Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori


Fluida merupakan zat zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan diri
dengan bentuk wadah tempatnya atau zat yang akan berdeformasi terus menerus
selama dipengaruhi oleh suatu tegangan geser. Bila berada dalam keseimbangan,
fluida tidak dapat menahan gaya tangensial atau gaya geser. Semua fluida
memiliki suatu derajat kompresibilitas dan memberikan tahanan kecil terhadap
perubahan bentuk.
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara
permanen. Bila bentuk suatu massa fluida akan diubah, maka di dalam fluida akan
terbentuk lapisan-lapisan hingga mencapai suatu bentuk baru. Pemahaman tentang
fluida sangat penting untuk dapat menyelesaikan soal-soal pergerakan fluida
melalui pipa, pompa dan peralatan proses atau alat ukur laju alir pada fluida.
Fluida memiliki sifat menolak terhadap perubahan bentuk dan kemampuan
untuk mengalir (atau umumnya kemampuan untuk mengambil bentuk wadah
mereka).Sifat ini biasanya dikarenakan sebagai fungsi dari ketidakmampuan
fluida terhadap tegangan geser (shear stress) dalam ekuilibrium
statik.Konsekuensi dari sifat ini adalah hukum Pascal yang menekankan
pentingnya tekanan dalam mengkarakterisasi bentuk fluida.
Fluida dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Fluida tak mampu mampat (incompressible), yaitu fluida dimana densitasnya
hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang besar terhadap tekanan dan
suhu. Contoh : Air
b. Fluida mampu mampat (compressible), yaitu fluida yang apabila diberi gaya
tekanan, maka volume dan suhunya akan mengalami perubahan.Contoh : Gas

Laju alir fluida dalam pipa dapat diukur secara langsung maupun
tidak langsung.Alat ukur laju alir secara umum disebut dengan flowmeter. Jenis-
jenis flowmeter diantaranya: piston, oval-gear disk, rotary-vane type, orifice plate,
venturi tube, flow nozzle, pitot tube, elbow, rotarmeter dan lain-lain. Sedangkan
untuk mengatur besar kecilnya aliran tersebut digunakan katup atau valve. Prinsip
kerja setiap pengukur aliran tersebut didasari oleh prinsip fisika yang sama,
yaitu peningkatan kecepatan menyebabkan penurunan tekanan. Perbedaan
antara pengukur aliran tersebut hanya masalah harga, keakuratan dan seberapa
dekat bekerjanya alat ini mengikuti asumsi-asumsi aliran yang diidealkan.
Fluidisasi merupakan operasi transformasi partikel padatan menjadi seperti
fluida melalui suspensi dalam gas atau cairan.Metode ini banyak digunakan oleh
para ahli teknik kimia dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan
fluidisasi.Dengan metode ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat
seperti fluida dengan viskositas tinggi.Sebagai ilustrasi, tinjauan suatu kolom
berisi sejumlah partikel padat berbentuk bola.Melalui unggun padatan ini
kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah,
butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir dari bawah ke atas.
Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya
mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan
partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut unggun diam atau fixed bed.
Keadaan fluidisasi unggun diam tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Skema unggun diam dan unggun terfluidakan (Satriyo, 2008)

Jika laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan dimana
unggun padatan akan tersuspensi didalam aliran gas yang melaluinya. Pada
keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga
dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini,
sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi,
misalnyaadanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan
sebagainya.
Gambar 1.2 Sifat cairan dalam unggun terfluidisasi (Satriyo, 2008)

Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan
dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas seperti pada
gambar di bawah ini.

Gambar 1.3 Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas (Satriyo, 2008)
Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada
gambar berikut ini:

Gambar 1.4 Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat (Satriyo, 2008)


Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:
1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum
yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan
tetap diam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 1.5.

Gambar 1.5 Fenomena fixed bed (Satriyo, 2008)

2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida


mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada
kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan
pada gambar 1.6.

Gambar 1.6 Fenomena minimum or incipient fluidization (Satriyo, 2008)


3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun
sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 1.7.

Gambar 1.7 Fenomena smooth or homogenously fluidization (Satriyo, 2008)


4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembunggelembung
pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 1.8.

Gambar 1.8 Fenomena bubbling fluidization (Satriyo, 2008)


5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar
yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel
padat. Pada kondisi ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat
seperti terangkat. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 1.9.

Gambar 1.9 fenomena slugging fluidization (Satriyo, 2008)

6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan


terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar 1.10.

Gambar 1.10 Fenomena chanelling fluidization (Satriyo, 2008)


7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan
terbawa aliran fluida dan berekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 1.11.

Gambar 1.11 Fenomena disperse fluidization (Satriyo, 2008)

Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-


faktor berikut:
a. Laju alir fluida dan jenis fluida
b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun
Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi yang
akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut.
Kebanyakan operasi di industri menggunakan prinsip fluidisasi ini pada
fluidized beds dengan berbagai alasan tertentu. Adapun keuntungan dari fluidized
beds untuk operasi industri yaitu sebagai berikut:
1. Halus, partikel fluida mengizinkan kontrol operasi secara kontinu otomatis
dengan penanganan yang mudah
2. Pencampuran yang cepat dari padatan pada kondisi isotermal sepanjang reaktor
3. Bisa diterapkan pada operasi skala besar.
4. Laju transfer panas dan massa antara gas dan partikel tinggi ketika
dibandingkan dengan cara lain
5. Sirkulasi padatan antara dua fluidized bed memungkinkan memindahkan (atau
menambah) kuantitas yang besar panas yang diproduksi (atau dibutuhkan)
dalam reaktor yang besar

Adapun kerugian dari fluidized bed untuk operasi industri yaitu sebagai
berikut:
1. Menyebabkan erosi pada pipa dan bejana dari abrasi partikel yang serius
2. Menyebabkan tumpahnya partikel-partikel dalam bejana
3. Sulit untuk menjelaskan aliran gas pada partikel untuk bubbling bed

Pada praktikum fluidisasi ini fluida yang digunakan adalah udara tekan.
Butiran padat yang akan difluidisasikan juga dapat bervariasi seperti butiran batu
bara, batu bata, pasir, dan sebagainya. Ukuran partikel juga divariasikan dengan
melakukan pengayakan dengan mesh tertentu. Densitas partikel dapat juga
divariasikan dengan mencampur partikel, baik yang berbeda ukuran maupun
berbeda jenis.Selain itu variasi juga dapat dilakukan pada tinggi unggun. Dalam
praktikum ini akan teramati fenomena-fenomena fluidisasi. Selama fluidisasi
berlangsung juga dapat diamati kecepatan minimum fluidisasi secara visual.Dari
hasil pengukuran tekanan dan laju alir fluida dibuat pula kurva karakteristik
fluidisasi.
Bila kita amati suatu unggun butiran yang disangga oleh pelat kasa dan
dilalukan pada unggun tersebut suatu aliran fluida ke arah atas, maka untuk debit
aliran yang kecil unggun akan tetap diam, fluida hanya akan mengalami kenaikan
hilang tekan dengan peningkatan debit tersebut. Untuk suatu debit tertentu hilang
tekan (dinyatakan dalam tekanan, artinya gaya per satuan permukaan) sampai
pada nilai yang sama dengan berat unggun persatuan permukaan (yang ukurannya
juga sama dengan permukaan untuk hilang tekan), dan unggun mulai terangkat.
Inilah yang disebut awal fluidisasi.Di atas kecepatan ini butiran unggun beberapa
menjadi terpisah dan bergerak secara bervariasi ke segala arah.Akan tetapi untuk
kecepatan tertentu posisi rata-ratanya secara statistik adalah tetap, dalam arti
unggun mempunyai suatu tinggi yang konstan. Tinggi unggun ini meningkat bila
debit cairan meningkat.
Kecepatan Minimum Fluidisasi Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi
(Umf), adalah kecepatan superficial fluida minimum dimana fluida mulai
terjadi.Karakter unggun terfluidakan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik
antara penurunan tekanan (P) dan kecepatan superficial fluida (U). Untuk
keadaan yang ideal, kurva hubungan ini berbentuk seperti terlihat dalam gambar
1.12.

Gambar 1.12 Grafik antara Penurunan Tekanan dan Kecepatan Superficial Fluida

Garis AB : menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam


Garis BC : menunjukkan keadaan dimana unggun telah terfluidakan
Garis DE : menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam pada
waktu kita menurunkan kecepatan air fluida. Harga penurunan tekanan untuk
kecepatan aliran fluida tertentu, sedikit lebih rendah daripada harga penurunan
tekanan pada saat awal operasi.
Bila kita naikkan lagi debit aliran kita akan mencapai suatu kecepatan yang
bersamaan seperti bila butiran tersebut jatuh bebas dalam fluida diam. Maka kita
akan mengalami pengaliran butiran padat itu keluar menurut arah aliran.

Gambar 1.13 Skema fluidisasi (Novandy, 2007).


Bila peristiwa tersebut akan kita gambarkan secara grafik, kita ambil sebagai
absis kecepatan atas dasar kolom kosong Um (artinya kecepatan rata-rata fluida
dalam suatu pipa kosong dengan luas permukaan penampangnya sama dengan
penampang unggun) dan sebagai ordinat adalah hilang tekan P. Peristiwa
tersebut dapat kita nyatakan sebagai berikut:

a. Dari O ke A unggun tetap diam dan hilang tekan naik menurut debit aliran.
Bila debit aliran cukup kecil perubahan P terhadap um adalah tetap linier dan
dapat dihitung, misalnya dengan menggunakan persamaan Kozeny Carman.
b. Di A hilang tekan menjadi sedemikian sehingga gaya tekan bersangkutan
dengan awal pengangkatan unggun. Harga hilang tekan ini akan bergantung
terutama pada kondisi pencurahan unggun dan sifat partikel (keadaan
permukaan, sifat dendritik atau tidak dan seterusnya). Kita melihat kenyataan
disini bahwa gaya yang bersangkutan dengan hilang tekan pada titik ini tidak
saja untuk mengangkat berat butiran yang diakibatkan oleh penghimpitan
partikel satu dengan yang lainnya.
c. Sekali unggun ini terberai hilang tekan akan turun kembali ke harga yang lebih
kecil (titik B), lalu bila kecepatan dinaikkan lagi hilang tekan akan tetap
konstan hingga titik C dengan ketinggian unggun yang senantiasa meningkat.
Oleh karena itu, kenyataan bahwa hilang tekan tetap konstan (dan sama dengan
berat unggun persatuan luas) pada saat debit meningkat, menunjukkan bahwa
geometri intern unggun adalah berubah terutama berupa peningkatan
porositasnya yang akan berhubungan erat dengan naiknya tinggi unggun.
Setelah titik C partikel akan berbawa dalam arah aliran gas. Kurva akan
berpotongan dengan kurva hilang tekan fluida dalam tabung kosong ( = 1).
d. Bila kemudian kecepatan kita turunkan, maka tinggi unggun juga akan
menurun, akan tetapi mulai dari titik B sudah tentu kita tidak perlu lagi
mengikuti bekas keadaan A oleh karena partikel meletakkan dirinya secara
perlahan-lahan satu di atas lainnya tanpa pemadatan. Maka kita akan bergerak
dari B ke O dengan melewati D.
e. Alhasil bila kita memulai kembali suatu fluidisasi, tidak akan ada lagi upaya
yang harus dilakukan untuk mengatasi gaya gesekan antara partikel yang
terjadi karena pemadatan dan titik-titik yang menggambarkannya dinyatakan
oleh kurva ODBC naik atau turun akan tetap sama. Hilang tekan (untuk suatu
Umtertentu) dalam zone pertama (bersangkutan dengan OD) adalah lebih kecil
dari pada dalam OA, karena pemadatan unggun lebih berkurang dan tinggi
unggun Zi lebih besar.

Pernyataan tentang unggun terfluidakan di atas sebenarnya terlalu diidealkan.


Fluidisasi inilah yang biasa disebut fluidisasi homogen dimana butiran terdispersi
secara uniform dalam seluruh bagian unggun, artinya porositas lokal unggun
seolah-olah konstan pada setiap titik didalam unggun tersebut.

Gambar 1.14Berbagai rezim fluidisasi (Novandy, 2007)

Kita mengamati bahwa fluidisasi homogen terjadi bila densitas fluida f


dan densitas partikel s sedikit saja berbeda


[ 1]......................................................(1.1)

Misalnya dalam hasil fluidisasi butiran kaca dalam air. Akan tetapi kebanyakan
operasi fluidisasi dilakukan dalam fasa gas


[ 1]....................................................(1.2)

dimana dalam hal ini fluidisasi menjadi heterogen. Bagian tertentu unggun seolah-
olah tetap diam sementara yang lainnya dilalui oleh gelembung-gelembung gas
yang besar dengan kecepatan Um dan mengandung sedikit butiran sebagai
suspensi di dalamnya, gelembung ini merambat ke arah permukaan unggun
sehingga tidka memungkinkan lagi untuk mendefinisikan suatu permukaan bebas.
Inilah yang disebut peristiwapenggelembungan. Bila gelembung ini sampai
memenuhi seluruh penampang unggun ia akan dapat terangkat selama beberapa
saat, lalu volum tersebut akan jatuh kembali secara tiba-tiba ke atas lapisan paling
rendah. Inilah yang disebut fenomena fluidisasi berpiston (Novandy, 2007).
Karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan
viskositas tinggi, metoda pengontakan fluidisasi memiliki beberapa keuntungan
dan kerugian. Keuntungan proses fluidisasi, antara lain:
a. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat
secara kontinu dan memudahkan pengontrolan
b. Kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam
kondisi isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya
c. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor
d. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan massa antara partikel cukup
tinggi
e. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas
yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas
permukaan kecil

Sebaliknya, kerugian proses fluidisasi antara lain:

a. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga


karakteristik fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu.
b. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah
tertentu padatan.
c. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
d. Terjadinya gelombang dan penorakan di dalam unggun sering kali tidak dapat
dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini
terjadi pada reaktor, konversi reaksi akan kecil.
Jika suatu fluida melewati partikel unggun yang ada dalam tabung, maka
aliran tersebut memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan
menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure dropakan naik jika
kecepatan supervisial naik (Novandy, 2007).
Pada kecepatan supervisial rendah, unggun mula-mula diam. Jika kemudian
kecepatan supervisial dinaikkan, maka pada suatu saat gaya seret fluida
menyebabkan unggun mengembang dan tahanan terhadap aliran udara mengecil,
sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel
unggun. Kemudian unggun mulai bergerak dan kondisi ini disebut minimum
fluidization.Kecepatan supervisial terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya
fluidisasi disebut minimum fluidization velocity (vmf).Sedangkan porositas dari
unggun ketika fluidisasi benar-benar terjadi dinamakan minimum fluidization
porosity (mf). Sementara itu pressure drop sepanjang unggun akan tetap
walaupun kecepatan supervisial dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun
per satuan luas.
Jika kecepatan fluida diatas vmf, unggun akan mulai mengembang (bubbling)
dan kondisi ini dinamakan aggregative fluidization. Kenaikan kecepatan
supervisial yang ekstrim tinggi dapat menyebabkan tumbuhnya gelembung yang
sangat besar, memenuhi seluruh tabung dan mendorong terjadinya slugging bed.
Pada saat ini pressure drop mungkin melampaui berat per satuan luas karena
adanya interaksi partikel dengan dinding tabung. Jika densitas fluidanya lebih
besar dan partikel unggun lebih kecil kemungkinan unggun dapat tertahan dalam
keadaan mengembang lebih stabil (particulate fluidzation). Partikel unggun yang
lebih ringan, lebih halus dan bersifat kohesif sangat sukar terfluidisasi karena gaya
tarik antar partikel lebih besar daripada gaya seretnya. Sehingga partikel
cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun dengan membentuk
channel.
Untuk menentukan pressure drop yang melalui fixed bed dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut:

P
150v'mf L

1 2 1,75v'mf 2 L 1
Dp
2
3 Dp
. ...................................(1.3)
Dengan : Dp = Diameter Partikel (m)
= Viskositas Fluida (cP)
L = Tinggi Bed (m)
= Voidage (ruang kosong)
vmf = Kecepatan Supervisial (cm/dtk)

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mampu menggunakan persamaan bilangan Reynolds untuk mencari
koefisien hambatan fluida dalam kolom berisi benda padat
2. Mampu menggunakan peralatan fluidisasi untuk menentukan Pressure
Drop
3. Mampu bekerjasama dalam tim dan professional
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan aliran fluida melalui benda
padat ini yaitu satu set alat Fluidized Bed yang memiliki dua jenis kolom dengan
diameter berbeda.

Gambar 2.1 Skema alat fluidized bed.


Keterangan :
(1) main switch
(2) water pump swicth
(3) air compressor switch
(4) water flow meter
(5) air flowmeter
(6) column no 2
(7) column no 1
(8) water pump
(9) air compressor
(10) water pump tank
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah arang dan pasir.
2.3 Prosedur kerja
1. Memasukkan bahan pasir ke dalam kolom 1 hingga ketinggian 1 cm.
2. Menghidupkan kompresor dengan switch.
3. Membuka flow regulator valve dan diatur pada flowrate 800 L/jam, 1200
L/jam , 1800 L/jam, 2400 L/jam, dan 3600 L/jam.
4. Mencatat pressure drop dan tinggi unggun untuk setiap flowrate.
5. Percobaan diulang dengan ketinggian 2, 3 cm.
6. Untuk bahan arang gunakan cara yang sama dengan flowrate 800 L/jam,
1200 L/jam , 1800 L/jam, 2400 L/jam, dan 3600 L/jam.
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C., J. 1993. Transport Processes and Unit Operations. Third Edition.
Pretince Hall International Edition. University of Minnesota.
Kirk-Othmer. 1994. Encyclopedia of Chemical Technology, 4th edition, volume
10, John Wiley & Sons, New York.
Novandy.2007. Penentuan Pressure Drop dan Kecepatan Minimum Proses
Fluidisasi Pada Reactor Fixed Bed dan Regenerator. FORUM IPTEK
Vol 13 No 03. Publikasi Ilmiah Pusdilkat Migas.
Satriyo. 2008. Fluidisasi. Laboratorium Operasi Teknik Kimia. Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Cilegon Banten.

Anda mungkin juga menyukai