjal tikus dan secara terus
menerus dan ikut mengalir dalam filtrat urine. Penyakit ini bersifat musiman, di daerah beriklim
sedang masa puncak insidens dijumpai pada musim panas dan musim gugur karena temperatur
adalah faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup leptospira, sedangkan di daerah tropis
insidens tertinggi terjadi selama musim hujan.

Masa inkubasi 2 - 26 hari, biasanya 7 - 13 hari dan rata-rata 10 hari. Terdapat dua fase
penyakit yang khas pada Leptospirosis yaitu, Fase leptospiremia dan Fase imun.

Fase Leptospiremia
Fase ini ditandai dengan adanya leptospira didalam darah dan cairan serebrospinal,
berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal adalah:
o Sakit kepala di bagian frontal
o Rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang disertai
nyer tekan
o Myalgia yang diikuti dengan hiperestesi kulit
o Demam tinggi yang disertai menggigil
o Mual tanpa atau disertai muntah
o Diare
Pada pemeriksaan keadaan sakit yang berat, bradikardi relative dan ikterus (50%). Pada
hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya konjungtiva suffusion dan fotofobia. Pada kulit terdapat rash
yang berbentuk makular, makulopapular atau urtikaria. Kadang-kadang dijumpai splenomegali,
hepatomegali serta limfadenopati. Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika cepat di tangani pasien
akan membaik, suhu akan kembali normal, penyembuhan organ-organ yang terlibat dan
fungsinya kembali normal 3-6 minggu onset.
Pada keadaan sakit yang lebih berat demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas demam
selama 1-3 hari, setelah itu kembali demam. Keadaan ini disebut fase kedua atau fase imun.

Fase Imun
Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dapat timbul demam yang mencapai
suhu 40C disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang menyeluruh pada
leher, perut, dan otot-otot kaki terutama otot betis. Terdapat perdarahan terutama epistaksis,
gejala kerusakkan pada ginjal dan hati, uremia, ikterik. Perdarahan paling jelas terlihat pada fase
ikterik, purpura, ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi merupakan manifestasi perdarahan yang
paling sering. Conjungtiva injection dan konjungtival suffusion dengan ikterus merupakan tanda
patognomosis untuk leptosprosis.
Terjadi meningitis merupakan tanda pada fase ini, walaupun hanya 50% gejala dan tanda
meningitis, tapi pleositosis pada CSS dijumpai pada 50-90% pasien. Tanda-tanda meningeal
dapat menetap dalam beberapa minggu, tetap biasanya menghilang setelah 1-2 hari. Pada fase ini
leptospira dapat dijumpai dalam urin.
Sindrom Weil
Sindrom Weil adalah bentuk Leptospirosis berat ditandai jaundis, disfungsi ginjal,
nekrosis hati, disfungsi paru-paru, dan diathesis perdarahan. Kondisi ini terjadi pada akhir fase
awal dan meningkat pada fase kedua, tetapi bisa memburuk setiap waktu.
Kriteria penyakit Weil tidak dapat didefinisikan dengan baik. Manifestasi paru meliputi
batuk, kesulitan bernafas, nyeri dada, batuk darah, dan gagal napas. Disfungsi ginjal dikaitkan
dengan timbulnya jaundis 4-9 hari setelah gejala awal. Penderita dengan jaundis berat lebih
mudah terkena gagal ginjal, perdarahan dan kolaps kardiovaskular. Kasus berat dengan
gangguan hati dan ginjal mengakibatkan kematian sebesar 20-40 persen yang akan meningkat
pada lanjut usia.

Anda mungkin juga menyukai