Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis, dan
dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit degeneratif.
Osteoarthritis merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum dijumpai
di dunia (Bethesda, 2013). Berdasarkan National Centers for Health Statistics,
diperkirakan 15,8 juta (12%) orang dewasa antara usia 25-74 tahun mempunyai
keluhan osteoarthritis (Anonim, 2011). Prevalensi dan tingkat keparahan
osteoarthritis berbeda-beda antara rentang dan lanjut usia (Hansen & Elliot, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui bahwa
osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di
kawasan Asia Tenggara. Osteoarthritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui
secara pasti penyebabnya, akan tetapi ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi
secara bertingkat (Murray, 1996). Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas
pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Di Inggris, sekitar 1,3-1,75 juta mengalami gejala osteoarthritis sementara di
Amerika Syarikat, 1 dari 7 orang dewasa menderita osteoarthritis. Osteoarthritis
menempati tempat urutan kedua setelah penyakit kardiovaskular sebagai akibat dari
ketidakmampuan fisik di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 sampai 15%
orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun menderita osteoarthritis (Reginster,
2002). Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari osteoarthritis sangat besar, tidak
hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan (Wibowo, 2003).
Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi usia
diatas 70 tahun menderita osteoarthritis, dan 80% pasien osteoarthritis mempunyai
keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat yang berakibat
mengurangi kualitas hidupnya karena prevalensi yang cukup tinggi. Oleh karena
sifatnya yang kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai dampak sosio-ekonomi

1
yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1
sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis
(Soeroso, 2006) Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun
ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada.
Dari aspek karakteristik umum pasien yang didiagnosis penyakit sendi
osteoarthritis, menurut Arthritis Research UK (2012), memperlihatkan bahwa usia,
jenis kelamin, obesitas, ras/genetik, dan trauma pada sendi mempunyai kolerasi
terhadap terjadinya osteoarthritis. Prevalensi penyakit osteoarthritis meningkat secara
dramatis di antara orang yang memiliki usia lebih dari 50 tahun. Hal ini adalah karena
terjadi perubahan yang berkait dengan usia pada kolagen dan proteoglikan yang
menurunkan ketegangan dari tulang rawan sendi dan juga karena pasokan nutrisi
yang berkurang untuk tulang rawan (Lozada, 2013).
Wanita juga lebih cenderung terkena penyakit osteoarthritis dibanding pria
karena pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan tekanan jangka panjang pada
lutut mereka. Selain itu, faktor sosial seperti pekerjaan yang dilakukan seharian juga
mempengaruhi timbulnya osteoarthritis, terutama pada atlet dan orang-orang yang
pekerjaannya memerlukan gerakan berulang (pekerja landskap, mangetik atau
mengoperasikan mesin), memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoarthritis. Hal ini
adalah karena terjadinya cedera dan meningkatkan tekanan pada sendi tertentu
(Anonim, 2013a).
Gaya hidup juga mempengaruhi kehidupan seseorang yang menderita penyakit
osteoarthritis. Perubahan gaya hidup dan pengobatan yang dilakukan dapat membantu
mengurangi keluhan osteoarthritis. Perubahan berat badan dapat meningkatkan
tekanan pada bagian sendi, terutamanya pada bagian lutut dan pinggul. Diet yang
sehat diperlukan untuk mengurangi berat badan. Pola makan yang sehat berserta
olahraga dapat menurunkan terjadinya osteoarthritis (Anonim, 2013). Menurut The
American Geriatrics Society (2001), kurang aktifitas fisik dikenal sebagai faktor
risiko untuk banyak penyakit pada populasi manula dan peningkatan aktifitas fisik
pada pasien osteoarthritis akan menurunkan morbiditas dan mortalitas.

2
Pada osteoarthritis primer/generalisata yang pada umumnya bersifat familial,
dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal (DIP) dan
interfalang proksimal (PIP) (Elin dkk, 2008). Sampai saat ini masih belum ditemukan
obat yang dapat menyembuhkan osteoarthritis. Pengobatan yang ada hingga saat ini
hanya berfungsi untuk mengurangi nyeri
dan mempertahankan fungsi dari sendi yang terkena. Ada tiga tujuan utama yang
ingin dicapai dalam proses terapi osteoarthritis, yaitu untuk mengontrol nyeri dan
gejala lainnya, untuk mengatasi gangguan pada aktivitas sehari-hari, dan untuk
menghambat proses penyakit. Pilihan pengobatan dapat berupa olahraga, kontrol
berat badan, perlindungan sendi, terapi fisik dan obat-obatan. Bila semua pilihan
terapi tersebut tidak memberikan hasil, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
tindakan pembedahan pada sendi yang terkena (Anonim, 2006).
Prosedur pembedahan (misal osteotomi, pengangkatan sendi, penghilangan
osteofit, artroplasti parsial atau total, joint fusion) diindikasikan untuk pasien dengan
rasa sakit parah yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa
sakit yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial dan mampu
mempengaruhi gaya hidup (Elin dkk, 2008).
Gambaran karakteristik pasien dan pola pengobatan osteoarthritis dapat
digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan medis terhadap pasien
osteoarthritis serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan mengetahui
karakteristik pasien osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta pada tahun 2013,
diperoleh gambaran spesifik tentang faktor-faktor risiko penderita osteoarthritis yang
bersesuaian dengan hasil teori dan dikaitkan dengan pola pengobatannya.

2.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan proses menua ?
2. Bagaimana Teori teori proses menua ?

3
3. Bagaimana Peran dan hubungan antar manusia bagi usia lanjut?
4. Apa itu Osteoarthritis ?
5. Apa saja yang menjadi penyebab Osteoarthritis ?
6. Termasuk kedalam jenis Reumatik yang mana osteoarthritis ?
7. Apa saja yang termasuk kedalam manifestasi klinik dari osteoarthritis?
8. Bagaimana Patofisiologi dari osteoarthritis?
9. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang bisa dilakukan ?
10. Bagaimana Penatalaksanaan osteoarthritis?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari osteoarthritis?

2.3 Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini pembaca diharapakan dapat mengetahui,
menjelaskan maupun menyebutkan tentang :
1. Proses Menua
2. Teori Teori Proses Menua
3. Peran Dan Hubungan Antar Manusia Bagi Usia Lanjut
4. Definisi Osteoarthritis
5. Penyebab Osteoarthritis
6. Jenis Jenis Reumatik
7. Manifestasi Klinik Dari Osteoarthritis
8. Patofisiologi Dari Osteoarthritis
9. Pemeriksaan Diagnostic
10. Penatalaksanaan Osteoarthritis
11. Asuhan Keperawatan Dari Osteoarthritis

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Menua


Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Contantinides, 1994 yang dikutip oleh
Wahjudi Nugroho, 2000).
Aging process dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang
wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya lambat
cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Secara individu,
pada usia di atas 60 tahun tejadi proses penuaan secara ilmiah. Hal ini akan
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan
bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit juga
bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular atau akibat penuaan
(degeneratif).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
menghinggapi kaum lansia.

2.2 Teori teori proses menua


1. Teoori biologi.
a. Teori genetic dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokima yang diprogram
oleh molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b. Pemakaian dan rusak

5
Kelebihan usaha dapat menimbulkan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah (terpakai).
c. Auto immune theory
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tertentu sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tubuh tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel
lelah terpakai.
e. Teori radikal bebas
Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan
organic yang selanjutnya menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
f. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen yang selanjutnya menyebabkan kurang elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
g. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah sel
setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan social dan mempertahankan hubungan antara system social
dan individu agar stabil dari usia pertengahan hingga usia tua.
b. Kepribadian berlanjut
Merupakan gabungan teori di atas dimana perubahan yang terjadi pada
seseroang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang
dimilikinya.

6
c. Teori pembebasan
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya. Dengan bertambahnya usia, seorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjadi kehilangan ganda: kehilangan peran, hambatan
kontak social, berkurangnya komitmen.

2.3 Peran dan hubungan antar manusia bagi usia lanjut


1. Peran dan Hubungan Antar Manusia Yang Normal
Peran dan hubungan menggambarkan tanggung jawab individu dalam
keluarga, pekerjaan dan keadaan social. Secara alamiah peran itu sesuai dengan
budaya namun ada perbedaan dari setiap individu. Orang cenderung
memperlihatkan identitas dan menggambarkan kemampuan dalam berperan.
Setiap orang mempunyai perannya masing-masing misalnya; sebagai seorang laki-
laki, wanita, suami, istri, orang dewasa, remaja, orang tua, anak, saudara, pelajar,
guru, dokter, perawat dan lain-lain. Peran dilakukan orang selama hidupnya dan ia
sering berusaha sesuai dengan peran yang dimiliki.
Peran memberikan nilai dan status social bagi seseorang. Setiap kelompok
social mempelajari status, perilaku, symbol, dan hubungan yang dapat diterima
oleh setiap peran. Perilaku, symbol dan pola hubungan setiap orang berbeda
tergantung nilai dan norma social di mana individu itu berada.
2. Peran, Hubungan dan Usia
Perubahan peran dan hubungan disesuaikan dengan perkembangan usia baik
laki-laki maupun perempuan. Perubahan itu meliputi pengunduran diri, merasa
kehilangan misalnya perubahan posisi dalam rumah atau kehilangan orang penting
lainnya seperti suami atau istri yang meninggal. Semuanya ini dapat menimbulkan

7
potensial trauma bagi lanjut usia. Dalam kehidupan nyata banyak orang tua marah
atau merasa tersinggung karena kekuatan social mereka diberhentikan (pensiun)
Menurut American Society menggambarkan bahwa peran orang tua sudah tidak
berdaya, lemah atau lekas marah dan tidak bermanfaat (sia sia). Beberapa orang
tua menerima peran ini dan melakukan sebagai tindakan. Namun banyak orang
yang tidak puas menerima stereotype ini dan secara kontinyu mengembangkan
peran dan hubungan sampai usia 80 90 tahun.
3. Pengkajian Peran dan Hubungan Antar Manusia
a. Kaji status perkawinan individu (single, kawin, janda, cerai).
b. Kaji respon kehilangan individu seperti suami, istri atau orang penting lainnya
c. Apakah individu hidup sendiri atau dengan orang lain
d. Jika individu tersebut hidup dengan orang lain, siapakah mereka dan apa cara
mereka berhubungan? Apakah masih mempunyai struktur keluarga?
e. Bagaimana seseorang menggambarkan hubungan dalam keluarga
f. Kaji hubungan klien dengan teman karib.
g. Kaji hubungan kerja
h. Kaji perasaan klein yang sudah pensiun
i. Kaji apakah klien merasa bagian dari masyarakat atau lingkungan
4. Proses Keperawatan
Ada beberapa masalah yang muncul antara lain :
a. Perubahan proses keluarga
b. Isolasi social/gangguan interaksi social
c.Gangguan komunikasi verbal.

2.4 Definisi Osteoarthritis


Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki
paling sering terkena OA (sudoyo Aru,dkk 2009) dan memiliki gambaran yang khas
yaitu sendi falang distal dan proksimal sering terkena.

8
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan
tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut,
terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
Osteoarthritis merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat, biasa
mempengaruhi sendi diartrodial perifer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai
dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikular yang berakibat pada pembetukan
osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan ketidakmampuan.
Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang dipengaruhi (Elin dkk, 2008).

2.5 Penyebab (etiologi)


Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor
resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan
akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda
dengan perubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-
laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih
sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah
menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria.
Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masing-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan pola hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
5. Genetik

9
Genetika memainkan peranan dalam perkembangan osteoarthritis. Kelainan
warisan tulang mempengaruhi bentuk dan stabilitas sendi dapat
menyebabkan osteoarthritis. Nodus Herberden adalah 10 kali lebih banyak
terjadi pada wanita dibanding laki-laki, dengan risiko dua kali lipat jika ibu
kepada wanita itu mengalami osteoarthritis (Hansen & Elliot, 2005). Nodus
Herberden dan Nodus Bouchard terjadi pada bagian sendi pada tangan.
6. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang
menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis
yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat
faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
Semakin tinggi berat badan seseorang, semakin besar kemungkinan
seseorang untuk menderita osteoarthritis. Hal ini adalah disebabkan karena
seiring dengan bertambahnya berat badan seseorang, beban yang akan
diterima oleh sendi pada tubuh makin besar. Beban yang diterima oleh
sendi akan memberikan tekanan pada bagian sendi yang berpengaruh,
contohnya pada bagian lutut dan pinggul.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan
resiko osteoartritis yang lebih tinggi. Trauma pada sendi atau pengunaan
sendi secara berlebihan. Atlet dan orang-orang yang memiliki pekerjaan
yang memerlukan gerakan berulang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
terkena osteoarthritis karena mengalami kecederaan dan peningkatan

10
tekanan pada sendi tertentu. Selain itu, terjadi juga pada sendi dimana
tulang telah retak dan telah dilakukan pembedahan.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat
(keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang
rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
9. Nutrisi
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D.
Kadar vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan
tulang untuk merespons secara optimal proses terjadinya osteoarthritis dan
akan mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan vitamin D
mempunyai efek langsung terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami
osteoarthritis, yang terbukti membentuk kembali reseptor vitamin D.

2.6 Jenis Reumatik


Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi
(reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering
ditemukan yaitu:
1) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun
yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan
berbagai organ di luar persendian.Peradangan kronis dipersendian
menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena.Peradangan sendi

11
biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus. Peradangan terjadi
akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan pannus
yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di
sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya
simetris (terjadi pada kedua sisi). Penyebab Artritis Rematoid belum
diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma,
virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai
faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi
autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah ditemukan
berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-tiba
kehilangan suami atau istri, kehilangan satu-satunya anak yang
disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya.
Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran
(Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang
menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun
berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan
granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi
sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan
parut. Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan
nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
2) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab
yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis,
morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari
masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh
persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan
sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium
lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya
fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi.

12
Osteoartritis dibedakan menjadi 2 : (Yuliana, 2009)
a) Tipe Primer : ( idiopatik ) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya
yang berhubungan dengan osteoarthritis
b) Tipe sekunder : akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
Idiopatik Sekunder
Lokal : Trauma :
Tangan : Nodus Heberden dan Akut
Bochard (nodal), arthritis antar Kronik (Pekerjaan, olahraga)
falang etosif (nonnodal), karpal- Kongenital atau perkembangan
metakarfal pertama Penyakit lokal : legg- calve-
Kaki : hallucks valgus, halluks perthes, dislokasi panggul
rigidus, jempol terkontraksi kongenital, efipisi selip
(jempol palu/cock-up), Faktor mekanis : panjang
talonavikularis ekskremitas bawah yang tidak
Lutut : sama, deformitas
Kompartemen media valgus/varus,sindrom
Kompartemen lateral hipermobilitas
Kompartemen patelo femoralis Displasia Tulang : dysplasia
Panggul : epifisis, dysplasia
Eksentrik : Superior spondiloapofisis,
Kosentrik : aksial, medial osteonikondistrofi
Difus : koksa senilis Metabolik :
Tulang Belakang : - Onkronosis (alkaptonuria)
Sendi apofisalis - Hemokromatosis
Antarvertebra ( diskus) - Penyakit Wilson
Sponsilosis (osteofit) - Penyakit Gaucher
Ligamentosa (hyperostosis), Endokrin :
penyakit Foresteir, Hiperostosis - Akromegali

13
rangka idiopatik difus) - Hiperparatiroidisme
Tempat tunggal lainnya , - Diabetes Melitus
misalnya Glenohumeralis, - Kegemukan
akromioklavikularis, tibio talar, - Hipotiroidisme
temporomandibularis, sakroiliaka Penyakit endapan kalsium :
Generalisata (OAG) : mencakup Penyakit tulang dan sendi lain :
tiga atau lebih daerah yang Lokal : fraktur, nekrosis avaskuler,
tercantum di atas infeksi, gout
Difus : arthritis rematoid
(peradangan), penyakit paget,dll

Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi,


yaitu kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan
tulang dasarnya. Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan
batasan pada rentang gerak (range of motion) sendi (Felson, 2008).
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago
akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan
protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini
akan berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan
pada sendi (Felson, 2008).
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu
mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi.
Umpan balik yang dikirimkan memungkinkan otot dan tendon
mampu memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu
ketika sendi sedang bergerak (Felson, 2008).
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti
dari pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan

14
sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota
gerak untuk menyelesaikan tugasnnya. Kontraksi otot tersebut turut
meringankan tekanan yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan
deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact). Tumbukan yang
diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga
meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago
memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima (Felson,
2008).
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi
oleh cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar
tulang yang terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat
dimanfatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima
sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya osteoarthritis dapat
terlihat pada kartilago sehingga penting untuk mengetahui lebih
lanjut tentang kartilago (Felson, 2008).
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu
kolagen tipe dua dan aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan
ketat, membatasi molekul-molekul aggrekan di antara jalunan-jalinan
kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan
dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago
(Felson, 2008).
Kondrosit merupakan sel yang tedapat dijaringan avaskular,
mensintesis seluruh elemen yang terdapat pada matriks kartilago.
Kondrosit menghasilkan enzim pemecah matriks, yaitu sitokin
[Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)], dan juga faktor
pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan
merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk
molekul-molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan

15
ini dijaga keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan
faktor lingkungan (Felson, 2008).
Kondrosit mensintesis metalloproteinase matriks (MPM) untuk
memecah kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat
kerja di matriks yang dikelilingi oleh kondrosit. Namun pada fase
awal osteoarthritis, aktivitas serta efek dari MPM menyebar hingga
ke bagian permukaan dari kartilago (Felson, 2008).
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah
menstimulasi pergantian matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih
malah memicu proses degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit
untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein
lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks.
TNF yang berlebihan mempercepat proses pembentukan tersebut. NO
yang dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan dan
meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini
berlangsung pada proses awal timbulnya osteoarthritis (Felson, 2008).
Kartilago memiliki metabolisme yang lambat, dengan pergantian
matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis
dengan degradasi. Namun pada fase awal perkembangan
osteoarthritis, kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif
(Felson, 2008).
Pada proses timbulnya osteoarthritis, kondrosit yang terstimulasi
akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat
ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering
habis serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur.
Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan
sendi akan meningkatkan kejadian osteoarthritis pada daerah sendi
(Felson, 2008).
3) Atritis Gout

16
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah
(hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal
monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini
menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout
akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui
(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok
asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga
bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-
obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah
obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang
tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya
terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang
meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat
juga ikut meninggi.
b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di
luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi
(ekstra artikuler rheumatism). Jenis jenis reumatik yang sering ditemukan
yaitu:
1) Fibrosis

17
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan
anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut,
penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
2) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di
tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung
pembungkus tendon.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini
dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa
timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau
radang sendi.
4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke
tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan
pseudogout.
5) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif
diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau
sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk.
Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan
metabolik dan fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan
sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan
atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan

18
belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping.
Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.

2.7 Manifestasi klinik


Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula
terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran
sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan
krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan
gerakan yang lain.
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan yang tertentu terkdang dapat menimbulkan rasa nyeri
yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski
osteoarthritis masih tergolong dini (secara radiologis) (Soeroso dkk,
2006).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago
pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat
diasumsikan nyeri yang timbul pada osteoarthritis berasal dari luar
kartilago (Felson, 2008). Pada penelitian dengan menggunakan MRI,
didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari

19
peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema sumsum tulang
(Felson, 2008).
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur. Rasa kaku pada
sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau setelah tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau duduk di mobil
dalam waktu yang cukup lama, bahkan setiap bangun tidur pada pagi hari
(Soeroso dkk, 2006).
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien osteoarthritis lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter
yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat
terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso dkk, 2006).
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar. Pembengkakan
sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak
banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan
sendi berubah (Soeroso dkk, 2006).
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan
fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian

20
pasien yang umumnya tua (lansia). Gejala ini merupakan gejala yang
membebankan pasien dan merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien osteoarthritis, terutamanya pada pasien lanjut usia.
Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada osteosarthritis lutut (Soeroso dkk, 2006).
7. Tanda- tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai
pada osteoarthritis karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak
menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh.
Gejala ini sering dijumpai pada osteoarthritis lutut (Soeroso dkk, 2006).

2.8 Patofisioligi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago
menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama

21
yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan
akan menjadi kronis yang progresif.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik


Diagnosis osteoarthritis dapat dilakukan mendasari pada gambaran klinis dan
temuan pada hasil radiografis. Antara diagnosis yang sering dilakukan adalah
seperti:
1. Gejala/keluhan utama
Nyeri pada sendi, lokalisasi tidak jelas, nyeri bertambah ketika terjadi
pergerakan dan berkurang ketika beristirahat, nyeri dan kaku pada sendi pada
pagi hari, kaku setelah tidak beraktivitas, umumnya akan timbul secara
perlahan-lahan (Iskandar, 2012).
2. Pemeriksaan fisik
Peradangan pada sendi dapat dilihat karena adanya hipertrofi tulang, dimana
kulit di bagian atasnya berwarna merah, terasa nyeri, dan juga terdapat Nodus
Bouchard pada proksimal interphalangeal yang dapat terjadi deformitas
(kelainan bentuk) (Iskandar, 2012).
3. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan darah dan cairan sendi biasanya tidak menunjukkan
kelainan, tetapi laju endap darah (LED) meninggi (Iskandar, 2012).
4. Gambaran radiologi
Terdapat beberapa metode yang dapat digunnakan untuk mendapatkan
gambaran radiologi, yaitu seperti berikut:
a. Plain radiography
Diagnosis dapat dilakukan menggunakan metode plain
radiography ini karena metode ini merupakan metode yang cost
effective dan hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang singkat.
Metode radiografi ini dapat menggambarkan terjadinya hilangnya

22
sendi, atau terdapatnya ruang, serta tulang subchondral sclerosis dan
formasi kista (Lozada, 2013).
b. Computed tomography (CT) scanning
Metode ini jarang digunakan dalam diagnosis osteoarthritis
primer (idiopatik). Namun dapat digunakan dalam mendiagnosis
malaligment dari sendi patellofemoral atau sendi pada kaki dan pada
pergelangan kaki (Lozada, 2013).
c. Magnetic resonance imaging (MRI)
Metode ini tidak perlu dilakukan pada kebanyakan pasien dengan
osteoarthritis, kecuali pada kondisi tertentu yang mengharuskan
menggunakan metode ini. MRI dapat langsung memvisualisasikan
tulang rawan artikular dan jaringan sendi lainnya (misalnya
meniskus, tendon, otot, atau efusi) (Lozada, 2013).
d. Ultrasonography
Metode ini tidak ada peran dalam penilaian klinis rutin bagi pasien
dengan osteoarthritis. Namun, metode ini sedang diselidiki sebagai alat
untuk pemantauan degenerasi tulang rawan, dan dapat digunakan
untuk suntikan pada sendi yang sukar untuk dilihat tanpa di scan
(Lozada, 2013).
e. Bone Scanning
Metode ini mungkin membantu dalam diagnosis awal osteoarthritis
tangan. Selain itu, metode ini juga dapat membantu membedakan
osteoarthritis dari osteomyelitis dan metastase tulang (Lozada, 2013).
f. Arthrocentesis
Kehadiran cairan sendi peradangan membantu membedakan
osteoarthritis dari penyebab lain dari nyeri sendi. Selain temuan cairan
sinovial yang membantu dalam diferensiasi osteoarthritis dari kondisi
lain adalah adanya gram negatif serta tidak adanya kristal ketika dilihat
dibawah mikroskop (Lozada, 2013).

23
Sasaran diagnosis osteoarthritis adalah membedakan antara
arthritis primer dan sekunder, serta menegaskan lokasi sendi yang
terkena, keparahan dan respon terhadap terapi sebelumnya, menjadi
dasar pengobatan selanjutnya (Hansen & Elliot, 2005).

2.10 Penatalaksanaan Osteoartritis


Pengobatan penyakit sendi osteoarthritis dapat dilakukan dengan
beberapa terapi, antaranya adalah:
1. Terapi Non Farmakologis
a. Edukasi atau penerangan
Langkah pertama adalah memberikan edukasi pada pasien tentang
penyakit, prognosis, dan pendekatan manajemennya. Selain itu,
diperlukan konseling diet untuk pasien osteoarthritis yang mempunyai
kelebihan berat badan (Elin dkk, 2008).
Ahli bidang kesehatan harus memberikan informasi pada pasien
dengan penyakit osteoarthritis mengikut kesesuaian keadaan dan
keselesaan pasien (Anonim, 2008).
b. Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi fisik dapat dilakukan dengan pengobatan panas atau
dingin dan program olahraga bagi membantu untuk menjaga dan
mengembalikan rentang pergerakan sendi dan mengurangi rasa sakit
dan spasmus otot. Program olahraga dengan menggunakan teknik
isometric didesain untuk menguatkan otot, memperbaiki fungsi
sendi dan pergerakan, dan menurunkan ketidakmampuan, rasa sakit,
dan kebutuhan akan penggunaan analgesik (Elin dkk, 2008).
Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan,
alat bantu gerak, heel cups, dan insole dapat digunakan selama
olahraga atau aktivitas harian (Elin, dkk, 2008). Pasien osteoarthritis
lutut yang memakai sepatu dengan sol tambahan yang empuk yang

24
bertujuan untuk meratakan pembagian tekanan akibat berat, dengan
demikian akan mengurangi tekanan di lutut (Bethesda, 2013).
Kompres hangat atau dingin serta olahraga dapat dilakukan
untuk memelihara sendi, mengurangi nyeri, dan menghindari
terjadinya kekakuan (Priyanto, 2008). Kompres hangat atau dingin
ini dilakukan pada bagian sendi yang mengalami nyeri.
c. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan dapat diterapkan dengan mempunyai gaya
hidup yang sehat (Iskandar, 2012). Penurunan berat badan dapat
membantu mengurangi beban atau mengurangi gejala pada bagian
yang mengalami penyakit osteoarthritis terutamanya pada lutut dan
pinggul (Felson, 2008).
d. Istirahat
Istirahat yang cukup dapat mengurangi kesakitan pada sendi.
Selain itu juga istirahat dapat menghindari trauma pada persendian
secara berulang (Priyanto, 2008).
2. Terapi Farmakologi
Terapi obat pada osteoarthritis ditargetkan pada penghilangan rasa sakit.
Karena osteoarthritis sering terjadi pada individu lanjut usia yang memiliki
kondisi medis lainnya, diperlukan suatu pendekatan konservatif terhadap
pengobatan obat, antaranya (Elin dkk, 2008):
a. Golongan Analgesik
1) Golongan Analgesik Non Narkotik
a) Asetaminofen (Analgesik oral)
Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin pada sistem
saraf pusat (SSP). Asetaminofen diindikasikan pada pasien yang
mengalami nyeri ringan ke sedang dan juga pada pasien yang
demam. Obat yang sering digunakan sebagai lini pertama adalah
parasetamol.

25
b) Kapsaisin (Analgesik topikal)
Kapsaisin merupakan suatu estrak dari lada merah yang
menyebabkan pelepasan dan pengosongan substansi P dari serabut
syaraf. Obat ini juga bermanafaat dalam menghilangkan rasa sakit
pada osteoarthritis jika digunakan secara topikal pada sendi yang
berpengaruh. Kapsaisin dapat digunakan sendiri atau kombinasi
dengan analgesik oral atau NSAID. Kapsaisin ini diberikan dalam
bentuk topikal, yaitu dioleskan pada bagian nyeri sendi.
2) Analgesik Narkotika
Analgesik narkotika dapat mengatasi rasa nyeri sedang sampai
berat. Penggunaan dosis obat analgesik narkotika dapat berguna
untuk pasien yang tidak toleransi terhadap pengobatan asetaminofen,
NSAID, injeksi intra-artikular atau terapi secara topikal. Pemberian
narkotika analgesik merupakan intervensi awal, dan sering diberikan
secara kombinasi bersama asetaminofen. Pemberian narkotika ini
harus diawasi karena dapat menyebabkan ketergantungan.
b. Golongan NSAID
Dalam dosis tunggal antiinflamasi nonsteriod (NSAID) mempunyai
aktivitas analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol
lebih banyak dipakai terutamanya pada pasien lanjut usia.
Dalam dosis penuh yang lazim NSAID dapat sekaligus
memperlihatkan efek analgesik yang bertahan lama yang membuatnya
sangat berguna pada pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri berulang
akibat radang. NSAID lebih tepat digunakan daripada parasetamol atau
analgesik opioid dalam arthritis rematoid dan pada kasus osteoarthritis
lanjut.
c. Kortikosteroid
Kortikosteroid berfungsi sebagai anti inflamasi dan digunakan
dalam dosis yang beragam untuk berbagai penyakit dan beragam

26
individu, agar dapat dijamin rasio manafaat dan risiko setinggi-
tingginya. Kortikosteroid sering diberikan dalam bentuk injeksi intra-
artikular dibandingkan dengan penggunaan oral.
d. Suplemen makanan
Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin,
kondroitin yang berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan
sendi atau mengurangi simptom osteoarthritis (Priyanto, 2008).
Suplemen makanan ini dapat digunakan sebagai obat tambahan pada
penderita osteoarthritis terutamanya diberikan pada pasien lanjut usia.
Tabel III. Obat-obat yang Umum Digunakan Pada Pengobatan
Osteoarthritis

Pengobatan Dosis dan frekuensi Dosis


maksimum
(mg/hari)

Analgesik oral
Asetaminofen 325-650 mg setiap 4-6 jam atau 1 g 4000
3-4 kali/hari
Tramadol 50-100 mg setiap 4-6 jam 400

Analgesik
topical
Kapsaisin 0.025% atau
0.075% Dapat mempengaruhi sendi 3-4 -
kali/hari
Suplement
nutrisi
Glukosamin
sulfat 500 mg 3 kali/hari atau 1500 mg 1500
sekali sehari
Antiinflamasi
steroid non
(NSAID)
Asam
karboksilat
Asam asetilasi

27
Aspirin, biasa,
buffer, atau 325-650 mg setiap 4-6 jam untuk 3600
salut enterik nyeri ;
Dosis antiinflamasi dimulai pada
3600 mg/hari dalam dosis terbagi
Non asetil
salisilat
Salsalat 500-1000 mg 2-3 kali perhari 3000
Difunisal 500-1000 mg 2 kali perhari 1500
Kolin
salisilat 500-1000 mg 2-3 kali perhari 3000
Kolin magnesium
salisilat 500-1000 mg 2-3 kali perhari 3000
Asam asetat
Etodolak 800-1200 mg/hari dalam dosis 1200
Terbagi
Diklofenak 100-150 mg/hari dalam dosis 200
terbagi
Indometasin 25 mg 2-3 kali/hari ; 75 mg SR 200; 150
sekali sehari
Ketorolak 10 mg setiap 4-6 jam 40
Nabumeton 500-1000 mg 1-2 kali/hari 2000
Asam
propionate
Fenoprofen 300-600 mg 3-4 kali/hari 3200
200-300 mg/hari dalam 2-4
Flubiprofen dosis 300
terbagi
1200-3200 mg/hari dalam 3-4
Ibuprofen dosis 3200
terbagi
150-300 mg/hari dalam 3-4
Ketoprofen dosis 300
terbagi
Naproxen 250-500 mg 2 kali sehari 1500
Sodium
Naproxen 275-550 mg 2 kali sehari 1375
Oxaprozin 600-1200 mg perhari 1800

28
Selain itu ada diet yang bertujuan untuk mengurangi pembentukan asam
urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan
mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh dan
yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang tidak boleh
makanan diberikan diberikan
Karbohidrat Semua --
Protein hewani Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung, hati,
tongkol, bandeng 50 gr/hari, usus, limpa, paru-paru, otak,
telur, susu, keju ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
Protein nabati Kacang-kacangan kering 25 --
gr atau tahu, tempe, oncom

Lemak Minyak dalam jumlah --


terbatas.

Sayuran Semua sayuran sekehendak Asparagus, kacang polong,


kecuali: asparagus, kacang kacang buncis, kembang kol,
polong, kacang buncis, bayam, jamur maksimum 50
kembang kol, bayam, jamur gr sehari
maksimum 50 gr sehari

Buah-buahan Semua macam buah --

Minuman Teh, kopi, minuman yang Alkohol


mengandung soda
Bumbu, dll Semua macam bumbu Ragi

29
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
- Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
- Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
b. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
- Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
Catat bila ada krepitasi
Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
- Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
- Ukur kekuatan otot
- Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
- Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
c. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan
kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian
terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

30
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah
dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan
yang sering muncul yaitu:
Tabel Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


Keluhan nyeri,
ketidaknyamanan,
Distensi jaringan akibat akumulasi
kelelahan, berfokus pada
cairan/proses inflamasi, destruksi Nyeri Akut
diri sendiri, Perilaku
sendi
distraksi/ respons
autonomic
Gangguan
Distensi jaringan akibat
deformitas skeletal, mobilitas fisik
akumulasi cairan/proses
nyeri, penurunan kekuatan otot berhubungan
inflamasi, destruksi sendi
dengan.
Perubahan fungsi dari deformitas skeletal, Gangguan Citra
bagian-bagian yang sakit. nyeri, penurunan kekuatan otot Tubuh
Ketidakmampuan untuk kerusakan musculoskeletal, penurunan
Defisit perawatan
mengatur kegiatan sehari- kekuatan, daya tahan, nyeri pada
diri
hari. waktu bergerak, depresi

FORMAT PENGKAJIAN

Nama : Riza Desima


NIM : 201120461011069

31
Tanggal Pengkajian : Selasa, 18 Desember 2012

A. RIWAYAT KLIEN / DATA BIOGRAFIS


Nama : Ny.M
Alamat : Arjowinangun RT 03/ RW 03, Malang
Telp :-
TTL : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
Pendidikan : SD
Orang Yang Paling Dekat Dihubungi : Anak

B. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Status Pekerjaan saat Ini : tidak bekerja
2. Pekerjaan Sebelumnya : tidak bekerja (IRT)
3. Sumber sumber : Anak Dari Ny.M bekerja swasta sehingga
kebutuhan sehari-harinya di dapatkan dari anak-anaknya.
4. Pendapatan dan Kecukupan
5. Terhadap sumber sumber : Pendapatan sekitar Rp. 500.000/bulan
6. Ny T mengatakan pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari sudah cukup.

C. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


1. Tipe Tempat Tinggal : Rumah Gedung/tembok
2. Jumlah Kamar : 4 Buah Kamar
3. Jumlah Orang Yang Tinggal Di rumah : 3 Orang (Ny.M dan 2 anaknya)
4. Derajat Privasi :-

32
D. RIWAYAT REKREASI
1. Hobi /Minat : masak
2. Keanggotaan Organisasi : Ny.M tidak mengikuti organisasi apapun di
lingkungannya.
3. Liburan /Perjalanan : Jarang, karena kesulitan biaya.
E. SUMBER /SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
1. Dokter :-
2. Rumah Sakit : -
3. Klinik :-
4. Pelayanan Kesehatan Di Rumah : Puskesmas Arjowinangun, Posyandu
Lansia
5. Makanan yang Dihantarkan : -
F. DESKRIPSI HARI KHUSUS
Kebiasaan Waktu Tidur : Pukul 21 . 00 04.00 WIB (Malam)
Pukul 14.00 16.00 WIB (Siang)
G. STATUS KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan Kesehatan Utama :
Ny.M Terasa Linu linu pada area lutut
2. Status Kesehatan Umum selama 1 tahun:
Sering linu-linu di kaki
3. Status kesehatan umum Selama 5 tahun yang lalu : tidak ada.
4. Pengetahuan /pemahaman dan penatalaksanaan masalah Kesehatan :
Ny.M mengatakan tidak mengerti penyebab dari linu-linu di kakinya. Yang
Ny.M ketahui penyebabnya karena faktor usianya, tindakan yang sudah di
lakukan Ny.M untuk mengurangi linu linu adalah meminum obat yang di
berikan oleh puskesmas, Ny.M tidak tau lagi cara untuk mengurangi sakit linu
linunya. Akibat dari linu-linunya Ny.M sudah jarang untuk jalan pagi (olah
raga).

33
H. OBAT OBATAN
1. Nama : Vit. B1, Na-Diklofenac, CTM
2. Bagaimana/ kapan menggunakannya :
Vit. B1 diminum pagi dan sore hari satu jam setelah makan
Na-Diklofenac diminum pagi dan sore hari satu jam setelah makan
CTM diminum malam hari satu jam setelah makan.
I. ALERGI ( Catat agen reaksi spesifik )
1. Obat obatan :-
2. Makanan :-
3. Kontak Substansi :-
4. Faktor Lingkungan : -

J. LINGKUNGAN ( Ingat kembali diet 24 jam, termasuk cairan )


1. Diet Khusus Pembatasan :-
Riwayat peningkatan Atau penurunan BB : -
Pola konsusmsi Makanan ( Sendiri /dgn Orang lain ) : Sendiri dengan
frekuensi 3X perhari.
2. Masalah yang memengaruhi Masukan makanan ( Mis ; Pendapatan tdk
adekuat, Kurang transportasi, masalah, Menelan atau mengunyah, Stress
emosioanal ) : tidak ada.
K. STATUS KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit masa anak anak : -
2. Penyakit serius /Kronik :-
3. Trauma :-
4. Perawatan di Rumah sakit :-
5. Operasi :-

34
L. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tingkat Kesadaran : Compos Metis
3. Skala koma Glasgow :-
4. Tanda tandaVital :
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20X/menit
Sistem Integumen
1) Lesi /Luka : Ya /Tidak
2) Pruritus : Ya /Tidak
3) Perubahan Pigmentasi : Ya /Tidak
4) Perubahan Tektur : Ya /Tidak
5) Sering Memar : Ya /Tidak
6) Perubahan Rambut : Ya /Tidak
7) Pemajanan Lama terhadap sinar matahari : Ya /Tidak
Sistem Pernapasan
1) Batuk : Ya /Tidak
2) Sesak napas : Ya /Tidak
3) Hemoptisis : Ya /Tidak
4) Sputum : Ya /Tidak
5) Asma / Alergi Pernapasan : Ya /Tidak
6) Suara Napas : Vesikuler Bronkial Bronko vesikuler
7) Suara nafas tambahan : ronkhi wheezing
Sistem Kardiovaskuler
1) Nyeri dada : Ya /Tidak
2) Palpitasi : Ya /Tidak

35
3) Sesak napas : Ya /Tidak
Sistem Gastrointestinal
1) Nyeri Ulu Hati : Ya /Tidak
2) Mual /muntah : Ya /Tidak
3) Hematemesis : Ya /Tidak
4) Perubahan nafsu makan : Ya /Tidak
5) Benjoan /massa : Ya /Tidak
6) Diare : Ya /Tidak
7) Konstipasi : Ya /Tidak
8) Melena : Ya /Tidak
9) Hemoroid : Ya /Tidak
10) Perdarahan Rektum : Ya /Tidak
11) Pola defekasi biasanya : Ya Tidak

Sistem Perkemihan
1) Frekuensi : 3 4x/hari
2) Menetes : Ya /Tidak
3) Hematuria : Ya /Tidak
4) Poliuria : Ya /Tidak
5) Nokturia : Ya /Tidak
6) Inkontinensia : Ya /Tidak
7) Nyeri Saat berkemih : Ya /Tidak
8) Batu Infeksi : Ya /Tidak
Sistem Muskuluskeletal
1) Nyeri Persendian : Ya /Tidak
2) Kekakuan : Ya /Tidak
3) Pembengkakan Sendi : Ya /Tidak
4) Kram : Ya /Tidak
5) Kelemahan Otot : Ya /Tidak

36
6) Masalah cara berjalan : Ya /Tidak
Sistem Syaraf Pusat
1) Sakit Kepala : Ya /Tidak
2) Paralysis : Ya /Tidak
3) Paresis : Ya /Tidak
4) Masalah koordinasi : Ya /Tidak
5) Tic/Tremor/spasme : Ya /Tidak
6) Parastesia : Ya /Tidak
7) Masalah memori : Ya /Tidak
Sisten Endokrin
1) Goiter : Ya /Tidak
2) Polifagia : Ya /Tidak
3) Polidipsi : Ya /Tidak
4) Poliuri : Ya /Tidak

M. STATUS FUNGSIONAL
Indeks Barthel (Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari) :
Aktifitas Score

Makan 5
0 = Bantuan penuh
5 = Bantuan untuk memotong, mengoles mentega, modifikasi diet
10 = independent

Mandi 5
0 = Menbutuhkan bantuan
5 = independent (menggunakan shower)

Berdandan 5
0 = Perlu bantuan

37
5 = independent berbedak/menyisir/gosok gigi/mencukur

Memasang Baju 10
0 = Dengan bantuan
5 = Dengan bantuan 50%
10 = independent (mengancing baju, restleting)

Buang Hajat (buang air besar) 10


0 = incontinensia Alvy (menggunakan barium enema)
5 = Kadang tidak tertahan
10 = Dapat mengontrol

Buang Air Kecil 10


0 = Menggunakan kateter
5 = Kadang ngompol
10 = Bisa mengontrol

Ke Tolet 10
0 = Butuh Bantuan Penuh
5 = Butuh Bantuan 50%
10 = independent (menghidupkan, dressing, wiping)

Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur 15


0 = Bantuan penuh
5 = Saat berpindah membutuhkan 2 orang untuk membantu
10 = Bantuan minimal 1 orang
15 = independent

Berjalan di jalan yang datar 10


0 = immobilisasi
5 = Selalu menggunakan kursi roda
10 = Berjalan dengan bantuan 1 orang

38
15 = independent (but may use any aid; for example, stick) > 50 yards

Berjalan di tangga 5
0 = Bantuan penuh
5 = Dengan bantuan (verbal, physical, carrying aid)
10 = independent

TOTAL (0 - 100) 85

Ket Penilaian : 0 20 : Ketergantungan penu


21 61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62 90 : Ketergantungan moderat
91 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

Dari hasil penilaian Indeks Barthel yaitu menilai tentang Tingkat


kemandirian dalam kehidupan sehari-hari, di dapatkan hasil 85 itu artinya Ny.M
memiliki tingkat ketergantungan moderat.

N. STATUS KOGNITIF / AFEKTIF


1. Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ )
Tanggal : Senin, 18 Desember 2012
Nama Paasien : Ny.M
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Suku : Jawa
Pertanyaan :
Benar Salah Nomor Pertanyaan Jawaban
1 Tanggal berapa hari ini ? 18 Desember 2012
2 Hari apa sekarang ? Selasa

39
3 Apa nama tempat ini ? Rumah
4 Dimana alamat anda ? Arjowinangun
5 Berapa umur anda ? 65 tahun
6 Kapan anda lahir ? 1947
7 Siapa presiden Indonesia ? SBY
8 Siapa presiden Indonesia Tidak tau
sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ? Kamsiyah
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11, 8, 5,
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, secara menurun
JUMLAH Benar : 9
Salah : 1
Interpretasi :
Salah 0 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan


hasil 9 benar dan 1 salah ini menunjukkan bahwah fungsi intelektual Ny.m
masih Utuh.
2. MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2012 (Benar)
Musim : hujan (Benar)

40
Tanggal : 18 (Benar)
Hari : selasa (Benar)
Bulan : desember (Benar)
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia (Benar)
Propinsi : jawa (Benar)
Kabupaten/kota : malang (Benar)
Panti :-
Wisma:-
3 Registrasi 3 2 Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi, meja, kertas), kemudia
ditanyakan kepada klien, menjawab :
1. kursi
2. meja
3. kertas
4 Perhatian 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari
dan 100 kemudia kurangi 7 sampai 5
kalkulasi tingkat.
Jawaban :

1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1)

41
6 Bahasa 9 7 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut).
Minta klien untuk mengulangi kata
berkut :
tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :tidak ada, jika dan
tetapi.
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
tutup mata anda
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.

Total nilai 30 24
Interpretasi hasil :
24 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
O. STATUS FUNGSI SOSIAL
APGAR Keluarga :

42
Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman) saya untuk Selalu : 2
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya (adaptasi) Kadang kadang
:1
Tidak Pernah : 0
Saya puas dengan cara keluarga ( teman ) saya membicarakan Selalu : 2
seuatu dan mengungkapkan masalah dengan saya ( hubungan ) Kadang
kadang : 1
Tidak Pernah : 0
Saya puas bahwa keluarga teman ( saya ) menerima dan Selalu : 2
mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas ( Kadang
Pertumbuhan ) kadang : 1
Tidak Pernah : 0
Saya puas dengan cara keluarga teman ( saya) mengekspresikan Selalu : 2
afek dan berespons terhadap emosi saya, seperti marah, sedih, Kadang
atau mencintai. ( Afek ). kadang : 1
Tidak Pernah : 0

Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu Selalu : 2
bersama sama. Kadang
kadang : 1
Tidak Pernah : 0
Nilai APGAR Keluarga : 8 yang berarti disfungsi keluarga minimal atau tidak ada

ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : Nyeri akut pada lutut Hambatan
- Ny.M mengatakan saya sering merasa kaki Mobilitas Fisik

43
sakit pada kaki (lutut)
- Ny.M mengatakan jika sakitnya parah,
susah berjalan.
- Ny.M mengatakan kalau ketika saya
berkerja tiba-tiba nyeri lutut, langsung
berhenti dulu duduk mba sampai
sakitnya hilang
- Ny.M mengatakan biasanya saya
Cuma minum obat yang di berikan di
puskesmas aja mas, dan sedikit di pijat-
pijat saya tidak tau cara lain untuk
mengurangi nyerinya
DO :
- Grimace (+), tampak memegang
lututnya yang sakit
- Skala nyeri 3
DS : Kurang pengetahuan Inefektif
- Ny.M mengatakan tidak tahu apa itu tentang penyakit, diit menejemen
Osteoartritis atau rematik, sebab dan dan penanganan. terapeutik
pengaturannya
- Ny.M mengatakan taunya saya Cuma
bawaan penyakit sudah tua
- Ny.M mengataka saya juga jarang
untuk olah raga apa lagi jalan pagi
- Ny.M mengatakan saya sering terasa
linu-linu kalau habis memakai air
dingin untuk mandi tau yg lainnya
DO :

44
- Grimace (+), tampak memegang lututnya
yang sakit
- Skala nyeri 3
- Terlihat pasien bingung ketika di
tanya tentang Osteoartritis atau rematik.

PENENTUAN SKALA PRIORITAS

1. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki

No Prioritas Skor / bobot Pembenaran


1. Sifat Masalah Nyeri yang dirasakan harus diatasi karena
Skala: Aktual 2/3 x 1 = 2/3 sangat menggangu aktivitas dari Ny.M saat
ini
2. Kemungkinan Karena sudah menjadi kebiasaan dari Ny.M
Masalah dapat 1/2 x 2 = 1 bila nyerinya timbul, selalu diabaikan
diubah sehingga kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: Sebagian sebagian.
3. Potensial 2/3 x 1 = 2/3 Jika nyerinya tidak segera diatasi maka nyeri
masalah untuk tersebut akan sangat menggangu rasa nyaman
di cegah dari Ny.M
Skala: Cukup
4. Menonjolnya 2/2 x 1 = 1 Penanganan segera akan menentukan hasil
Masalah serta tindakan keperawatan selanjutnya.
Skala: Masalah
berat, harus
segera ditangani
Jumlah 3 1/3

45
2. Inefektif menejemen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit, diit dan penanganan.

No Prioritas Skor / bobot Pembenaran


1. Sifat Masalah Bila informasinya tidak segera disampaikan
Skala: Aktual 3/3 x 1 = 1 maka akan berpengaruh terhadap kesehatan
Ny.M kedepannya.
2. Kemungkinan Perubahan membutuhkan waktu yang tidak
Masalah dapat 1/2 x 2 = 1 singkat
diubah
Skala: Sebagian
3. Potensial Jika tidak segera diinformasikan kebiasaan
masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 yang tidak sehat akan terus berlanjut dan akan
di cegah memengaruhi kualitas hidup dari Ny.M
Skala: cukup
4. Menonjolnya Krena terkait dengan masalah kesehatan
Masalah 2/2 x 1 = 1 Ny.M maka pemberian informasi harus segera
Skala: Masalah disampaikan.
berat, harus
segera ditangani
Jumlah 3 2/3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inefektif menejemen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit, diit dan penanganan.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki

46
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Umum Khusus
1. Inefektif Setelah 3x Setelah Menyebutkan a. Kaji pengetahuan
menejemen kunjungan : kunjungan ke pengertian, Ny.M
terapeutik Ny.M 3 : Ny.M penyebab b. Jelaskan tentang
berhubungan mengetahui mampu: Osteoartritis atau Osteoartritis atau
dengan kurang tentang memahami rematik secara rematik
pengetahuan Osteoartritis tentang verbal c. Jelaskan tentang diit
tentang atau rematik, Osteoartritis Menyebutkan Osteoartritis atau
penyakit, diit diit dan atau rematik beberapa jenis rematik
dan penanganannya mengetahui makanan yang d. Jelaskan tentang
penanganan. Penyebab dan di anjurkan dan Jenis jenis
gelaja tidak boleh makanan yang di
Mengetahui dikonsumsi anjurkan dan tidak
diit untuk boleh dikonsumsi
Osteoartritis Osteoartritis oleh penderita
atau atau rematik Osteoartritis atau
rematik M (minimal 3 rematik
elakukan masing-masing
penanganan jenis) secara
verbal

2 Hambatan Setelah di Setelah - Melakukan a. Jelaskan kepada


mobilitas lakukan kunjungan ke aktifitas sehari- keluarga tentang
fisik perawatan/ 3: hari tanpa penyebab terjadinya
berhubunga kunjungan Ny.M mampu kesulitan nyeri kaki
n dengan sebanyak 3x, : (tindakan) (Osteoartritis atau

47
nyeri lutut diharapkan - melakukan - Keluarga dapat rematik)
kaki Ny.M dapat aktifitas mempraktikkan b. Ajarkan Ny.M cara
tetap sehari-hari tekhnik kompres kompres hangat
melakukan tanpa hangat (tindakan) untuk mengurangi
aktifitas kesulitan linu linunya
sehari-hari Memanageme c. Ajarkan Ny.M cara
tanpa nt senam tangan
kesulitan aktivitasnya d. Anjurkan Ny.M
ketika untuk jalan atau
kakinya tiba- olah raga pagi
tiba nyeri setiap hari
Keluarga e. Mengobservasi
dapat: kemampuan Ny.M
memberikan dan anggota
bantuan keluarga setelah
mobilisasi mendapat
efektif jika penjelasan dari
diperlukan perawat
memberikan
support
kepada Ny S

48
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Inefektif menejemen 1. Mengkaji pengetahuan S : Ny.M mengatakan
terapeutik Ny.M paham dengan
berhubungan dengan 2. Menjelaskan tentang Osteoartritis atau
kurang pengetahuan Osteoartritis atau rematik dan dapat
tentang penyakit, diit rematik menyebutkan mulai
dan penanganan. 3. Menjelaskan tentang dr pengertian
diit Osteoartritis atau sampai diitnya
rematik O : Ny.M tampak
4. Menjelaskan tentang menjawab
Jenis jenis makanan pertanyaan petugas
yang di anjurkan dan dan antusias dalam
tidak boleh dikonsumsi pemberian
oleh penderita pendidikan
Osteoartritis atau kesehatan.
rematik A : Masalah teratasi
P: -
2 Hambatan fisik 1. MenJelaskan kepada S : Ny.M mengatakan
berhubungan dengan keluarga tentang mulai bisa
nyeri lutut kaki penyebab terjadinya beraktivitas tanpa
nyeri kaki kesulitan dan paham
(Osteoartritis atau akan cara kompres
rematik) hangat
2. Mengajarkan Ny.M O : Ny.M tampak
cara kompres hangat mengerjakan
untuk mengurangi linu aktivitas sehari-hari

49
linunya A : Masalah teratasi
3. Mengajarkan cara sebagian
senam tangan. P: berikan support
4. Menganjurkan Ny.M kepada Ny.M agar
untuk jalan atau olah terus melakukan
raga pagi setiap hari anjuran petugas
5. Mengobservasi
kemampuan Ny.M dan
anggota keluarga
setelah mendapat
penjelasan dari perawat

50
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Contantinides, 1994 yang dikutip oleh Wahjudi Nugroho,
2000).
Osteoarthritis merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum
dijumpai di dunia (Bethesda, 2013). Berdasarkan National Centers for Health
Statistics, diperkirakan 15,8 juta (12%) orang dewasa antara usia 25-74 tahun
mempunyai keluhan osteoarthritis (Anonim, 2011). Prevalensi dan tingkat keparahan
osteoarthritis berbeda-beda antara rentang dan lanjut usia (Hansen & Elliot, 2005).
Penyakit osteoarthritis dibagi menjadi 2 yaitu Primer dan Sekunder, factor resiko
dari penyakit ini diantaranya usia, kegemukan, genetic, suku bangsa dan lain-lain.
Manifestasi yang terjadi pada pasien osteoarthritis diantaranya adalah kaku pagi yang
paling khas, nyeri sendi, krepitasi dan lain sebagainya.
Untuk penatalaksanaannya dibagi menjadi penatalaksanaan farmakologi dan non
farmakologi. Sedangkan pemeriksaan diagnostic yang bisa dilakukan adalah CT scan,
ultrasonografi, MRI dan data lainnya bisa dilihat dari penampilan fisik dan keluhan
utama yang dirasakan.
4.2 Saran
1. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui ataupun menjelaskan mengenai konsep
penyakit osteoarthritis.
2. Mahasiswa keperawatan harus mamu melaksanakan asuhan keperawatan dengan
penyakit osteoartritis

51
DAFTAR PUSTAKA

Chris Tanto. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Mediaaesculapeous


Nur Arif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, Nic Noc Dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta: Mediaction

52

Anda mungkin juga menyukai

  • Askep Gadar 1
    Askep Gadar 1
    Dokumen14 halaman
    Askep Gadar 1
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • BAB I Anemia
    BAB I Anemia
    Dokumen25 halaman
    BAB I Anemia
    aji10
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar, Daftar Isi
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Bab I Ii
    Bab I Ii
    Dokumen40 halaman
    Bab I Ii
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Absen Profesi
    Absen Profesi
    Dokumen2 halaman
    Absen Profesi
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Rekam Medis Lansia
    Rekam Medis Lansia
    Dokumen12 halaman
    Rekam Medis Lansia
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Diet Makanan
    Diet Makanan
    Dokumen4 halaman
    Diet Makanan
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Absen Profesi
    Absen Profesi
    Dokumen2 halaman
    Absen Profesi
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Alamanda
    Alamanda
    Dokumen12 halaman
    Alamanda
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Laporan ABK1
    Laporan ABK1
    Dokumen16 halaman
    Laporan ABK1
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • 146-Article Text-461-1-10-20190418
    146-Article Text-461-1-10-20190418
    Dokumen9 halaman
    146-Article Text-461-1-10-20190418
    Ulfah Niawaty
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • LP Post Partum Jade
    LP Post Partum Jade
    Dokumen16 halaman
    LP Post Partum Jade
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • LP Jiwa Fix-1
    LP Jiwa Fix-1
    Dokumen92 halaman
    LP Jiwa Fix-1
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Sap Vulva Hygine2
    Sap Vulva Hygine2
    Dokumen12 halaman
    Sap Vulva Hygine2
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen39 halaman
    Makalah
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Proposal Nurshing Enterpreneurship 2k18
    Proposal Nurshing Enterpreneurship 2k18
    Dokumen19 halaman
    Proposal Nurshing Enterpreneurship 2k18
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • CBT
    CBT
    Dokumen11 halaman
    CBT
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen33 halaman
    Bab Ii
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Biopori
    Biopori
    Dokumen4 halaman
    Biopori
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Dan Fisiologi
    Anatomi Dan Fisiologi
    Dokumen26 halaman
    Anatomi Dan Fisiologi
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • FG 2
    FG 2
    Dokumen28 halaman
    FG 2
    ZackyAhmad
    Belum ada peringkat
  • FG 2
    FG 2
    Dokumen28 halaman
    FG 2
    ZackyAhmad
    Belum ada peringkat