Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Prosedur

Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk

mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan tersebut. Oleh

karena itu, setiap perusahaan baik swasta maupun pemerintah hendaknya memiliki

prosedur dasar pelaksanaan kerja untuk menunjang kelancaran operasional perusahaan.

Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan

secara seragam. Pada akhirnya prosedur akan menjadi pedoman bagi suatu organisasi

dalam menentukan aktivitas apa saja yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu

fungsi tertentu. Dengan adanya prosedur yang memadai maka pengendalian dan tujuan

yang akan dicapai dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik.

Menurut Baridwan (2009:30) menyatakan bahwa prosedur merupakan suatu

urutan-urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau

lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-

transaksi perusahaan yang sedang terjadi. Sedangkan menurut Mulyadi (2013:5)

prosedur adalah suatu kegiatan urutan klerikal yang biasanya melibatkan beberapa

orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang. Kegiatan klerikal yang

dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencatat informasi dalam formulir,
buku besar dan jurnal yang meliputi menulis, mengadakan, menghitung, memberi

kode, mendaftar, memilih, memindahkan dan membandingkan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah

bagian dari suatu sistem yang merupakan rangkaian dari beberapa tahapan suatu

tindakan secara sistematis dan jelas dimana melibatkan setiap bagiannya untuk

menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi yang dilakukan berulang-ulang

telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2.1.2 Karakteristik Prosedur

Berikut ini adalah beberapa karakteristik prosedur menurut Mulyadi (2013:8)

diantaranya adalah :

1) Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.

2) Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan

menggunakan biaya seminimal mungkin.

3) Prosedur menunjukkan urutan-urutan yang logis dan sederhana.

4) Prosedur menunjukkan adanya penetapan keputusan dan tanggung jawab.

5) Prosedur menunjukkan tidak adanya keterlambatan dan hambatan.


2.1.3 Manfaat Prosedur

Suatu prosedur dapat memberikan beberapa manfaat menurut Mulyadi

(2013:15) diantaranya :

1) Lebih memudahkan dalam langkah-langkah kegiatan yang akan datang.

2) Mengubah pekerjaan berulang-ulang menjadi rutin dan terbatas, sehingga

menyederhanakan pelaksanaan dan untuk selanjutnya mengerjakan yang

seperlunya saja.

3) Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus dipatuhi

oleh seluruh pelaksana.

4) Membantu dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja yang efektif dan

efisien.

5) Mencegah terjadinya penyimpangan dan memudahkan dalam pengawasan,

bila terjadi penyimpangan akan dapat segera diadakan perbaikan-perbaikan

sepanjang dalam tugas dan fungsinya masing-masing.

2.1.4 Pengertian Penagihan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penagihan merupakan proses, cara,

perbuatan menagih, permintaan agar membayar hutang. Dalam akuntansi penagihan

biasanya digunakan untuk menunjukkan klaim yang akan dilunasi dengan uang.

Penagihan adalah suatu kegiatan melakukan tagihan kepada seseorang atau kelompok,

agar orang tersebut ingat akan utangnya yang harus dibayar. Adapun maksud daripada

penagihan itu sendiri adalah untuk menginformasikan dan mengingatkan, pihak-pihak


tertagih bahwa ia mempunyai kewajiban untuk membayar utangnya kepada pihak

penagih.

2.1.5 Piutang

1) Pengertian Piutang

Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam

aktivitas ekonomi suatu perusahaan, karena merupakan aktiva lancar

perusahaan yang paling besar setelah kas. Piutang timbul akibat adanya

penjualan jasa dan barang secara kredit, bisa juga melalui pemberian pinjaman.

Adanya piutang menunjukkan terjadinya penjualan secara kredit yang

dilakukan perusahaan sebagai salah satu upaya perusahaan dalam

meningkatkan penjualan.

Menurut tujuan akuntansi, istilah piutang pada umumnya diterapkan

dalam pengertian yang sempit yaitu berupa klaim yang diharapkan akan

diselesaikan melalui penerimaan kas. Semua piutang yang diharapkan akan

tertagih menjadi kas dalam jangka waktu yang tidak lebih dalam 1 tahun.

Menurut Soemarso (2009:338) piutang adalah piutang yang berasal dari

penjualan barang atau jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan,

perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain.

Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam

bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak siapa yang

berpiutang. Pengertian piutang menurut Indriyo dan Basri (2002:81) adalah


meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap perorangan, organisasi,

badan atau debitur lainnya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan piutang adalah

tuntutan atau klaim antara pihak yang akan memperoleh pembayaran dengan

pihak yang akan membayar kewajibannnya. Pengelolaan piutang secara efisien

sangat diperlukan karena akan berpengaruh langsung terhadap keuangan

perusahaan akan membuat piutang menjadi bagian yang harus ditangani secara

seksama.

2) Klasifikasi Piutang

Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan

transaksi. Berikut adalah klasifikasi piutang menurut Warren, Reeve, Fess

(2005:404), yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita:

(1) Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang usaha yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang atau

jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan.

(2) Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable)

Piutang wesel/ wesel tagih yaitu jumlah terhutang bagi pelanggan

jika perusahaan telah menerbitkan surat hutang formal. Wesel

biasanya digunakan untuk jangka waktu yang pembayarannya lebih

dari 60 hari. Jika wesel diperkirakan akan tertagih dalam jangka


waktu satu tahun, maka dalam neraca wesel diklasifikasikan sebagai

aktiva lancar.

(3) Piutang Lain-lain

Piutang lain-lain yaitu meliputi piutang bunga, piutang pegawai, dan

piutang dari perusahaan. Jika piutang lain-lain diperkirakan dapat

ditagih dalam jangka waktu satu tahun maka piutang ini

diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.

Dari klasifikasi piutang diatas dapat disimpulkan piutang mempunyai

beberapa jenis, diantaranya piutang usaha, piutang ini berasal dari penjualan

barang maupun jasa di suatu perusahaan dan piutang lancar. Piutang lancar

berarti sama seperti piutang jangka pendek yang waktu pembayarannya dalam

kurun waktu 1 tahun.

3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang

Menurut Bambang Riyanto (2010:85) faktor-faktor yang

mempengaruhi jumlah piutang adalah sebagai berikut:

(1) Volume Penjualan Kredit

Makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan

akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil

jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan

memperkecil jumlah piutang.

(2) Syarat Pembayaran Penjualan Kredit


Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin

besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek batas

waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah

piutang.

(3) Ketentuan dalam Pembatasan Kredit

Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam

jumlah yang relative besar maka besarnya piutang juga semakin

besar.

(4) Kebijakan dalam Pengumpulan Piutang

Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan

piutang dalam 2 cara yaitu pasif dan aktif. Perusahaan yang

menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan

piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar

dibandingkan dengan perusahaan lain yang menggunakan

kebijaksanaanya secara pasif.

(5) Kebiasaan Membayar dalam Pelanggan

Semua piutang yang diperkirakan akan terealisasikan menjadi kas

dalam setahun di neraca disajikan dalam pada bagian aktiva lancar.

4) Penilaian Piutang
Menurut Kieso, dkk (2008:350) semua piutang dinilai dalam jumlah

yang mewakili nilai sekarang dari perkiraan penerimaan kas di masa datang.

Oleh karena piutang usaha berjangka pendek, biasanya ditagih dalam jangka

waktu 30 hingga 90 hari, bagi piutang jangka pendek yang dikenakan bunga,

bunganya akan relative lebih kecil dari jumlah piutangnya. Sebagai ganti dari

penilaian piutang usaha pada nilai sekarang didiskontokan, piutang usaha

dilaporkan sebagai nilai realisasi bersih (net realizable value), yaitu nilai kas

yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa piutang usaha haru dicatat sebagai

jumlah bersih dari estimasi piutang tak tertagih dan potongan dagang.

Tujuannya adalah untuk melaporkan piutang sejumlah klaim dari pelanggan

yang benar-benar diperkirakan dapat diterima secara tunai.

2.1.6 Cadangan Kerugian Piutang

Cadangan kerugian piutang adalah cadangan kas yang digunakan untuk

menutup piutang yang tidak dapat tertagih. Menurut Kieso (2008:350) piutang tak

tertagih adalah kerugian pendapatan yang memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan

yang tepat pada akun, penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan

dengan laba. Tidak ada satupun ketentuan umum yang merupakan pedoman untuk

menentukan kapan suatu piutang tak tertagih. Karena pada kenyataannya seorang

customer gagal untuk membayar piutang sesuai kontrak atau perjanjian tidak berarti

utang-utang tersebut tidak akan dapat tertagih. Bangkrutnya customer adalah salah satu

petunjuk yang paling signifikan mengenai tidak tertagihnya sebagian / seluruh piutang.
Petunjuk lainnya meliputi penutupan bisnis customer atau gagalnya upaya penagihan

setalah dilakukan beberapa kali usaha.

Piutang yang telah ditetapkan sebagai piutang tak tertagih bukan merupakan

aktiva lagi, oleh karena itu harus dikeluarkan dari pos piutang dalam neraca. Piutang

tak tertagih merupakan suatu kerugian, dan kerugian ini harus dicatat sebagai beban

(expense), yaitu beban piutang tak tertagih (bad debt expense) yang disajikan dalam

laporan laba rugi. Semua penghapusan ini harus dicatat dengan tepat dan teliti karena

berhubungan langsung dengan laporan keuangan yang digunakan manajemen dalam

pengambilan keputusan.

2.1.7 Prosedur Penagihan Piutang Usaha

Prosedur penagihan berfungsi membuat surat perjanjian jatuh tempo dan

mengirimkan kepada debitur. Pada bagian ini merupakan bagian langsung yang

berhubungan dengan debitur, maka akan ada banyak kendala yang timbul karena belum

tentu para debitur membayar tagihannya.

Adapun prosedur penagihan secara terperinci yang dikemukakan oleh Mulyadi

dalam bukunya Sistem Akuntansi (2013:493) adalah sebagai berikut:

1) Bagian piutang memberikan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih

kepada bagian penagihan.

2) Bagian penagihan mengirimkan penagih, yang merupakan karyawan

perusahaan, untuk melakukan penagihan kepada debitur.


3) Bagian penagihan menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan dari

debitur.

4) Bagian penagihan menyerahkan cek kepada bagian kasa.

a) Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian

piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang.

b) Bagian kasa mengirimkan kwitansi sebagai tanda penerimaan kas

kepada debitur.

5) Bagian kasa menyetorkan cek ke bank setelah cek atas cek tersebut

dilakukan oleh pejabat yang berwenang debitur.

6) Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank debitur.

Dalam pengawasan penagihan, manajemen harus mempunyai strategi khusus,

ketat tetapi tidak menimbulkan kecurigaan melainkan harus menciptakan suasana

kepercayaan sehingga para pegawai bagian penagihan dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik dan leluasa. Tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi

penyelewengan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja, karena

kemungkinan kecurangan disini mempunyai peluang besar jika pengendalian dan

pengawasan diterapkan bersifat longgar. Dalam hal ini jangan sampai terjadi kasus

pelanggan yang sudah membayar tetapi belum dilaporkan ke bagian akuntansi dan

masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan kesalahan terjadi.

Menurut Kasmir (2003:95) ada beberapa cara yang dilakukan untuk melakukan

penagihan piutang, yaitu:


1) Melalui Surat

Bilamana pembayaran hutang dari pelanggan sudah lewat beberapa hari

tetapi belum dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat

untuk mengingatkan atau menegur pelanggan yang belum membayar

hutangnya yang jatuh tempo. Apabila hutang tersebut belum juga dibayar

setelah beberapa hari surat dikirimkan maka dapat dikirimkan lagi surat

dengan teguran yang lebih keras.

2) Melalui Telepon

Apabila setelah pengiriman surat teguran ternyata tagihan tersebut belum

juga dibayar maka bagian kredit dapat menelpon pelanggan dan secara

pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil

pembicaraan tersebut ternyata pelanggan mempunyai alasan yang dapat

diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan

sampai jangka waktu tertentu.

3) Kunjungan Personal

Melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat pelanggan

sering kali digunakan karena dirasakan sangat penting dalam usaha-usaha

pengumpulan piutang.

4) Tindakan Yuridis

Bilamana ternyata pelanggan tidak mau membayar kewajibannya maka

perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan

mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

2.1.8 Fungsi yang Terkait dalam Penagihan Piutang


1) Fungsi Sekretariat

Fungsi ini bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat

pemberitahuan atau remmitance advice melalui pos dan para debitur

perusahaan. Fungsi ini juga bertugas membuat daftar surat pemberitahuan

yang diterima dari para debitur dan fungsi ini berada di tangan bagian

sekretariat.

2) Fungsi Penagihan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada para

debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang dibuat

oleh fungsi akuntansi dan fungsi ini berada di tangan bagian penagihan.

3) Fungsi Kas

Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi sekretariat

atau fungsi penagihan dan menyetorkan kas yang diterima dari berbagai

fungsi tersebut segera ke bank dalam jumlah penuh dan fungsi ini berada di

tangan bagian kas.

4) Fungsi Akuntansi

Fungsi bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas dari piutang

ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke dalam kartu

piutang, dan fungsi ini berada di tangan bagian akuntansi.

5) Fungsi Pemeriksa Intern

Fungsi ini bertanggung jawab dalam melaksanakan perhitungan yang ada

di tangan fungsi kas secara periodik, dan melakukan rekonsiliasi bank,


untuk mengecek ketelitian catatan kas yang diselenggarakan oleh fungsi

akuntansi, dan fungsi ini berada di tangan bagian pemeriksa intern.

2.1.9 Dokumen yang Digunakan dalam Prosedur Penagihan Piutang

Menurut Mulyadi (2013:488) terdapat dokumen yang digunakan dalam

prosedur penagihan piutang, yakni :

1) Surat pemberitahuan yang menerima kas dari piutang. Surat pemberitahuan

ini digunakan sebagai dokumen sumber pemberitahuan yang biasanya

berupa tembusan bukti kas keluar.

2) Daftar surat pemberitahuan dikirimkan ke fungsi kas untuk kepentingan

pembuatan bukti setor bank dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai

dokumen pendukung bukti setor dalam pencatatan penerimaan kas ke dalam

jurnal penerimaan kas.

3) Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas sebagai fungsi akuntansi dan

dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen sumber untuk pencatatan

transaksi penerimaan kas dan piutang ke dalam jurnal penerimaan kas.

4) Kwitansi sebagai dokumen bukti penerimaan kas yang dibuat oleh

perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang.

2.1.10 Unsur Sistem Pengendalian Intern (Pengendalian Akuntansi)

Menurut Mulyadi (2013:163) untuk menciptakan sistem pengendalian intern

yang baik dalam perusahaan maka diperlukan adanya unsur-unsur yang harus

diperhatikan, antara lain:


1) Struktur organisasi

- Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi

akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk

melaksanakan suatu kegiatan misalnya penjualan. Setiap kegiatan

dalam perusahaan memerlukan otorisasi dari manajer fungsi yang

memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Fungsi

penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk

menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang

memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan.

- Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh semua tahap

suatu transaksi.

2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

Dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari

pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi

tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang

mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap

transaksi dalam organisasi. Oleh karena itu penggunaan formulir harus

diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi.

3) Praktek yang Sehat

- Penggunaan formulir bernomor urut bercetak yang pemakaiannya harus

dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. Karena formulir

merupakan alat yang memberikan otorisasi terlaksananya transasksi.


- Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak

dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang

akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.

- Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh

satu orang atau satu unit organisasi, tanpa campur tangan dari orang atau

unit organisasi lain.

- Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan

secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam

melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka

dapat dihindari.

- Keharusan mengambil cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan

perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya.

- Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatan.

Untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan

keandalan catatan akuntansinya.

- Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas

unsur-unsur sistem pengendalian yang lain.

4) Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya

- Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh

pekerjaannya. Untuk memperoleh karyawan yang mempunyai

kecakapan sesuai dengan tuntutan tanggung jawab yang akan

dipikulnya, manajemen harus mengadakan analisis jabatan yang ada


dalam perusahaan dan menentukan syarat-syarat yang dipenuhi oleh

calon karyawan yang menduduki jabatan tersebut.

- Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan

perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.

2.1.11 Jasa Aeronautika

Jasa aeronautika adalah jasa layanan yang diberikan kepada perusahaan

penerbangan dan penumpang yang terdiri dari aircraft parking, jasa penempatan dan

penyimpanan pesawat dalam Bandar udara dan Passenger Processing, jasa layanan

penumpang dalam Bandar udara. Atau dengan kata lain jasa aeronautika merupakan

bidang jasa yang aktifitasnya berhubungan langsung dengan kegiatan penerbangan.

Jasa aeronautika yang berada di PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara

Internasional Ngurah Rai Bali, meliputi :

1) Aircraft Parking

Aircraft Parking adalah jasa penempatan dan penyimpanan pesawat udara.

Pelayanan yang diberikan oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara

Internasional Ngurah Rai Bali adalah dengan menyediakan tempat parkir

pesawat (apron). Apron di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai dibagi

menjadi 2 bagian, yaitu :

a) Apron Utara seluas 300.200 M2. Memiliki daya tamping 37 parking

stand yang diperuntukkan bagi penerbangan berjadwal (reguler flight).

Mampu melayani pesawat berbadan lebar (wide body) dengan type

terbesar B747 seri 400;


b) Apron Selatan, seluas 74.125 M2 . Memiliki daya tamping 16 parking

stand. Diperuntukkan bagi penerbangan tidak berjadwal (unscheduled

flight) dan charter. Menampung pesawat berbadan kecil (narrow body).

2) Passenger Processing

Passenger Processing adalah jasa layanan penumpang. Pelayanan yang

diberikan oleh PT. Angkara Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional

Ngurah Rai Bali adalah dengan menyediakan gedung terminal penumpang

beserta fasilitas penunjang lainnya seperti fasilitas check in, transit,

boarding, dan trolley. Gedung terminal penumpang dapat dibagi menjadi 2,

yaitu :

a) Terminal Internasional, seluas 120.000 M2. Menampung 16 juta

penumpang per tahun dan dilengkapi dengan 11 garbarata;

b) Terminal Domestik, seluas 65.800 M2. Mampu menampung 9 juta

penumpang per tahun dan dilengkapi dengan 3 garbarata.

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Aurelius Wisnu (2013) meneliti tentang Prosedur Penagihan Piutang atas

Penjualan Spare Part pada PT. Astra Interasional Tbk Honda Cabang Denpasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur penagihan piutang atas

penjualan spare part di Astra Honda sudah sesuai dengan prosedur yang diterapkan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan terletak pada lokasi

penelitian dan jenis piutang yang ditagih. Sedangkan persamaannya terletak pada

teknik analisis data yang bersifat analisis deskriptif, metode analisis data yang

digunakan yaitu metode kualitatif , metode pengumpulan data dengan wawancara,

observasi dan dokumentasi serta kesamaan mengangkat judul mengenai prosedur

penagihan piutang.

Anda mungkin juga menyukai