Anda di halaman 1dari 9

NAMA : I PUTU AGUS ANDRE PRATAMA

NIM : 1508505059

UJIAN AKHIR SEMESTER FARMASI FISIKA


Buatlah uraian penjelasan menurut pemahaman farmasi fisikaberdasarkan kondisi
berikut ini:
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat yang tidak
melarut/kelarutan rendah dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa
yang ditetapkan.

1. Jelaskan fenomena difusi dalam kaitannya dengan adsorpsi sediaan suspensi


tersebut melewati sebuah membran! Gambarkan sebuah contoh kondisi tunak
jaringan yang mungkin terjadi dalam proses tersebut!
Jawab.
Fenomena difusi memiliki kaitan yang sangat erat terhadap
penyerapan/absorpsi obat (suspensi) melewati membran biologis. Pada saat obat
mengalami kontak dengan tubuh melalui rute pemerian yang berbeda-beda maka
akan terjadi pelepasan zat aktif sehingga dapat diabsorpsi melewati membran
biologis. Mekanisme dari absorpsi zat aktif tersebut adalah melalui difusi pada
permukaan membran baik dengan cara difusi pasif maupun difusi aktif. Difusi
melalui membran biologis merupakan langkah penting bagi obat untuk memasuki
(absorpsi) atau meninggalkan (eliminasi) tubuh. Difusi dapat terjadi melalui sel-
sel lipid dua lapis (lipoidal bilayer). Difusi paraseluler terjadi melalui ruang
antarsel yang berdekatan.
Difusi adalah suatu proses migrasi molekul zat terlarut dari konsentrasi tinggi
ke konsentrasi yang lebih rendah dan dibawa oleh gerakan molekul acak. Gerakan
ini didasarkan pada kecepatan energi kinetik, muatan, dan massa molekul. Difusi
didefinisikan sebagai suatu proses transfer massa molekul dari zat yang dibawa
oleh gerakan molekul acak dan berhubungan dengan gaya penggerak seperti
gradien konsentrasi.
Pada percobaan difusi, larutan dalam kompartemen reseptor secara konstan
dikeluarkan dan diganti dengan pelarut baru untuk menjaga supaya konsentrasi
berada pada tingkat yang rendah. Kompartemen sebelah kiri merupakan sumber
dan kompartemen sebelah kanan merupakan penampung.

Gambar tersebut menggambarkan difusi tunak melalui suatu selaput tipis


dengan ketebalan h. Gradien konsentrasi difusan melintasi diafragma sel difusi.
Kurva konsentrasi normal jika naik atau turun dengan tajam pada batas barrier
karena umumnya C1 berbeda dari Cd, dan C2 berbeda dengan Cr. Koefisien difusi
dianggap konstan karena larutan pada kedua sisi selaput encer. Konsentrasi pada
kedua sisi selaput, Cd dan Cr, dijaga konstan dan kedua sisi diaduk dengan baik.
Difusi terjadi dengan arah dari konsentrasi yang lebih tinggi (Cd) ke konsentrasi
yang lebih rendah (Cr). Setelah waktunya cukup, keadaan tunak dicapai dan
konsentrasi menjadi konstan pada seluruh titik dalam selaput.

Gambar tersebut menggambarkan difusi menembus selaput tipis. Molekul


zat terlarut berdifusi dari konsentrasi lebih tinggi yang tercampur dengan baik,
C1, menuju konsentrasi lebih rendah yang tercampur dengan baik, C2.
Konsentrasi pada kedua sisi selaput dijaga konstan. Pada keadaan tunak,
konsentrasi tetap sama pada semua titik dalam selaput.

2. Jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan sistem


dispersi antara molekul obat dan cairan pembawa!
a. Pemakaian pembawa dalam sistem dispersi
Pemakaian pembawa pada sistem dispersi padat memberikan pengaruh pada
obat yang terdispersi, pembawa yang sukar larut dalam air (hidrofobik) akan
menyebabkan pelepasan obat menjadi diperlambat, sedangkan pembawa yang
mudah larut dalam air (hidrofilik) akan mempercepat pelepasan obat dari matriks.
Oleh karena itu dengan memodifikasi pembawa dapat dirancang untuk sediaan
dengan pelepasan dipercepat atau diperlambat dalam sistem dispersi padat
b. Metode pembuatan
Dispersi padat didefenisikan sebagai sistem dispersi satu atau lebih bahan
aktif ke dalam suatu pembawa atau matriks inert dalam kondisi padat, yang dibuat
dengan cara peleburan, pelarutan, atau kombinasi dari peleburan dan pelarutan,
dimana masing-masing metode ini memiliki keuntungan dan kerugian masing-
masing dan disesuaikan dengan sifat bahan dan matriks yang akan didispersikan.
Metode yang digunakan diharapkan dapat mencampur matriks dan obat sampai
tingkat molekuler.
c. Ukuran partikel.
Ukuran partikel sangat erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi. Hubungan antara ukuran
partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan
antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier.
Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam
volume yang sama) .Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya
tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel pada poses pembuatan suspensi.

d. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut,
makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan
aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel
yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan,
gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu
diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang sehingga viskositas dalam suspense pada proses pembuatan
harus diatur sedemikian rupa.
e. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar , maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi
benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya
endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin
besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat
sehingga jumlah/ konsentrasi partikel harus diatur sedemikian rupa pada proses
pembuatan suspensi.
f. Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang
sukar larut/ terdispersi dalam cairan tersebut. Stabilitas fisik suspensi
farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami
agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap partikel tersebut
akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang
mengendap kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk
membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini
disebut caking.Sehingga perlu dianalisa terlebih dahulu apakah antara bahan yang
digunakan terjadi reaksi yang menyebabkan bahan menjadi sukar
larut/terdistribusi dalam cairan tersebut sehingga menyebabkan caking.

3. Jelaskan fenomena disolusi yang terjadi bila sediaan diberikan secara oral !
Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran cerna,
obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari awalnya berasal dari bentuk
padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga
mengalami disintegrasi menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami
pemecahan menjadi partikel-partikel halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi
bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk
dimana obat tersebut diberikan. Mekanisme disolusi, tidak dipengaruhi oleh
kekuatan kimia atau reaktivitas partikel-partikel padat terlarut ke dalam zat cair,
dengan mengalami dua langkah berturut-turut:
a. Larutan dari zat padat pada permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap
atau film disekitar partikel
b. Difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat cair
Pada waktu suatu partikel obat mengalami disolusi, molekul-molekul obat pada
permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu lapisan jenuh
obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat. Lapisan larutan ini
dikenal sebagai lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat
keluar melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membrane biologis
serta absorbsi terjadi. Jika molekul-molekul obat terus meninggalkan larutan
difusi, molekul-molekul tersebut diganti dengan obat yang dilarutkan dari
permukaan partikel obat dan proses absorbsi tersebut berlanjut.

Disolusi obat yang diberikan secara oral :

Tablet, kapsul, serbuk

Disintegrasi
Obat di dalam darah
Obat dalam larutan
Granul/ agregat
BDisolusi Absorpsi cairan tubuh/ jaringan

Deagregasi
Partikel-partikel halus

4. Jelaskan koefisien partisi yang mempengaruhi bioavailabilitas obat di sistemik


(peredaran darah)!
Koefisien partisi merupakan suatu perbandingan kadar obat dalam lipid dan
kadar obat dalam air setelah terjadi kesetimbangan. Koefisien partisi berpengaruh
pada proses dissolusi maupun permeasi. Umumnya semakin besar koefisien
partisi obat semakin sulit larut dalam air sehingga disolusi akan lambat,
sebaliknya semakin kecil koefisien partisi semakin sulit larut dalam lipid sehingga
permeasi menjadi lambat. Maka absorbsi obat akan baik jika koefisien partisi
optimal, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Jika terlalu kecil maka permeasi
akan menjadi rate limiting step-nya, sedangkan jika terlalu besar maka dissolusi
akan menjadi rate limiting step-nya.

5. obat tersebut dilarutkan dalam cairan pembawa sebanyak 60 mL. sediaan


mengandung 500 mg zat aktif tiap ml. setelah 40 hari dianalisis ternyata
mengandung 400 mg tiap ml. laju reaksi dekomposisi mengikuti orde 1. Hitunglah
t1/2 dan waktu simpan dari obat tersebut!

Jawab:

2,303 Co
k= x log
t C
2,303 500
k= x log
40 400
2,303
k= x 0,0969
t
k = 5,58x10-3
0,693 0,105
t= t90 =
k k
0,693 0,105
t = 5,58x10 - 3 t90 = 5,58x10 - 3
t = 124,2 hari t90 = 18,103 hari
Batas waktu simpan adalah keadaan dimana zat aktif obat
mencapai 90% dari kadar awalnya (t90). Jadi batas waktu simpan
obat tersebut adalah 18,103 hari

6. Tentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi dari pengukuran dekomposisi
senyawa aktif berikut.

t(menit) konsentrasi
0
57.9
5 50.4
10 43.9
25 29.1
45 6.7
65 9.6

Jawab:

Orde reaksi ditentukan berdasarkan nilai r2 terbesar dari data tersebut.

t(menit) orde 0 orde 1 (lnC) orde 2 (1/c)


(C)
0
57.9 4.058717 0.017271
15 50.4 3.919991 0.019841
30 43.9 3.781914 0.022779
45 29.1 3.370738 0.034364
60 6.7 1.902108 0.149254
90 9.6 2.261763 0.104167
Dari data tersebut didapatkan nilai r terbesar adalah di orde o. oleh sebab itu
reaksi dekomposisi tersebut mengikuti orde 0.
Konstanta laju reaksi orde 0 adalah slop = -k
Slop dari grafik orde 0 adalah -0,7988. Jadi konstanta laju reaksi adalah 0,7988

Anda mungkin juga menyukai