Anda di halaman 1dari 3

[JAMBI] KASUS PENCEMARAN

Beberapa rumah sakit di Kota Jambi tidak melakukan pengolahan dan


pembuangan limbah dengan baik. Akibatnya limbah cair dan padat rumah sakit
mencemari beberapa wilayah permukiman penduduk. Beberapa rumah sakit di
Kota Jambi juga diduga tidak memiliki unit pengolahan limbah (UPL) dan
analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).

Hal tersebut dikatakan Ketua Komisi III DPRD Provinsi Jambi, Chumadi Zaidi
kepada wartawan di Jambi, Selasa (1/3) terkait pengaduan warga Kota Jambi
terhadap pencemaran lingkungan akibat limbah rumah sakit.

Menurut Chumadi, pembuangan limbah cair dan padat rumah sakit di Kota
Jambi semakin meresahkan warga. Limbah rumah sakit tersebut menimbulkan
bau tak sedap, mencemari lingkungan dan dikhawatirkan mengancam
kebersihan air sumur warga. Pencemaran lingkungan itu tak terhindari karena
letak rumah sakit yang berada di tengah permukiman warga seperti Rumah
Sakit Kambang dan Arafah.

Chumadi mengatakan, pihaknya akan segera turun ke lapangan mengkaji


kembali Amdal rumah sakit di Kota Jambi. Kita juga akan memeriksa ke mana
limbah rumah sakit dibuang. Sangat berbahaya kalau limbah rumah sakit
dibuang di sekitar permukiman penduduk, katanya.

Menurut Chumadi, pihaknya juga akan melakukan pemeriksaan pemberian izin


pendirian rumah sakit di permukiman penduduk Kota Jambi karena limbahnya
berbahaya. DPRD Provinsi Jambi juga akan memanggil Pemerintah Kota Jambi
dan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi untuk melihat
izin dan Amdal rumah sakit di tengah permukiman penduduk. Rumah sakit
seharusnya tidak boleh berada di tengah-tengah pemukiman warga. Limbahnya
sangat berbahaya bagi masyarakat sekitar. Tetapi di Kota Jambi, beberapa
rumah sakit berdiri di tengah-tengah pemukiman warga,katanya
PEMBAHASAN

Departemen Kesehatan sebagai induk organisasi pelayanan kesehatan melalui


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, mengatur penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit
sesuai dengan persyaratan kesehatan termasuk pengelolaan limbah medis padat. Dalam
Keputusan Menteri Kesehatan tersebut dijelaskan bahwa limbah medis padat adalah limbah
padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah
dengan kandungan logam berat.

Ruang lingkup kesehatan lingkungan sesuai Permenkes 1204 tahun 2004 antara lain :
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit.
2. Hygiene sanitasi makanan dan minuman.
3. Penyehatan air.
4. Pengelolaan limbah.
5. Penyehatan tempat pencucian linen (laundry).
6. Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu.
7. Dekontaminasi melalui sterilisasi dan disinfeksi.
8. Pengamanan dampak radiasi.
Pengelolaan limbah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap
limbah mulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan, penyimpanan serta
tahap pengolahan akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan.

Pasal 60 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) mengatur sebagai berikut : Setiap orang
dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin.
Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau memasukkan
limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan
persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu. Setiap orang yang melakukan
dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin di atas dipidana
dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak Rp3 miliar.

Adanya Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 Tentang Analisis Dampak


Lingkungan, merupakan suatu terobosan baru yang memungkinkan setiap Rumah Sakit yang
terkena wajib AMDAL (Rumah Sakit dengan kapasitas lebih dari 400 tempat tidur ) dapat
melaksanakan dengan baik. Sedangkan bagi yang tidak wajib AMDAL dapat
melaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi Rumah Sakit tetapi masih memenuhi
persyaratan sanitasi lingkungan yang baik.

AMDAL adalah salah satu studi yang mengidentifikasi, memprediksi, menginterpretasi


dan mengkomunikasikan pengaruh dari suatu kegiatan manusia terhadap lingkungan. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 dikenal istilah Analisis mengenai Dampak
Lingkungan yang disingkat dengan AMDAL yang berarti hasil studi mengenai dampak
penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan.

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 24 tahun 2016


tentang persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit juga dijelaskan persyaratan
lokasi rumah sakit dimana bangunan rumah sakit harus diselenggarakan pada lokasi yang
sesuai dengan peruntukannya yang diatur dalam ketentuan tata ruang dan tata bangunan
daerah setempat.

Anda mungkin juga menyukai