Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

I. Konsep Kebutuhan Istirahat dan Tidur


1.1 Definisi
Kata Istirahat mempunyai arti yang sanngat luas meliputi bersantai,
menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas,
serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan,menyulitkan
dan menjengkelkan, dengan demikian, apat dikatakan bahwa
istirahat merupakan ledakan yang tenang , rileks tanpa tekanan
emosional dan bebes dari kecemasasn, (Ansietas).
Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis
yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari
keterjagaan. Tidur merupakan kondisi tiak sadar dimana induvidu
dapat dibangunkan oleh stimulasi atau sensoriyang sesuai (Guyton
dalam Aziz Alimul H) atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan
tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh
ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan
siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim,
memiliki kesadaran yang bervariasi terhadap perubahan fisiologis
dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
1.2 Fisiologi Istirahat dan Tidur
Fisiologi tidur merupakan peangaturan kegiata tidur oleh adanya
hubungan mekanisme screablea yang secara bergantian untuk
mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun,
Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf
perifer Endokrin kardiosvakuler, respirasi muskuloskeletal
(Robinson 1993,dalam potter). Tiap kejadian tersebut dapat di
identifikasi atau di rekam dengan electreoencephalogram (EEG)
untuk aktifitas listrik otak, pengukran tonus otot dengan meggunakan
elektromiogram(EMG) dan elektroculogram (EOG) untuk mengukur
pergeraka mata.
Pengaturan dan control tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan
menekan pusat oak untuk tidur dan bangun. Recticular activating
system (RAS) di bagian batang otak atas di yakini mampunyai sel-
sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran.
RAS memberikan stimulus visual,audiotori,nyeri dan ensori raba.
Juga menerima stimulus dari korteks serebri. (emosi,proses,pikir).
Pada keadaan sadar mengkibtkan neuron-neuron dalam RAS
melepakan katekolamin misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin
di sebabkan oleh pelpasa serum serotinin dari sel-sel spesifikdi pons
dan batang otak tengah yaitu Bulbarsyncronizing regional (BSR)
bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan implus
yang di terima dari pusst otak, reseptor sensori perifer misalnya
bunyi, stimulus cahaya dan system limbiks seperti emosi.
Seseoranng yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya
dan berusaha dalam posisi rileks, jika ruangan gelap dan tenang
aktifitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum
serotonin.
1.2.1 Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian yg dilakukan dengan bantuan alat
elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG), dan
elektromiogram (EMG) diketahui tahapan tidur sebagai
berikut :
1.2.2.1 Tahapan tidur NREM
a. NREM tahap I
1) Tingkat transisi
2) Merespons cahaya
3) Berlangsung beberapa menit
4) Mudah terbangun dengan rangsangan
5) Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan
metabolisme menurun
6) Bila terbangun terasa sedang mimpi
b. NREM tahap II
1) Periode suara tidur
2) Mulai relaksasi otot
3) Berlangsung 10 20 menit
4) Fungsi tubuh berlangsung lambat
5) Dapat dibangunkan dengan mudah
c. NREM tahap III
1) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
2) Sulit dibangunkan
3) Relaksasi otot menyeluruh
4) Tekanan
d. NREM tahap IV
1) Tidur nyenyak
2) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus
intensif
3) Tonus otot menurun
4) Gerak bola mata cepat
1.2.2.2 Tahap tidur REM
a. Ciri tidur REM
1) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan
dengan tidur NREM
2) Pada orang dewasa normal REM : 20 25 %
dari tidur malamnya
3) Jika individu terbangun pada tidur REM
maka biasanya terjadi mimpi
4) Tidur REM penting untuk keseimbangan
mental, emosi juga berperan dalam belajar,
memori, dan adaptasi.
b. Karakteristik tidur REM
1) Mata : Cepat tertutup dan terbuka
2) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar
immobilisasi
3) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan
apnea
4) Nadi : Cepat dan ireguler
5) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi
6) Sekresi gaster : Meningkat
7) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh
naik
8) Gelombang otak : EEG aktif
9) Siklus tidur : Sulit dibangunkan
1.2.2.3 Tahap Karakteristik
a. TAHAP 1
Tahap transisi antara bangun dan tidur. Individu
cenderung relaks, masih sadar dengan
lingkungannya, dan mudah dibangunkan.
Normalnya tahap ini berlangsung beberapa menit
dan merupakan 5% dari total tidur.
b. TAHAP II
Individu masuk dalam tahap tidur, namun masih
dapat bangun dengan mudah. Otot mulai relaksasi.
Normalnya tahap ini berlangsung selama 10 -20
menit dan merupakan 50%-55% dari total tidur
c. TAHAP III
Merupakan tahap awal dari tahap tidur nyenyak.
Tidur dalam, relaksasi otot menyeluruh, dan
individu cenderung sulit dibangunkan. Tahap ini
berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan
10% dari total tidur.
d. TAHAP IV
Tidur semakin dalam atau delta sleep .Individu
menjadi sulit dibangunkan sehingga
membutuhkan stimulus. Terjadi perubahan
fisiologis, yakni: EEG gelombang otak melemah,
nadi dan pernapasan menurun, tekanan darah
menurun, tonus otot menurun, metabolisme
lambat, temperatur tubuh menurun. Tahap ini
merupakan 10% dari total tidur.
1.2.2.4 Pola Tidur Normal
a. Neonatus s/d 3 bulan
1) Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
2) Mudah berespon terhadap stimulus
3) Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah
tahap REM
b. Bayi
1) Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
2) Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira
tidur 14 jam/hari
3) Tahap REM 20-30%
c. Toddler
1) Tidur 10-12 jam/hari
2) 25% tahap REM
d. Prescholler
1) Tidur 11 jam pada malam hari
2) 18,5% tahap REM
e. Usia sekolah
1) Tidur 10 jam pada malam hari
2) 18,5% tahap REM
f. Adolensia
1) Tidur 8,5 jam pada malam hari
2) 20% tahap REM
g. Dewasa muda
1) Tidur 7-9 jam/hari
2) 20-25% tahap REM
h. Usia dewasa pertengahan
1) 7 jam/hari
2) 20% tahap REM
i. Usia tua
1) 6 jam/hari
2) 20-25% tahap REM
3) Tahap IV NREM menurun dan kadang-kadang
absen
4) Sering terbangun pada malam hari

1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Istirahat dan Tidur


1.3.1 Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit mememrlukan waktu tidur
yang lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan
sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur,
misalnya pada pasien degan gangguan pernafasan seperti
asma,bronkitis,penyakit kardiovaskuler dan lain-lain.
1.3.2 Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang,
kelelahan tingkat menenngah orang dapat tidur dengan
nyeyak, sedanng pada kelelahan yang berlebihan akan
menyebabkan priode tidur REM lebih pendek
1.3.3 Stres Psikologis
Cema dan depresi akan menyebabkan gangguan pada
frekuensi tidur. Hal ini di sebabkan karena pada kondisi
cemas akan meningkatkan norepirefin darah melalui sisitem
saraf simpatis.zat ini akan mengurangi tahap IV REM dan
NREM.
1.3.4 Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
yaitu :
a. Diuretik : menyebabkan imsomnia
b. Anti depresan : Suprnsi REM
c. Kafein :Meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan
kesulitan tidur.
d. Bbeta Bloker : Menimbulkan Insomnia.
e. Narkotika :Mensupresi REM sehingga mudah
mengantuk.
f. Amfetamin : Menurunkan tidur REM
1.3.5 Nutrisi.
Makanan yang banyak maengandung L-Triptofan yang
merupakan asam amino dari protein yang di cerna seperti
keju,susu,daging dan ikan tuna dapat mamperceapat
terjadinya ptoses tidur.
1.3.6 Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi
seseaoranng untuk tidur . Pada lingkungan yang tenang
memungkinkan seseoranng dapat seseorang dapat tidur
dengan nyeyak dan saebaliknya.
1.3.7 Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan menahan tidak tidur
sehingga dapat meanimbulkan gangguan proses tidur.
1.3.8 Alkohol
Alkohol Menekan REM secara normal, seseorangkarang
yang tahan minum alkohol dapat menyebabkan insomnia dan
lekas marah.
1.4 Macam-macam Gangguan Istirahat dan Tidur
1.4.1 Insomnia
Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat
berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur,
bahkan seseoranng yang terbangun dari tidur tapi merasa
belum cukup tidur dapat di sebut mengalami insomnia
(japardi 2002). Jadi insomnia merupakan ketidak mampuan
untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas
maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang tidak
dapat tidur/kurang tidur karena orang yang menderita
insomnia sering dapat tidur lebih lama dari yang mereka
pikirkan, tetapi kualitasnya berkurang.
Jenis insomnia yaitu :
a. insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk
dapat memulai tidur.
b. insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang
untuk dapat mempertahankan tidur atau keadaan sering
terjaga dari tidur.
c. insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak
dapat tidur lagi.
Beberapa factor yang menyebabkan seseorang
mengalami insomnia yaitu rasa nyeri, kecemasan,
ketakutan, tekanan jiwa kondisi, dan kondisi yang tidak
menunjang untuk tidur.
1.4.2 Somnambulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik,
seperti membuka pintu, duduk di tempat tidur, menabrak
kursi,berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku
berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur (Japardi
2002). Lebih banyak terjadi pada anak-anak, penderita
mempunyai resiko terjadinya cidera.
1.4.3 Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol)
terjadi pada anak-anak, remaja dan paling banyak pada laki-
laki, penyebab secara pasti belum jelas, namun ada bebrapa
faktor yang menyebabkan Enuresis seperti gangguan pada
bladder, stres, dan toilet training yang kaku.
1.4.4 Narkolepsi
Merupakan suatu kondisi yang di cirikan oleh keinginan yang
tak terkendali untuk tidur, dapat di katakan pula bahwa
Narkolepsi serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia
dapat tertidur pada setiap saat di mana serangn mengantuk
tersebut datang.
Penyebabnya secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi
akibat kerusakan genetikasistem saraf pusat di mana periode
REM tidak dapat di kendalikan. Serangan narkolepsi dapat
menimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai
kendaraan, pekerja yanng bekerja pada alat-alat yang
berputar-putar atau berada di tepi jurang.
1.4.5 Night Terrors
Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6
tahun atau lebih, setelah tidur beberapa jam, anak tersebut
langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
1.4.6 Mendengkur
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara
di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan
Adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan
mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran nafas
pada lansia. Otot-otot dibagian belakang mulut mengendur
lalu bergetar bila di lewati udara pernafasan.
2.1 Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Istirahat dan Tidur
Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan Tentang Tidur
a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan :
waktu tidur jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah
kesulitan tidur, sering bangun saat tidur, apakah
mengalami mimpi yang mengancam.
b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah
merasa segar saat bangun, apa yang terjadi jika kurang
tidur.
c. Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum
tidur, apakah menggunakan obat-obatan untuk membantu
tidur.
d. Gangguan tidur/faktor-faktor konstribusi: Jenis gangguan
tidur,kapan masalah itu terjadi.

2.1.2 Pemeriksaan Fisik: Data Fokus


a. Observasi penampilan wajah, perilaku dan tingkat energi
pasien
b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu dan
konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak.
c. Perilaku : iritabilitas, gelisah, tidak perhatian, menguap,
menarik diri, bingung dan kurang koordinasi.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Electroencephalogram ( EEG )
b. Electromyogram ( EMG )
c. Electroocologram ( EOG)

2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa 1: Gangguan pola tidur
2.2.1 Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
ekternal
2.2.2 Batasan Karakteristik
Perubahan pola tidur normal
Penuunan kemampuan berfungsi
Ketidakpuasan tidur
Menyatakan sering terjaga
Menyatakan tidak mengalami kesulitan tidur
Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Kelembaban lingkungan sekitar
Suhu lingkungan sekitar
Tanggung jawab memberi asuhan
Perubahan pajanan terhadap cahaya gelap
Gangguan (tujuan terapeutik, pemantauan, pemeriksaan
laboratrium)
Kurang kontrol tidur
Kurang privasi, pencahayaan
Bising, bau gas
Restrain fisik, teman tidur
Tidak familier dengan prabot tidur

Diagnosa 2: Koping individu tidak efektif


2.2.4 Definisi
Ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat tehadap
stressor, pilihan yang tidak adekat terhadap respon untuk
betindak, dan ketidakmampuan untuk menggunakan sumber
yang tersedia.
2.2.5 Batasan Karakteristik
Perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya
Kelelahan
Ketidakmampuan ntuk mengatasi atau meminta bantuan
secara verbal
Penyalahgunaan zat kimia
Tingginya angka kesakitan
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
Ketidakadekuatan menyelsaikan masalah
Konsentrasi buruk
Berani mengambil risiko
Gangguan tidur
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Gangguan dalam pola penialaian terhadap ancaman
Gangguan dalam pola melepaskan ketegangan
Tingginya derajat ancaman
Ketidakmampuan menyimpan energi yang adaptif
Tidak adekuatnya tingkat persepsi kendali diri
Tidak adekuatnya sumber-sumber yang tersedia
Tidak adekuatnya dukungan sosial yang dihasilkan

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Gangguan pola tidur
2.3.1 Tujuan dan Kiteria Hasil
Tujuan Kriteria Hasil
1. Anxiety reduction 1. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8
2. Confort level jam/hari
3. Pain level 2. Pola tidur, kalitas dalam batas normal
4. Rest : extent and pattern 3. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
5. Sleep :extent and patten 4. Mampu mengdentifikasi hal hal yang
meningkatkan tidur

2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional


Intervensi Rasional
1. Determinasi efek-efek medikasi terhadap 1. Untuk melakukan
pola tidur tindakan selanjutnya
2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat 2. Agar pasien paham
3. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas dan mengerti
sebelum tidur (membaca) 3. Mempermudah
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman aktivitas pasien
5. Kolaborasi pemberian obat tidur 4. Memnuhi kebutuhan
6. Diskusikan dengan pasien dan keluarga akan rasa nyaman
tentang teknik tidur pasien 5. Meningkatkan
7. Instruksikan untuk memonitor tidur pasien efektifitas terapi tidur
8. Monitor waktu makan dan minum dengan 6. Mempermudah
waktu tidur keluarga dalam
9. Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap pengawasan
hari dan jam 7. Dapat melaporkan hal-
hal yang menyimpang
8. Memaksimalkan waktu
tidur yang didapat
9. Agar terapi berjalan
efektif

Diagnosa 2: Koping individu tidak efektif


2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan Kriteria Hasil
1. Menunjukkan 1. Menunjukkan minat terhadap aktivitas
koping yang efektif pengalihan
2. Menunjukkan 2. Mengidentifikasi kekuatan personal yang dapat
pengendalian diri meningkatkan koping yang efektif
terhadap impuls 3. Menimbang serta memilih diantara alternatif dan
konsekuensinya
4. Mengawali pembicaraan
5. Berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari
6. Berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan
7. Menggunakan pernyataan verbal tentang rencana
menerima atau mengubah situasi

2.3.4 Intervensi Keperawatan dan Rasional


Intervensi Rasional
1. Mempersiapkan pasien untuk 1. Tidak terkejut akan sebuah
mengantisipasi krisis perkembangan perubahan
2. Membantu pasien untuk beradaptasi dengan 2. Mengadaptasikan agar
persepsi stresor, perubahan, atau ancaman mudah bergaul
yang menggangu pemenuhan tuntutan dan 3. Memulai dari yang terdekat
peran hidup saehingga pasien bisa
3. Menggunakan proses bantuan interaktif terbiasa
yang berfokus pada kebutuhan, masalah, 4. Bisa mandiri
atau perasaan pasien dan orang terdekat 5. Pasien merasa di hargai
untuk meninggalkan atau mendukung 6. Klien merasa terbantu
koping, penyelesaian masalah, dan 7. Menghindari stresor yang
hubungan interpersonal lebih berat
4. Memberikan informasi dan dukungan 8. Percaya diri
kepada pasien yang mengambil keputusan
mengenai perawatan kesehatan
5. Memberikan penanganan, penerimaan, dan
dorongan selama periode stress
6. Memfasilitasi lokasi pasien dan pengunaan
layanan kesehatan yang sesuai
7. Mencegah gaya hidup alkoholik atau
penggunaan obat-obatan
8. Membantu pasien untuk meningkatkan
penilaian personal terhadap harga dirinya
II. Daftar Pustaka

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.


Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara

Maryunani, Anik. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Bogor: In


Media

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Medika Salemba

Alimul.H.Aziz (2006) Pengantar KDM dan Proses Keperawatan. Salemba


Medika Jakarta.

Asmadi (2008) Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM,


Salemba Medika Jakarta.

Doengos.E.Maryln,dkk (2002) Rencana Asuhan Keperawatan, EGC,


Jakarta

Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba


Medika Jakarta.

Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba


Medika Jakarta.

Banjarmasin, November 2016

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(...........................) (...........................)
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

OLEH

NAMA :FANSYAH

NIM : 1614901110063

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWTAN PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai