Anda di halaman 1dari 20

RONDE KEPERAWATAN

Studi Kasus : Saudara sebagai PP merencanakan Ronde Keperawatan


kepada pasien yang menjadi tanggungjawab saudara (Kasus
.. pilih)
Pertanyaan : Buatlah suatu proposal pengelolaan pelaksanaan Ronde
keperawatan pada kasus yang saudara pilih secara lengkap
analisis SWOT (Mekanisme, kriteria pasien, pelaksanaan dan
lain-lain)

A. STUDI LITERATURE RONDE KEPERAWATAN


1. Pengertian Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor,
kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2009).
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan
perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde
keperawatan dilakukan oleh pengajar atau siswa perawat dengan anggota
sifatnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek
perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011).
Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat
dengan perawat, perawat dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan
bahwa ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat
mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu
dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan
pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien
untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh
Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta
melibatkan seluruh anggota tim.
Secara bahasa ronde keperawatan terdiri dari 2 kata yaitu ronde dan
keperawatan. Ronde berasal dari Bahasa Inggris yaitu round yang memiliki
makna sama dengan around. Sebagai kata keterangan, jika round digunakan
untuk menjelaskan objek atau tempat, memiliki makna bahwa tempat dan
objek tersebut dikelilingi atau berada disemua sisi.Sebagai preposisi, round
memiliki makna melewati atau mengelilingi orang demi orang dalam satu
grup (Collins, 2013).
Jadi dalam beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ronde
keperawatan merupakan dua atau lebih perawat mengunjungi pasien dimana
dalam hal ini terjadi proses interaksi untuk mendapatkan informasi yang akan
membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien .

2. Tujuan Ronde Keperawatan


Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan bisa dibagi menjadi 2
yaitu : tujuan bagi perawat dan bagi pasien.
Tujuan bagi keperawatan menurut Amola et al, (2010) adalah :
1. Melihat kemampuan staf dalam manajemen pasien
2. Mendukungan pengembangan profesional dan peluang
pertumbuhan
3. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam
format studi kasus
4. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar
meningkatkan penilaian keterampilan klinis
5. Membangun kerjasama dan rasa hormat
6. Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan
mempromosikan kebanggaan dalam profesi keperawatan

Sedangkan tujuan bagi pasien menurut Clement (2011) adalah :


1. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan
hari ke hari
2. Untuk mengamati pekerjaan staf
3. Untuk membuat pengamatan khusus pasien dan memberikan
laporan ke dokter, misalnya : luka, drainase, perdarahan, dsb
4. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya.
5. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
6. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasaan pasien
7. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang
diberikan pada pasien
8. Untuk memeriksa kondisi pasien sehingga dapat dicegah seperti
ulcus decubitus, foot drop, dsb.
9. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien
sehingga perawat memperoleh wawasan yang lebih baik
10. Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.

Sedangkan menurut Nursalam (2009) tujuan ronde keperawatan dibagi


menjadi:
A. Tujuan Umum :Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berfikir kritis.
B. Tujuan Khusus
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis (Problem-Based Learning PBL)
2. Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal
dari masalah klien
3. Meningkatkan pola pikir sistematis
4. Meningkatkan validitas data klien
5. Menilai kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
6. Meningkatkan kemampuan membuat justifikasi, menilai hasil
kerja, dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan (renpra)

3. Karakteristik Ronde Keperawatan


a. Pasien dilibatkan secara langsung.
b. Pasien merupakan fokus kegiatan.
c. Perawat associate, perawat primer, dan konselor melakukan
diskusi bersama.
d. Konselor menfasilitasi kereativitas.
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP
dalam meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

4. Mekanisme Ronde Keperawatan


a. Perawat membaca laporan mengenai pasien melalui status pasien
sebelum melakukan ronde keperawatan. Hal ini dilanjutkan Clament
(2011) bahwa perawat sebaiknya melihat laporan penilaian fisik dan
psikososial pasien 2-3 menit. Selain itu juga perawat menetapkan tujuan
yang ingin dicapai ketika pelaksanaan ronde keperawatan. Sebelum
menemui pasien, sebaiknya perawat membahas tujuan yang ingin dicapai
(Clament, 2011).
b. Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde
keperawatan. Hal itu disebut Sitorus (2006) sebelum dilakukan ronde
perawat primer (PP) menentukan 2-3 klien yang akan di ronde dan
ditentukan pasien yang akan di ronde. Sebaiknya dipilih klien yang
membutuhkan perawatan khusus dengan masalah yang relative lebih
kompleks (Sitorus, 2006).
c. Ronde keperawatan dilakukan pada pasien. Perawat melaporkan
kondisi, tindakan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan, pengobatan,
serta rencana yang lain. Clement (2011) saat ronde keperawatan
melaporkan tentang kondisi pasien, asuhan keperawatan, perawat medis
dan prognosis. Selain itu juga menurut Annual review of nursing
education dalam ronde keperawatan perawat mendiskusikan diagnosis
keperawatan yang terkait, intervensi keperawatan, dan hasil. Mengenai
masalah yang sensitive hendaknya tidak boleh dibicarakan dihadapan
pasien. Masalah yang sensitive sebaiknya tidak didiskusikan dihadapan
klien (Sitorus, 2006).
d. Waktu pelaksanaan ronde bermacam-macam tergantung kondisi
dan situasi ruangan. Sitorus (2006) menyebutkan waktu yang dilakukan
untuk melakukan keseluruhan ronde adalah setiap hari dengan waktu
kurang lebih 1 jam ketika intensitas kegiatan di ruang rawat sudah relative
tenang. Sedangkan menurut Atiken et al. (2010) pelaksanaan ronde
keperawatan diadakan dua hari setiap minggu dan berlangsung satu jam.

5. Kriteria Pasien
Menurut Nursalam (2009) pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde
keprawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakuakn tindakan keperawatan
b. Pasien dengan kasus baru atau langka

6. Tipe - Tipe Ronde Keperawatan


Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi
kepustakaan. Diantaranya adalah menurut Close & Castledine (2005) ada
empat tipe ronde yaitu matronsrounds, nurse management rounds, patient
comfort rounds dan teaching rounds.
a. Matron rounds menurut Close & Castlide (2005) seorang perawat
berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal
rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa standar
pelayanan, kebersihan dan kerapian, dan menilai penampilan dan
kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.
b. Nurse management rounds menurut Close & Castlide (2005) ronde
ini adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan
implementasi pada sekelompok pasien dan keluarga pada proses interaksi.
Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat dengan
head nurse.
c. Patient comfort rounds menurut Close & Castledine (2005) ronde
di sini berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah
sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua kebutuhan
pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan malam hari, perawat menyiapkan
tempat tidur untuk pasien tidur.
d. Teaching rounds menurut Close & Castledine (2005) dilakukan
antara teacher nurse dengan perawat atau siswa perawat, dimana terjad
proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan untuk perawat atau
siswa perawat. Dengan pembelajaran langsung perawat atau siswa dapat
langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada pasien.
Menurut Daniels (2004) walking round terdiri dari nursing round,
physician-nurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing round adalah
ronde yang dilakukan antara perawat dengan perawat. Physician nurse rounds
adalah ronde pada pasien yang dilakukan dokter dengan perawat, sedang
interdisciplinary rounds adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh
berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, ahli gizi serta
fisioterapi dsb. Sedangkan menurut Clement (2011) menyebutkan berbagai
jenis word round yang dilakukan oleh perawat meliputi rounds with the
doctors, rounds to discuss psychological problem of patients, social service
rounds, medical rounds for nurses, rounds with the physical therapits, dan
nursing rounds.

7. Langkah-langkah Ronde Keperawatan


Ramani (2003) menjelaskan rahapan ronde keperawatan adalah (1)
Pre-rounds: Preparation (persiapan), planning (perencanaan), orientasion
(orientasi) (2) Rounds: Introduction (pendahuluan), interaction (interaksi),
observation (pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing
(kesimpulan) (3) Post-Rounds :debriefing (Tanya jawab), feedback (saran),
reflection (refleksi), preparation (persiapan).
Bimbauner (2004) mengatakan bagaimana menyiapkan ronde keperawatan
yaitu:
a. Before rounds meliputi: (1) persiapan, terdiri dari membuat tujuan
kegiatan ronde keperawatan dan membaca status pasien dengan jelas
sebelum melakukan ronde keperawatan (2) orientasi perawat, terdiri dari
membuat menyadari tujuan : demonstrasi temuan klinis, komunikasi
dengan pasien, pemodelan perilaku professional (3) orientasi pasien.
b. During rounds meliputi : (1) menetapkan lingkungan: membuat
lingkungan yang nyaman serta dorong untuk mengajukan pertanyaan (2)
menghormati: perawat: hormati mereka sebagai pemberi layanan pada
pasien dan pasien : perlakukan sebagai manusia, bukan hanya obyek dari
latihan mengajar, peka terhadap bagaimana penyakit mempengaruhi
kehidupan pasien (3) libatkan semua perawat, bertujuan untuk mengajar
semua tingkat peserta didik dan mendorong semua untuk berpartisipasi (4)
libatkan pasien: dorong pasien untuk berkontribusi mengenai masalah
penyakitnya, dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan tentang
masalahnya, gunakan kata-kata yang dapat dimengerti pasien, dsb.
c. After rounds: waktu untuk pertanyaan dan memberikan umpan
balik.
Menurut Nursalam (2009) langkah langkah ronde keperawatan dibagi
menjadi:
a. Pra Ronde
a) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
b) Menentukan tim ronde
c) Mencari sumber atau literature
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
f) Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Data apa yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Dan hambatan apa yang
ditemukan selama perawatan?
b. Pelaksanaan Ronde
a) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang
perlu didiskusikan
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau
kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang
akan dilakukan.
c. Pasca Ronde
a) Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.

8. Strategi Ronde Keperawatan yang Efektif


Ramani (2003) dalam Clament (2009) menyebutkan ada beberapa strategi
agar ronde keperawatan berjalan efektif yaitu:
1. Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan pelaksanaan
ronde keperawatan baik waktu pelaksanaan, pasien masalah yang terkait,
dsb.

2. Membuat perencanaan apa yang akan dilakukan meliputi:sistem


apa yang akan diajarkan, aspek-aspek apa yang harus ditekankan:
pemeriksaan fisik, melakukan tindakan dsb. Rencanakan agar semua aktif
terlibat dalam kegiatan, pilih pasien yang akan dilakukan proses
pembelajaran, serta tentukan berapa banyak waktu yang harus dihabiskan
dengan pasien tertentu.
3. Orientasikan pada perawat tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan
berikut ini dapat dilakukan selama fase orientasi: (1) orientasikan perawat
untuk tuuan latihan dan kegiatan yang direncanakan (2) memberikan peran
kepada setiap anggota tim (3) buat aturan mengenai ronde (4) setiap
diskusi sensitive perlu ditunda dan seluruh tim harus menyadari hal ini.

4. Perkenalkan diri anda dan tim pada pasien meliputi: (1)


memperkenalkan diri kepada pasien (2) pasien perlu diberitahu bahwa
pertemuan itu terutama dimaksudkan untuk berdiskusi mengenai
pemberian perawatan pada pasien (3) keluarga tidak perlu diminta untuk
perg jika pasien ingin untuk ditemani.

5. Meninggalkan waktu untuk pertanyaan, klarifikasi, menempatkan


pembacaan lebih lanjut. Fase ini terjadi diluar ruangan, keluar dari pasien
jarak pendengaran. Ini adalah kesembatan untuk mendiskusikan aspek
sensitive dari riwayat pasien.

6. Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan. Mulai persiapan untuk


pertemuan berikutnya dengan merefleksikan pada diri mengenai hasil
ronde yang telah dilakukan.

9. Implikasi ronde keperawatan terhadap praktek keperawatan


Penerapan ronde keperawatan berimplikasi terhadap penurunan
penggunaan call light, penurunan angka pasien jatuh, penurunan angka luka
tekan (decubitus), peningkatan tingkat kepuasan pasien dan peningkatan
tingkat kepuasan perawat.
Penggunaan call light. Penerapan ronde keperawatan berimplikasi
terhadap penurunan pada penggunaan call light memungkinkan perawat
memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan asuhan keperawatan bukannya
berjalan darikamar ke kamar memenuhi panggilan yang diberikan oleh pasien.
Hasil penelitian Meade et al. (2006), menemukan bahwa penggunaan lampu
panggil yang paling tinggi adalah dengan alasan yang dibuat-buat.Dengan
pelaksaan ronde keperawatan maka ditemukan penurunan penggunaan lampu
panggil terutama penggunaan lampu panggil tanpa alasan yang jelas dari
pasien.
Pasien jatuh.mengalami penurunan pada institusi yang melaksanakan
ronde keperawatan. Saat perawat melakukan ronde terhadap pasien setiap jam
dan memenuhi kebutuhan dasarnya seperti toileting dan penempatan barang-
barang pribadi maka resiko jatuh akan berkurang. Meade et al. (2006),
menemukan penurunan angka pasien jatuh secara signifikan selama dilakukan
ronde keperawatan. Saleh et al. (2011), menemukan penurunan angka pasien
jatuh secara drastis setelah dilaksakan ronde keperawatan dari 25 kasus
menjadi 4 kasus.
Luka tekan (decubitus).Ronde keperawatan memungkinkan reposisi
secara regular terhadap pasien sehingga angka decubitus pada pasien dapat
diturunkan. Pada pasien dengan kasus luka, reposisi secara regular juga
berkonstribusi terhadap proses healing. Saleh et al. (2011), menemukan
penurunan angka luka decubitus setelah dilaksanakan ronde keperawatan dari
2 insiden menjadi 1 insiden.
Kepuasan pasien.Kehadiran perawat secara rutin dan penggunaan
protokol yang spesifik dalam ronde keperawatan memungkinkan kebutuhan
dasar pasien terpenuhi sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Meade
et al.(2006), menemukan peningkatan kepuasan pasien selama pelaksanaan
ronde keperawatan hingga mencapai 91,9 dari 100 skala yang diberikan. Saleh
et al. (2011), juga menemukan peningkatan pasien setelah dilaksanakan ronde
keperawatan mencapai 7,5 %.

Kepuasan perawat. Dengan ronde keperawatan pelayanan keperawatan


menjadi lebih efisien dan berkurangnya stress kerja perawat sehingga akan
meningkatkan kepuasan kerja dari perawat (Meade et al., 2006). Survey
kepuasan kerja dilakukan di Lehigh Valley Health Network yang berlokasi di
Kota Betlehem Negara Bagian Pennsylvania Amerika Serikat.Survey ini
dilakukan pada tahun 2007, 2009 (sebelum implementasi ronde keperawatan)
dan tahun 2011 (setelah implementasi ronde keperawatan). Hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kepuasan kerja perawat dari 3.78
pada tahun 2007 dan 3.77 pada tahun 2009 menjadi 3.83 pada tahun 2011.
Selain itu angka kepuasan pasien ini lebih tinggi 0.18 poin dari angka
kepuasan perawat secara nasional.(Kessler et al., 2012).
10. Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan

Langkah-langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap pra. PP

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

- Informal Consent
- Hasil
Pengkajian/Validasi data

- Apa diagnosis
Tahap Pelaksanaan
keperawatan ?
- Apa data yang
Di Nurse Station. Penyajian Masalah mendukung ?
- Bagaimana
intervensi yang sudah
dilakukan ?
- Apa hambatan
yang ditemukan ?

Validasi Data

Tahap Pelaksanaan
Diskusi PP-PP, Konselor, KARU
Di kamar pasien

Lanjutan-Diskusi di Nurse
Station

Kesimpulan dan Rekomendasi


Pasca Ronde..
Solusi Masalah
Peran masing-masing anggota tim :
1. Peran perawat Primer dan Perawat Associate
a) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
b) Menjelaskan diagnosis keperawatan.
c) Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
d) Menjelaskan hasil yang didapat.
e) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang diambil.
f) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
2. Peran Perawat Konselor
a) Memberikan justifikasi.
b) Memberikan reinforcement.
c) Memvalidasi keberadaan dari masalah dan intervensi keperawatan
serta rasional tindakan.
d) Mengarahkan dan koreksi.
e) Mengintergrasikan konsep teori yang telah dipelajari.

Kriteria Evaluasi

1. Struktur
a) Persyaratan administrasif ( Informed Consent, alat, dan lainnya ).
b) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
c) Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Proses
a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan.
3. Hasil
a) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.
b) Masalah pasien dapat teratasi.
c) Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
2) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
B. PROPOSAL PERENCANAAN RONDE KEPERAWATAN

RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN


NY. S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH PADA DIAGNOSIS MEDIS PPOK, DM, DAN
HIPERTENSI (DI RUANG X RS Y)

Topik : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah


Keperawatan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada
Diagnosis Medis PPOK, DM, dan Hipertensi.
Sasaran : Pasien Ny. S/68 tahun.
Hari/tanggal : Selasa/30 Agustus 2005.
Waktu : 60 menit. (Pkl. 11.0012.00 WIB).
I. Tujuan :
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
2. Tujuan Khusus:
a. menjustifikasi masalah yang belum teratasi;
b. mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain;
c. menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien;
d. merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah
pasien.
II. Sasaran
Pasien Ny. S umur 68 tahun yang dirawat di kelas II no. tempat tidur 4 Ruang
Paru RS X.
III. Materi
1. Teori asuhan keperawatan pasien dengan PPOK, DM, dan
hipertensi.
2. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan PPOK, DM,
dan hipertensi serta intervensi keperawatan pada pasien dengan PPOK,
DM, dan Hipertensi dengan masalah keperawatan nutrisi kurang dari
kebutuhan
IV.Metode : Diskusi
V. Media : Dokumen/status pasien, kertas, bolpoint, materi yang
disamaaiakan secara lisan
VI. Kegiatan ronde keperawatan.
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Keg. P
1 hari
sebelum
ronde Praronde Praronde Penanggung Jawab:
1. Menentukan kasus dan topik.
2. Menentukan Tim ronde.
3. Menentukan literatur.
4. Membuat proposal.
5. Mempersiapkan pasien dengan pemberian
informed consent.
Ronde
5 menit (Nurse station ) Pembukaan Kepala Ruangan
1. Salam pembuka.
2. Memperkenalkan tim ronde.
3. Menjelaskan tujuan ronde.
4. Mengenalkan masalah pasien secara
spintas
30 menit Penyajian masalah PP Mende
1. Memberi salam dan memperkenalkan pasien
dan keluarga kepada tim ronde.
2. Menjelaskan riwayat penyakit dan
keperawatan pasien.
3. Menjelaskan masalah pasien dan rencana
tindakan yang telah dilaksanakan dan serta
menetapkan prioritas yang perlu didiskusikan.
Membe
respons
Karu, PP, Perawat menjaw
Validasi data (bed pasien): Konselor. pertany
4. Mencocokkan dan menjelaskan kembali data yang telah disampaikan
dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan keadaan pasien secara
langsung, dan melihat dokumentasi.
5. Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang
masalah keperawatan tersebut di bed pasien.
6. Pemberian justifikasi oleh perawat
primer atau konselor atau kepala ruang
tentang masalah pasien.
Pasca ronde
10 menit (Nurse station) Melanjutkan diskusi dan masukan dari tim.
1. Menyimpulkan untuk menentukan
tindakan keperawatan pada masalah prioritas
yang telah ditetapkan.
2. Merekomendasikan intervensi
keperawatan
Karu, supervisor,
Perawat Konselor,
3. Penutup. pembimbing Nur sta

VII. Kriteria evaluasi:


1. Struktur:
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Paru RS X.
b. Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan
ronde keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Proses:
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.
3. Hasil:
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat:
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis.
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien.
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
5) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
VIII. Pengorganisasian
1. Kepala ruangan :
2. PPI :
3. PPII :
4. PAI :
5. PAII :
6. Konselor : dr. Ahli gizi
7. Pembimbing :
8. Supervisor :

C. RESUME PASIENPELAKSANAAN RONDE


1) Identitas
Nama : Ny S
Umur : 68 Tahun
Status : Kawin
Pekaryawan : Pensiunan Guru
Alamat : Blitar
2) Diagnosa : PPOK + DM + HIPERTENSI
3) Keluhan Utama : Mual dan muntah
4) Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 3 juli 2005 pasien jatuh dan terjadi retak pada pergelangan tangan
kiri, sejak saat itu pasien merasa berdebar debar ,gula darah naik .14
harisebelum MRS pasien merasa sesak,kumat kumatan pada malam hari ,
batuk berdahak, nafsu makan menurun , badan lemah. Pasien periksa dan
disarankan MRS di ruang paru pada tanggal 23-8-2005 sampai dengan 25-
8-2005 . keluhan pasien sudah berkurang, pasien sudah
dapatmenghabiskan porsi makannya dan dapat duduk dikursi, tanggal 26-
08-2005 pasien kembali mengeluh sesak, tanggal 27 pasien mengeluh
mual, tanggal 28 pasien muntah air warna hijau kekuningan 3x@75 ml.
badan pasien terasa lemah, pasien merasa pusing, nafsu makan menurun,
pasien hanya mampu menghabiskan porsi makan yang disediakan.
Tanggal 29 pasien muntah air 4 x @75 cc.
5) Riwayat penyakit dahulu
Pasien menderita DM dan hipertensi sejak 1995. Untuk pengobatan DM
pasien mendapatan terapi mixtrad 18 iu untuk hipertensi mendapatkan
terapi noperten 5mg, pasien pernah MRS tahun 1999.
6) Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita DM.
7) Pemeriksaan fisik
Tanda tanda vital
Tekanan darah 110/60 mmhg, Nadi 80 x/menit, Suhu 37,5 derajat celcius,
RR 18 x /menit
8) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium tanggal 25-8-2005

Hb : 13,0 mg/dl

LED : 3 mm/j

Leukosit : 3.220 109/dl

Hematokrit : 39,48

Trombosit : 183.000 109/L (150350)

GDP : 303 mg/dl (70110)

GD 2 j PP : 296 mg/dl (<125)

Kolesterol total : 153 mg/dl (100240)

Kreatinin serum : 0,9 mg/dl (<1,2)

BUN : 16,3 mg/dl (1020)

Bilirubin total : 0,43(<0,1)

SGOT : 32U/l (<38)

SGPT : 22 U/l (<41)

Fosfatase alkali : 192 U/l (73270)

Protein total : 6,9 g/dl (6,38,8)

Albumin : 3,6 g/dl (3,24,5)

9) Terapi
Terapi tanggal 27 Agustus 2005

Cefotaxim 3 1 gr
Atracpid 3 4 U SC

Lisinopril 5 mg -0-0

ASA 1 100 mg

ISDN 3 5 mg

Levofloxacin 1 500 mg tab

Nebulizer combivent 4

Asam mefenamat 3 1 kp

Deit B1 2.100 kal

Terapi tanggal 29 Agustus 2005

Lisinopril 5 mg -0-0

ASA 1 100 mg

ISDN 3 5 mg

Levofloxacin 3 500 mg

Roborantia 1 1

Ranitidin 2 1 amp

Metoclorpamit 2 1 amp

Parasetamol 3 500 mg kp

Diet B1 2.100 kal

Atrapid 3 4 U SC
10) Diagnosa Keprawatan
Tanggal 23 Agustus
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi
sekret.
Masalah teratasi tanggal 27 Agustus.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri berhubungan dengan


kelemahan anggota tubuh.

Masalah teratasi tanggal 26 Agustus.

3. Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia.

Masalah teratasi tanggal 28 Agustus.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah,


intake kurang.

5. Risiko hipoglikemi.

Tanggal 23 Agustus

1. Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan: setelah dilakukan perawatan selama 3 24 jam tidak terjadi


gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Kriteri Hasil (Nursing Outcome CriteriaNOC)

a. A (antropometri): BB stabil, KU baik.

b. B (biomchemical data): tidak terjadi penurunan Hb (N: 11,415,1 g/dl),


albumin 3,24,5 g.

c. C (clinical signs): konjungtiva tidak anemis; turgor baik.

d. D (diet): nafsu makan baik; pasien mampu menghabiskan porsi makan


yang disediakan.

11) Rencana Tindakan


a. Jelaskan tentang pentingnya nutrsi dan kepatuhan diet
b. Berikan motivasi kepada pasien untuk menghabiskan makanan
yang disediakan sesuai diet yang ditentukan
c. Timbang berat badan setiap 3-4 hari
d. Berikan makanan dalam keadaan hangat
e. Anjurkan pasien makan 15 menit sesudah pemberian suntikan
insulin
f. Monitor Hb, albumin, dan kadar gula darah
g. Kolaborasi dengan bagian gizi untuk pemberian diet
h. Observasi untuk setiap hari
12) Evaluasi
SOAP (Kebutuhan nutrisi belum terpenuhi)

D. ANALISA SWOT
No. Analisis SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING
1. Internal Faktor (IFAS).
Strength.
a. Bidang perawatan dan ruangan mendukung
adanya kegiatan ronde keperawatan. 0, 166 2 0,332
b. Banyaknya kasus yang memerlukan
perhatian khusus. 0,4 2 0,8
c. SDM banyak mempunyai pengalaman
dalam bidang keperawatan bedah medis. 0,168 3 0,504
d. Sertifikasi perawat sesuai keahliannya. 0,1 3 0,3
e. Adanya kemauan perawat untuk
berubah 0,166 1 0,166
TOTAL 1 2,1
Weakness.
a. Ronde keperawatan adalah kegiatan
yang belum dilaksanakan secara teratur 0,42 3 1,26
b. Karakteristik tenaga yang memenuhi
kualifikasi belum merata. 0,193 2 0,386
c. Belum dilaksanakannya MAKP secara
optimal 0,194 3 0,582
d. Jumlah tenaga yang tidak seimbang
dengan tingkat ketergantungan pasien 0,193 2 0,386
TOTAL 1 2,6
2. Ekternal Faktor (EFAS).
Opportunity.
OT
a. Adanya pelatihan dan seminar tentang 2,6 2,8 =
manajemen keperawatan. 0,615 3 1,845 1,25
b. Adanya kesempatan dari kepala ruangan
untuk mengadakan ronde keperawatan pada
perawat dan mahasiswa praktik. 0,385 2 0,77
TOTAL 1 2,6
Threatened.
a. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
yang lebih profesional 0,812 3 2,436
b. Persaingan antar ruang bedah semakin 0,188 2 0,376
kuat dalam pemberian pelayanan
TOTAL 1 2,8

E. WAWANCARA RONDE KEPERAWATAN


Dari hasil wawancara kelompok kami di salah satu Rumah Sakit swasta
yang ada di Probolinggo, ronde keperawatan hampir tidak pernah dilakukan.
Dilakukannya ronde keperawatan juga tergantung mdel manajemen yang dipilih
dalam instansi dan masalah yang benar-benar berat. Dalam RS yang kami
wawancarai memakai model keperawatan tim. Di RS ini hampir tidak pernah
dilakukan ronde keperawatan tetapi setiap hari melakukan pelayanan terintegrasi dan
koordinasi. Misalnya perawat primer, gizi dan tim kolabarasi melakukan
implementasi kemudian melakukan evaluasi pada tindakan yang diberikan. Jika ada
pasien yang sudah diberi implementasi tetapi masalah belum teratasi yang
menangani nanati Dokter Penanggungjawab Pasien (DPJP). Alasan tidak
dilakukannya ronde keperawatn di salah satu Rumah Sakit swasta di
Probolinggo adalah karena sibuk oleh tugas masing-masing dan setiap hari
selalu dilakukan pelayanan terkoordinasi dan terorganisasi.
Sedangkan menurut salah satu perawat RSNU Kabupaten Jombang
menjelaskan, menurutnya ronde keperawatan itu sngat penting dilakukan saat
masalah keperawatan tidak teratasi, di RSNU tlah dilakukan di RSNU. Alur
dalam ronde keperawatan pasien yang maslah keperawatannya belum teratasi
biasanya mengusulkan ke kepal tim terlebih dahulu untuk dilakukan evaluasi
ulang diagnosanya, harus ada kepala ruangan, PP, dokter dan ahli gizi.semua
element harus ikut serta dalam ronde keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai