Anda di halaman 1dari 3

PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN DAN STATUS GIZI MAHASISWA KAMPUS C

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Latar Belakang

Makanan adalah hal yang sangat penting dalam hidup manusia, karena ia adalah
penunjang kehidupan, sumber energi, bahan bakar manusia untuk hidup. Berbagai makanan
tentunya mengandung gizi yang berbeda. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh
asupan/konsumsi dari makanan. Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan
minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat.
Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak
menular (PTM) terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah
konsumsi gizi seimbang (PGS, 2014).
Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Gizi
yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan
kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik membuat berat
badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja
meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini (PGS, 2014). Menurut Tan
dalam Fradjia (2008) berpendapat bahwa perilaku makan adalah suatu istilah untuk
menggambarkan perilaku yang berhubungan dengan tata karma makan, frekuensi makan,
pola makan, kesukaan makan dan pemilihan makanan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan adalah
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan (sebagian besar diperoleh dari
indera mata dan telinga ) terhadap objek tertentu. Pengetahuan tentang gizi adalah salah satu
hal yang mendasari seseorang dalam pemilihan dan perilaku makan.
Mahasiswa pada umumnya berusia diatas 18 tahun yang merupakan remaja tahap
akhir. Mahasiswa yang sedang belajar di Universitas ada yang berasal dari kota itu sendiri
dan ada yang diluar kota, sehingga mereka bertempat tinggal di asrama, kos atau rumah
saudara. Dengan posisi yang jauh dari tempat tinggal asli, membuat mahasiswa harus mandiri
dan mengurus segala keperluan dan kebutuhan hidupnya, termasuk konsumsi makanan.
Tentunya konsumsi makanan mahasiswa ini akan berhubungan dengan status gizinya. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan, pola makan dan
status gizi mahasiswa
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku
merupakan hasil dari segala macam pengalaman secara instansi manusia dengan
lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan.
(Notoatmodjo 2012).
Perilaku makan adalah cara seseorang berfikir, pengetahuan dan berpandangan tentang
makanan. Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan itu dinyatakan dalam bentuk
tindakan makan dan memilih makanan. Jika keadaan itu terus-menerus berulang maka
tindakan tersebut akan menjadi kebiasaan makan (Khumaidi, 1994).

Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa perilaku makan merupakan respon seseorang


terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Berdasarkan uraian-uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa perilaku makan mahasiswa adalah suatu tingkah laku, yang dapat
dilihat dan diamati, yang dilakukan oleh mahsiswa dalam rangka memenuhi kebutuhan
makan yang merupakan kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis, merupakan reaksi terhadap
stimulus yang berasal dari dalam dirinya dan juga dari luar dirinya. Jadi dapat
dikatakan bahwa perilaku makan menjadi kebutuhan untuk menunjukkan

Menurut teori WHO, faktor-faktor perilaku dapat dibedakan menjadi


dua,yaitu :
a. Faktor-faktor Internal
Yaitu faktor-faktor yang ada di dalam diri individu itu sendiri, misalnya :
karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, sikap, dan sebagainya) yang
dimiliki seseorang. Selain itu juga dapat berupa pengalaman akan keberhasilan
mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung jawab,
pertumbuhan profesional dan intelektual yang dialami seseorang. Sebaliknya,
apabila seseorang merasa tidak puas dengan hasil dari pekerjaan yang telah
dilakukannya, dapat dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya dari luar diri
individu.
b. Faktor-faktor Eksternal
Yaitu faktor-faktor yang ada di luar individu yang bersangkutan. Faktor ini
mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan
dorongan/motif untuk berbuat sesuatu, misalnya sumber informasi yang
meliputi teman dan iklan

pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan (sebagian besar diperoleh dari indera mata dan telinga ) terhadap
objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan domain
yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan
pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara. Perilaku yang didasari
dengan pengetahuan dan kesadaran akan lebih bertahan lama daripada perilaku
yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket


yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari objek penelitian. Kedalaman
pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan
tersebut di atas (Notoatmodjo,2012)

Anda mungkin juga menyukai