Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN I

I. Judul : Pemeriksaan Glukosa Darah

II. Hari/tanggal : Jumat, 18 Maret 2017

III. Tujuan : Untuk mengetahui kadar glukosa yang terdapat dalam darah

secara spektrofotometri.

IV. Landasan Teori

Glukosa darah merupakan karbohidrat dalam bentuk monosakarida

yang terdapat dalam darah (Baron,1984). Konsentrasi glukosa darah normal

seseorang yang tidak makan dalam waktu 3 atau 4 jam yang lalu sekitar 90

mg/dL. Bahkan setelah konsumsi makanan yang banyak mengandung

karbohidrat sekalipun, konsentrasi ini jarang meningkat di atas 140 mg/dL

kecuali orang tersebut menderita Diabetes Melitus. Glukosa yang dialirkan

melalui darah adalah sumber utama untuk sel-sel tubuh. Pengaturan

konsentrasi glukosa darah erat hubungannya dengan hormon insulin dan

glukagon (Guyton, 1997).

Tes glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus terdiri dari tes saring,

tes diagnostik dan pengendalian. Tes saring tujuannya untuk mendeteksi

kasus Diabetes Melitus sedini mungkin. Biasanya digunakan GDS dan

glukosa urine. Tes diagnostik tujuannya untuk memastikan diagnosa Diabetes

Melitus pada individu dengan keluhan klinis Diabetes Melitus atau mereka

yang terjaring pada tes saring penderita. Tes pengendalian tujuannya

memantau keberhasilan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi

(Hardjono, 2003).
Pengaturan besarnya konsentrasi glukosa pada orang normal sangat

sempit, pada orang yang sedang berpuasa kadar glukosa darah hanya 80 dan

90 mg/dL, darah yang diukur pada waktu sebelum makan pagi. Konsentrasi

ini meningkat menjadi 120-140 mg/dL selama jam pertama atau lebih setelah

makan. Tingkat gula darah dalam tubuh diatur oleh pankreas dengan cara

memproduksi hormon insulin. Insulin bertanggung jawab untuk mengontrol

kadar gula dalam darah dan juga untuk memproses karbohidrat, lemak dan

protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia.

Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup

untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak

memberikan respon yang tepat terhadap insulin. Diabetes adalah penyakit

metabolik yang dapat mempengaruhi hampir setiap sistem organ dalam

tubuh. Diperkirakan lebih dari 15 juta orang di Amerika Serikat memiliki

diabetes. Sedangkan menurut WHO jumlah penderita Diabetes melitus di

Indonesia sekitar 17 juta orang atau 8,6 persen dari jumlah penduduk dan

menduduki urutan terbesar ke-4 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat

(AS). Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan metabolisme karbohidrat

karena defisiensi insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula

dalam darah dan adanya gula dalam urin. Pada komplikasi tingkat lanjut

diabetes dapat menyebabkan penyakit cardiovascular, kebutaan, impotensi,

mengurangi fungsi kerja ginjal hingga gagal ginjal. Penyakit diabetes dapat

dideteksi lebih awal dengan melakukan pemeriksaan darah secara teratur dan

rutin di laboratorium.
Pada pemeriksaan sampel darah di laboratorium, penentuan kadar

glukosa di dalam darah dilakukan dengan cara kimiawi, yaitu dengan

penambahan reagen pada volume tertentu. Diabetes tipe 1 adalah diabetes

yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,

dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini

disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans

pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak, dan

remaja. Sedangkan diabetes tipe 2 terjadi jika hormon insulin dalam tubuh

tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai

kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap

insulin atau berkurangnya respon sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang

ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Kedua jenis

diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang terdapat dalam

tubuh. Jenis Pemeriksaan glukosa darah dahulu pengukuran glukosa darah

dilakukan terhadap darah lengkap, tetapi sekarang sebagian besar

laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dalam serum. Karena

eritrosit memiliki kadar protein (yaitu hemoglobin) yang lebih tinggi dari

pada serum dimana serum memiliki kadar melarutkan lebih banyak glukosa

(Sacher, 2004).

Pengukuran glukosa darah sering dilakukan untuk memantau

keberhasilan mekanisme-mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan yang

berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah mengisyaratkan
gangguan homeostasis dan dari hal tersebut mendorong kita melakukan

pemeriksaan untuk mencari etiologinya (Sacher, 2004).

Salah satu proses metabolisme glukosa yang terjadi adalah glikolisis,

proses ini bertujuan agar sel-sel darah terutama eritrosit tetap memperoleh

energi. Menurut Hardjoeno (2003) macam-macam pemeriksaan glukosa

darah adalah sebagai berikut.

1) Glukosa darah sewaktu (GDS)

Pemeriksaan glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan yang

dilakukan seketika waktu itu dan lakukan kapan saja, tanpa ada puasa. Nilai

normal kadar glukosa darah sewaktu adalah 70 125 mg/dL.

2) Glukosa darah puasa (GDP)

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang

dalam mengatur kadar glukosa darah supaya dapat terkontrol secara baik.

Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien disarankan agar puasa lebih dahulu

puasa selama 810 jam. Nilai normal glukosa darah puasa adalah 60110

mg/dL.

3) Glukosa darah dua jam post prandial (GD2PP)

Pemeriksaan ini merupakan tes penyaring untuk mengetahui

kemampuan seseorang dalam menghilangkan beban glukosa yang ada dalam

tubuh. Setelah melakukan puasa selama 810 jam kemudian pasien diminta

untuk puasa kembali selama dua jam. Nilai normal kadar glukosa GD2PP

adalah 100140 mg/dL.


4) Test toleransi glukosa oral ( TTGO)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk tes jika kadar glukosa dua jam post

prandial tidak normal (abnormal). Test ini bertujuan memberikan keterangan

yang lebih lengkap mengenai adanya ganguan metabolisme karbohidrat. Pada

test toleransi glukosa oral, kadar glukosa darah puasa diukur, nilai normal

TTGO >140 mg/dl.

Nilai normal glukosa darah puasa bervariasi antara 60 hingga 110

mg/dL (3.36.1 mmol/L). Kadar plasma atau serum adalah 1015 % lebih

tinggi karena komponenkomponen struktural sel darah dihilangkan,

sehingga akan lebih banyak glukosa per unit volume. Jadi nilai normal

glukosa plasma atau serum puasa adalah 70 -120 mg/dL (3,96,7 mmol/L).

Secara klinis, pengukuran glukosa plasma atau serum lebih sering digunakan

karena bebas dari hematokrit, lebih dekat dengan kadar glukosa ruang

jaringan interstinal, dan memudakan prosedur analisis otomatis. Penentuan

kadar glukosa darah penuh dilakukan untuk menguji glukosa pada keadaan-

keadaan darurat dan juga pada prosedur pemantauan sendiri glukosa kapiler,

suatu teknik yang telah diterima luas dalam penatalaksanaan diabetes melitus

(Greenspan, 1998).
V. Metode kerja

A. Pra Analitik

1. Persiapan pasien: Tidak ada persiapan khusus

2. Persiapan sampel: Darah (serum/plasama)


GOD
3. Prinsip: D-Glukosa + H2O + O2 asam glukonat+2H2O

2H2O2- 4Aminoantiphyrin+Asam Polyhidroksibenzoic POD

Coloured qunenic derivative+4H2O.

4. Metode: GOD-POD

5. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan:

1) Mikropipet 1000 uL dan 10 uL

2) Rak tabung

3) Sentrifuge

4) Spektrofotometer

5) Tabung reaksi

6) Tourniquet

7) Tip biru dan tip putih

b. Bahan yang digunakan:

1) Alkohol 70%

2) Darah ( serum/plasma)

3) Kapas

4) Spoit 3 mL

5) 1 kit reagen glukosa


B. Analitik

Prosedur Blanko Standar Sampel

Reagen Glukosa 1000 L 1000 L 1000 L

Standar - 10 L -

Sampel - - 10 L

Dihomogenkan dan di inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang (20-

25oC) atau 5 menit pada suhu 37oC

C. Pasca Analitik

1. Hasil Pengamatan

Nama pasien : Bella Aprilia Utari

Umur : 20 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Hasil : 36 mg/dl

2. Nilai Rujukan

75-115 mg/dL

3. Gambar Hasil Pengamatan


VI. Pembahasan

Glukosa merupakan salah satu karbohidrat penting yang digunakan

sebagai sumber tenaga. Glukosa dapat diperoleh dari makanan yang

mengandung karbohidrat. Glukosa berperan sebagai molekul utama bagi

pembentukan energi di dalam tubuh, sebagai sumber energi utama bagi kerja

otak, dan merupakan bahan bakar utama untuk jaringan tertentu seperti otak

dan sel darah merah.

Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari

glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme

asam lemak. Tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran

langsung glukosa. Proses ini juga menghasilkan metabolit-metabolit asam

yang berbahaya apabila dibiarkan oleh beberapa mekanisme hemeostatik

yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan kadar dalam rentang 70

sampai 110 mg/dL dalam keaadan puasa.

Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan

asetil-koenzim A. Jika glukosa dioksidasi total maka akan menghasilkan

karbondioksida, air, dan energi yang akan disimpan didalam hati atau otot

dalam bentuk glikogen. Hati dapat mengubah glukosa yang tidak terpakai

melalui jalur-jalur metabolik lain menjadi asam lemak yang disimpan sebagai

trigliserida atau menjadi asam amino untuk membentuk protein. Hati

berperan dalam menentukan apakah glukosa langsung dipakai untuk

menghasilkan energi, disimpan atau digunakan untuk tujuan struktural.


Banyak hormon ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa

darah yang adekuat, baik dalam keaadan normal maupun sebagai respon

terhadap stres. Hormon yang berperan dan mengatur metabolisme karbohidrat

adalah hormon insulin. Insulin adalah zat atau hormon yang dikeluarkan oleh

sel beta di pankreas Insulin berasal dari kata insula yang berarti pulau.

Insulin merupakan suatu polipeptida yang disekresikan oleh sel-sel pulau

Langerhans. Kadar insulin yang rendah akan mengurangi penyerapan glukosa

dan tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi. Insulin

digunakan dalam pengobatan diabetes melitus. Kadar glukosa dalam tubuh

dapat meningkat apabila pankreas yang memproduksi insulin mengalami

gangguan dan tidak dapat bekerja dengan baik. Glukosa darah dikatakan

abnormal apabila kurang atau melebihi nilai rujukan. Nilai rujukan glukosa

adalah pada rentang 60110 mg/dL. Kadar gula darah yang terlalu tinggi

dinamakan hiperglikemia. Kadar glukosa kurang dari normal dinamakan

hipoglikemia. Dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus

halus kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran

darah.

Dari pemeriksaan yang dilakukan pada pasien atas nama Bella

Aprilia Utari, kadar glukosa darahnya sebesar 36 mg/dL. Hal ini menunjukan

bahwa pasien mengalami Hipoglikemia.


VII. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien atas nama Bella

Aprilia Utari memiliki kadar glukosa darah yaitu 36 mg/dL. Hal ini

menunjukan bahwa pada pasien tersebut tergolong hipoglikemia karena

kadar glukosa darahnya dibawah nilai normal yaitu 75-115 mg/dL.

Anda mungkin juga menyukai