Anda di halaman 1dari 5

CARA PARASIT BERTAHAN PADA TUBUH HOST

Parasit Entamoeba histolytica bertahan hidup pada tubuh host dengan cara
berkembang biak atau memperbanyak diri dengan cara belah pasang.Trofozoit kerap mengalami
enkistasi (merubah diri menjadi bentuk kista). Bentuk trofozoit ini memperbanyak diri dengan
cara belah pasang. Selanjutnya dalam usus besar, Entamoeba histolytica ini dapat:
a. Hidup di lumen usus besar tanpa invasi
Entamoeba histolyticakemungkinan dapat menetap pada epitel usus tanpa melakukan
invasi akibat jumlah parasit yang sedikit, atau jika usus hipermotil (Natadisastra, 2009).
b. Menjadi kista (enkistasi)
Enkistasi terjadi akibat adanya penyerapan air pada usus besar sehingga isi usus makin ke
distal makin bertambah kental. Hal ini merupakan ancaman bagi kehidupan parasit
sehingga diperlukan perubahan dari trofozoit menjadi kista yang lebih resisten.
c. Menginvasi jaringan hospes
Invasi dilakukan dengan cara menempel pada lumen usus dan menyebabkan lesi sehingga
amoeba bisa masuk kedalam sirkulasi darah dan masuk ke dalam jaringan-jaringan tubuh
lain seperti: hati, paru-paru, dan otak, tempat dimana mereka bisa membentuk abses yang
mengancam hidup hostnya.(Zaman, 1997).

SIKLUS HIDUP
Siklus hidup dari parasit Entamoeba histolytica ini tidak memerlukan host intermediate.
Penularan hanya dapat dapat terjadi pada bentuk kista matang.Siklus hidup dimulai dari saat
manusia mengkonsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi parasit ataupun
terkontaminasi oleh kotoran manusia. Setelah makanan tersebut masuk ke dalam lambung
parasit yang ikut tercerna akan tahan terhadap keadaan asam lambung. Parasit ini akan
terbawa oleh isi usus dan sampai di usus besar. Karena di dalam usus besar terjadi
penyerapan air, hal tersebut merupakan ancaman untuk parasit. Sehingga parasit melakukan
perubahan yang disebut eksitasi yang terjadi di usus besar. Dalam pertumbuhannya parasit ini
mengeluarkan enzim proteolytic yang melisiskan jaringan disekitarnya. Kemuadian jaringan
yang mati tersebut diabsorpsi dan dijadikan makanan oleh parasit tersebut. Parasit ini akan
menginvasi dan menjalar dari jaringan yang mati ke jaringan yang sehat. Sehingga lesi yang
ditimbulkan akan semakin luas dan semakin dalam. Parasit kemudian menyebar melalui cara

percontinuitatum, hematogen ataupun lymphogen dan mengadakan metastase ke organ-organ


lain sehingga menimbulkan amoebiasis di organ-organ tersebut (Natadisastra, 2009).
Trofozoit berkembang biak dengan cara membelah diri. Trofozoit ada dalam bentuk sebagai
berikut:
1. Bentuk histolitika
Bentuk ini bersifat pathogen dan dapat hidup di beberapa jaringan seperti di usus
besar, hati, paru-paru, kulit dan vagina. Perkembangbiakan pada bentuk ini dengan
cara belah pasang pada jaringan tersebut (Gandahusada dkk., 1998).
2. Bentuk minuta
Trofozoit bentuk ini akan berkembang menjadi kista. Dalam usus besar, trofozoit
bentuk minuta ini mengadakan pematangan. Kemudian trofozoit mengalami masa
peralihan dari trofozoit menjadi kista yang disebut dengan prekista.

Prekista

mengadakan cystasi membentuk kista berinti satu, membelah kembali menjadi kista
berinti dua dan membelah lagi menjadi kista berinti empat. Kista berinti empat ini
yang kemudian dikeluarkan bersama-sama dengan feses. Apabila feses dalam usus
besar konsistensinya padat maka, trofozoit bentuk minuta langsung akan terbentuk
menjadi kista dan dikeluarkan bersama feses, sementara apabila konsistensinya cair
maka, pembentukan kista terjadi diluar tubuh dan akan mengalami pematangan
dilingkungan (Gandahusada dkk., 1998).
3. Bentuk Kista
Bentuk kista dibentuk rongga usus besar, dengan ukuran 10-20 mikron, berbentuk
bulat lonjong, mempunyai dinding kista dan terdapat inti Entamoeba histolytica.
Dalam tinja bentuk ini biasanya berinti 1 atau 4, kadang kadang terdapat yang
berinti 2. Di endoplasma terdapatbenda kromatoid yang besar, menyerupai lisong dan
terdapat juga vakuol glikogen. Benda kromatoid dan vakuol glikogen dianggap
sebagai makanan cadangan, karena itu terdapat pada kista muda. Pada kista matang,
kromatid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada lagi. (Staf Pengajar FK UI, 2008).

PATOLOGI

Entamoeba histolytica merupakan parasit patogen yang habitatnya di dalam intestinal yang
dapat menimbulkan gejala intestinal. Akan tetapi, ternyata parasit ini dapat tersebar
ekstraintestinal yang dapat menimbulkan kelainan (Natadisastra, 2009).
1. Amebiasis Intestinal
Invasi parasit ini dimulai melalui kripta usus diikuti dengan pembentukan ulkus primer.
Ulkus ini dapat sembuh sempurna, dapat meninggalkan bekas yang menetap, ataupun dapat
terjadi penyebaran pada lapisan mukosa dan pada lapisan yang lebih dalam.

Jika

diperhatikan, ulkus ameba ini mempunyai bentuk yang khas, antara lain lubang ulkus
irregular, ulkus berbentuk seperti botol, yaitu lubang luar kecil sedangkan bagian dalam lebih
besar, dinding menggaung, pada dasar ulkus terdapat jaringan nekrotik yang mengalami lisis
seperti agar. Tampak perubahan histologi seperti histolisis, trombosis kapiler, infiltrasi sel
bulat, dan nekrosis. Jika invasi berlanjut dapat menembus tunika serosa sehingga terjadi
perforasi, perdarahan, berlanjut dengan peritonisis (Natadisastra, 2009).
2. Amebiasis Ekstraintestinal
Invasi dapat terjadi pada pembuluh darah sehingga dapat timbul penyebaran ke organ di
luar usus melalui aliran darah. Trofozoit dari jaringan usus dapat dibawa ke organ ekstra
intestinal melalui vena porta. Yang paling sering terlibat adalah hepar dimana menyebabkan
hepatitis atau abses lokal. Abses dapat menyebar ke organ terdekat per kontinuitatum atau
parasit dari abses dapat dibawa ke jaringan lain melalui sistem sirkulasi darah (Zaman,
1997).
Hati membesar dan terasa nyeri yang akan diikuti terbentuknya abses yang dapat
membesar dengan ukuran bermacam-macam. Pada infeksi akut, perusakan jaringan hati
terjadi dengan cepat, biasanya abses tidak berdinding, berlainan dengan infeksi kronis yang
dibentuk dinding abses. Perluasan abses hati (secara perkontinuitatum) dapat menimbulkan
abses subdiafragma yang dapat meluas ke sebelah atas menembus diafragma dan terjadi
abses paru-paru yang merupakan urutan kedua setelah abses hati. Lesi kulit dapat terjadi
akibat pembentukan fistel dari usus dan hati. Daerah kulit yang sering mengalami lesi adalah
daerah perianal, dinding abdomen (daerah kolon atau appendiks), penis akibat persetubuhan
anal, dan vulva (berasal dari anus). Penyebaran ke organ lain dapat terjadi, yaitu ke otak,
limpa, vagina, prostat, dan sebagainya. Penyebaran ke organ lain ini jarang terjadi. Abses
otak terjadi akibat penyebaran hematogen dari hati atau paru (Natadisastra, 2009).
GEJALA KLINIS

Masa akut penderita yang diserang Entamoeba histolytica terjadi pada masa inkubasi
antara 1-14 minggu, yang ditandai dengan disentritri berat, feses sedikit berdarah, nyeri dan
demam, dehidrasi, toksemia, kelemahan badan Nampak nyata, pemeriksaan jumlah leukosit
berkisar antara 7.000-20.000/mm dan ditemukannya bentuk trofozoit pada feses encer penderita
(Muslim, 2005).
Gejala klinis yang terjadi bergantung pada invasi Entamoeba histolytica, dan dapat
dikelompokan sebagai berikut :
1. Amebik diare. Merupakan gejala yang paling banayk sekitar 50%, dengan sifat diare
yang sering, terutama berisi mukosa dan darah (jumlah feses hanya sedikit), kadang dapat
terjadi obstipasi.
2. Amebic disentri. Gejalanya defekasi sering, ada demam, ada tenesmus, feses terdiri dari
sel mukosa dan darah.
3. Amebic apendisitis. Perosesnya akut/krooni, tanpa ada demam, pemberian antibiotika
tidak efektif, merupakan kontra-indikasi untuk operasi.
4. Amebic pada sekum dan kolon asendens. Amebic ini menimbulkan peradangan pada
sekum dan kolon asendens.
5. Amebic granuloma. Terjadi karena adanya penebalan pada dinding kolon akibat
amebiasis kronis, biasanya terjadi di sekum sampai rectum dan ini harus dibedakan
dengan kersinoma.
6. Amebic abses. Merupakan proses ekstra-intestinal (amebic hepatis) dengan gejala nyeri
pada epigastrum kanan, penderita berjalan membungkuk, ada demam, malaise, kadangkadang disertai icterus.
7. Amebic kulit. Menunjukkan gejala kulit tampak kemerahan, adanya ekstraksi yang
berwarna coklet kehijauan. Jika terjadi infeksi sekunder, pemeriksaan secret akan steril.
8. Amebiasis vagina. Terdapat flour albus dan ulkus pad labia mayora, keadaan ini harus
dibedakan dengan penyakit lues (Muslim, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada, S., Iiahude, H.D., dan Pribadi, W. 1998. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Muslim, H. M. 2005. Parasitologi Untuk Keperawatan. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC.
Natadisastra, D., Ridat Agus. 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau Dari Organ Tubuh Yang
Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Staf Pengajar UI. 2008. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Parasitologi FKUI.
Zaman, V. 1997. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai