Anda di halaman 1dari 22

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus kanker serviks stadium lanjut, antara lain :

Nyeri
Jika kanker menyebar ke ujung saraf, tulang atau otot sering dapat menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa.
Namun, sejumlah obat-obatan penghilang rasa sakit yang efektif biasanya dapat digunakan.

Gagal ginjal
Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang keluar dari tubuh dalam urin melalui tabung
yang disebut ureter. Dalam beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan
jaringan abnormal) dapat menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin
tertampung dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan ginjal menjadi bengkak dan
rusak.
Bekuan darah
Kanker serviks, seperti kanker lainnya, dapat membuat darah lebih lengket dan membuatnya lebih rentan
terhadap penyumbatan. Istirahat di tempat tidur setelah operasi dan kemoterapi juga dapat meningkatkan
risiko mengalami penggumpalan darah sehingga menyumbat aliran darah.Biasanya terjadi pada ektermitas
bawah.
Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan,
mengakibatkan pendarahan. Perdarahan dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian belakang), atau mungkin
mengeluarkan darah ketika buang air kecil.

Fistula
Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun menyedihkan yang terjadi di sekitar 1 dalam 50
kasus kanker serviks stadium lanjut.
Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam kebanyakan kasus yang
melibatkan kanker serviks, fistula berkembang antara kandung kemih dan vagina. Dan kadang-kadang fistula
berkembang antara vagina dan dubur.

Keputihan
Komplikasi lain jarang tapi menyedihkan dari kanker serviks stadium lanjut adalah cairan berbau tidak
menyenangkan dari vagina.
STUDI KASUS KANKER SERVIK
Seorang pasien dengan nama Nyonya Sumkatinah datang ke Rumah Sakit dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah, pusing, dan pada bulan desember mengeluarkan darah dari kemaluannya
dan saat periksa kerumah sakit perdarahan sudah berhenti. Setelah melalui beberapa pertanyaan,
dokter menyarankan untuk melakukan chek laboratorium agar dapat mengetahui kondisi pasien
berdasarkan keluhan yang diderita pasien.

Setelah menjalani sederetan kegiaan laboratorium antara lain chek darah dan chek urine,
hasil yang diperoleh diberikan pada dokter yang bersangkutan. Kemudian dokter mendiagnosa Ny
Sumkatinah menderita Ca Cervik atau kanker leher rahim dan beberapa komplikasi yakni Hipertensi
dan Heart Failure ( penyakit jantung ). Kemudian dokter melakukan konsultasi dengan pihak IPD ( Ilmu
Penyakit Dalam ), dan hasil konsul tersebut pasien Ny Sumkatinah disarankan menjalani Kemoterapi
Ca Cervik.

Dalam pengobatan kemoterapi pasien harus menjalani enam seri pengobatan dan setiap
masing masing seri pengobatan kemo berjarak tiga minggu. Sebagai awal dari pengobatan, pasien
mendapat obat untuk kemo yaitu Cisplatin seri I 80 mg dan 5FU 560 mg, selama empat hari dan
dilakukan cek lab 2 minggu setelah kemo untuk mengetahui apakah awal kemoterapi berhasil
dilakukan, kemudian setelah tiga minggu dilakukan kemo seri ke dua dengan obat kemo Cisplatin II
dengan dosis 80 mg dan 5FU 560 mg. Selain mendapat pengobatan kemoterapi dokter juga
memberikan obat untuk menanggulangi komplikasi ysng terjadi pada Ny Sumkatinah yakni Hipertensi
dan Heart Failure ( Jantung ) dengan memberikan obat Lisinopril, Furosemid, ASA, dan Simvastatin.

Pengobatan kemoterapi dilakukan hingga seri ke enam, bila sudah seri ke enam selesai
maka dilakukan cek laboratorium untuk mengetahui apakah Ca Cervik yang didertita pasien sudah
sembuh atau belum jika belum maka dilanjutkan lagi pengobatan kemoterapi dari awal.

DATA PASIEN

Nama Pasien Ny Sumkatinah


Umur 67 tahun
Berat Badan 50 Kg
Tinggi Badan 146 cm
Keluhan Perut bagian bawah nyeri
Pusing
Bulan Desember mengeluarkan darah dari kemaluannya 1 bulan
Diagnosa Ca Cervik dengan komplikasi Hipertensi dan Heart Failure

Data Klinik

Data Klinik Nilai Normal Hasil


Tekanan Darah ( mmhg ) 120/80 150/90
Nadi ( beats/min ) 80/100 88
Respiratory Rate 20/24 20
( beats/min )

Data Laboratorium

Data laboratorium Batas Normal Hasil laboratorium


Creatin urine 14,2 mg / dl
Creatin darah 0,87 mg / dl
Tinggi Badan 146 cm
Berat Badan 50 Kg
Volume urin tampung 3500 ml
Diuresa 2,43 ml / mnt
Ratio PB 1,25
CCT ( Cleorance creatinine 49,57
test )
Kesimpulan
Ureum / Bun 20 40 / 10 20 20,7 mg / dl
Kretainin < 1,2 0,81 mg / dl

Hemoglobin 10,1 gr / dl
Leukosit 10700 / mm3
LED 118 mm / jam
Trombosit 358000 / mm3
Hematokrit 31,7 %

Evaluasi Hapusan Darah

Eritrosit : Hpokrom Anisasitosis

Leukosit : Normal

Trombosit : Normal

Pengobatan Kemoterapi Ca Cervik

Primary treatment : Cisplatin 5FU

Regimen : Cisplatin 80 mg

5FU 560 mg

Profil Pengobatan kemoterapi

Hari Jam Obat


I 05.00 Ds 5 % 500 cc
Pasang Dower Catheter +
Urin bag
Metoclopramid inj 1 amp
Dexamethasone inj 1amp
08.00 5FU 560 mg dalam Ns 500 cc
55 tts / mnt
Infs Dextrosa 5 % 500 cc
10.00 Cisplatin 80 mg + Ns 500 cc
dilindungi dengan kain gelap
selama 2 3 jam
Infs Ds 5 % 1000 cc selama 5
jam ( 66 tts / mnt )
II / IV 05.00 Infus Ds 5 % 500 cc
Metoclopramid inj 1 amp
08.00 5FU 560 mg dalam Ns 500 cc
55 tts / menit
Infus Ds 5 % 1000 cc selama 5
jam ( 66 tts / menit )

Pola Peresepan obat kemoterapi dan komplikasinya

Resep untuk kemoterapi

R/ Cisplatin 80 mg

5FU 560 mg

Resep untuk komplikasi hipertensi dan jantung

R/ lisinopril 5 mg No III

S 1 dd 1

Furosemid No III

S 40 mg 0 0

ASA No III

S 1 dd 100 mg

Simvastatin No III

S 0 10 mg

Asuhan Kefarmasian

Obat Rute Dosis frekuensi Indikasi


Cisplatin IV 80 mg Sekali Anti kanker
kemoterapi
5FU IV 560 mg Sekali Anti kanker
kemoterapi
Ns IV 500 cc pelarut obat kemoterapi
Dekstrose IV 500 Pelarut obat kemoterapi
1000 cc
Lisinopril P.O 5 mg 1x1 Hipertensi
Furosemid P.O 40 mg Pagi 40 mg Udema pada jantung
ASA P.O 100 mg 1x1 Analgesik untuk infark jantung
Simvastatin P.O 40 mg Malam 1 mg kolesterol
Permasalahan dalam kasus

Ny sumkatinah terdiagnosa terkena Ca cervik dengan komplikasi Hipertensi dan Heart


Failure ( jantung )namun dalam pengobatan terdapat simvastatin yang berfungsi sebagai pengontrol
kolesterol, namun pasien tidak bermasalah dengan kolesterolnya, peresepan obat ini sedikit tidak
masuk akal, kecuali jika terdapat pertimbangan tertentu yang berhubungan dengan komplikasi pasien
tersebut.

Tinjauan Pustaka

Definisi

Kanker servix adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada servix, sehingga jaringan di
sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya
disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat
terjadi berulang-ulang. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sekitar 90%
dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10 % sisanya berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
Etiologi

Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Factor-faktor yang terkait dengan proses
timbulnya kanker serviks adalah altivitas seksual dini, hubungan seksual tidak stabil, pasangan seksual
dua atau lebih / berganti-ganti, usia pertama kali melahirkan dini, infeksi virus, genetalia buruk, dan
penggunaan estrogen lebih dari tiga tahun.

Beberapa faktor predisposisi kanker serviks menurut baird (1991) terdiri dari 3 faktor yaitu:

a. faktor individu : terdiri dari infeksi HPV dan herpes simpleks 2, merokok, pasangan seksual
lebih dari satu.
b. Factor resiko : penggunaan oral kontrasepsi, minum-minuman, kebersihan post koitikus
kurang, koitikus saat menstruasi, terlalu sering membersihkan vagina, status ekonomi rendah.
c. Factor pasangan laki-laki : merokok, pasangan seksual lebih dari satu, koitus dengan pekerja
prostitusi, lingkungan yang terpajang dengan zat karsinogen.

Tanda dan Gejala

Fluor albus (keputihan) merupkan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama makin berbau busuk akibat infeksi dan nerkosis jaringan. Dalam hal demikian,
pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama ( disebut
sebagai perdarahan kontak ) merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%).

Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul
gejala berupa ketidakteraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret
vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang
khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Nyeri dirasakan dapat
menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin
dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina bewarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi
vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progesif.

Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam ( vaginal toussea ) merupakan gejala yang sering
terjadi. Karakteristik darah yang keluar bewarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai
menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal
dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker
yang juga merupakan penyakit lanjut.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut :

1. Papanicalow smear (pap smear)


Pap smear dapat mendeteksi samapi 90% kasus kanker serviks secara akurat, pemeriksaan ini
dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel
kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus dilakukan
oleh setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun dan sebaiknya
menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 1 kali/2-3 tahun. Hasil pemeriksaan
Pap smear ini dapat menunjukkan stadium dari kanker serviks :

Normal
Displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas )
Displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )
Karsinoma in situ ( kanker yang berbatas pada lapisan serviks paling luar )
Kanker invasif ( kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh
lainnya )
2. Biopsi.

Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada
serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk
melengkapi hasil Pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsy yang tidak memerlukan
anestesi dan teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui
kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi
akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja.

3. kolposkopi ( pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar )

Kalposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia. Pemeriksaan ini
kurang efesien dibandingkan dengan Pap smear, karena kolposkopi memerlukan ketrampilan dan
kemampuan kolposkopi dalam memeriksa darah yang abnormal.

4. Tes schiller

Tes ini menggunakan iodine solution yang diusapkan pada permukaan serviks. Pada serviks
normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen.
Sedaangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak
berubah karena tidak ada glikogen.

5. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui aktivitas pryvalekinase. Pada pasien


konservatif dapat diketahui peningkatan aktivitas enzim ini terutama pada daerah epitelium serviks.

6. Radiologi
a. Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik atau
peroartik limfe.

b. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakuakn pada kanker serviks tahap lanjut, yang dapat
menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal.

Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang
meliputi sitoskop, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance
Imaging (MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor
dan / atau terkenanya nodus limpa regional.

Tahapan Klinis

Penetuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu


prognosis rencana tindakan, dan memberikan arti perbandingan dari metode terapi. Tahapan stadium
klinis yang dipakai sekarang ialah pembagian yang di tentukan oleh The International Federation of
Gynecologi and Obstetric (FIGO) tahun 1976. Pembagian ini didasarkan atas pemeriksaan klinik,
radiologi, suktase endoserviks dan biopsi. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :

a. Karsinoma pre invasif


b. Karsinoma in-situ, karsinoma intraepitel
c. Karsinoma invasif
Tingkat 0 : Karsinoma insitu atau karsinoma intraepitel

Tingkat I : Proses terbatas pada serviks ( perluasan ke korpus uteri tidak dinilai )

Ia : karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik, lesi


tidak lebih dari 3 mm, atau secara mikroskopik kedalamannya > 3 5 mm dari epitel
basah dan memanjang tidak lebih dari 7 mm.

Ib : Lesi invasif > 5 mm, bagian atas lesi < 4 cm dan > 4 cm.

Tingkat II : proses keganasan telah keluar dari servik dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan
keparametrium tetapi tidak sampai dinding panggul.

IIa : Penyebarab hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor.
IIb : Penyebaran hanya di parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding.

Tingkat III : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul.

IIIa : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai ke dinding panggul

IIIb : Penyebaran sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi atau
tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada
gangguan faal ginjal / Hidronefrosis.

Tingkat IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan
vesika urinaria ( dibuktikan secara histologi ) atau telah bermetastasis keluar panggul
atau ke tempat yang jauh.

IVa : Telah bermetastasis dengan organ sekitarnya.

IVb : Telah bermetastasis jauh.

Komplikasi

Penyakit kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang sudah tidak dapat dikontorol lagi
oleh tubuh secara normal , akibatnya kanker makin membesar tanpa henti dan menyebabkan
kerusakan pada bagian tubuh dimana pertama kali kanker itu tumbuh dan dapat menyebar ke bagian
organ tubuh penting lainnya seperti ke paru-paru, liver, tulang, otak dengan segala komplikasinya.

Komplikasi akibat penyakit kanker secara umum disebabkan oleh 4 faktor, yaitu :komplikasi
akibat pertumbuhan kanker yang merusak sekitarnya, komplikasi sebagai akibat tidak langsung dari
kanker, komplikasi yang tidak ada kaitannya dengan kanker dan komplikasi akibat pemberian
sitostatika atau kemoterapi, radioterapi maupun tindakan pembedahan.

Komplikasi akibat pertumbuhan kanker yang merusak sekitarnya (infasif), dapat


mengakibatkan terjadinya penyumbatan saluran seperti pada kanker usus, kanker saluran kencing,
sehingga penderita tidak dapat buang air besar dan buang air kecil yang menyebabkan perut
membesar dan muntah-muntah . Bisa juga kanker menyebabkan erosi dan perforasi sehingga terjadi
perdarahan maupun terjadi fistula atau salutan yang tidak normal. Selain itu dapat menyebabkan
penyumbatan saluran disekitarnya, misalnya pada kanker leher rahim stadium lanjut atau pada kanker
kelenjar getah bening dapat menyebabkan sumbatan saluran getah bening di kaki dan mengakibatkan
kaki menjadi bengkak. Hal lainnya ,akibat pertumbuhan kanker yang terus tumbuh, dapat
menyebabkan rasa nyeri yang diakibatkan iritasi pada syaraf, tulang maupun kapsul organ seperti
pada kanker hati.

Komplikasi sebagai akibat tidak langsung dari kanker amat banyak dan bervariasi, dari yang
ringan sampai yang berat dan berakibat fatal bila tidak segera diatasi. Diantaranya adalah terjadi
gangguan umum seperti demam, berat badan menurun, tidak mau makan , anemia. Juga bisa terjadi
gangguan gizi , gangguan imunologis atau kekebalan tubuh, maupun hiperkalsemia.

Gangguan gizi yang tidak cepat diperbaiki dapat menyebabkan gangguan kekebalan tubuh dan bisa
menyebabkan terjadinya infeksi yang sering sukar diobati.Hiperkalsemia terjadi terutama pada kanker
yang mengenai tulang baik kanker yang awalnya tumbuh dari tulang maupun kanker yang
bermetastasis luas ke dalam tulang.

Komplikasi yang tidak ada kaitannya dengan penyakit kanker, misalnya pada pemberian
transfusi darah. Seringkali penderita kanker datang sudah dalam keadaan lanjut dan sudah terjadi
anemia atau kurang darah , apalagi kalau terjadi perdarahan pada kanker tersebut yang sangat sukar
dihentikan. Untuk menambah darah supaya mendekati atau kembali ke kadar normal , seringkali
diperlukan transfusi darah.Namun kadangkala pemberian transfusi darah dapat menyebabkan efek
samping yang dapat terjadi segera maupun kemudian, diantaranya adalah reaksi hemolisis karena
tidak sesuai golongan darahnya, selain itu bisa terkena virus hepatitis, malaria.

Komplikasi akibat tindakan pemberian kemoterapi, radioterapi maupun bedah.

Radiasi maupun kemoterapi dapat menyebabkan terjadinya penurunan kadar darah putih akibat
penekanan fungsi sumsum tulang yang bisa menyebabkan infeksi dan kematian. Tindakan bedah juga
dapat mengakibatkan komplikasi seperti perdarahan, infeksi terutama pada penanganan kanker
stadium lanjut, tergantung lokasi , jenis , ukuran kanker dan jenis operasi serta daya tahan
penderita.Diantara semua komplikasi tersebut, infeksi merupakan penyabab kematian paling utama
pada penderita kanker disamping perdarahan. Sekitar 90 persen penderita kanker meninggal karena
infeksi, perdarahan atau infeksi bersama-sama dengan perdarahan.

Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kejadian infeksi pada penderita kanker antara
lain karena : adanya luka lecet atau erosi pada kanker yang menyebabkan terbukanya kulit atau lapisan
mukosa yang merupakan benteng pertahanan tubuh (barrier) yang melindungi tubuh dari dunia luar
seperti pada kanker kulit, kanker usus, kanker kepala dan leher, kanker leher rahim.

Infeksi juga dapat terjadi karena adanya sumbatan akibat tekanan atau pertumbuhan
kanker, seprti pada kanker paru, kanker prostat, kanker saluran cerna. Selain itu infeksi dapat terjadi
karena penurunan daya tahan tubuh, tindkan pembedahan, tindkan diagnostik invasive, pemberian
pengobatan suportif seperti pemberian makanan melalui infus maupun pemberian transfusi darah,
juga bisa karena pemberian kemoterapi maupun radioterapi.

Untuk kanker leher rahim pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi fistula vesika
vagina, gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea, muntah, demam dan anemia.

Pengobatan Kanker Serviks

Tiga jenis utama dari pengobatan untuk kanker serviks adalah operasi, radioterapi, dan
kemoterapi. Stadium pra kanker hingga 1A biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien masih
ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan. Untuk stadium IB dan IIA
kanker serviks:

1. Bila ukuran tumor < 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa kemo
2. Bila ukuran tumor >4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi,
ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan dengan histerektomi
Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo berbasis
cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo dengan kombinasi

obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.

Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuannya pengobatan adalah untuk mengangkat atau
menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Kadang-kadang pengobatan ditujukan untuk
mengurangi gejala-gejala. Hal ini disebut perawatan paliatif.

Faktor-faktor lain yang mungkin berdampak pada keputusan pengobatan Anda termasuk usia
Anda, kesehatan Anda secara keseluruhan, dan preferensi Anda sendiri. Seringkali cukup bijak untuk
mendapatkan pendapat kedua (second opinion) yang memberikan Anda perspektif lain dari penyakit
Anda.

Pembedahan untuk Kanker Serviks

Ada beberapa jenis operasi untuk kanker serviks. Beberapa melibatkan pengangkatan rahim
(histerektomi), yang lainnya tidak. Daftar ini mencakup jenis operasi yang paling umum untuk kanker
serviks. Diantaranya:

Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke dalam vagina dan
pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukan mereka. Cryosurgery
digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ad adi dalam leher rahim (stadium 0), tapi
bukan kanker invasif yang telah menyebar ke luar leher rahim.

Bedah Laser

Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil dari
jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan untuk
kanker serviks pra-invasif (stadium 0).

Konisasi

Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan pisau bedah atau laser tau menggunakan kawat tipis yang dipanaskan oleh listrik
(prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ). Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau
mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I). Hal ini jarang digunakan sebagai satu-satunya
pengobatan kecuali untuk wanita dengan kanker serviks stadium dini yang mungkin ingin memiliki
anak. Setelah biopsi, jaringan (berbentuk kerucut) diangkat untuk diperiksa di bawah mikroskop. Jika
batas tepi dari kerucut itu mengandung kanker atau pra-sel kanker, pengobatan lebih lanjut akan
diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sel-sel kankernya telah diangkat.

Histerektomi

Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup jaringan yang berada di
dekatnya. Baik vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat
dengan cara operasi di bagian depan perut (perut) atau melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang
wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks
stadium awal (I). Hal ini juga digunakan untuk stadium pra-kanker serviks (o), jika sel-sel kanker
ditemukan pada batas tepi konisasi.

Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: pada operasi ini, dokter bedah
akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, bagian atas vagina yang berbatasan dengan
leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Operasi ini paling
sering dilakukan melalui pemotongan melalui bagian depan perut dan kurang sering melalui vagina.
Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Sebuah histerektomi radikal dan diseksi
kelenjar getah bening panggul adalah pengobatan yang umum digunakan untuk kanker serviks
stadium I, dan lebih jarang juga digunakan pada beberapa kasus stadium II, terutama pada wanita
muda.

Dampak seksual dari histerektomi: Setelah histerektomi, seorang wanita masih dapat
merasakan kenikmatan seksual. Seorang wanita tidak memerlukan rahim untuk mencapai orgasme.
Jika kanker telah menyebabkan rasa sakit atau perdarahan, meskipun demikian, operasi sebenarnya
bisa memperbaiki kehidupan seksual seorang wanita dengan cara menghentikan gejala-gejala ini.

Trachelektomi

Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan wanita muda tertentu
dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini
melibatkan pengangkatan serviks dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada jahitan berbentuk
seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim. Kelenjar getah bening
di dekatnya juga diangkat. Operasi ini dilakukan baik melalui vagina ataupun perut.

Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan melahirkan
bayi yang sehat melalui operasi caesar. Dalam sebuah penelitian, tingkat kehamilan setelah 5 tahun
lebih dari 50%, namun risiko keguguran lebih tinggi daripada wanita normal pada umumnya. Risiko
kanker kambuh kembali sesudah pendekatan ini cukup rendah.

Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan yang disebutkan di atas, pada jenis operasi ini:
kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar juga diangkat. Operasi ini digunakan ketika
kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya.

Jika kandung kemih telah diangkat, sebuah cara baru untuk menyimpan dan membuang air kecil
diperlukan. Sepotong usus pendek dapat digunakan untuk membuat kandung kemih baru. Urine dapat
dikosongkan dengan menempatkan sebuah tabung kecil (disebut kateter) ke dalam lubang kecil di
perut tersebut (disebut: urostomi). Atau urin bisa mengalir ke kantong plastik kecil yang ditempatkan
di bagian depan perut.

Jika rektum dan sebagian usus besar diangkat, sebuah cara baru untuk melewati kotoran/feses
diperlukan. Hal ini dilakukan dengan kolostomi, yaitu dibuat lubang pembukaan di perut dimana
kotoran dapat dikeluarkan. Atau ahli bedah mungkin dapat menyambung kembali usus besar sehingga
tidak ada kantung di luar tubuh yang diperlukan. Jika vagina diangkat, sebuah vagina baru yang terbuat
dari kulit atau jaringan lain dapat dibuat/direkonstruksi.

Diperlukan waktu lama, 6 bulan atau lebih, untuk pulih dari operasi ini. Beberapa mengatakan
butuh waktu sekitar 1-2 tahun untuk benar benar menyesuaikan diri dengan perubahan radikal ini.
Namun wanita yang pernah menjalani operasi ini tetap dapat menjalani kehidupan bahagia dan
produktif. Dengan latihan dan kesabaran, mereka juga dapat memiliki gairah seksual, kesenangan, dan
orgasme.

Radioterapi untuk Kanker Serviks


Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk membunuh
sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Sebelum radioterapi dilakukan, biasanya Anda akan
menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah Anda menderita Anemia. Penderita kanker
serviks yang mengalami perdarahan pada umumnya menderita Anemia. Untuk itu, transfusi darah
mungkin diperlukan sebelum radioterapi dijalankan.

Pada kanker serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi (external
maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah pembedahan. Akhir-akhir ini, dokter
seringkali melakukan kombinasi terapi (radioterapi dan kemoterapi) untuk mengobati kanker serviks
yang berada antara stadium IB hingga IVA. Yaitu, antara lain bila ukuran tumornya lebih besar dari 4
cm atau bila kanker ditemukan telah menyebar ke jaringan lainnya (di luar serviks), misalnya ke
kandung kemih atau usus besar.

Radioterapi ada 2 jenis, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal. Radioterapi
eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh Anda (area panggul) melalui sebuah mesin besar.
Sedangkan radioterapi internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam rahim/leher rahim
Anda selama beberapa waktu untuk membunuh sel-sel kankernya. Salah satu metode radioterapi
internal yang sering digunakan adalah brachytherapy.

Brachytherapy untuk Kanker Serviks

Brachytherapy telah digunakan untuk mengobati kanker serviks sejak awal abad ini. Pengobatan
yang ini cukup sukses untuk mengatasi keganasan di organ kewanitaan. Baik radium dan cesium telah
digunakan sebagai sumber radioaktif untuk memberikan radiasi internal. Sejak tahun 1960-an di Eropa
dan Jepang, mulai diperkenalkan sistem

HDR(high dose rate) brachytherapy.

HDR brachytherapy diberikan hanya dalam hitungan menit. Untuk mencegah komplikasi
potensial dari HDR brachytherapy, maka biasanya HDR brachytherapy diberikan dalam beberapa
insersi. Untuk pasien kanker serviks, standar perawatannya adalah 5 insersi. Waktu dimana aplikator
berada di saluran kewanitaan (vagina, leher rahim dan/atau rahim) untuk setiap insersi adalah sekitar
2,5 jam. Untuk pasien kanker endometrium yang menerima brachytherapy saja atau dalam kombinasi
dengan radioterapi external, maka diperlukan total 2 insersi dengan masing-masing waktu sekitar 1
jam. Keuntungan HDR brachytherapy adalah antara lain: pasien cukup rawat jalan, ekonomis, dosis
radiasi bisa disesuaikan, tidak ada kemungkinan bergesernya aplikator. Yang cukup memegang
peranan penting bagi kesuksesan brachytherapy adalah pengalaman dokter yang menangani.

Efek Samping Radioterapi Ada beberapa efek samping dari radioterapi, yaitu:

Kelelahan
Sakit maag
Sering ke belakang (diare)
Mual
Muntah
Perubahan warna kulit (seperti terbakar)
Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan senggama menyakitkan
Menopause dini
Masalah dengan buang air kecil
Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang
Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia)
Rendahnya jumlah sel darah putih
Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)
Diskusikan dengan dokter atau perawat Anda tentang efek samping yang mungkin Anda alami.
Seringkali ada pengobatan atau metode lain yang akan membantu. Karena merokok meningkatkan
efek samping radioterapi, jika Anda merokok maka Anda harus segera berhenti.

Kemoterapi untuk Kanker Serviks

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Biasanya obat-
obatan diberikan melalui infuse ke pembuluh darah atau melalui mulut. Setelah obat masuk ke aliran
darah, mereka menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-kadang beberapa obat diberikan dalam satu
waktu.

Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek samping ini akan tergantung pada jenis
obat yang diberikan, jumlah/dosis yang diberikan, dan berapa lama pengobatan berlangsung. Efek
samping bisa termasuki:

Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan obat mual/muntah)


Kehilangan nafsu makan
Kerontokan rambut jangka pendek
Sariawan
Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel darah putih)
Pendarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)
Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)
Kelelahan
Menopause dini
Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas)
Sebagian besar efek samping (kecuali untuk menopause dan ketidaksuburan) berhenti ketika
pengobatan selesai. Jika Anda memiliki masalah dengan efek samping, bicarakan dengan dokter Anda
atau perawat, karena seringkali ada cara untuk membantu. Pemberian kemoterapi pada saat yang
sama seperti radioterapi dapat meningkatkan prospek kesembuhan pasien, tetapi dapat memberikan
efek samping yang lebih buruk. Tim dokter Anda akan mengawasi efek samping ini dan dapat
memberikan obat-obatan untuk membantu Anda merasa lebih baik.
Pembahasan

Pasien masuk rumah sakit ( MRS ) dengan keluhan perut bagian bawah nyeri, pusing, dan pada
bulan desember pasien mengeluarkan darah dari kemaluan kurang lebih satu bulan, namun sehari
saat masuk rumah sakit sudah tidak mengeluarkan darah dari kemaluan. Setelah melakukan
pemeriksaan dari konsultasi dengan dokter dan berdasarkan hasil lab pasien tersebut didiagnosa
terkena Ca Cervik atau kanker leher rahim dan beberap komplikasi lainnya yakni hipertensi dan heart
failure. Dengan adanya komplikasi tersebut pasien dikonsultasikan ke IPD ( Ilmu Penyakit Dalam ).

Pasien melakukan terapi kemo dimulai sejak masuk rumah sakit dengan cisplatin seri I dan 5FU.
Setelah itu diberikan pengobatan dengan kemoterapi cisplatin dan pasien juga mendapat terapi per
oral yaitu lisinopril 1 x 5 mg untuk penyakit hipertensi, Furosemid pagi 40 mg digunakan untuk edema
pada jantung karena terlalu banyak menggunakan cairan saat menjalani kemoterapi, ASA 1 x 100 mg
sebagai analgesik pada infark jantung, dan simvastatin malam 10 mg. penggunaan Simvastatin pada
pasien ini kurang jelas diindikasikan untuk apa sehingga perlu ditanyakan pada dokter yang
bersangkutan.
Kesimpulan

Tindakan medi yang dilakukan telah dilakukan pada Ny Sumkatinah sesuai dengan keadaan
pasien, dan untuk komplikasi yang dialami pasien juga sudah baik penangannya. Pasien juga rutin
melakukan kemoterapi sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak medis.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani Meily, 2009, CANCER CERVIK, Profesi Apoteker, Surabaya

http://yusufheriady.blogspot.com/2009/03/komplikasi-akibat-penyakit-kanker.html

diakses 26 februari 2011

http://www.cancerhelps.com/kanker-serviks.htm

diakses 18 februari 2011


http://docs.google.com/viewer:etd.eprints.ums.ac.id/8991/1/K100060022.pdf obat
sitostatika untuk kanker servik

diakses 26 februari 2011

Anda mungkin juga menyukai