Anda di halaman 1dari 5

1.

Landasan Teori

Rhesus

Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor
Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki
faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.

a) Orang Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan


dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes
dengan anti-Rh (antibodi Rh).
b) Orang Rh-negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan
dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti-
Rh (antibodi Rh).

Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor
dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh- dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap
antigen Rh (D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang
pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat
kehamilan.

Permintaan darah harus diberikan darah yang cocok bagi orang sakit. Yang dimaksud
dengan cocok adalah yang sama golongan ABO-nya. Tetapi kadang-kadang walaupun sudah
sama golongan ABO-nya, masih terdapat ketidakcocokan, yang disebabkan oleh golongan
darah lain, yaitu golongan Rhesus. Misalnya: Orang sakit yang mempunyai golongan A
Rhesus negatif harus dicarikan golongan A Rhesus negatif lagi. Mendapatkan darah yang
cocok untuk golongan A-nya saja, dapat dicari diantara kita, karena golongan darah ini
mempunyai frekuensi yang cukup besar diantara orang Indonesia. Apabila yang dicari adalah
golongan A Rhesus negatif, inilah yang sulit dicari, karena hampir semua orang Indonesia
mempunyai golongan Rhesus positif. Menurut kepustakaan hampir 100% orang Indonesia
adalah Rhesus positif. Tetapi pada orang-orang di negara Eropa dan Amerika, rhesus negatif
banyak ditemui.
Cara seseorang mendapatkan immunisasi antigen golongan darah adalah:

1. Transfusi darah

Seseorang yang mempunyai golongan Rhesus negatif ditransfusi dengan golongan Rhesus
positif, pada orang itu dapat berbentuk zat anti atau antibody, yaitu anti-D.

Kasus ini misalnya pada seorang perempuan Rh- yang kerena sesuatu hal harus ditolong
dengan transfusi darah. Darah donor kebetulan Rh+, berarti mengandung antigen-Rh.
Antigen- Rh ini akan dipandang sebagai protein asing sehingga perempuan itu akan distimulir
membentuk anti-Rh. Serum darah perempuan yang semula bersih dari anti-Rh akan
mengandung anti-Rh. Anti-Rh akan terus bertambah jika transfusi dilakukan lebih dari sekali.
Anti-Rh akan membuat darah yang mengandung antigen-Rh menjadi menggumpal sehingga
perempuan Rh- tersebut tidak bisa menerima darah dari orang Rh+. Orang Rh- harus selalu
ditransfusi dengan darah Rh-. Seseorang yang akan melakukan transfusi sebaiknya selain
memeriksa golongan darah dengan sistem ABO juga harus memeriksakan faktor Rhnya.

2. Kehamilan

Wanita yang mempunyai golongan Rhesus negatif, menikah dengan laki-laki yang
mempunyai golongan Rhesus positif, kemudian hamil bayi golongan Rhesus positif, pada
wanita tersebut dapat berbentuk zat anti atau antibody, yaitu anti-D.

Kasus ini bisa terjadi misalnya seorang perempuan Rh- (genotiprr) menikah dengan laki-laki
Rh+ (bergenotiphomozigotik RR) dan perempuan tersebut hamil. Janin dari pasangan ini
tentunya akan bergolongan darah Rh+ (genotip Rr) yang diwarisi dari ayahnya. Sebagian
kecil darah janin yang mengandung antigen-Rh tersebut akan menembus plasenta dan masuk
kedalam tubuh ibunya. Serum dan plasma darah ibu distimulir untuk membentuk anti-Rh
sehingga darah ibu yang mengalir kembali ke janin mengandung anti-Rh. Anti- Rh ini akan
merusak sel darah merah janin yang mengandung antigen- Rh sehingga janin akan
mengalami hemolisis eritrosit. Hemolisis eritrosit akan menghasilkan bilirubin indirek yang
bersifat tidak larut air tetapi larut lemak dan tentunya akan meningkatkan kadar bilirubin
darah janin. Peningkatan ini dapat menyebabkan ikterus patologis yaitu suatu keadaan
dimana kadar bilirubindarah janin. Peningkatan ini dapat menyebabkan ikterus patologis
yaitu suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi menimbulkan kernikterus bila tidak segera ditangani. Kernikterus
merupakan suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama
pada korpus striatum, talamus, nukleus sub talamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus
pada dasar ventrikulus IV. Bayi yang mengalami kernikterus biasanya mengalami kuning
disekujur tubuhnya.

KEGUNAAN PEMERIKSAAN RHESUS

a) Antigen D merupakan antigen yang kuat (ganas), cepat membentuk anti D penyebab
reaksi Hemolitik yang hebat dan penyakit HDN pada bayi.
b) Anti D yang telah terbentuk dalam tubuh akan neradabetahun- tahun didalam tubuh,
sangat berbahaya bila tidak diperiksa Rh nya ketika akan ditransfusi bahkan akan
menyebabkan kematian.
c) Sesudah antigen D, antigen Rh lain yang perlu diperhatikan yaitu c,C,e dan E.

2. Prinsip
Reaksi aglutinasi antara antigen D dalam sel dengan antigen D dalam modified.

3. Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan :
1) Kapas
2) Kertas golongan darah
3) Lanset
4) Tusuk gigi
b. Bahan yang digunakan :
1) Alkohol 70%
2) Darah
3) Kit golongan darah ABO (Anti A, Anti B, dan Anti AB
4) Kit Rhesus (Anti D)

4. Prosedur Kerja
a. Bersihkan lanset dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%.
b. Bersihkan jari manis bagian kiri dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol
70%.
c. Tusuk dengan lanset dengan satu kali tusukan, tetesan pertama dibuang dan
tetesan selanjutnya diteteskan pada kertas golongan darah, masing-masing satu
tetes.
d. Teteskan diatas tetesan darah pertama dengan kit Anti Rhesus.
e. Aduk dengan tusuk gigi dengan cara melingkar, amati reaksi aglutinasi yang
terjadi
TUGAS PENDAHULUAN II
TRANSFUSI DARAH (P)

OLEH :

NAMA : VIRANDA YULINAR


NIM : AK.15.041

AKADEMI ANALIS KESEHATAN


KENDARI
2017

Anda mungkin juga menyukai