Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

"SYOK HIPOVOLEMIK"

DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuTugas Program ProfesiNersPada


StaseKeperawatanGawat Darurat dan Keperawatan Kritis

Oleh :

Nama Imas Nurjanah


NPM 191 FK 04024

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
A. Pengertian
Syok merupakan suatu kondisi dimana hilangnya volume darah sirkulasi efektif yang
kemudian diikuti perfusi jaringan serta organ yang tidak adekuat, yang menyebabkan gangguan
metabolik seluler. Seseorang dengan cedera harus dilakukan pengkajian segera untuk
menentukan adanya syok hipovolemik. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik,
neurogenik, kardiogenik atau septik syok) (Bruner & Suddarth, 2002)
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan
dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi
yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok
hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). Syok
hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive yang disebabkan oleh:
perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal hemoragi, atau kondisi yang menurunkan
volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh lain, intestinal obstruction, peritonitis, acute
pancreatitis, ascites, dehidrasi dari excessive perspiration, diare berat atau muntah, diabetes
insipidus, diuresis, atau intake cairan yang tidak adekuat.
B. Prognosis
Pada umumnya, Hypovolemic shock dapat menyebabkan kematian meskipun sudah
diberikan penanganan medis. Faktor usia juga merupakan faktor yang mempengaruhi
Hypovolemic shock, biasanya orang-orang yang sudah lanjut usia jika mengalami Hypovolemic
shock akan sulit ditangani dan disembuhkan. Hypovolumic shock dapat disembuhkan jika segera
diberikan penanganan atau tindakan meskipun tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan
kematian terhadap orang tersebut. Hypovolemi shock biasanya tergantung dari hal-hal berikut:
1. Banyaknya darah yang hilang
2. Kecepatan penggantian cairan tubuh
3. Kondisi kesehatannya
4. Penyakit atau luka yang menyebabkan perdarahan
Epidemiologi
Menurut WHO cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya 5 juta
kematian di seluruh dunia. Angka kematian pada pasien trauma yang mengalami syok
hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%. Sedangkan
angka kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan
peralatan yang kurang memadai mencapai 36%.
C. Etiologi
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di
intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang
menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi
berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang
paling sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga
dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada
organ-organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada
pembuluh arteri utama.
Penurunan volume intravaskular yang terjadi pada syok hipovolemik dapat disebabkan
oleh hilangnya darah, plasma atau cairan dan elektrolit (Tierney, 2001). Menurut Sudoyo et al.
(2009), penyebab syok hipovolemik, antara lain:
1. Kehilangan darah
a. Hematom subkapsular hati
b. Aneurisma aorta pecah
c. Perdarahan gastrointestinal
d. Trauma
2. Kehilangan plasma
a. Luka bakar luas
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
d. Sindrom Dumping
3. Kehilangan cairan ekstraselular
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
d. Terapi diuretik yang agresif
e. Diabetes insipidus
f. Insufisiensi adrenal
D. Manifestasi Klinis
Apabila syok telah terjadi, tanda dan gejalannya akan nampak jelas. Pada keadaan
hipovolemik, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak akan kembali dalam beberapa
menit. Tanda dan gejala syok hipovolemik menurut( Toni Ashadi, 2006 ) adalah sebagai berikut:
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps => diakibatkan terjadinya penurunan pengisian
kapiler berhubungan dengan menurunnya perfusi jaringan.
2. Takhikardi => peningkatan laju jantung serta kontraktilitas merupakan respon
homeostasis penting bagi hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke
mikrosirkulasi berfungsi untuk mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi karena tekanan darah => merupakan produk resistensi pembuluh darah
sistemik serta curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor esensial dalam
mempertahankan tekanan darah tetap normal. Autoregulasi aliran darah otak bisa
dipertahankan selama tekanan pada arteri turun yang tidak dibawah 70 mmHg.
4. Oliguria produksi urine => biasanya akan berkurang pada kasus syok hipovolemik.
Oliguria pada orang dewasa terjadi kalau jumlah urine kurang dari 30ml/jam
E. Patofisiologi
Respon dini terhadap kehilangan darah adalah mekanisme kompensasi tubuh yang berupa
vasokonstriksi di kulit, otot, dan sirkulasi viseral untuk menjaga aliran darah yang cukup ke
ginjal, jantung, dan otak. Respon terhadap berkurangnya volume sirkulasi akut yang berkaitan
dengan trauma adalah peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk menjaga cardiac output.
Dalam banyak kasus, takikardi adalah tanda syok paling awal yang dapat diukur (American
College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan
menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan curah
jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian pada
beberapa organ.
Tahap-tahap syok hipovolemik (Guyton, 1997):
1. Tahap nonprogresif (tahap kompensasi) => sehingga mekanisme kompensasi sirkulasi
normal yang akan menyebabkan penyembuhan sempurna tanpa adanya bantuan terapi
luar.
2. Tahap progresif => ketika syok menjadi semakin buruk sampai menyebabkan kematian.
3. Tahap ireversibel => ketika syok sudah jauh berkembang sehingga semua bentuk terapi
yang diketahui tidak berhasil lagi untuk menolong pasien, meskipun disaat itu, pasien
tersebut masih tetap hidup.
PATHWAY

F. Pemeriksaan Diagnostik
Syok hipovolemik didiagnosis ketika ditemukan tanda berupa ketidakstabilan
hemodinamik dan ditemukan adanya sumber perdarahan (Baren et al., 2009). Ketidakstabilan
hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok hipovolemik berupa penurunan curah jantung,
penurunan tekanan darah, peningkatan tahanan pembuluh darah, dan penurunan tekanan vena
sentral (Leksana, 2015). Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis adanya
syok hipovolemik tersebut dapat berupa pemeriksaan pengisian dan frekuensi nadi, tekanan
darah, pengisian kapiler yang dilakukan pada ujung-ujung jari, suhu dan turgor kulit (Hardisman,
2013).
Setelah pemeriksaan fisik dilakukan, langkah diagnosis selanjutnya tergantung pada penyebab
yang mungkin pada hipovolemik dan stabilitas dari kondisi pasien itu sendiri. Pemeriksaan
laboratorium awal yang mungkin ditemukan pada keadaan syok hipovolemik, antara lain (Schub
dan March, 2014):
1. Complete Blood Count (CBC), mungkin terjadi penurunan hemoglobin,
hematokrit dan platelet.
2. Blood Urea Nitrogen (BUN), mungkin meningkat menandakan adanya
disfungsi ginjal.
3. Kadar elektrolit dalam serum mungkin menunjukkan abnormalitas.
4. Produksi urin, mungkin <400 ml/hari atau tidak ada sama sekali.
5. Pulse oximetry, mungkin menunjukkan penurunan saturasi oksigen.
6. AGDA, mungkin mengidentifikasi adanya asidosis metabolik.
7. Tes koagulasi, mungkin menunjukkan pemanjangan PT dan APTT.
Untuk pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan pemeriksaan berikut, antara lain (Kolecki dan
Menckhoff, 2014):
1. Ultrasonografi, jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis.
2. Endoskopi dan gastric lavage, jika dicurigai adanya perdarahan gastrointestinal.
3. Pemeriksaan FAST, jika dicurigai terjadi cedera abdomen.
4. Pemeriksaan radiologi, jika dicuriga terjadi fraktur.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal pada syok hipovolemik meliputi penilaian ABC, yaitu pada airway
dan breathing, pastikan jalan napas paten dengan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
Pemberian oksigen tambahan dapat diberikan untuk mempertahankan saturasi oksigen di atas
95%. Pada circulation, hal utama yang perlu diperhatikan adalah kontrol perdarahan yang
terlihat, lakukan akses intravena, dan nilai perfusi jaringan (American College of Surgeons
Committee on Trauma, 2008).
Akses intravena dilakukan dengan memasang 2 kateter intravena ukuran besar (minimal
nomor 16) pada vena perifer. Lokasi terbaik untuk intravena perifer pada orang dewasa adalah
vena di lengan bawah atau kubiti. Namun, bila keadaan tidak memungkinkan pada pembuluh
darah perifer, maka dapat digunakan pembuluh darah sentral. Bila kaketer intravena sudah
terpasang, contoh darah diambil untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch,
pemeriksaan laboratorium yang sesuai, dan tes kehamilan pada semua wanita usia subur.
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008). Setelah akses intravena terpasang,
selanjutnya dilakukan resusitasi cairan. Tujuan resusitasi cairan adalah untuk mengganti volume
darah yang hilang dan mengembalikan perfusi organ (Kelley, 2005). Tahap awal terapi dilakukan
dengan memberikan bolus cairan secepatnya. Dosis umumnya 1-2 liter untuk dewasa. Cairan
resusitasi yang digunakan adalah cairan isotonik NaCl 0,9% atau Ringer Laktat. Pemberian
cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan pemantauan tanda vital dan hemodinamik
(Hardisman, 2013).
Jumlah darah dan cairan yang diperlukan untuk resusitasi sulit diprediksi dalam evaluasi
awal pasien. mengetahui kehilangan volume darah yang harus digantikan sangat penting untuk
menilai respon pasien terhadap resusitasi cairan dengan adanya bukti perfusi dan oksigenasi yang
adekuat, yaitu produksi urin, tingkat kesadaran, dan perfusi perifer serta kembalinya tekanan
darah yang normal (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Jika setelah pemberian cairan tidak terjadi perbaikan tanda-tanda hemodinamik, maka
dapat dipersiapkan untuk memberi transfusi darah (Harisman, 2013). Tujuan utama transfusi
darah adalah untuk mengembalikan kapasitas angkut oksigen di dalam intravaskular (American
College of Surgeons Committee on Trauma, 2008). Untuk melakukan transfusi, harus didasari
dengan jumlah kehilangan perdarahan, kemampuan kompensasi pasien, dan ketersediaan darah.
Jika pasien sampai di IGD dengan derajat syok yang berat dan golongan darah spesifik tidak
tersedia, maka dapat diberikan tranfusi darah dengan golongan O. Golongan darah spesifik
biasanya dapat tersedia dalam waktu 10-15 menit (Kelley, 2005).
Evaluasi harus dilakukan untuk melihat perbaikan pasien syok hipovolemik. Jumlah
produksi urin merupakan indikator yang cukup sensitif dari perfusi ginjal karena menandakan
aliran darah ke ginjal yang adekuat. Jumlah produksi urin yang normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam
pada orang dewasa (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008). Defisit basa
juga dapat digunakan untuk evaluasi resusitasi, prediksi morbiditas serta mortalitas pada pasien
syok hipovolemik (Privette dan Dicker, 2013).
H. Komplikasi
Komplikasi dari syok hipovolemik meliputi sepsis, sindrom gawat napas akut, koagulasi
intravaskular diseminata, kegagalan multiorgan, hingga kematian (Greenberg, 2005).
I. Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SYOK HIPOVOLEMIK
I. PENGKAJIAN
1. Data Umum Klien, berisi data-data umum tentang pasien misalnya nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS
2. Pengkajian Primer
a. Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau obstruksi, serta kaji
bunyi nafas tambahan
b. Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan dada klien, bentuk
dada, atau adanya bantuan pernafasan
c. Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji Capillary Refill
Time (CRT)
d. Disability, kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya ganggun verbal, motorik
dan sesorik serta refleks pupil.
3. Pengkajian Sekunder (13 Domain NANDA)
a. Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah sakit, dan
riwayat keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu, riwayat pengobatan masa
lalu, kemampuan mengontrol kesehatan, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh
terhadap kesehatan, riwayat pengobatan sekarang.
b. Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri (Tinggi badan, berat badan, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas,Indeks Massa Tubuh), Biochemical (data
laboratorium yang abnormal), Clinical (tanda-tanda klinis integumen, anemia), Diet
(meliputi jenis, frekuensi, nafsu terhadap makanan yang diberikan selama di RS),
Energi (kemampuan beraktivitas selama dirawat), Factor (penyebab masalah),
Penilaian Status Gizi, pola asupan cairan, jumlah intake dan output, penilaian status
cairan (balance cairan), pemeriksaan abdomen.
c. Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih, pola urine,
distensi kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi dan faktor penyebab, pola
eliminasi)
d. Aktivitas dan Istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas, respons jantung,
pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung,
endokarditis, anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites, takikardi, disritmia,
atrial fibrilasi, prematur ventricular contraction, bunyi S3 gallop, adanya bunyi CA,
adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan JVP, adanya nyeri dada, sianosis,
pucat,ronchi, hepatomegali
e. Persepsi dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi dan persepsi, kemampuan
komunikasi
f. Persepsi diri
g. Peranan Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola interaksi dengan orang lain
atau kedekatan dengan anggota keluarga atau orang terdekat
h. Seksualitas, mengkaji masalah identitas seksual, masalah atau disfungsi seksual
i. Mekanisme Koping/ Toleransi Stress
j. Nilai-Nilai Kepercayaan
k. Keamanan, mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-tanda infeksi,
gangguan termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah baring, proses
perawatan, jatuh, obat-obat, penatalaksanaan)
l. Kenyamanan, mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa tidak nyaman
lainnya serta gejala-gejala yang menyertai
m. Pertumbuhan dan Perkembangan

II. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan dalam mekanisme pengaturan.


2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
3. Perubahan perfusi jaringan (kardiopulmonal, serebral, perifer) berhubungan dengan
penurunan curah jantung
4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan permeabelitas kapiler
pulmonal

III. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Defisit NOC: NIC :


Volume
Cairan Fluid balance Fluid management

Hydration Timbang popok/pembalut


jika diperlukan
Nutritional Status :
Food and Fluid Intake Pertahankan catatan intake
Kriteria Hasil : dan output yang akurat

Mempertahankan urine Monitor status hidrasi


output sesuai dengan ( kelembaban membran
usia dan BB, BJ urine mukosa, nadi adekuat,
normal, HT normal tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam batas Monitor hasil lAb yang
normal sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas
Tidak ada tanda tanda urin )
dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik, Monitor vital sign
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa Monitor masukan
haus yang berlebihan makanan / cairan dan
hitung intake kalori harian

Kolaborasi pemberian
cairan IV

Monitor status nutrisi

Berikan cairan

Berikan diuretik sesuai


interuksi

Berikan cairan IV pada


suhu ruangan

Dorong masukan oral

Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output

Dorong keluarga untuk


membantu pasien makan

Tawarkan snack ( jus buah,


buah segar )

Kolaborasi dokter jika


tanda cairan berlebih
muncul meburuk

Atur kemungkinan tranfusi


Persiapan untuk tranfusi

2. Penurunan NOC: Cardiac care: akut


curah
jantung Setelah dilakukan intervensi Evaluasi adanya nyeri dada
keperawatan pada klien
selama 5x24 jam Auskultasi suara jantung

Klien dapat memiliki pompa Evaluasi adanya krackels


jantung efektif, Monitor status neurology
status sirkulasi, perfusi Monitor intake/output, urine
jaringan & status tanda output
vital yang normal. Kriteria
Hasil: Ciptakan lingkungan yang
kondusif untuk istirahat
menunjukkan kardiak output
adekuat yang ditunjukkan Cirkulatory care;
dg TD, nadi, ritme
evaluasi nadi dan edema perifer
normal, nadi perifer kuat,
melakukan aktivitas tanpa monitor kulit dan ekstrimitas
dipsnea dan nyeri
monitor tanda-tanda vital
bebas dari efek samping
obat yang digunakan pindah posisi klien setiap 2 jam
jika diperlukan

ajarkan ROM selama bedrest

monitor pemenuhan cairan

3. Perubahan NOC : (NIC):


perfusi
jaringan Status sirkulasi; aliran Perawatan sirkulasi
darah yang tidak
obstruksi dan satu arah, Lakukan pengkajian
pada tekanan yang komprehensif terhadap
sesuai melalui sirkulasi perifer
pembuluh darah besar
sirkulasi pulmonal dan Pantau tingkat
sistemik ketidaknyamanan atau nyeri
Keparahan kelebihan saat melakukan latihan fisik
beban cairan;
keparahan kelebihan Pantau status cairan termasuk
cairan didalam asupan dan haluaran
kompartemen intrasel
dan ekstrasel tubuh Manajemen sensasi perifer
Fungsi sensori (NIC):
kutaneus; tingkat
stimulasi kulit Pantau perbedaan
dirasakan denga tepat ketajaman atau
Perfusi jaringan: ketumpulan, panas atau
perifer; keadekuatan dingin
aliran darah melalui Pantau parestesia, kebas,
pembuluh darah kecil kesemutan, hiperestesia
ekstremitas untuk dan hipoestesia
mempertahankan fungsi Pantau tromboflebitis dan
jaringan thrombosis vena profunda
Pantau kesesuaian alat
penyangga, prosthesis,
sepatu dan pakaian

4. Kerusakan NOC : manajemen jalan napas (NIC):


pertukaran
gas Status pernapasan: identifikasi kebutuhan pasien
pertukaran gas; terhadap pemasangan jalan
pertukaran O2 dan CO2 napas aktua atau potensial
di alveoli untuk
mempertahankan auskultasi suara napas, tandai
konsentrasi gas darah area penurunan atau hilangnya
Status pernapasan: ventilasi dan adanya bunyi
ventilasi; pergerakan tambahan
udara yang masuk dan
keluar ke dan dari paru pantau status pernapasan dan
Perfusi jaringan paru; oksigenasi sesuai kebutuhan
keadekuatan aliran
darah melewati pengaturan hemodimnamik
vaskular paru yang utuh (NIC):
untuk perfusi unit
alveoli-kapiler auskultasi bunyi jantung
TTV; TTv dalam batas
normal pantau dan dokumentasikan
frekuensi, irama dan denut
jantung

pantau adanya edema perifer,


distensi vena jugularis dan buni
jantung S3 dan S4

pantau alat fungsi pacu jantung

IV. Evaluasi

Adapun evaluasi yang dapat diharapkan setelah memberikan Asuhan Keperawatan


pada pasien syok hipovelemik adalah sebagai berikut :

1. Kekurangan volume cairan teratasi


2. Penurunan curah jantung teratasi
3. Perfusi jaringan tidak efektif teratasi
4. Gangguan pertukaran gas teratasi

DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons Committee on Trauma. 2008. Shock. In: Advanced Trauma Life
Support for Doctors (Student Course Manual). 8th Edition. USA: American College of
Surgeons.

Amin huda nurafif dan Hardhi kusuma. Aplikasi NANDA NIC-NOC jilid 2. Yogyakarta:
MediAction

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

. Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC. 2002

Carpenito, 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK
UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta.

Doenges Marilynn E, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Jakarta.
Greenberg, M. I. 2005. Hypovolemic Shock. In: Greenberg's Text Atlas of Emergency Medicine.
Philadelphia: Lippicott Williams & Willkins.

Hardisman. 2013. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2(3): 178-182.

Nanda. 2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014.

Jakarta : EGC.

Privette, A. R. and Dicker, R. A. 2013. Recognition of Hypovolemic Shock:

Using Base Deficit to Think Outside of The ATLS Box. Critical Care. 17: 124.

Toni Ashadi, (2006). Syok Hipovolemik. (online). Http:// www. Medicastore. Com/med/.detail-

pyk. Phd?id. (diakses 08 Juni 2020).

Anda mungkin juga menyukai

  • Kata Pengantar, Daftar Isi
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Absen Profesi
    Absen Profesi
    Dokumen2 halaman
    Absen Profesi
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Bab I Ii
    Bab I Ii
    Dokumen40 halaman
    Bab I Ii
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Diet Makanan
    Diet Makanan
    Dokumen4 halaman
    Diet Makanan
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Absen Profesi
    Absen Profesi
    Dokumen2 halaman
    Absen Profesi
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • BAB I Anemia
    BAB I Anemia
    Dokumen25 halaman
    BAB I Anemia
    aji10
    Belum ada peringkat
  • Rekam Medis Lansia
    Rekam Medis Lansia
    Dokumen12 halaman
    Rekam Medis Lansia
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Laporan ABK1
    Laporan ABK1
    Dokumen16 halaman
    Laporan ABK1
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Alamanda
    Alamanda
    Dokumen12 halaman
    Alamanda
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen39 halaman
    Makalah
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • 146-Article Text-461-1-10-20190418
    146-Article Text-461-1-10-20190418
    Dokumen9 halaman
    146-Article Text-461-1-10-20190418
    Ulfah Niawaty
    Belum ada peringkat
  • LP Jiwa Fix-1
    LP Jiwa Fix-1
    Dokumen92 halaman
    LP Jiwa Fix-1
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • CBT
    CBT
    Dokumen11 halaman
    CBT
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • LP Post Partum Jade
    LP Post Partum Jade
    Dokumen16 halaman
    LP Post Partum Jade
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Proposal Nurshing Enterpreneurship 2k18
    Proposal Nurshing Enterpreneurship 2k18
    Dokumen19 halaman
    Proposal Nurshing Enterpreneurship 2k18
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Sap Vulva Hygine2
    Sap Vulva Hygine2
    Dokumen12 halaman
    Sap Vulva Hygine2
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Biopori
    Biopori
    Dokumen4 halaman
    Biopori
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen33 halaman
    Bab Ii
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen52 halaman
    Bab I
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Dan Fisiologi
    Anatomi Dan Fisiologi
    Dokumen26 halaman
    Anatomi Dan Fisiologi
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Belum ada peringkat
  • FG 2
    FG 2
    Dokumen28 halaman
    FG 2
    ZackyAhmad
    Belum ada peringkat
  • FG 2
    FG 2
    Dokumen28 halaman
    FG 2
    ZackyAhmad
    Belum ada peringkat