Anda di halaman 1dari 12

HASIL PEMBINAAN KELUARGA

I. Latar Belakang Keluarga Binaan

I.1 Data Demograf

No Nama Lengkap Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Status Hub.


Kelamin Dalam
Keluarga
1 I Ketut Warta L 60 tahun SD Pecalang KK
2 Ni Wayan Reni P 58 tahun SD IRT Istri
3 Ni Wayan Ekayanti P 28 tahun SMA IRT Anak
pertama
4 Ni Made Budayanti P 26 tahun SMA IRT
Anak ke -2
5 I Nyoman Wanayasa L 24 tahun SMA Buruh
Anak ke-3
6 I Ketut Purnayasa L 22 tahun SMA Buruh
Anak ke- 4
7 I Wayan Krisna L 21 tahun SMA Tidak
Anak ke-5
Valentine Bekerja

I.2 Status Sosial Ekonomi

Pasien merupakan ketua pecalang di Br. Bukian Kawan. Sejak dahulu sampai saat ini
pasien tidak memiliki pekerjaan tetap maupun pekerjaan tambahan. Istri pasien
seorang ibu rumah tangga dan memiliki pekerjaan tambahan sebagai penjahit sampian
untuk perlengkapan banten. Untuk kebutuhan sehari-hari, seperti makan sehari-hari,
biaya listrik dan air serta kebutuhan mendadak ditanggung oleh istri pasien dan
kadang-kadang oleh anak-anaknya. Penghasilan yang didapat dari berjualan sampian
dalam sehari mencapai Rp. 80.000,00. Pasien memiliki 5 orang anak, walaupun kedua
anak perempuannya sudah menikah keluar, pasien mengaku salah satu anak
perempuannya masih sering pulang untuk memberikan sekedar tambahan uang untuk
membantu mencukupi kebutuhan keluarga pasien. Pasien sebagai pecalang di banjar
mendapat keringanan dalam kegiatan banjar seperti ngayah dan ngaopin di banjar,
pura, tetangga serta pengeluaran dana untuk kegiatan upacara agama di banjar. Pasien
memiliki 4 orang cucu, dari kedua anak perempuannya. Anak pertama memiliki dua
anak (perempuan dan laki-laki) sedangkan anak kedua memiliki dua anak (perempuan
dan anak laki-laki). Hubungan pasien dengan anak-anak, menantu dan cucu-cucunya
dikatakan dekat, namun mereka jarang bertemu.

1
I.3 Rumusan Masalah

I.3.1 Pasien tinggal di sebuah pekarangan milik sepupu pasien, luas pekarangan rumah
yang ditempati pasien kurang dari 100m2, yang terdiri dari 2 buah bangunan yaitu
bangunan rumah tinggal yang terdiri dari 2 buah kamar tidur, dan 1 bangunan
yang diperuntukan sebagai dapur, namun tidak terdapat tempat suci dan kamar
mandi. Setiap kamar mendapat pencahayaan yang cukup pada siang hari bila pintu
kamar dan korden jendela di buka. Terdapat ventilasi dan jendela pada setiap
kamar. Kamar tidur pasien kasurnya tampak bersih, namun terasa lembab, karena
jendela dan pintu jarang dibuka pada siang hari. Keadaan bagian dalam salah satu
kamar sangat berantakan karena jarang dirapikan.

I.3.2 Dapur pasien, sebuah dapur dengan ruangan tertutup dengan tembok batako,
disana pasien memasak dengan tungku api padahal terdapat kompor. Dapur
tampak gelap sehingga kurang pencahayaan karena pintu dapur jarang dibuka.
Pasien lebih sering menggunakan tungku untuk memasak, dikarenakan tidak
mampu membeli gas yang harganya mahal. Di dapur pasien tidak terdapat meja
makan maupun tempat menyimpan makanan, sehingga setelah memasak makanan
diletakkan di sebuah dipan dan hanya ditutupi dengan saab/ tutup panci.

I.3.3 Pasien tidak memiliki kamar mandi dan jamban. Namun sudah tersedia air yang
berasal dari mata air (swadaya) yang disalurkan melalui pipa. Pasien dan keluarga
sehari-hari mandi, buang air kecil dibelakang bangunan rumah dan untuk buang
air besar biasanya ke sungai.

I.3.4 Di pekarangan rumah pasien tidak terdapat tempat suci dikarenakan tanah yang
ditempati pasien dan keluarga milik sepupu pasien, selain itu pasien tidak
memiliki dana untuk membuat padmasana dan tugu karang. Dengan keadaan
tersebut pasien hanya mampu membuat pelinggih berupa batu besar, dan sehari-
hari mebanten di pelinggih tersebut.

I.3.5 Pasien membuang sampah di belakang rumahnya yang kemudian dibakar dan
kadang-kadang pasien memisahkan antara sampah organik dan sampah yang bisa
didaur ulang atau tidak seperti botol dan kaleng bekas pakai yang dibiarkan
tergeletak yang bisa menjadi sarang nyamuk dan meningkatkan risiko terjadinya
demam berdarah

2
I.3.6 Pasien memiliki penyakit tekanan darah tingi namun tidak terkontrol. Penyakit ini
telah diderita sejak 5 tahun yang lalu. Pasien telah mengetahui bahwa tekanan
darahnya tinggi, namun pasien tidak pernah berobat ke dokter. Walaupun jarak
Pustu dekat dan jarak ke Puskesmas Payangan 1 km. Biasanya pasien mengeluh
sakit kepala, tengkuk terasa kaku, namun pasien hanya minum obat tradisional
seperti loloh dan makan buah mentimun serta pasien beristirahat setelah beberapa
jam kemudian dikatakan keluhannya membaik.

II. Kegiatan Pada Keluarga Binaan


Promosi Kesehatan

Tujuan : Setelah mendapatkan KIE, keluarga binaan mampu menambah pengetahuan


serta mengubah sikap dan perilaku terhadap sakit yang diderita, serta dapat
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, sesuai permasalahan yang ditemukan
pada keluarga binaan.
Sasaran : Kepala keluarga (anggota keluarga binaan)
Tempat dan Waktu : Rumah keluarga binaan, 17 Februari 2016 05 Maret 2016
Pelaksanaan Kegiatan : Melakukan diskusi dengan keluarga binaan mengenai
permasalahan yang ditemukan, sehingga keluarga akan lebih mudah untuk menerima
dan melakukan saran yang diberikan bila keluarga memahami dengan baik ancaman
kesehatan yang dapat terjadi dari permasalahan tersebut. Diantaranya resiko stroke
dan komplikasi tekanan darah tinggi lain, infeksi paru-paru bila terus-menerus
terpapar asap dari tungku, penyakit jamur pada kulit bila suasana kamar lembab dan
pengap, serta risiko terkena penyakit demam berdarah di musim hujan bila
membiarkan tempat-tempat penampungan air terbuka dan menampung air hujan
karena bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Evaluasi : Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan dan peran
serta dari keluarga binaan yang dilihat dari perubahan kebiasaan yang dievaluasi
setiap melaksanakan kunjungan ke rumah keluarga binaan setelah dilakukan diskusi.
Indikator Keberhasilan : Keluarga binaan dapat memahami dan mengetahui
ancaman kesehatan yang dapat terjadi dari keempat permasalahan yang ditemukan.
Sehingga keluarga binaan mampu berperilaku peduli terhadap kesehatan dan ikut
berperan serta dalam pelaksanaan PHBS dimulai dari rumahnya sendiri.
III. Hasil Kegiatan Dan Pembahasan
3
Peningkatan pengetahuan: Keluarga binaan yang sebelumnya tidak mengetahui bahwa
kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat menjadi risiko terkena penyakit, dapat mengetahui
dan memahami setelah berdiskusi. Keluarga juga mengetahui bahaya komplikasi dari
tekanan darah tinggi yang tidak dikontrol.

Peningkatan sikap: Keluarga binaan menerima saran-saran yang diberikan dan dengan
antusias mengatakan akan berusaha melakukan saran tersebut.

Peningkatan perilaku: Setelah melakukan diskusi, dilakukan evaluasi


berkesinambungan saat berkunjung ke rumah keluarga binaan hingga kunjungan
terakhir pada tanggal 5 Maret 2016. Sampai pada kunjungan terakhir, sudah dapat
dilihat perubahan kebiasaan pada keluarga binaan. Kamar tidur sudah lebih hangat
karena pada siang hari mendapat sinar matahari yang cukup dari maupun pertukaran
udara yang lebih baik setelah pintu dan jendela rutin dibuka. Namun istri pasien
sampai saat ini masih memasak dengan tungku. Dapur sudah mendapat pencahayaan
karena pintu dapur sudah sering dibuka. Untuk penyimpanan makanan sudah
disediakan lemari bekas berukuran kecil namun masih layak digunakan. Tempat-
tempat penampungan air, baik yang ditemukan di halaman maupun di dapur, sudah
tidak ada lagi.

IV. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan : Telah terjadi perubahan perilaku pada keluarga binaan setelah dilakukan
kegiatan promosi kesehatan dengan cara berdiskusi, yang dilihat dari kesesuaian hasil
evaluasi rutin dengan indikator keberhasilan.

Saran : Keluarga binaan melakukan saran yang diberikan secara terus-menerus dan
agar dapat menyampaikan informasi yang didapatkan kepada lingkungan sekitar
tempat tinggalnya.

4
PENANGGULANGAN PENYAKIT HIPERTENSI TIDAK
TERKONTROL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGA

I. PENDAHULUAN
I.1.1 Latar Belakang Kasus

1.1.2 Pedigree

1.1.3 Denah Rumah

5
Kamar Tidur Dapur
U

I.2 Riwayat Kasus


KK laki-laki bernama Ketut Warta berusia 60 tahun memiliki riwayat
hipertensi sejak 5 tahun lalu yang diketahuinya pertama kali di puskesmas
terdekat karena sering merasa sakit kepala. Saat dilakukan pemeriksaan
tersebut ternyata didapatkan tekanan darah 170/100 mmHg. Keluhan
membaik setelah mengkonsumsi obat hipertensi yang diberikan oleh dokter
Puskesmas dan setelah obat habis KK tidak melakukan pengecekan tekanan
darah dan pengobatan secara berkesinambungan karena merasa tidak ada
masalah lagi dengan kesehatannya. Sebelum menderita hipertensi, KK
memiliki kebiasaan minum arak 3-5 gelas sloki sejak muda dan sampai saat
ini dan setiap makan selalu menambahkan garam pada makanannya agar
nafsu makannya bertambah.

II. ANALISA SITUASI KELUARGA KASUS


II.1 Aspek Lingkungan Fisik
Pasien tinggal bersama istri dan ketiga anak laki-lakinya sedangkan kedua
anak perempuannya telah pindah rumah mengikuti suami masing masing.
KK tidak memiliki tempat tinggal, namun ada saudara sepupunya
memberikan sebagian dari tananhnya yang luasnya kurang dari 100m 2 untuk

6
ditempati oleh KK. Namun di pekarangan rumah yang ditempati oleh KK saat
ini terdiri dari 1 KK. Pekarangan rumah pasien terdiri dari 2 bangunan yaitu
bangunan rumah yang berisikan 2 kamar tidur dan bangunan dapur. Bangunan
rumah dan dapur yang ditempati pasien tidak menggunakan keramik
melainkan lantai yang terbuat dari semen saja, berdinding batako dan beratap
sebagian dari genteng dan seng. Setiap kamar mendapat pencahayaan dari
jendela dan pintu yang cukup, terutama pada siang hari bila pintu kamar dan
jendela di buka. Terdapat ventilasi dan jendela pada setiap kamar. Kamar tidur
pasien dan istri kasurnya tampak bersih, dan kamar tidur beserta kasur tidur
anak-anak pasien tampak kurang bersih dan terasa lembab, karena jendela
jarang dibuka dan kasur tidur jarang dibersihkan. Dapur keluarga ini tampak
kurang bersih, pekarangan rumah sudah terdapat air PDAM (swadaya) untuk
memasak dan mandi, namun tidak memiliki kamar mandi, jamban dan septic
tank. Pasien dan keluarganya mandi dibelakang pekarangan rumah namun air
limbah dibuang dibelakang pekarangan rumah. Istri pasien memasak
menggunakan kayu bakar namun terkadang menggunakan kompor gas.
Limbah dapur dibuang ke got di depan pekarangan rumah. Di pekarangan
rumah tidak terdapat tempat suci, hanya terdapat pelinggih berupa batu yang
terletak di bagian depan rumah dan setiap hari istri pasien maturan di
pelinggih tersebut. Tempat suci atau merajan gede terdapat dipekarangan
saudara sepupu pasien yang terletak disebelah utara pekarangan rumah
pasien. Banyak terdapat tanaman di pekarangan rumah kurang tertata rapi.

II.2 Aspek Sosial Ekonomi


Pasien merupakan ketua pecalang di Br. Bukian Kawan. Sejak dahulu sampai
saat ini pasien tidak memiliki pekerjaan tetap maupun pekerjaan tambahan.
Istri pasien seorang ibu rumah tangga dan memiliki pekerjaan tambahan
sebagai penjahit sampian untuk perlengkapan banten. Untuk kebutuhan sehari-
hari, seperti makan sehari-hari, biaya listrik dan air serta kebutuhan mendadak
ditanggung oleh istri pasien dan kadang-kadang oleh anak-anaknya.
Penghasilan yang didapat dari berjualan sampian dalam sehari mencapai Rp.
80.000,00. Pasien memiliki 5 orang anak, walaupun kedua anak
perempuannya sudah menikah keluar, pasien mengaku salah satu anak
perempuannya masih sering pulang untuk memberikan sekedar tambahan uang

7
untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga pasien. Pasien sebagai
pecalang di banjar mendapat keringanan dalam kegiatan banjar seperti ngayah
dan ngaopin di banjar, pura, tetangga serta pengeluaran dana untuk kegiatan
upacara agama di banjar.

II.3 Aspek Sosial Budaya


Pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Dalam lingkungan
pekarangan rumah dihuni oleh pasien, istri serta tiga orang anak laki-laki
pasien. Pasien memiliki dua anak perempuan yang telah menikah dan 4 orang
cucu. Hubungan pasien dengan anak-anak, menantu dan cucu-cucunya
dikatakan dekat, namun mereka jarang bertemu. Hanya satu anak saja yang
sering menjenguknya karena rumahnya dekat. Sedangkan anak yang lain
hanya datang saat ada odalan di Pura kawitan dan panti.
KK merupakan anggota dari Banjar Bukian Kawan, Dulunya jika
terdapat ngayah di banjar dapat dihadiri oleh KK, namun 20 tahun sampai
saat ini KK sebagai pecalang masih aktif dalam kegiatan banjar maupun desa.
Hubungan dengan tetangga dikatakan baik namun dengan keluarga sekitar
20 tahun yang lalu pernah ada masalah sehingga beberapa lama tidak akur,
namun sekarang hubungan dengan keluarga lainnya dikatakan baik.

II.4 Aspek Sosial Psikologis


Pasien sempat bercerita bahwa dulunya ia memiliki masalah dengan keluarga
besarnya. Masalah tersebut muncul 20 tahun yang lalu, namun pasien tidak
secara terperinci menceritakan masalahnya. Pasien sempat emosi, marah,
kesal, sedih, dan sampai tidak ingin bekerja. Beberapa tahun terlewati, pasien
dan keluarga kecilnya melakukan transmigrasi ke Sulawesi berharap
kehidupannya lebih baik. Namun setelah 7 tahun bertempat tinggal di
Sulawesi pasien dan keluarga memutuskan untuk kembali ke Bali. Setelah
sampai di Bali, timbul masalah kembali dengan keluarga besarnya. Pasien
merasa bingung dan sempat merasa tidak nyaman dengan keadaannya,
terlebih lagi pasien tidak memiliki warisan apapun maupun tempat tinggal.
Dengan kondisi tersebut, salah satu saudara sepupu pasien masih peduli
dengan pasien, sehingga pasien diberikan sebagian dari pekarangan rumahnya
untuk dibangun rumah dan ditempati oleh pasien dan keluarga.

8
III. Rumusan Masalah dan Solusinya
III.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga kasus
Masalah kesehatan yang dialami keluarga ini adalah KK yang bernama Ketut
Warta memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol sejak lima tahun yang
lalu. Awalnya diketahuinya mengalami hipertensi karena sering merasa sakit
kepala, tengkuk terasa kaku atau sakit, sehingga dilakukan pengecekan
keluhan-keluhan tersebut di puskesmas terdekat ternyata didapatkan tekanan
darah yang tinggi hingga 170/100mmHg sehingga disarankan untuk opname
tetapi menolak dan disarankan untuk merubah gaya hidup dengan melakukan
diit rendah garam, rendah lemak serta taat mengkonsumsi obat hipertensi.
Setelah obat hipertensi yang diberikan oleh dokter di puskesmas habis, KK
menolak melakukan pengobatan dan tidak melanjutkan mengkonsumsi obat
tersebut karena merasa tidak ada keluhan lagi, namun setahun kemudian
hingga satu tahun terakhir dikatakan keluhan hilang timbul namun pasien
tidak pernah melakukan pengecekan lagi dan tidak mengkonsumsi obat
penurun tekanan darah.Untuk mengurangi keluhan tersebut pasien hanya
minum obat tradisional berupa loloh, dan makan buah mentimun. Namun 6
bulan terakhir pasien tidak ada keluhan walaupun dengan tekanan darah yang
tidak terkontrol. Sedangkan gaya hidup diit rendah garam tidak taat
dilakukan.
Masalah lain yang dialami yaitu kurangnya pengetahuan KK tentang
penyakitnya tersebut baik dari gejala, faktor risiko, pengobatan serta
pencegahan komplikasi. Terlebih pasien tidak mengetahui betapa bahayanya
tekanan darah tinggi apabila tidak terkontrol.

III.2 Persepsi Keluarga tentang konsep sehat-sakit


KK memiliki hipertensi yang sudah dideritanya selama lima tahun. KK
menganggap penyakit hipertensi tidak berbahaya selama tidak ada keluhan
yang dirasakan. KK tidak melakukan pengecekan tekanan darah rutin dan
pengobatan apapun terhadap penyakitnya tersebut, hanya mengkonsumsi obat
tradisional loloh dan mengkonsumsi buah mentimun serta melakukan diit
rendah garam dirumah tetapi tidak taat dilakukan. Pasien mengaku tidak
pernah berfikir bahwa penyakit yang dialami disebabkan oleh orang lain yang
memiliki ilmu gaib, melainkan pasien menyadari kemungkinan tekanan
darahnya tinggi disebabkan karena tegang, banyak pikiran/ stress.

9
III.3 Solusi Masalah di keluarga binaan
Dengan melihat permasalahan yang didapatkan tersebut maka terdapat
beberapa solusi. KK menolak untuk dilakukan pengobatan hipertensi karena
tidak adanya keluhan. Solusi yang dapat diberikan yaitu memberikan
penjelasan akan hipertensi tersebut baik gejala, faktor risiko, pengobatan
farmakologis dan non farmakologis maupun pencegahan komplikasi yang
dapat terjadi sehingga KK mengerti akan penyakitnya dan mendorong untuk
lebih memikirkan kesehatannya sehingga tekanan darahnya dapat terkontrol
dengan baik.
Anak laki-lakinya yang masih tinggal bersama dengan KK sebaiknya
mengantar ke pelayanan kesehatan secara rutin untuk mengecek tekanan
darahnya dan mendapatkan pengobatan agar tekanan darahnya selalu
terkontrol dan KK pun tidak boleh menolak dan taat untuk dilakukannya
pengobatan walaupun tidak adanya keluhan.
Pada hari Jum,at, 26 Februari 2016 saat kunjungan rumah KK binaan
dilakukan pengecekan tekanan darah dan didapatkan 140/90mmHg dan hari
Selasa, 1 Maret 2016 dilakukan pengecekan tekanan darah kembali
didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg. KK sudah mulai memikirkan
kesehatannya dengan akan berusaha secara patuh untuk merubah gaya
hidupnya dan melakukan pengobatan secara berkesinambungan karena dalam
menangani penyakit hipertensi diperlukan pengobatan modifikasi dari
pengobatan non farmakologis yakni perubahan gaya hidup dengan melakukan
taat diit rendah garam, makanan berlemak di rumah dan pengobatan
farmakologis dari ketaatan mengkonsumsi obat. Selain itu, KK juga harus
mengurangi aktivitas fisik yang berat dan pihak keluarga pun harus terus
mendukung dan memantau segala sesuatu yang dilakukan KK demi
peningkatan kesehatannya.
Untuk masalah biaya, KK disarankan untuk menggunakan jaminan
kesehatan yang tersedia untuk mempermudah KK dalam melakukan
pengecekan tekanan darah secara rutin maupun mendapatkan obat secara
gratis di Puskesmas.

10
IV. Kesimpulan dan saran
IV.1Simpulan
KK memiliki penyakit hipertensi sejak lima tahun yang lalu dan tidak
melakukan pengecekan tekanan darah dan pengobatan secara rutin di
pelayanan kesehatan. Faktor risiko terjadinya hipertensi kemungkinan oleh
karena adanya senangnya mengkonsumsi alkohol dan garam saat sebelum
menderita hipertensi. Saat ini tekanan darah menurun 130/80mmHg, hasil
tersebut diharapkan tetap terkontrol dengan melakukan pengobatan secara
berkesinambungan dan dengan melakukan modifikasi diit/gaya hidup berhenti
minum alkohol, rendah garam, rendah lemak, olahraga (jalan santai, senam
lansia) 30 menit setiap hari, minimal 3 kali dalam seminggu, lebih banyak
mengkonsumsi buah dan sayur untuk mencegah terjadinya komplikasi.
IV.2Saran
Diharapkan KK dan keluarga dapat secara rutin dan berkesinambungan
melakukan apa yang telah disarankan. Dengan mengetahui gejala dan faktor
risiko diharapkan dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan
modifikasi diit/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang
terjadi dapat dihindarkan serta tetap melakukan pengecekan tekanan darah
secara rutin di pelayanan kesehatan. Selain itu, pihak keluarga juga harus
tetap mendukung dan mengontrol ketaatan minum obat dan gaya hidup agar
tekanan darah tetap terkontrol.

11
Lampiran

12

Anda mungkin juga menyukai