“POST PARTUM ”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Ners
Pada Stase Keperawatan Maternitas
Oleh :
IMAS NURJANAH
191FK04024
Oleh :
ASRI RAHAYU MUSLIM
191FK04007
A. Definisi
Post partum adalah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk
memulihkan alat kandunganya ke dalam semula dari melahirkan bayi
sampai persalinan setelah 2 jam pertama persalinan yang berlangsung
antara 6 minggu (42 hari). Masa post partum merupakan masa kritis
dimana masa post partum akan menimbulkan berbagai komplikasi
diantaranya yaitu pendarahan, infeksi, puerperalis, endometritis, mastitis,
tromboplebitis, dan thrombosis, emboli, post partum depresi.
1. Urterus
a. Proses involusi
Proses involusi Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-
kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira
sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira-
kira sebesar grapefruit (beratnya kira-kira 1000 g. Dalam waktu 12
jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus,
dalam beberapa hari kemudian perubahan involusi berlangsung
dengan cepat, fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam,
pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada di
pertegahan antara umbilikus dan simfisis pubis urterus tidak bisa
dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum
Uterus yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat
sebelum hamil berinvolusi menjadi kira-kira 500 g 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 g (11 sampai 12) 2 minggu setelah lahir.
Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati
lagi, pada minggu keenam bertanya menjadi 50 sampai 60 g.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung
jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil.
Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada
hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi,
pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa pascapartum
penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan. sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil
menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah
hamil. Subinvolusi ialah kegagalan uterus untuk kembali pada
keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering ialah
tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara ber-makna
segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostasis
pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pemben-
tukan bekuan. hormon oksigen yang dilepas dan kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis.
Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. karena penting
sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini,
biasanya suntikan oksitosin (Pitosin) secara intravena atau
intramuskular diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan
bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada
payudara merangsang pelepasan oksitosin.
c. Tempat Plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi
vaskular dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu
area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan
endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik
dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi
karakteristik penyembuhan luka. Proses penyembuhan yang unik
ini memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti
biasa dan memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk
kehamilan di masa yang akan datang. Regenerasi endometrium
selesai pada akhir minggu ketiga masa pascapartum, kecuali
pada bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini
biasanya tidak selesai sampai enam minggu setelah melahirkan.
2. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. (18)
jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya
menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. serviks
setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks bagian
serviks yang menonjol ke vagina terlihat memar dan ada sedikit
laserasi kecil-kondisi yang optimal untuk perkembangan
infeksi. :uara serviks, yang berdila-tasi 10 cm sewaktu
melahirkan, menutup secara bertahap. Dua jari mungkin masih
dapat dimasukkan ke dalam muara serviks pada hari ke-4 sampai
ke-6 pascapartum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat
dimasukkan pada akhir minggu ke-2. Muara serviks eksterna
tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan,
tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering disebut
seperti mulut ikan. Laktasi menunda produksi estrogen yang
mempengaruhi mukus dan mukosa. Karena robekan kecil-kecil
yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali
keadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil
seperti mata jarum serviks hanya kembali pada keadaan tidak-
hamil yang berupa lubang yang sudah sembuh, tertutup
tapi berbentuk celah. Dengan demikian, os servisis wanita yang
sudah pernah melahirkan merupakan salah satu tanda yang
menunjukkan riwayat kelahiran bayi lewat vagina.
3. Vulva Dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selamaproses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak-hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol. Himen mengalami ruptur pada saat
melahirkan bayi per vaginam dan yang ter-sisa hanya sisa-sisa
kulit yang disebut karunkulae mirtiformis.
4. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak
maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan (nulipara) Relaksasi dasar
panggul dan otot-otot abdomen juga dapat bertahan.
5. Topangan Otot Panggul
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera
sewaktu melahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul di
kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek
atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai
enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi
panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya
topangan permukaan struktur panggul. struktur ini terdiri atas
uterus, dinding vagina posterior atas, uretra, kandung kemih, dan
rektum. walaupun relaksasi dapat terjadi pada setiap wanita,
tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang timbul
terlambat akibat melahirkan.
I. Discharge Planning
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan
perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun mempertahankan
derajat kesehatan sampai pasien merasa siap untuk kelingkungannya
J. Home Care
Mengidentifikasi bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu, keluarga,
di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan/memaksimalkan kemandirian
dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit.
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Post Partum
a. Identitas diri
Terdiri dari nama, ttl, umur, suku, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, alamat, no register, tanggal pengkajian.
b. Identitas penanggung jawan
Terdiri dari, nama, umur, suku, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, alamat
c. Keluhan utama
Keluhan biasanya mules, pendarahan, nyeri dibagian bawah
abdomen/punggung/ ulu hati, sakit kepala, mual, lemah
d. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji biasanya mules, pendarahan, nyeri dibagian bawah
abdomen/punggung/ ulu hati, sakit kepala, mual, lemah
e. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji metode kehamilan berapa, metode persalinan, riwayat
penyakit seperti hipertensi, riwayat penyulit dahulu.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Mempunyai penyakit hiv, hipertensi, asma, DM dll
g. Riwayat persalinan dan nifas yang dulu
Kaji partus, jenis persalinan, indikasi, penolong salinan, jenis
kelamin bayi, bb, pj, tempat , penyulit. Anak ke, tempat rawat, dan
lamanya
h. Riwayat kontrasepsi
Jenis : IUD, pil kb, suntik kb, implant, vasektomi, tubektomi
i. Aktivitas sehari-hari
Kaji nutrisi kehilangan nafsu makan, eliminasi adanya dieuresis,
istirahat dan tidur terjadi insomnia, kebersihan diri.
j. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran umum : composmentis, apatis ,somnolen, spoor
2) Ttv biasanya rendah
3) Kaji kepala, muka, leher
4) Dada/ payudara : produksi kolustorum 48 jam bertama
5) Uterus : konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran
6) Insisi SC : balutan dan insisi, drainase, edema, dan
perubahan warna
7) Perkemihan : jumlah distensi
8) Abdomen : pergerakan usus, hemoroid dan bising usus
9) Lochea : tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan
10) Perineum :episiotomy, laserasi dan hemoroid, memar,
hematoma, edema, discharge, kemerahan dan infeksi.
11) Ektermitas : edema
k. Pemeriksanaan penunjang
Adanya hasil USG, HB, BIOPSI, LEUKOSIT, X-Ray, EKG dll
2. Masalah keperawatan
a) Nyeri b.d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomy)
b) Risiko infeksi b.d episotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
lahir
c) Gangguan pemenuhan ADL b.d kelemahan fisik
Daftar pustaka