Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol.

5, Desember 2012, 12-16 12

Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah


Desi Handayani

Program Studi Akuntansi - Politeknik Caltex Riau


desi@pcr.ac.id

Abstrak
Good Governance menjadi hal yang penting bagi setiap entitas saat ini. Bahkan good governance
menjadi salah satu dasar dalam pengambilan keputusan bagi para stakeholders. Penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif dalam melihat apakah good governance dapat dinilai dari segi
kualitas laporan keuangan pemerintah yang telah diaudit oleh BPK. Apa penyebab masih jeleknya tata
kelola keuangan pemerintah. Analisis menggunakan data-data opini yang dikeluarkan auditor atas
laporan keuangan pemerintah dan hasil-hasil analisis penelitian sebelumnya beserta argumen-argumen
para ahli. Berdasarkan analisis disimpukan bahwa good governance bisa dinilai dengan melihat pada
kualitas laporan keuangan pemerintah yang diukur dari opini auditor. Sedangkan masih jeleknya tata
kelola keuangan pemerintah karena masih rendahnya kualitas sumber daya manusia di pemerintahan
serta penerapan standar akuntansi pemerintahan yang belum maksimal.

Kata kunci : Good Governance, Laporan Keuangan Pemerintah

Abstract
Nowadays Good Governance is an important thing for any entity. It is event being one of criteria for
stakeholders to make their decision. This research uses descriptive method to analyze valuation of good
governance using quality of financial reporting and any causes for bad governance in government
institutions. This research using auditors opinion, previous research, and experts argumentation. The
conclusion is good governance can be valued from financial reporting quality. Bad governance in
government institution is caused by low quality of human resources in government institution.

Key words : Good Governance, Governance Financial Reporting

1 Pendahuluan
Good Governance telah menjadi hal yang penting bagi setiap entitas saat ini, tidak hanya
sektor swasta, sektor publik dan pemerintahan pun memperhitungkan hal ini. Good Governance
menjadi salah satu alat ukur atau patokan bagi stakeholder dalam mengambil keputusan
terutama keputusan berinvestasi. Hal ini telah dibuktikan melalui berbagai penelitian yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Bahkan pada tingkat international maupun nasional
telah dilakukan penilaian atau pemeringkatan good governance pada entitas swasta maupun
pemerintahan.

Di sektor swasta masalah good governance ini sudah lama menjadi sorotan. Terutama
karena adanya masalah keagenan yang terkenal dengan teori keagenan atau agency theory.
Namun di sektor publik atau pemerintahan, terutama di Indonesia, hal ini semakin gencar sejak
era reformasi. Masyarakat Indonesia mulai memperhatikan masalah tata kelola pemerintahan
sebab terkait dengan bagaimana pemerintahan memberikan pelayanan terbaik bagi warganya.

Sorotan utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah mengenai tata
kelola keuangan negara. Pemerintah dituntut untuk menciptakan tata kelola keuangan yang baik
dan bersih, sehingga mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan tercapainya tujuan
pemerintah yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai stakeholder dari negara. Jika
kita lihat kondisi saat ini, tata kelola keuangan pemerintah masih belum terlalu baik karena
Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah 13

masih tingginya kebocoran pada keuangan negara sebagaimana yang diberitakan di berbagai
media.

Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pengelola


keuangan. Pemerintah sebagai pengelola keuangan negara juga harus
mempertanggungjawabkan uang rakyat yang dikelolanya dalam bentuk laporan keuangan
pemerintah. Pertanggungjawaban haruslah diungkapkan secara transparan sehingga benar-benar
mencerminkan akuntabilitas. Untuk menilai akuntabilitas pertanggungjawaban pemerintah,
maka laporan keuangan pemerintah juga harus diaudit. Laporan keuangan pemerintah diaudit
oleh BPK sebagai auditor eksternal.

Menurut Prof. Dr. Sofian Effendi, ada tiga pilar pokok yang mendukung pencapaian
good governance, yaitu pemerintah, masyarakat sipil dan dunia usaha. Good governance akan
tercapai bila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi, dan administrasi antara ketiga pilar
tersebut memiliki interaksi yang setara dan saling bersinergi. Namun demikian, ada prasyarat
agar interaksi demikian dapat terwujud, yaitu adanya kepercayaan publik, transparansi,
partisipasi, dan regulasi yang sehat. Salah satu upaya untuk mewujudkan kepercayaan publik
adalah dengan meningkatkan transparansi, efisiensi, dan akuntabilitas yang tercermin
diantaranya pada laporan keuangan pemerintah. Laporan keuangan pemerintah merupakan
komponen penting dalam menciptakan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan
pemerintah [6].

Dalam Rakernas Akuntansi 2011 diuraikan hasil audit laporan keuangan pemerintah
oleh BPK. Selama tahun 2004 sampai 2007, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
selalu mendapat opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) atau disclamer opinion dari BPK.
Pada tahun 2006, dari 81 Lembaga Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL), hanya tujuh
laporan yang dinyatakan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Data tersebut memperlihatkan
masih buruknya tata kelola keuangan negara yang berarti belum akuntabelnya pemerintahan.
Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip good governance, berarti konsep good governance
belum diterapkan secara optimal di Indonesia. Namun pada tahun 2007, 2008, dan 2009 terjadi
peningkatan kualitas LKKL yang dinyatakan dengan opini audit WTP, masing-masing sebanyak
16, 35, dan 45 LKKL. Tahun 2010 lalu, kualitas laporan keuangan negara pun semakin
membaik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah LKKL yang memperoleh opini audit
WTP, yaitu 53 dari 83 LKKL [6].

Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan BPK, terhadap laporan keuangan 524


pemerintah daerah di seluruh Indonesia tahun 2010, hanya 14 persen yang mendapatkan
penilaian WTP, sisanya dinilai Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Masih banyaknya pemda di
Indonesia yang penilaian laporan keuangannya WDP, semakin menunjukkan kalau pengelolaan
keuangan di daerah belum berjalan sesuai ketentuan [4].

Sebagai contoh pemerintah daerah yang mendapatkan opini WDP adalah pemerintah
daerah Nusa Tenggara Barat (NTB). Baik provinsi, kabupaten dan kota di NTB pada tahun
2010 belum ada yang mencapai predikat WTP [4]. Sedangkan pemerintah daerah yang berhasil
memperoleh predikat WTP adalah Kabupaten Way Kanan. Atas keberhasilan Kabupaten Way
Kanan memperoleh predikat WTP, maka kabupaten ini juga sukses mendapatkan prestasi di
bidang good governance tingkat nasional.

1.1 Perumusan Masalah


1. Apakah penerapan good governance di Indonesia dapat dinilai dari kualitas laporan
keuangan pemerintah?
2. Apakah penyebab masih buruknya tata kelola keuangan pemerintahan?
Desi Handayani 14

2 Landasan Teori
Dalam Rakernas Akuntansi 2011, dijelaskan bahwa istilah good governance sendiri
pertama kali digunakan pada World Development Report tahun 1989 yang mengacu pada
penyelenggaraan pemerintahan yang amanah dan bertanggung jawab, tata kelola pemerintahan
yang baik serta pemerintahan yang bersih [6].

Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. World Bank
mendefenisikan governance pada sektor publik sebagai cara pemerintah mengelola sumber daya
sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat. Sedangkan United Nation
Development Program (UNDP) menekankan defenisi governance pada aspek politik, ekonomi,
dan administratif dalam pengelolaan negara. Political governance mengacu pada proses
pembuatan kebijakan, economic governance mengacu pada proses pembuatan keputusan di
bidang ekonomi yang berimplikasi pada masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan
peningkatan kualitas hidup, sedangkan administrative governance mengacu pada sistem
implementasi kebijakan[3].

World Bank mendefenisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan


manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip
demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan
korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha [3].

Good Governance memiliki beberapa prinsip yang dikaitkan dengan laporan keuangan.
Dalam [2], prinsip-prinsip good governance tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Prinsip Kewajaran (Fairness), menurut prinsip ini laporan keuangan pemerintah dikatakan
wajar apabila memperoleh opini wajar tanpa pengecualian. Laporan keuangan yang wajar
berarti bebas dari salah saji material dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku.
2. Prinsip Akuntabilitas, laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban
pemerintah dan menjadi alat pengawasan yang efektif.
3. Prinsip Transparansi, pemerintah dituntut untuk menyajikan laporan keuangan yang
mengandung informasi yang jelas, akurat, tepat waktu, dan dapat dibandingkan. Informasi
yang disajikan tersebut menunjukkan kualitas laporan keuangan dan kepercayaan
stakeholder tergantung pada kualitas informasi yang disajikan pemerintah.
4. Prinsip Responsibilitas, berkaitan dengan bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada
masyarakat. Pemerintah juga dituntut untuk mematuhi aturan dan hukum yang berlaku.

Karakteristik pelaksanaan good governance menurut UNDP, yaitu [3]:


1. Partisipasi, yaitu keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.
Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta
berpartisipasi secara konstruktif.
2. Rule of law, kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu
3. Transparansi, transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi
yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka
yang membutuhkan.
4. Responsiveness, lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani
stakeholder.
Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah 15

5. Consensus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.


6. Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan dan keadilan
7. Efficiency and effectiveness, pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara efisien dan
efektif
8. Accountability, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan
9. Strategic vision, penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke
depan.

3 Pembahasan
governance yang diuraikan di atas tercermin secara jelas dalam proses penganggaran,
pelaporan keuangan, dan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan merupakan salah satu bentuk akuntabilitas
penyelenggara pemerintahan kepada rakyat melalui perwakilannya di lembaga legislatif.
Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara merupakan pondasi utama bagi
terciptanya good governance yang merupakan persyaratan mutlak dalam demokrasi dan
ekonomi yang sesungguhnya.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor eksternal pemerintah melaksanakan


audit atas laporan keuangan pemerintah pusat/daerah berdasarkan standar pemeriksaan yang
berlaku. Dalam melaksanakan pemeriksaan yang berdasarkan standar tersebut, BPK juga
menerapakan prinsip-prinsip good governance. Sehingga hasil audit yang dilakukan akan
menunjukkan kualitas laporan keuangan pemerintah.

Peran BPK sebagai auditor independen memberikan keyakinan atas kualitas informasi
keuangan dengan memberikan pendapat yang independen atas kewajaran penyajian informasi
pada laporan keuangan. Kegunaan informasi akuntansi dalam laporan keuangan akan
dipengaruhi adanya kewajaran penyajian yang dapat dipenuhi jika data didukung adanya bukti-
bukti yang sah dan benar serta penyajiannya yang memadai. Dengan adanya prinsip fairness,
auditor berperan membantu pihak stakeholders dalam menilai perkembangan dan kualitas tata
kelola keuangan negara. Auditor juga berperan dalam menegakkan prinsip akuntabilitas. Maka
dapat dikatakan bahwa auditor pemerintah (BPK) melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab seluruh unsur keuangan negara.

Apakah penerapan good governance di Indonesia dapat dinilai dari kualitas laporan
keuangan pemerintah?

Berdasarkan uraian mengenai prinsip-prinsip good governance dan peran auditor dalam
melaksanakan audit atas laporan keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip good governance
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa opini yang diberikan oleh auditor mencerminkan
seberapa besar dan luas prinsip-prinsip good governance tersebut telah dijalankan oleh
pemerintah. Pemeriksaan LKPP, LKKL dan LKPD dimaksudkan untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan telah mematuhi standar akuntansi pemerintahan, peraturan
perundang-undangan dan pengendalian intern [1].

Pemeriksaan dilakukan agar tercipta akuntabilitas publik yang lebih transparan dan
akuntable. Akuntabilitas pemerintah antara lain terlihat dari opini yang diberikan BPK terhadap
laporan keuangan yang diperiksa [1]. Semakin baik pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh
pemerintah, maka akan semakin baik kualitas laporan keuangan. Dengan diperolehnya opini
WTP oleh suatu LKKL ataupun LKPD, menunjukkan akuntabilitas semakin baik dan telah
Desi Handayani 16

dilaksanakannya good governance. Sedangkan perolehan opini selain WTP menunjukkan


rendahnya akuntabilitas dan belum terlaksananya good governance.

Apakah penyebab masih buruknya tata kelola keuangan pemerintahan?

Reformasi pengelolaan keuangan negara telah dilakukan, namun pengelolaan keuangan


negara tersebut masih belum baik. Peralihan akibat reformasi yang digulirkan belum berjalan
mulus. Menurut Soepomo Prodjodihardjo, Tenaga ahli BPK, penyebab masih buruknya tata
kelola keuangan negara ada beberapa, yaitu [5] :

1. Faktor waktu pemberlakuan standar yang masih tergolong baru yang menyebabkan kualitas
LKPD terbilang buruk
2. Peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, sehingga terjadi satu aturan belum
sempat dipahami dan dilaksanakan dengan baik, sudah muncul aturan baru yang membuat
para pejabat di daerah kebingungan.
3. Keterbatasan SDM yang menguasai bidang akuntansi di daerah. Kebanyakan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) tidak memahami akuntansi sebab mereka kebanyakan bukan
berlatar belakang pendidikan akuntansi. Ditambah lagi selama ini birokrat di Indonesia
hanya dikenalkan pada sistem anggaran dan akuntansi yang sederhana. Namun dengan
standar akuntansi yang baru, mereka harus menyusun anggaran berbasis kinerja dan
membuat laporan keuangan dengan double entry berbasis accrual.

4 Penutup

4.1 Kesimpulan
1. Masih sedikitnya laporan keuangan LKKL dan LKPD yang mendapat opini WTP dari BPK
menunjukkan masih rendahnya kualitas pengelolaan keuangan negara. Rendahnya kualitas
pengelolaan negara menunjukkan rendahnya akuntabilitas keuangan negara dan masih
belum diterapkannya prinsip-prinsip good governance.
2. Masih jeleknya tata kelola keuangan negara disebabkan karena masih banyak penyesuaian
yang harus dilakukan dengan diterapkannnya standar akuntansi pemerintahan terutama di
daerah

4.2 Saran
1. Peningkatan kualitas SDM terutama yang memahami akuntansi untuk menerapkan standar
akuntansi pemerintahan.
2. Peningkatan komitmen dari setiap unsur pelaksana bahwa upaya perbaikan pengelolaan
keuangan tidak hanya dengan semangat tapi juga dengan dukungan dana yang besar,
sumber daya manusia yang profesional dan itikad untuk melaksanakan perbaikan.

5 Daftar Pustaka
[1] Kuntadi, Cris. 2009. Audit dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah. Akuntan Indonesia.
Ed 18/Tahun III/Juli 2009.
[2] Kuntadi, Cris. 2011. Peran Akuntansi dan Audit Dalam Transformasi Tata Kelola (Good
Governance) Instansi Pemerintahan yang Akuntable, Transparan, dan Berbasis Kinerja.
[3] Mardiasmo. 2002. Akuntansi sektor Publik. Yogyakarta : Penerbit Andi.
[4] Ozie. 2011. Laporan Keuangan Pemda di NTB Belum WTP. Global FM Lombok.
[5] Suharto, Hari dan Muklisin. Benang Kusut Laporan Keuangan Daerah. Akuntan
Indonesia. Ed 18/Tahun III/Juli 2009.
[6] Rakernas Akuntansi 2011 : Langkah Menuju Perwujudan Good Governance dan
Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

Anda mungkin juga menyukai